Anda di halaman 1dari 10

Buku 1 Rahmad Kurniawan, dkk, Akuntansi Ayariah: Pendekatan PSAK terbaru,

Yogyakarta, 2020
2. Struktur dan isi komponen laporan keuangan syariah
D. Komponen Laporan Keuangan Syariah berdasarkan PSAK 101
Penyajian laporan keuangan syariah diterapkan dalam penyajian laporan keuangan entitas
yang melaksanakan kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip syariah yang dituangkan dalam
anggaran dasarnya. Perlunya penyajian laporan keuangan syariah ini adalah agar dapat
dibandingkan baik dengan laporan keuangan entitas syariah periode sebelumnya maupun dengan
aporan keuangan entitas syariah lain. (h. 60)
PSAK 101 diterapkan dalam penyajian laporan keuangan entitas syariah untuk tujuan
umum yang disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Entitas syariah
yang dimaksud di PSAK 101 adalah entitas yang melaksanakan transaksi syariah sebagai
kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang dinyatakan dalam anggaran
dasarnya.
Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Laporan keuangan untuk tujuan
umum termasuk juka laporan keuangan yang disajikan terpisah atau yang disajikan dalam
dokumen publik lainnya seperti laporan keuangan konsolidasian.
PSAK 101 menggunakan beberapa terminologi yang cocok untuk entitas syariah yang
berperioritas profit dan non profit. Sehingga PSAK ini dapat diterapkan pada bank syaralı,
Organicsei Pengelola Zakat (OPZ) termasuk juga entitas sektor publik. PSAK ini juga memberi
keleluasan bagi entitas nirlaba syariah, entitas sektor publik, pemerintah, dan entitas syariah lain
yang akan menerapkan standar ini agar melakukan penyesuaian terhadap deskripsi beberapa pos
yang terdapat dalam laporan keuangan dan istilah laporan keuangan itu sendiri serta dapat pula
penyajian komponen-komponen tambahan dalam laporan keuangan. (h. 61)
Kerangka dasar ini berlaku untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan dalam
laporan keuangan entitas syariah maupun entitas konvensional baik sektor publik maupun sektor
swasta. Entitas syariah pelapor adalah entitas syariah yang laporan keuangan dihgunakan oleh
pemakai yang mengandalkan laporan keuangan tersebut sebagai sumber utama informasi
keuangan entitas syariah
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah
menetapkan dasar penyajian laporan keuangan bertujuan umum untuk entitas syariah Pernyataan
ini mengatur persyaratan penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan
persyaratan minimal isi laporan keuangan atas transaksi yariah PSAK 101 memberikan
penjelasan atas karakteristik umum pada laporan keuangan syariah, antara lain terkait
1. Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK
2. Dasar akrual,
3. Materialitas dan penggabungan
4. Saling hapus
5. Frekuensi pelaporan
6. Informasi komparatif, dan
7. Konsistensi Penyajian. (h. 62)
PSAK 101 juga memberikan penjabaran struktur dan isi pada laporan keuangan syariah,
mencakup:50
1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
Catatan atas Laporan Keuangan Selanjutnya Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari
komponen berikut ini:
1. Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode. Entitas syariah menyajikan aset
lancar terpisah dari aset tidak lancar dan kewajiban jangka pendek terpisah dari
kewajiban jangka panjang kecuali untuk industri tertentu yang diatur dalam Standar
Akuntansi Keuangan khusus. Aset lancar disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan
kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya. Entitas syariah harus
mengungkapkan informasi mengenai jumlah setiap aset yang akan diterima dan
kewajiban yang akan dibayarkan sebelum dan sesudah 12 (dua belas) bulan dari tanggal
neraca. (h. 63) Neraca entitas syariah disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan
berbagai posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca, minimal
mencakup pos-pos berikut:(a) kas dan setara kas; (b) aset keuangan; (c) piutang usaha
dan piutang lainnya; (d) persediaan; (e) investasi yang diperlakukan menggunakan
metode ekuitas; (f) aset tetap; (g) aset tak berwujud; (h) hutang usaha dan hutang lainnya;
(i) hutang pajak; (j) dana syirkah temporer; (k) hak minoritas; dan (1) modal saham dan
pos ekuitas lainnya.
2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode
Laporan Laba Rugi entitas syariah disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan
berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan
laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut:
1. pendapatan usaha,
2. bagi hasil untuk pemilik dana;
3. beban usaha,
4. laba atau rugi usaha;
5. pendapatan dan beban nonusaha;
6. laba atau rugi dari aktivitas normal;
7. beban pajak; dan
8. laba atau rugi bersih untuk periode berjalan (h. 64)
Menyajikan laporan laba rugi secara wajar dapat dilakukan dengan penambahan
pos-pos perubahan istilah-istilah yang dipakai serta perubahan urutan-urutan dari pos-pos
yang terdapat dalam laporan laba rugi.Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
melakukan penambahan dan perubahan tersebut meliputi materialitas, hakekat dan fungsi
dari berbagai komponen pendapatan dan beban.
Jika terdapat pendapatan non-halal maka pendapatan tersebut tidak boleh
disajikan di dalam laporan laba rugi entitas syariah maupun laba rugi konsolidasian
entitas konvensional yang mengkonsolidasikan entitas syariah.Informasi pendapatan non-
halal tersebut disajikan dalam laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode Entitas syariah harus menyajikan laporan
perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan: (h.
65)
Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan;
1. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang
berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait diakui secara langsung
dalam ekuitas,
2. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap
kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan terkait,
3. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik;
4. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya, dan
5. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing- masing jenis modal saham, agio dan
cadangan pada awal dan akhir mengungkapkan perubahan secara periode yang
terpisah setiap
Perubahan ekuitas entitas syariah menggambarkan peningkatan atau penurunan
aset bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran
tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan Laporan perubahan
ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham
seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan
kerugian yang berasal dari kegiatan entitas syariah selama periode yang bersangkutan. (h.
66)
4. Laporan arus kas selama periode Laporan arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang
telah ditetapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait.
5. Laporan sumber dan penggunaan zakat selama periode
Zakat adalah sebagian dari harta yang wajib dikeluarkan oleh wajib zakat
(muzakki) untuk diserahkan kepada penerima zakat (mustahiq). Pembayaran zakat
dilakukan apabila nisab dan haulnya terpenuhi dari harta yang memenuhi kriteria wajib
zakat. Unsur dasar Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat meliputi sumber dana,
penggunaan dana selama suatu jangka waktu, serta saldo dana zakat yang menunjukkan
dana zakat yang belum disalurkan pada tanggal tertentu.
Entitas syariah menyajikan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat sebagai
komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan: (h. 68)
a. Dana zakat berasal dari wajib zakat (muzakki):Zakat dari dalam entitas syariah; dan
Zakat dari pihak luar entitas syariah;
b. penggunaan dana zakat melalui lembaga amil zakat untuk:
1. Fakir,
2. Miskin,
3. Rigab
4. Orang yang terlilit hutang (gharim);
5. Muallaf
6. Fisabilillah;
7. Orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil); dan
8. Amil.
c. Kenaikan atau penurunan dana zakat,
d. Saldo awal dana zakat; dan
e. Saldo akhir dana zakat
6. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan selama periode
Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan meliputi sumber dan
penggunaan dana selama jangka waktu tertentu, serta saldo dana kebajikan yang
menunjukkan dana kebajikan yang belum disalurkan pada tanggal tertentu Entitas
menyajikan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan sebagai komponen utama
laporan keuangan, yang menunjukkan: (h. 68)
a. Sumber dana kebajikan berasal dari penerimaan:
1. Infak dan sedekah
2. Hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku,
3. Pengembalian dana kebajikan produktif;
4. Denda;
5. Pendapatan nonhalal.
b. Penggunaan dana kebajikan untuk:
1. dana kebajikan produktif;
2. sumbangan, dan
3. penggunaan umum. lainnya untuk kepentingan umum.
c. Kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan,
d. Saldo awal dana penggunaan dana kebajikan; dan
e. Saldo akhir dana penggunaan dana kebajikan
7. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kbijakan akuntansi penting dan informasi
penjelasan lain. (h. 69)
Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos
dalam Neraca, Laporan Laba Rugi dan Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas,
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Kebajikan, harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian
jumlah yang tertera dalam Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas dan Laporan
Perubahan Ekuitas, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, dan Laporan
Penggunaan Dana Kebajikan, serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan
komitmen
Catatan atas Laporan Keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai
berikut:
a. Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan
b. Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-pos
tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen laporan
keuangan,
c. Pengungkapan lain termasuk kontinjensi. komitmen dan pengungkapan keuangan
lainnya serta pengungkapan yang bersifat non-keuangan. (h. 70)
8. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas
syariah menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat
penyajian kembali pos laporan keuangan, atau ketika entitas syariah mereklasifikasi pos
dalam laporan keuangan. (h.71)

