Bank Syariah memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan bank konvensional.
Adapun Karakteristiknya sebagai berikut ( Sumitro, 2003):
1. Beban biaya disepakati Bersama pada waktu akad dan diwujudkan dalam
bentuk nominal, yang besarnya tidak kaku serta fleksibel untuk dilakukan
negoisasi dalam batas yang wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan
sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak.
2. Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk pembayaran selalu
dihindari karena persentase bersifat melekat pada sisa hutang meskipun
batas waktu perjanjian telah berakhir.
3. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, Bank Syariah tidak
menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti ditetapkan di
muka karena pada hakikatnyayang mengetahui tentang ruginya suatu proyek
yang dibiayai bank hanyala Allah semata.
4. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh
penyimpan dianggap sebagai titipan (Al Wadiah), Sedangkan bagi bank
dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaaan dana pada
proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan Prinsip
Syariah sehingga pada penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti.
5. Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi operasionalisasi
bank dari sudut syariahnya. Selain itu, segenap jajaran pimpinan Bank
Syariah harus menguasai dasar-dasar muamalah.
6. Fungsi kelembagaan Bank Syariah selain menjembatani antara pihak pemilik
modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi
khusus, yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung
jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila
dana diambil pemiliknya.
Sumber :
https://www.gustani.id/2013/02/karakteristik-bank-syariah.html
* Diambil dari Skripsi penulis yang berjudul Analisis Tingkat Pengungkapan
Kinerja Sosial Bank Syariah Berdasarkan Islamic Social Reporting Index
(Indeks ISR)