Anda di halaman 1dari 10

PRINSIP-PRINSIP DASAR

EKONOMI DAN
BISNIS DALAM ISLAM
OLEH:
1. HENNY PUTRI RAYA BERNICE MARPAUNG
2. INNEGIE SEVIA
3. INTAN SARI HUTABARAT
EKONOMI DALAM ISLAM
Di dalam Islam, masalah ekonomi sudah diatur secara jelas. Ekonomi dalam
Islamdiantaranya mengatur hal-hal seperti berikut ini.
a. Cara berhutang,
b. Menunaikan zakat,
c. Transaksi jual beli,
d. Membeli mata uang,
e. Melarang riba,
f. Cara menunaikan transaksi dengan akuntable, dll.
PRINSIP DASAR
EKONOMI DALAM ISLAM
a. Tauhid
Meyakini bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini bersumber dan berakhir kepada Allah SWT. sebagai
pemilik mutlak dan absolut atas semua yang diciptakanNya. Sehingga segala aktivitas yang berkaitan
dengan muamalah dan bisnis, manusiaharus mengikuti aturan-aturan yang ada dan tidak menyalahi batasan-
batasan yangtelah ditetapkan
b. Keadilan dan Keseimbangan (Equilibrium)
Konsep yang menunjukkan adanya keadilansosial bagi sesama pelaku usaha bisnis sesuai QS. Al-
An’am:152 yang mengharuskan menyempurnakan takaran dan timbangan.
c. Kehendak Bebas
Kehendak bebas yang diberikan Allah kepada manusia haruslahsejalan dengan prinsip dasar diciptakannya
manusia sebagai khalifah di muka bumi seperti menjaga kemaslahatan kepentingan individu dan
kepentingan umat
d. TanggungJawab (Responsibility).
Tanggung jawab manusia atas segala aktivitas yang dilakukankepada Allah SWT. di akhirat dan
juga tanggung jawab kepada manusia lainnya sebagai komunitassosial. Karena manusia hidup di
dunia tidak sendiri yang tidak lepas dari hukum yang dibuat olehmanusia itu sendiri berupa
hukum-hukum formal dan non-formal seperti sanksi moral dsb.
e. Sama-sama Menguntungkan.
Di dalam transaksi ekonomi, tidak bisa ada yang saling merugi ataurugi salah satunya. Sehingga,
transaksi ekonomi dalam Islam diatur agar ada kesepakatan atau akad terlebih dahulu, agar tidak
ada yang merasa dirugikan atau merasa di dzalimi. Inilah pentingnya akad jual beli,
memilih barang, dan menyepakati harga terlebih dahulu.
f. Tidak Mencekik Fakir Miskin atau Orang yang Tidak Mampu.
Zakat, Infaq, dan Shadaqah adalah salah satu cara untuk menyeimbangkan ekonomi Islam agar
seimbang antara orang yang mampu dengan yang tidak
mampu. Jika fakir miskin semakin berkurang dan terbantukan, tentu yang untung adalah semua
umat karena semakin banyak yang mampu dan sejahtera, serta ekonomipun akan makin melesat.
g. Transparansi atau Keterbukaan.
Ketika melakukan jual beli, hendaklah terbuka mengenai kondisibarang atau hal yang
diperjualbelikan mengenai baik dan cacatnya untuk tidak ditutup-tutupi dari kondisi yang ada. Hal
ini dapat menunjang keberkahan dalam berekonomi.
h. Pencatatan Transaksi.
Sesuai dengan QS, Al-Baqarah:282 bahwa dalam bermuamalah dan
melangsungkan transaksi ekonomi harus ada pencatatan dan penulisan Hal ini bertujuan
agar transaksi ekonomi yang dijalankan bisa sesuai harapan dan tidak terlupakan. Jika tidak
dilakukan pencatatan transaksi, dapat menjadi bibit suatu konflik dan menjadi masalah yang  tidak
terselesaikan karena tidak ada pencatatan yang jelas.
i. Tidak Menimbulkan Kesenjangan Sosial.
