Anda di halaman 1dari 4

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS)

 
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLK Syariah)
merupakan pengaturan akuntansi yang memberikan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan atas transaksi syariah.
Berbeda dengan Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) pada SAK umum yang
mengacu kepada transaksi konvensional, KDPPLK Syariah memberikan konsep dasar
paradigma, asas transaksi syariah, dan karakteristik transaksi syariah.
 
[Sejarah KDPPLK Syariah]
KDPPLK ini pertama kali disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007 dan masih berlaku hingga saat ini.
Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-B/DPN/IAI/XI/2013 maka
seluruh produk akuntansi syariah yang sebelumnya dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan
kewenangannya kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.
 
[Paradigma Transaksi Syariah]
Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam semesta dicipta oleh
Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat
manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (al-falah).
Paradigma dasar ini menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki akuntabilitas dan
nilai illahiah yang menempatkan perangkat syariah dan akhlak sebagai parameter baik dan
buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha. Paradigma ini akan membentuk integritas yang
membantu terbentuknya karakter tata kelola yang baik (good governance) dan disiplin
pasar (market discipline) yang baik
Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat manusia yang
berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi vertikal dengan
Tuhan maupun interaksi horizontal dengan sesama makhluk. Prinsip syariah yang berlaku
umum dalam kegiatan muamalah (transaksi syariah) mengikat secara hukum bagi semua
pelaku dan stakeholder entitas yang melakukan transaksi syariah. Akhlak merupakan norma
dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesama makhluk agar hubungan
tersebut menjadi saling menguntungkan, sinergis dan harmonis.
 
 
[Asas Transaksi Syariah]
Berdasarkan KDPPLK Syariah, transaksi syariah berdasarkan pada prinsip:
a.  Persaudaraan (ukhuwah) esensinya merupakan nilai universal yang menata interaksi sosial
dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan secara umum dengan semangat
saling tolong menolong. Transaksi syariah menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam
memperoleh manfaat (sharing economics) sehingga seseorang tidak boleh mendapat
keuntungan di atas kerugian orang lain. Ukhuwah dalam transaksi syariah berdasarkan
prinsip saling mengenal (ta’aruf), saling memahami (tafahum), saling menolong (ta’awun),
saling menjamin (takaful), saling bersinergi dan beraliansi (tahaluf).
b.  Keadilan  (‘adalah) esensinya menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya dan
memberikan sesuatu hanya pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai posisinya.
Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip muamalah yang melarang
adanya unsur:
1) riba (unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya, baik riba nasiah maupun fadhl);
2) kezaliman (unsur yang merugikan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan);
3) maysir (unsur judi dan sikap spekulatif);
4) gharar (unsur ketidakjelasan); dan
5) haram (unsur haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas operasional yang
terkait).
c. Kemaslahatan (maslahah) esensinya merupakan segala bentuk kebaikan dan manfaat yang
berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta
individual dan kolektif.
d.  Keseimbangan (tawazun) esensinya meliputi keseimbangan aspek material dan spiritual,
aspek privat dan publik, sektor keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial, dan keseimbangan
aspek pemanfaatan dan pelestarian. Transaksi syariah tidak hanya menekankan pada
maksimalisasi keuntungan perusahaan semata untuk kepentingan pemilik (shareholder).
Sehingga manfaat yang didapatkan tidak hanya difokuskan pada pemegang saham, akan
tetapi pada semua pihak yang dapat merasakan manfaat adanya suatu kegiatan ekonomi.
e.  Universalisme (syumuliyah) esensinya dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua
pihak yang berkepentingan (stakeholder) tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan,
sesuai dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin).
 
 
[Karakteristik Transaksi Syariah]
Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigm dan asas transaksi syariah harus
memenuhi karakteristik dan persyaratan sebagai berikut:
1. transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha;
2. prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayib);
3. uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas;
4. tidak mengandung unsur riba;
5. tidak mengandung unsur kezaliman;
6. tidak mengandung unsur maysir;
7. tidak mengandung unsur gharar;
8. tidak mengandung unsur haram;
9. tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena
keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang melekat pada
kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al ghunmu bil ghurmi (no gain without
accompanying risk);
10. transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk
keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain sehingga tidak diperkenankan
menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak menggunakan dua transaksi
bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam satu akad;
11. tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui
rekayasa penawaran (ihtikar); dan
12. tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah).
 
 
[Tujuan dan Peranan]
Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan
keuangan bagi para penggunanya. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan
sebagai acuan bagi:
1. penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya;
2. penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah yang
belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah;
3. auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum; dan
4. para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah. Meliputi:
investor, pemilik dana qardh, pemilik dana syirkah temporer, pemilik dana titipan, pembayar
dan penerima ZIS &wakaf, pengawas syariah, karyawan, pemasok, pelanggan, pemerintah,
masyarakat
 
 
[Bentuk Laporan Keuangan]
1. Posisi Keuangan Entitas Syariah (dalam Neraca)
2. Informasi Kinerja Entitas Syariah (dalam Laporan Laba-Rugi)
3. Informasi perubahan posisi keuangan entitas syariah
4. Informasi lain
5. Catatan dan Skedul Tambahan
 
 
[Asumsi Dasar]
1. Dasar Akrual
Pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau
setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan
dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
2. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah
dan akan melanjutkan usahanya di masa depan.
 
 
[Karakteristik Kulaitatif Laporan Keuangan]
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai.Terdapat empat karateristik kualitatif pokok yaitu:
1. Dapat Dipahami
2. Relevan
3. Keandalan
4. Dapat dibandingkan
 
 
[Unsur-Unsur Laporan Keuangan]
Sesuai karakteristik maka laporan keuangan entitas syariah antara lain meliputi:
1. komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan
komersial:
2. laporan posisi keuangan;
3. laporan laba rugi;
4. laporan arus kas; dan
5. laporan perubahan ekuitas.
6. komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan
sosial:
7. laporan sumber dan penggunaan dana zakat; dan
8. laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.
9. komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung
jawab khusus entitas syariah tersebut.
 
 
[Pengukuran Unsur Laporan Keuangan]
1. Biaya Historis
2. Biaya Kini
3. Nilai Realisasi/penyelesaian
Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan entitas syariah dalam penyusunan laporan
keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya digabungkan dengan dasar pengukuran yang
lain. Misalnya, persediaan biasanya dinyatakan sebesarnilai terendah dari biaya historis atau
nilai realisasi bersih (lower of cost or net realizable value), atau akuntansi dana pensiun
menilai aset tertentu berdasarkan nilai wajar (fair value).

Anda mungkin juga menyukai