Anda di halaman 1dari 4

DISKUSI 2

AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH

Setelah mempelajari materi pada pertemuan kedua, coba diskusikan dengan


peserta tuton lainnya tentang karakteristik dari Bank Syariah!

Bank Syariah memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan bank konvensional.
Adapun Karakteristiknya sebagai berikut ( Sumitro, 2003):

1. Beban biaya disepakati Bersama pada waktu akad dan diwujudkan dalam
bentuk nominal, yang besarnya tidak kaku serta fleksibel untuk dilakukan
negoisasi dalam batas yang wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan
sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak.
2. Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk pembayaran selalu
dihindari karena persentase bersifat melekat pada sisa hutang meskipun
batas waktu perjanjian telah berakhir.
3. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, Bank Syariah tidak
menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti ditetapkan di
muka karena pada hakikatnyayang mengetahui tentang ruginya suatu proyek
yang dibiayai bank hanyala Allah semata.
4. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh
penyimpan dianggap sebagai titipan (Al Wadiah), Sedangkan bagi bank
dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaaan dana pada
proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan Prinsip
Syariah sehingga pada penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti.
5. Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi operasionalisasi
bank dari sudut syariahnya. Selain itu, segenap jajaran pimpinan Bank
Syariah harus menguasai dasar-dasar muamalah.
6. Fungsi kelembagaan Bank Syariah selain menjembatani antara pihak pemilik
modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi
khusus, yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung
jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila
dana diambil pemiliknya.

Sumber : BMP EKMA4482/Modul 2


Bank Syariah memiliki karakteristik khas yang membedakannya dengan
lembaga keuangan konvensional. Karakteristik bank syariah adalah:
1. Menghindari MAGHRIB.
Dalam UU No 21 tahun 2008 dijelaskan bahwa bank syariah dalam
melaksanakan kegiatannya harus menghindari MAGHRIB, yaitu Maysir, Gharar,
Riba, dan Bathil.
2. Paradigma Transaksi Syariah.
Dalam KDPPLKS dijelaskan bahwa dalam melaksanakan transaksi syariah,
hendaknya mempergunakan transaksi sebagai berikut:
a. Transaksi syariah berdasarkan pada paradigma dasar bahwa alam semesta
dicipta oleh Tuhan sebagai amanah dan sarana kebahagiaan hidup bagi
seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material
dan spiritual.
b. Paradigma dasar ini menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki
akuntabilitas dan nilai illahiah yang menempatkan perangkat syariah dan
akhlak sebagai parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas
usaha. Paradigma ini akan membentuk integritas yang membantu
terbentuknya karakter tata kelola yang baik (good governance) dan disiplin
pasar (market discipline) yang baik.
c. Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat
manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut
hubungan interaksi vertikal dengan Tuhan maupun interaksi horisontal
dengan sesama makhluk. Prinsip syariah yang berlaku umum dalam
kegiatan muamalah (transaksi syariah) mengikat secara hukum bagi semua
pelaku dan stakeholder entitas yang melakukan transaksi syariah. Akhlak
merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi
sesama makhluk agar hubungan tersebut menjadi saling menguntungkan,
sinergi dan harmonisasi.

3. Asas Transaksi Syariah.


Asas-asas transaksi syariah yang harus dipenuhi oleh bank Syariah dalam
menjalankan kegiatan usahanya adalah sebagai berikut:
a. Persaudaraan (ukhuwah)
b. Keadilan (‘adalah)
c. Kemashlahatan (mashlahah)
d. Keseimbangan (tawazun); dan
e. Universalisme (syumuliyah).

4. Karakteristik Transaksi Syariah.


Transaksi atau kegiatan usaha yang dilakukan bank syariah harus memenuhi
karakteristik syariah sebagai berikut:

1. Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas transaksi


syariah harus memenuhi karakteristik transaksi syariah sebagai berikut:
a) Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling
ridho;
b) Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan
baik (thayib);
c) Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan
sebagai komoditas;
d) Tidak mengandung unsur riba; kedzaliman; masyir; gharar; haram;
e) Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value is money) karena
keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha tekait dengan risiko yang
melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu bil
ghurmi (no gain without accompanying risk);
f) Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar
serta untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain sehingga
tidak diperkenankan menggunakan dua transaksi bersama yang
berkaitan (ta’alluq) dalam satu akad;
g) Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy),maupun
melalui rekayasa penawaran  (ihtikar); dan
h) Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah).

2.    Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersiifat komersial


dilakukan antara lain berupa: investasi untuk mendapatkan bagi hasil jual beli
barang untuk mendapatkan laba; dan atau pemberian layanan jasa untuk
mendapat imbalan.
3.    Transaksi syariah nonkomersial dilakukan antara lain berupa; pemberian dana
pinjaman atau talangan (qardh); penghimpunan dana penyaluran dana sosial
seperti zakat, infak, sedekah, wakaf dan hibah.

Sumber :
https://www.gustani.id/2013/02/karakteristik-bank-syariah.html
* Diambil dari Skripsi penulis yang berjudul Analisis Tingkat Pengungkapan
Kinerja Sosial Bank Syariah Berdasarkan Islamic Social Reporting Index
(Indeks ISR)

Anda mungkin juga menyukai