Berdasarkan QS. An-Nur:56 ZIS adalah jalan Islam dalammenyeimbangkan ekonomi. Yang kaya
dapat membantu yang lemah dan yang lemah harus dapatberjuang dan membuktikan dirinya dapat
keluar dari garis ketidakberdayaan agar mampu dan dapat produktif untuk menghasilkan rezeki
dari modal yang dimiliki
j. Tidak Bergantung Kepada Nasib yang Tidak Jelas.
Berdasarkan QS. Al-Baqarah:219 Islam melarangumatnya untuk menggantung nasib kepada hal
yang sangat tidak jelas, tidak jelas ikhtiarnya, danhanya mengandalkan peruntungan dan
peluang semata yang dapat melalaikan ikhtiar dan kerja keras.
k. Mencari dan Mengelola Apa yang Ada di Muka Bumi.
Berdasarkan QS. Al-Jumuah:10 Allah memberikan perintah kepada manusia untuk dapat
mengoptimalkan dan mencari karunia Allah dimuka bumi seperti mengoptimalkan hasil bumi,
mengoptimalkan hubungan dan transaksi dengan sesama manusia. Nikmat dan rezeki Allah
dalam hal ekonomi akan melimpah jika manusia dapatmencari dan mengelolanya dengan baik.
l. Larangan Ekonomi Riba.
Berdasarkan QS. Al-Baqarah:278 orientasi dari riba dapat mencekik parapeminjam dana,
khususnya bagi orang yang tidak mampu atau tidak berkecukupan. Dalam Al-Qur’an Allah
melaknat dan menyampaikan bahwa akan dimasukkan ke dalam neraka bagi merekayang
menggunakan riba dalam kegiatan ekonominya.
BISNIS DALAM ISLAM
Bisnis dalam Islam merupakan implementasi/
perwujudan dari aturan syari’at Allah SWT. Sebenarnya bentuk bisnis
ini tidak jauh berbeda dengan bisnis padaumumnya,yaitu upaya
memproduksi/mengusahakan barang dan jasa guna memenuhi kebutu
han konsumen. 
Namun aspek syari’ah yang dapat membedakannya
dengan bisnis pada umumnya. Sehingga bisnis syari’ah atau bisnis
dalam Islam selain mengusahakan bisnis padaumumnya, juga
menjalankan syariat dan perintah Allah SWT dalam hal bermuamalah.
PRINSIP DASAR BISNIS DALAM ISLAM
a. Selalu Berpijak Pada Nilai-Nilai Ruhiyah.
Nilai ruhiyah adalah kesadaran setiap manusia akan eksistensinya
sebagai ciptaan Allah yang harus selalu berhubungan dengan-Nya dalam wujud
ketaatan di setiap tarikan nafas hidupnya. Ada tiga aspek paling tidak nilai ruhiyah ini
harus terwujud yaitu pada aspek konsep, sistem yang di berlakukan, dan pelaku.
b. Memiliki Pemahaman Terhadap Bisnis yang Halal dan Haram.
Seorang pelaku bisnis syariah dituntutmengetahui benar fakta-fakta (tahqiqul manath)
terhadap praktek bisnis yang Sahih dan yang salah. Disamping itu juga harus paham
dasar-dasar nash yang dijadikan hukumnya (tahqiqul hukmi)
c. Benar Secara Syar’I dalam Implementasi.
Adanya kesesuaian antara teori dan praktek, antara apa yang telah dipahami dan
yang di terapkan. Sehingga pertimbangannya tidak semata-mata untungdan rugi
secara material.
d. Berorientasi Pada Hasil Dunia dan Akhirat.
Dilakukannya bisnis memang untuk mendapatkan keuntungan materi (qimah
madiyah). Dalam konteks ini hasil yang di peroleh, di miliki, dan dirasakanberupa
harta yang dapat mendorong pemiliknya lebih rajin beribadah sebagai ungkapan
rasasyukur kepada Allah SWT dan kebahagiaan yang kekal di akhirat. Untuk
mendapatkannya, pelaku bisnis harus menjadikan bisnis yang dikerjakannya
itu sebagai ladang ibadah dan menjadi pahala dihadapan Allah. Hal itu terwujud jika
bisnis yang dilakukan selalu mendasarkan pada aturan-Nya yaitu syariat Islam.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai