Anda di halaman 1dari 10

ISLAMIC FINANCE OVERVIEW

I. Konsep ekonomi islam Pengertian Ekonomi Islam Mursyid Al-Idrisiyyah mendefinisikan ekonomi islam dengan menggunakan kalimatkalimat sederhana, yaituseluruh bentuk kegiatan ekonomi yang berdasarkan prinsipprinsip Islam yang bersumber kepada Al Quran dan As Sunah yang diijtihadi oleh mursyid. Dasar Ekonomi Islam Seluruh bentuk kegiatan ekonomi harus dibangun diatas tiga pondasi, pertama nilainilai keimanan (tauhid)kedua, nilai-nilai islam (syariah) ketiga nilai-nilai ihsan (etika). Pondasi nilai-nilai keimanan Fungsi dan wilayah keimanan dalam islam adalah pembenahan dan pembinaan hati atau jiwa manusia. Dengan nilai-nilai keimanan jiwa manusia dibentuk menjadi jiwa yang memiliki sandaran vertikal yang kokoh kepada Sang Khalik untuk tunduk kepada aturan main-Nya dengan penuh kesadaran dan kerelaan. Pada kondisi demikian, jiwa manusia akan mampu mempertahankan serta menggali fitrah yang diamanahkan pada dirinya dan menempatkan dirinya sebagai hamba Allah. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuui. QS. Ar Ruum [30]: 30 Ketika seluruh kegiatan ekonomi dibangun atas dasar nilai-nilai keimanan maka akan berdampak positif terhadap mental dan pemikiran pelaku ekonomi. Adapun efek positif itu antara lain: 1. memiliki niat yang lurus dan visi misi yang besar Dengan nilai keimanan, apapun bentuk ekonomi yang dilakukan akan dipandang sebagai bentuk kegiatan ibadah, artinya aktivitas yang diperintahkan dan diridhoi oleh Allah SWT. Pelaku ekonomi akan menempatkan dirinya sebagai abid (hamba) dihadapan Allah, sebagaimana diinformasikan dalam Al Quran bahwa setiap manusia pada awal kejadiannya dibangun sebagai abid Sang Khalik. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Q S Adz Dzariyaat, [51]: 56 Niat yang lurus dan kuat yang disandarkan kepada Allah SWT dalam bekerja, akan menjadi motivasi dan ruh kekuatan dalam setiap bentuk tindakan dan pengambilan keputusan. Setiap permasalahan tidak akan disikapi dengan emosional, akan tetapi disikapi secara rasional dan diputuskan secara spiritual.

2. proses kegiatan usaha yang terukur dan terarah Nilai-nilai keimanan yang bersemayam dalam setiap pribadi, akan berdampak positif dalam setiap ruang gerak pemikiran dan aktivitas. kegiatan usaha bukan semata-mata diarahkan kepada hasil (profit oriented), akan tetapi lebih memperhatikan cara atau proses. Ia akan berusaha menitik beratkan seluruh proses usaha sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah yang dicontohkan oleh rasul-Nya. Sebagaimana yang termaktub dalam Q.S al-Hasyr, [59]: 7 Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya. 3. dalam menilai hasil usaha menggunakan dua sudut pandang yaitu syariat (dunia) dan hakikat(ukhrawi) Bagi pelaku ekonomi yang menggunakan dua sudut pandang dalam menilai hasil sangat penting, karena dalam dunia usaha untung dan rugi-dalam kaca mata materi pasti terjadi, sehingga ketika hasil usaha dianggap rugi sekalipun ia masih punya harapan besar dan panjang karena masih ada keuntungan yang bersifat ukhrawi, sebagaimana diisyaratkan oleh Allah SWT dalam Q.S Faathiir, [35]: 29 Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, Pondasi Syariah Fungsi syariah dalam agama untuk mengatur dan memelihara asfek-asfek lahiriyah umat manusia khusunya, baik yang berkaitan dengan individu, sosial dan lingkungan alam, sehingga terwujud keselarasan dan keharmonisan. Bagian kehidupan manusia yang diatur oleh syariat adalah asfek ekonomi. Al-quran dan as-sunah sebagai sumber dalam ajaran islam banyak memuat prinsif-prinsif mendasar dalam melakukan tindakan ekonomi baik secara eksplisit maupun inplisit. Diantara prinsif itu adalah sebagai berikut; 1. Ta'awun (saling membantu) Manusia adalah makhluk social, dalam segala aktivitasnya tidak bisa menapikan orang lain termasul dalam berbagai bentuk kegiatan ekonomi. Dalam pandangan islam kegiatan ekonomi termasuk bagian al-bar (kebaikan) dan ibadah, sehingga dalam pelaksanaannya diperintahkan untuk bertaawun (saling menolong). Sebagaimana firman Allah SWT Q S Al-Maidah [5]: 2 dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.

Ketika taawun dijadikan landasan dalam berekonomi pelaku bisnis akan terhindar dari sikap sikap yang merugikan orang lain termasuk sikap monopoli. Seorang produsen ia akan menjaga kualitas produksinya untuk membantu orang lain yang tidak mampu berproduksi, seorang pedagang punya tujuan membantu pembeli yang membutuhkan barang tertentu. Sehingga penjual tadi akan memberikan hak-hak bagi pembeli, penjual jasa bertujuan membantu orang yang membutuhkan jasanya, sehingga ia akan meningkatkan pelayanannya dan sebagainya. 2. Keadilan Adil dalam pandangan islam tidak diartikan sama rata, akan tetapi pengertiannya adalah menempatkan sesuatu sesuai dengan proporsinya atau hak-haknya. Sikap adil sangat diperlukan dalam setiap tindakan termasuk dalam tindakan berekonomi. dengan sikap adil setiap orang yang terlibat dalam kegiatan ekonomi akan memberikan dan mendapatkan hak-haknya dengan benar. Dalam menentukan honor, harga, porsentase, ukuran, timbangan dan kerugian akan tepat dan terhindar dari sifat dzulmun (aniaya). Al-Quran memerintahkan setiap tindakan harus didasari dengan sikap adil, karena bentuk keadilan akan mendekatkan kepada ketaqwaan sebagaimana firman Allah SWT dalam Q S. al-Maidah, [5]: 8 Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

3. Logis dan rasional tidak emosional Islam adalah ajaran rasional dan senantiasa mengajak kepada umat manusia untuk memberdayakan potensi akal dalam mempelajari ayat-ayat Allah, baik ayat quraniyah maupun kauniyah. Dalam konteks ushul fikh syariat diturunkan oleh al-Hakim hanya bagi makhluk yang berakal. Dalam beberapa ayat sering disindir orang yang tidak memproduktifkan akal sehatnya, termasuk dalam tindakan ekonomi, setiap kegiatan ekonomi harus bersipat logis dan rasional tidak berdasarkan emosinal semata. sebagai contoh, ketika ingin membangun lembaga keuangan islam di sebuah daerah jangan dilihat hanya penduduknya yang mayoritas muslim akan tetapi harus diperhatikan bagaimana kegiatan usaha, apa saja transaksi-transaksi yang terjadi, dan bagaimana mekanisme pasar yang ada. 4. Professional Seorang muslim diperintahkan oleh Allah untuk bertindak dan berprilaku sebagaimana berprilakunya Allah, sebagaimana Rasulullah menyeru kepada umatnya, berakhlaklah kalian sebagaimana akhlak Alah. Ada beberapa tindakan Allah yang perlu dicontoh, seperti, memanagemen jagat raya dengan planning yang tepat, ketelitian dan perhitungan yang akurat. Bagi muslim dalam berekonomi tentu harus punya managemen yang kokoh, planning yang terarah, tindakan dan

perhitungan ekonomi yang cermat dan akurat yang semua itu menjadi indicator pada propesionalime ekonomi Pondasi Ihsan Etika Islam Fungsi ihsan dalam agama sebagai alat control dan evaluasi terhadap bentuk-bentuk kegiatan ibadah, sehingga aktivitas manusia akan lebih terarah dan maju. Fungsi tersebut selaras dengan definisinya sendiri yaitu, ketika engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, apabila engkau tidak mampu melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihat (mengontrol) engkau. Ketika tindakan ekonomi didasari dengan ihsan maka akan melahirkan sifat-sifat positif dan produktif sebagai berikut; a. Amanah (jujur) Amanah dalam bahasa arab berdekatan dengan makna iman (percaya) dan berasal dari akar kata yang sama yaitu aman. Sifat ini muncul dari penghayatan ihsan. Bagi pelaku ekonomi yang memiliki sifat amanah akan mengakui dengan penuh kesadaran bahwa seluruh komponen ekonomi; pikiran, tenaga, harta, dan segalanya adalah milik dan titipan Allah, sehingga dalam menjalani aktivitas usaha akan berhati-hati dan waspada serta terhindar dari sipat ceroboh dan sombong karena pemilik perusahaan itu adalah Allah SWT.

b. Sabar Sabar diartikan sebagai sikap tangguh dalam menghadapi seluruh persoalan kehidupan termasuk dalam berekonomi. Sifat ini muncul dari proses panjang aktivitas ibadah yang senantiasa diawasi dan dievaluasi oleh Allah. Dalam seluruh proses tindakan usaha tidak akan lepas dari kendala dan problem, maka kesabaran mutlak dibutuhkan. Dengan sifat ini sebesar apapun problem usaha akan disikapi dengan pikiran-pikiran positif dan hati yang jernih. c. Tawakal Tawakal berasal dari bahasa arab yang akar katanya berasal dari <span>wakala</span> yang mengandung arti wakil. Maka tawakal diartikan sikap mewakilkan atau menyerahkan penuh segala hasil usaha kepada AllahSWT. Sikap tersebut muncul dari nilai-nilai ihsan. Islam tidak melarang pelaku bisnis mendapatkan keuntungan dalam usahanya. Akan tetapi hasil usaha yang dilakukan oleh seseorang masih bersifat relative, bisa untung atau rugi. Bagi pelaku usaha yang menyerahkan segala hasil kepada Allah tidak punya beban mental yang berlebihan dan ketika hasilnya untung tidak akan lupa diri dan apaila rugi tidak akan pesimis dan putus asa. Konsep Zakat, Riba dan Masyir Zakat Dalam bahasa arab, zakat secara umumnya bererti pertambahan. Berasaskan pengertian umum ini, ia kemudiannya digunakan bagi banyak pengertian seperti cerdik, jenih, berkat, kepujian, bersih dan lain-lain. Sebagai salah satu istilah dalam pengajian hukum atau II.

