Pada awalnya bank syariah mempergunakan konsep dasar kas (cash basis) dalam
melakukan pencatatan pendapatan, sedangkan untuk membukukan beban yang
dikeluarkan mempergunakan konsep dasar akrual (accrual basis). Hal ini dilakukan
karena telah terjadi kepastian, bahwa pada saat membukukan pendapatan
mempergunakan konsep dasar kas, karena pendapatan telah benar-benar diterima.
Alasan yang mendasari teori tersebut adalah Al-Quran Surat Luqman ayat 34 yang
menyatakan: Dan tiada seorang mengetahui apa yang akan dikerjakan besok.
Adapun beban yang telah dikeluarkan menggunakan konsep dasar akrual karena
jelas beban tersebut telah dikeluarkan, sehingga beban tersebut sesuai dengan
manfaatnya.
Setelah PSAK Nomor 59 tentang Akuntansi Bank Syariah dikeluarkan, maka Asumsi
Dasar konsep akuntansi bank syariah tidak berbeda dengan asumsi dasar konsep
akuntansi keuangan secara umum, yaitu:
1) Dasar Akrual, yaitu pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat
kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan
dicatatdalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada
periode yang bersangkutan, dan
2) Kelangsungan Usaha, yaitu laporan keuangan biasanya disusun atas dasar
asumsi kelangsungan usaha perusahaan dan akan melanjutkan usahanya di masa
depan.
Empat laporan pertamaa adalah unsur laporan keuangan yang sudah dikenal
selama ini secara konvensional, sedangkan tiga yang terakhir bersifat khas. Ketiga
laporan yang terakhir muncul akibat perbedaan peran dan fungsi bank syariah,
dibandingkan bank konvensional