7
11. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui rekayasa
penawaran (ihtikar).
12. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap-menyuap (risywah).
Karakteristik tersebut dapat diterapkan pada transaksi bisnis yang bersifat komersial
maupun nonkomersial.
C. Asumsi Dasar
1. Dasar Akrual (accrual basic)
Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, maksudnya bahwa pengaruh transaksi dan
peistiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan
keuangan pada periode bersangkutan.
Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai
tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi
juga kewajiban pembayaran kas dimasa depan serta sumber daya yang merepsesentasikan
kas yang akan diterima di masa depan.
Namun, dalam penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha
menggunakan dasar kas. Hal ini disebabkan bahwa prinsip pembagian hasil usaha
berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto
(gross profit).
2. Kelangsungan Usaha (going consern)
Laporan keuangan biasannya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah
yang akan melanjutkan usahannya di masa depan. Oleh karana itu, entitas syariah
diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuiditas atau mgngurangi secara
meterial skala usahannya.Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan
mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus
diungkapkan.
Sedangkan menurut AAOIFI asumsi dasar akuntansi adalah :
1. Pengakuan Penghasilan (revenue)
2. Pengakuan biaya
3.Pengakuan laba dan rugi
4. Pengakuan laba dan rugi dari investasi terikat (bersyarat)
Sementara itu yang berkaitan dengan konsep pengukuran akuntansi, lembaga ini
menjelaskan sikap tantang Konsep Matching dan Atribut Pengukuran.
Atribut yang diukur seperti:
1. Nilai kas dan setara kas yang akan direalisasi dan dibayar
2. Penilaian kembali aktiva, kewajiban dan investasi terikat
3.Penerapan penilaian kembali aktiva, kewajiban dan investasi terikat
4.Alternatif pengukuran lainnya terhadap kas dan setara kas.
7
Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang
sama atau setara aset diperoleh sekarang.
Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yangtidak didiskontokan
(undiscounted) yang mungkin atas dipelukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation)
sekarang.
c. Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/settlement value)
Aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan
menjual aset dalam pelepasan normal (orderlydisposal).
Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian: yaitu, jumlah kas (atau setara kas) yang
tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam
pelaksanaan usaha normal. Dasar pengukuran ini walaupun dapat digunakan tetapi tidak
mudah untuk diterapkan dalam kondisi saat ini.Mengingat manajemen harus menjamin
informasi yang disajikan adalah andal serta dapat dibandingkan.
1. Posisi keuangan entitas syariah, disajikan sebagai neraca. Laporan ini menyajiakn
informasi tentang sumber daya yang dikendalikan.Likuiditas dan solvabilitas serta
kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Laporan ini berguna untuk
memprediksi kemampuan perusahaan dimasa yang akan datang
2. Informasi kinerja entitas syariah, yang dapat disusun berdasarkan definisi dana seperti
seluruh sumber daya keuangan, modal kerja aset likuid atau kas. Kerangka ini tidak
mendefinisikan dana secara spesifik. Akan tetapi, melaluii laporan ini dapat diketahui
aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan.
3. Informasi lain, seperti laporan penjelasa tentang pemenuhan fungsi sosial entitas
syariah. Merupakan informasi yang tidak diatur secara khusus tatapi relevan bagi
pengambilan keputusan sebagai besar pengguna laporan keuangan.
4. Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi tambahan yang
relevan termasuk pengungkapan tentang resiko dan ketidak pastian yang mempengeruhi
entitas, informasi tentang segmen industri dan geografi serta pengaruh perubahan harga
terhadap entitas juga dapat disajikan.
Unsur-unsur laporan keuangan bank syariah :
1. Laporan posisi keuangan( statement of financial position)
2. Laporan laba rugi (statement of income)
3. Laporan arus kas (statement of cashflows)
4. Laporan laba ditahan atau saldo laba (statement of retained earning)
AKUNTANSI SYARIAH – OFFERING M (KELOMPOK 13)
7
5. Laporan perubahan dana investasi terikat (statement of change in restricted investment)
6. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infaq, dan shadaqah (statement of source
and use of fund in zakat and charity fund)
7. Laporan sumber dan penggunaan dana qadhuk hasan (statement of source of fund in
qard fund)
Empat laporan pertamaa adalah unsur laporan keuangan yang sudah dikenal selama ini
secara konvensional, sedangkan tiga yang terakhir bersifat khas. Ketiga laporan yang
terakhir muncul akibat perbedaan peran dan fungsi bank syariah, dibandingkan bank
konvensional.
b. Perdebatan Para Pemikir Akuntansi Mengenai Akuntansi
a. Konsep unit akuntansi
Konsep ini diartikan bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yang terpisah
dan harus dibedakan dengan pemiliknya atau dengan perusahaan lain (Belkout, 2000).
Terdapat beberapa teori tentang kepemilikan di antaranya adalah sebagai berikut.
Proprietary Theory (Teori Pemilikan), dimana kepemilikan terhadap perusahaan tercermin
pada akun ekuitas sehingga persamaannya Aset-Kewajiban=Ekuitas atau Aktiva-
Kewajiban= Modal .
Entity Theory ( Teoti Kekayaan), dimana pemilik adalah hanya memiliki hak atas sebagian
dari kepemilikan perusahaan, karena pemilik adalah hanya salah satu yang berhak atas
perusahaan, sehingga persamaanya adalah Aset=Kewajiban+Ekuitas atau
Aktiva=Ekuitas(modal) .
Para ulama fikih baik klasik maupun kontemporer serta para pemilik akuntansi islam,
masih berbeda pandapat mengenai teori ini. Mereka yang mendukung diantarannya adalah
Adnan dan Gaffikin(1997), Abdul Rahman (Napier, 2007), Attiah (1989). Konsep tersebut
beralasan bahwa dalam islam ada juga konsep akuntansi yang harus terpisah daru unit
akuntansi seperti Wakaf, Baitul Mall, Zakat, dan pemerintahan. Dasar yang digunakan
oleh ulama fikih yang setuju dengan konsep ini adalah firma Allah dalam QS 4:29”.....
Kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu”.....
dan dalam hadis Nabi Muhammad SAW: orang mukmin itu (dalam urusan mereka)
menurut syarat yang telah mereka sepakati, kecuali satu syarat, yaitu, menghalalkan yang
haram dan mengharamkan yang halal.
Sedangkan mereka yang tidak setuju dengan konsep ini di antaranya: Gambling dan Karim
(1991), Khan (Napier, 2007) beralasan bahwa perusahaan adalah suatu bentuk entitas
hukum yang tidk dapat dipisahkan dengan pemiliknya terutama yang berkaitan dengan
utang. AAOIFI menerima konsep ini dengan dasar saling mempercayai dan masjid telah
menjadi contoh adanya konsep entitas unit akuntansi yang terpisah dalam masyarakat
islam.
7
berhubungan dengan konsep harga perolehan dan penilaian aset tetap.
Konsep ini juga banyak dikritisasi oleh pemikir akuntansi, termasuk pemikir akuntasi
islam. Mereka yang menolak konsep ini (adnan dan Gaffakin 1997) beralasan bahwa
semua makhluk adalah fana (tidak dapat hidup selamanya) dan hanya Allah yang akan
terus hidup selamanya.
Pendapat ini ditolak oleh mereka yang mendukung dengan mengatakan bahwa islam
sangat mendukng orang yang bekerja keras dan menabung untuk mengantisipasi hari
dimasa depan sebagai mana dalam QS 57:7 dan Al Hadis: “Allah menyayangi orang yang
mencari nafkah yang baik dan menafkahkan secara sederhana serta menabung sisanya
untuk persiapan pada hari ia membutuhkan dan pada hari fakirnya”. (HR. Bukhari)
c. Satuan mata Uang
Konsep ini memiliki dua konsekuensi. Pertama, akuntan hanya akan memperhitungkan
segalla sesuatu yang hanya dapat dinyatakan dengan mata uang serta mengabaikan
informasi yang tidak dapat disajikan dalam satuan mata uang. Kedua, mengabaikan
kenyataan bahwa daya beli mata uang tidak selamanya sama karena adanya inflasi.
Perubahan harga akan menimbulkan dua masalah dalam akuntansi yaitu masalah penilaian
dan masalah pengukuran.
Pemikir akuntasi dan ulama fikih berbeda pandapat tantang konsep ini, antara lain adalah
Ahmed (Napier, 2007) yang menyatakan bahwa penggunaan uang sebagai alat perhitungan
dalam lingkungan inflasi tinggi sangat dipertanyakan .penyebabnya adalah islam
memerintahkan untuk berbuat adil seperti tercantum dalam QS 6:152, QS 7:85, serta QS
4:29. Inflasi menurunkan nilai sesungguhnya dari pinjaman dengan Qard Hasan karena
pemberi pinjaman akan menerima nilai yang lebih kecil.
Untuk meminimalisir dampak inflasi, dapat dilakukan dengan penyesuaian atas indeks
atau koreksi harga. Masalahnya adalah indeks tersebut tidak diterima oleh (empat) Imam
Mazhab fikih. Sementara itu, penerapan nilai pengganti/replacement cost atau nilai
wajar/fair value juga tidak sederhana, sehingga masih dianggap bukanlah solusi yang
memadai, walaupun saat ini IFRS telah merekomendasikan penyajian aset tetap dengan
menggunakan nilai wajar (current/fair value). Berdasarkan hal tersebut, Attiah (1989)
mengusulkan penggunaan emas dan perak sebagai alat ukur karena kedua komoditas
tersebut memiliki nilai yang konsisten dan penentuan nisab zakat juga menggunakan
komoditas tersebut.
AAOFI menerima konsep ini berdasarkan hasil pertemuan The Islamic Academy di
Kuwait pada bulan Desember 1988 yang menyatakan bahwa utang seharusnya dinilai pada
jumlah uang tanpa melihat perubahan nilai uangnya. Pemikir akuntansi yang menerima
konsep ini, bersikap pragmatis karena belumada metode yang lebih baik lagi mengatasi
masalah ini.
c. Trobosan Pemikiran Akuntansi Islam
a. Neraca yang menggunakan Nilai saat ini (current value balance sheet), untuk mengatasi
kelemahan dari historical cost yang kurang cocok dengan pola perhitungan zakat yang
mengharuskan perhitungan kekayaan dengan nilai sekarang. Alasan lain, adalah dengan
menggunakan nilai sekarang akan mempermudah pengguna laporan keuangan untuk
mengambil keputusan karena nilai yang disajikan lebih relevan dibandingkan nilai
historical cost.
IFRS (International Financial Reporting Standard) juga telah merekomendasikan nilai saat
ini (current value) untuk aset yang disajikan dalam laporan keuangan, dan negara-negara
didunia sedang dalam proses untuk mengadopsi IFRS sebagai standar pelaporan dinegara
masing-masing.
Walaupun penggunaan current value lebih relevan, tetapi pihak yang kurang setuju atas
penerapan tersebut menganggaap penggunaan current value lebih besar nuansa judgement
khususnya untuk aset yang tidak memiliki pasar sekaligus akan ada tambahan biaya bagi
perusahaan dalam rangka melakukan appraisal atas aset yang mereka miliki agar dapat
disjikan dengan current value.
b. Laporan Nilai Tambah (value added statement) sebagai pengganti laporan laba atau
sebagai laporan tambbah atas neraca dan laporan laba rugi. Usulan ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa unsur terpenting didalam akuntansi syariah bukanlah kinerja
AKUNTANSI SYARIAH – OFFERING M (KELOMPOK 13)
7
operasional (laba bersih), tetapi kinerja dari sisi pandang para stakeholders dan nilai sosial
yang dapat didistribusikan secara adil kepada sekelompok yang terlibat dengan dengan
perusahaan dalam menghasilkan nilai tambah.
Konsep nilai tambah pada awalnya dikembangkan dalam akuntansi sosial dan lingkungan
(Mook, 2003), dan dianggap sebagai jawaban atas kelemahan akuntansi keuangan
konvensional sehingga diusulkan sebagai laporan tambahan.
Selanjutnya Baydoun dan Willet (1994,2000)mengusulkan bentuk laporan nilai tambah
syariah setelah melakukan rekonstruksi melalui telaah filosofis-teoritis akuntansi syariah.
Format Value Statedment yang diusulkan oleh Baydoun dan Willet (1994, 2000) adalah:
Dalam perkembangan selanjutya, syariah value added statement dianggap lebih sesuai
dengan aktivitas ekonomi islam yang adil dan beretika, serta sejalan dengan tujuan
akuntabilitas dari akuntansi syariah, khususnya pendapatan dan beben yang harus
ditanggung oleh pulik. Pemikir akuntansi islam juga melakukan perubahan atas format
value added statement dengan cara megeluarkann zakat yang awalnya dianggap bagian
dari charity dan menyajikan secara khusus setelah Gross Value Added. Hal ini sesuai
dengan makna zakat yang bukan hanya sekedar sumbangan tetapi juga memiliki nilai
pembersihan serta merupakan hal yang wajib bagi muslim. Seperti yang diusulkan oleh
Mulawarman et al (2006) adalah sebagai berikut
Source: xxx
- Revenues xxx
- Bought in items xxx
- Revaluation xxx
Gross Value Added Zakat:
- Tazkiah to 8 asnaf xxx
Net Value Added xxx
Distributions:
- Govemment xxx
- Employess xxx
- Owners xxx
- Infaq Shadaqah xxx
- Reinvested Fund xxx
- Profit Retained xxx
- Revaluation xxx
Sub Total Distributions xxx
Nama Kelompok :
1. Kiky Zulklifli
2. Hari Wuspita Wardani
AKUNTANSI SYARIAH – OFFERING M (KELOMPOK 13)
7
3. Satriyo Wicaksono
4. Ridho Abdi F