fiqh zakat bererti mengeluarkan kadar tertentu dari harta yang tertentu bagi faedah golongan yang berhak menerimanya sebagaimana yang ditentukan oleh Allah. Selain itu, perkataan zakat ada disebut dalam Al-Quran dan Al-Sunnah. Walau bagaimanapun, ia bukanlah satu istilah tunggal bagi sesuatu pengertian kerana al-Quran dan al-Sunnah juga menggunakan perkataan sedekah bagi pengertian yang sama. Dalam al-Quran misalnya Allah telah berfirman dalam surah At-taubah ayat 103 yang bermaksud: Ambilah (sebahagian) dari harta mereka menjadi sedekah (zakat), supaya dengannya Engkau membersihkan mereka (dari dosa) dan mensucikan mereka (dari akhlak Yang buruk); dan doakanlah untuk mereka, kerana Sesungguhnya doamu itu menjadi ketenteraman bagi mereka. dan (ingatlah) Allah Maha Mendengar, lagi Maha mengetahui. Kepentingan zakat Dalam banyak ayat al-Quran yang disebutkan, pembayaran zakat dinyatakan bersamasama dengan mendirikan sembahyang. Ini menunjukkan betapa pentingnya tanggung jawab ini dalam islam. Ia diberi penekanan yang sama beratnya dengan ibadat sembahyang dan rukun islam yang lain sehingga tidak menunaikannya dianggap tidak beriman kepada kitab suci al-Quran. Kepentingan inilah yang telah meletakkan zakat sebagai antara perintah agama yang tertinggi dan menjadikan orang-orang islam insaf bahawa bayaran ini adalah mudah, murah, dan bukan paksaan terhadap mereka. Semakin tinggi keimanan orang-orang islam, semakin kuranglah peluang bagi mereka mengingkari zakat. Zakat merupakan sejenis bayaran wajib yang mesti dibayar oleh setiap anggota masyarakat islam yang memenuhi syarat-syarat yang tertentu walau dalam keadaan apa sekalipun. Tabung zakat ini digunakan untuk membantu ahli masyarakat yang kurang berupaya. Zakat membentuk sebuah masyarakat yang saling bekerjasama, bertindak sebagai syarikat insurans dan tabung simpanan masyarakat islam. Setiap ahli masyarakat yang memerlukan bantuan akan dibantu dari tabung ini. Oleh itu, ia bertindak sebagai modal tambahan yang dibiayai oleh masyarakat untuk membantu orang-orang yang menganggur, orang-orang miskin yang memerlukan, anak-anak yatim, balu-balu, orang-orang cacat, orang-orang sakit, dan lain-lain. Ia merupakan insurans sosial yang penting bagi setiap anggota masyarakat islam yang menjamin masa hadapan yang cerah bagi mereka. Ia merupakan satu tabung insurans yang sumbangannya hanya datang daripada orangorang kaya. Jika pada hari ini kita kaya, kita mestilah memberi sumbangan kepada tabung ini. Orang-orang miskin dan memerlukan akan mendapat manfaat dari tabung ini pada hari ini, tetapi jika kita atau anak-anak kita menghadapi kesusahan pada hari esok disebabkan oleh perubahan dunia ini, kita atau anak-anak kita juga yang akan mendapat manfaat darinya. Jelaslah bahawa zakat memenuhi kedua-dua tujuan iaitu untuk pembersihan jiwa yang merupakan tanggung jawab terhadap agama dan sebagai insurans sosial bagi semua risiko, hasil dari sumbangan secara kolektif. Konsep Riba Riba berarti menetapkan bunga/melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang dibebankan kepada peminjam. Riba secara bahasa bermakna: ziyadah (tambahan). Riba jelas merugikan salah satu pihak dan ada pihak yang diuntungkan dengan mengambil harta pihak lain dengan cara yang bathil. padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Al-Baqarah: 275 (kutipan) Dalam perdagangan seringkali kita melihat yang namanya transaksi bayar di belakang atau pending payment. Transaksi ini termasuk dalam kategori utang piutang. Dalam

Islam, berapapun panjang waktu penundaan pembayaran yang telah disepakati, tidak diperbolehkan bagi pemilik barang untuk mengutip pembayaran lebih atas barang yang dijualnya. Jadi jika harga barang sebesar Rp. 500.000,- dan dibayarkan tiga hari kemudian, pembayaran haruslah tetap Rp. 500.000,- tanpa tambahan apapun akan datang suatu masa di mana tidak ada orang yang tidak memakan riba. Dan jika dia tidak memakannya, uap (riba) pun akan mengejarnya (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasai, dan Ibnu Majah) Riba dalam Islam dianggap sebagai sesuatu yang melanggar hukum, bertentangan dengan prinsip perdagangan. Melakukan riba dalam Islam dianggap sebagai bentuk perlawanan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Nabi Muhammad Saw juga telah memperingatkan kita untuk menjauh dari riba maupun bunga. Riba dalam Islamhukumnya haram dan melanggar hukum, dan semua yang terlibat dalam riba dengan cara apa pun adalah berdosa. Masyir . Kata maysir dalam arti harfiahnya adalah memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja. Oleh karena itu disebut berjudi. Prinsip berjudi itu adalah terlarang, baik itu terlibat secara mendalam maupun hanya berperan sedikit saja atau tidak berperan sama sekali. Dalam berjudi kita menggantungkan keuntungan hanya pada keberuntungan semata, bahkan sebagian orang yang terlibat melakukan kecurangan, kita mendapatkan apa yang semestinya kita tidak dapatkan, atau menghilangkan suatu kesempatan. Kata azlam dalam bahasa arab yang di gunakan dalam Al Quran juga berarti praktek perjudian. Sementara itu maysir, menggunakan segala bentuk harta dengan maksud untuk memperoleh suatu keuntungan misalnya , lotre, bertaruh, atau berjudi dan sebagainya. Judi pada umumnya dan penjualan undian khususnya (azlam) dan segala bentuk taruhan, undian atau lotre yang berdasarkan pada bentuk-bentuk perjudian adalah haram dalam Islam. Konsep uang dalam islam Konsep uang muncul untuk mengatasi masalah yang ada pada proses pertukaran barang menggunakan sistem barter. Kelemahan sistem barter yang ingin diatasi adalah kesulitan mengukur nilai suatu barang yang akan dipertukarkan. Ketidakuniversalan nilai suatu barang juga menjadi masalah sehingga sangat mungkin terjadi kecurangan dan penipuan. Atas dasar inilah konsep uang muncul. Bentuk uang dari waktu ke waktu selalu mengalami evolusi. Mulai dari cangkang kerang, garam, kulit. yang kemudian berevolusi menggunakan emas dan perak. Namun dibeberapa negara juga ada yang menggunakan besi atau tembaga sebagai mata uangnya. seperti di Indonesia pada zaman kerajaan mata uang yang digunakan adalah besi. Sedangkan pada konsep islami, uang yang digunakan adalah uang emas dan uang perak. Uang emas sendiri pada mulanya bukan merupakan mata uang asli islami. Hanya saja pada zaman itu, karena adanya mayoritas penggunaan uang emas terutama karena pengaruh kerajaan Roma, maka Rosulullah tidak mencetak uang. Ada juga uang perak yang digunakan, karena banyak transaksi juga dengan bangsa persia yang menggunakan uang perak. Uang emas "islami" sendiri mulai dicetak pada tahun ke 75 Hijriah Ada juga penggunaan uang selain emas dan perak dalam ekonomi islam. Seperti yang digunakan bangsa Mesir dan Siria, uang yang mereka buat berasal dari campuran logam, slah satunya yaitu perunggu. Sedangkan untuk uang kertas sendiri masuk dunia islam diawali dari masa dinasti Turki Utsmani. III.

Uang emas dan perak yang cenderung stabil nilainya ternyata mampu menyokong perekomian menjadi lebih kuat. Sehingga selama beberapa generasi uang emas dan perak ini tetap digunakan, bahkan oleh bangsa barat. Sampai pada akhirnya dilakukan perjanian Woods pada tahun 1971 yang menolak emas sebagai mata uang universal dan tolok ukur ekonomi. Hal ini dikarenakan emas dan perak tidak mampu mendukung sistem perekonomian kapitalis yang berbasis pada bunga dan spekulasi. Akibat dari perjanjian tersebut maka sampai saat ini, semua negara telah menggunakan mata uang kertas ataupun electronic sebagai alat pembayarannya tanpa didukung oleh nilai intrinsiknya. System bagi hasil versus system bunga Sebagai alternatif sistem bunga dalam ekonomi konvensional, ekonomi islam menawarkan sistem bagi hasil (profit and loss sharing) ketika pemilik modal (surplus spending unit) bekerjasama dengan pengusaha (deficit spending unit) untuk melakukan kegiatan usaha. Apabila kegiatan usaha menghasilkan, keuntungan dibagi berdua, dan apabila kegiatan usaha menghasilkan, keuntungan dibagi berdua, dan apabila kegiatan usaha menderita kerugian, kerugian ditanggung bersama. Sistem bagi hasil menjamin adanya keadilan dan tidak ada pihak tereksploitasi (didzalimi). Sistem bagi hasil dapat berbentuk musyarakah atau mudharabah dengan berbagai variasinya. 1. Menentukan besarnya hasil Pada sistem bunga besarnya hasil sudah di tentukan sebelumnya, sedangkan pada sistem bagi hasil di tentukan sesudah berusaha atau sesudah ada untungnya, maka setelah itu sudah jelas berapa bagian masing-masing. 2. Yang di tentukan sebelumnya pada sistem bunga yang di tentukan sebelumnya adalah BUNGA atau besarnya nilai rupiah, sedangkan pada sistem bagi hasil yang d tentukan sebelumnya adalah menyepakati proporsi pembagian untung masing-masing pihak, misalnya 50:50,40:60,35:65, dst.. 3. Jika terjadinya kerugian pada sistem bunga apa bila terjadi kerugian itu sudah merupakan resiko nasabah dan harus di tanggung oleh nasabah sendiri dan bank tidak mau tau, sedangkan pada sistem bagi hasil apa bila terjadi kerugian di tanggung oleh kedu abelah pihak, dalam hal ini nasabah dan bank 4. Berapa besarnya pada sistem bunga itu sudah pasti, artinya berpa persen bunga yang sudah di tetapkan nanti di kalikan dengan jumlah pinjaman dan itu harus di bayarkan, sedangkan pada sistem bagi hasil itu di ketahui melalui proporsi yaitu berpa persen nisbah di kalikan dengan jumlah untung yang akan di dapat. 5. Status hukum pada sistem bunga berlawanan dengan surat luqman ayat 34,sedangkan pada sistem bagi hasil melaksanakan surat luqman ayat 34 V. Konsep dasar bank syariah Bank syariah adalah : 1. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah 2. Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Alquran dan Hadits IV.

Bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank yang operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam. Khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Perkembangan Sistem Perbankan Syariah Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah. Praktek-praktek seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang telah lazim dilakukan ketika itu. Rasulullah sendiri pernah dititipi harta oleh orang-orang Qurays pada waktu itu. Sehingga diberi gelar Al Amin karena terpercaya memegang amanah. Sedang dalam perkembangannya di zaman Bani Abbasiyah, orang yang mempunyai keahlian untuk menyimpan, menyalurkan dan mentransfer uang disebut Jihbiz. Prinsip-prinsip umum bank syariah. Dalam menjalankan usahanya, bank syariah harus tetap berpedoman pada nilai-nilai syariah. Prinsip itu berpedoman pada Alquran dan Hadits. Prinsip yang diterapkan bank syariah meliputi : 1. Prinsip pengharaman riba Prinsip ini tercermin dari praktek pengelolaan dana nasabah. Dana yang berasal dari nasabah penyimpan harus jelas asal usulnya. Sedangkan penyalurannya harus dalam usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan syari.

2. Prinsip keadilan Prinsip ini tercermin dari penerapan sistem bagi hasil dan pengambilan keuntungan berdasarkan hasil kesepakatan dua belah pihak. 3. Prinsip Kesamaan Prinsip ini tercermin dengan menempatkan posisi nasabah serta bank pada posisi yang sederajat. Kesamaan ini terwujud dalam hak, kewajiban, risiko dan keuntungan yang berimbang di antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank. Karakteristik Bank Syariah Beberapa hal yang menjadi ciri sekaligus yang membedakannya dengan bank konvensional adalah : 1. Prinsip syariah Islam dalam pengelolaan harta menekankan pada keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat. Harta harus dimanfaatkan untuk hal-hal

produktif terutama kegiatan investasi yang merupakan landasan aktifitas ekonomi dalam masyarakat. Tidak setiap orang mampu secara langsung menginvestasikan hartanya untuk menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, diperlukan suatu lembaga perantara yang menghubungkan masyarakat pemilik dana dan pengusaha yang memerlukan dana (pengelola dana). Salah satu bentuk lembaga perantara tersebut adalah bank yang kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. 2. Bank syariah adalah bank yang berasaskan antara lain pada asas kemitraan, keadilan, transparansi dan universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip ekonomi Islam dengan karakteristik

DAFTAR PUSTAKA

http://my13dream.blogspot.com/2013/03/bahaya-riba-konsep-uang-dalam-islam.html http://bangkoertak.wordpress.com/2012/06/06/tugas-review-judul-sistem-bagi-hasil-vssistem-bunga/ http://zfadly.blogspot.com/2013/04/perbedaan-sistem-bunga-dan-bagi-hasil.html http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/05/15/konsep-dasar-bank-syariah/

Anda mungkin juga menyukai