BUKU KE 2 yang di foto


Sarip Muslim, Akuntansi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik, Bandung: Pustaka Setia
2015
E. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (sub bab)
Sejalan dengan diberlakukannya ketentuan transparansi bagi perbankan syariah, dan
dalam upaya mendorong tersusunnya norma- norma keuangan syariah yang seragam dan
pengembangan produk yang selaras antara aspek syariah dan kehati-hatian, pada tahun laporan
telah dilakukan pembahasan bersama pihak terkait dalam Komite Akuntansi Syariah, yaitu Bank
Indonesia sebagai salah satu anggotanya bersama Ikatan Akuntan Indonesia dan pihak lainnya.
Komite Akuntansi Syariah bersama Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan
Indonesia tahun 2007 telah mengeluarkan pernyataan standar akuntansi keuangan untuk transaksi
kegiatan usaha dengan mempergunakan akuntansi berdasarkan kaidah syariah. Berikut ini daftar
standar akuntansi keuangan yang berlaku juga bagi perbankan syariah:
1. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah;
2. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah;
3. PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah;
4. PSAK 103 tentang Akuntansi Salam;
5. PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna;
6. PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah;
7. PSAK 106 tentang Akuntansi Musyarakah.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) sebagai lembaga yang berwenang dalam menetapkan
akuntansi keuangan dan audit bagi berbagai industri merupakan elemen penting dalam
pengembangan perbankan syariah di Indonesia. Hal ini dikarenakan perekonomian syariah tidak
dapat berjalan dan berkembang dengan baik tanpa adanya standar akuntasi keuangan yang baik.
(h. 61)
Standar akuntansi dan audit yang sesuai dengan prinsip syar sangat dibutuhkan untuk
mengakomodasi perbedaan esensi operasional syariah dan praktik perbankan yang telah ada.
Oleh seb itu, pada tanggal 25 Juni 2003 ditandatangani nota kesepaham antara Bank Indonesia
dan IAI dalam rangka kerja sama penyusun berbagai standar akuntansi dalam bidang perbankan
syariah, termas pelaksanaan kerja sama riset dan pelatihan pada bidang-bidang ya sesuai dengan
kompetensi IAI.
Sejak tahun 2001 telah dilakukan berbagai kerja sama penyusur standar dan pedoman
akuntasi untuk industri perbankan syaria termasuk penyelesaian panduan audit perbankan
syariah, re Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 59 tentang Akunta Perbankan Syariah
dan revisi Pedoman Akuntansi Perbankan Syari Indonesia (PAPSI).
Dengan semakin pesatnya perkembangan industri perbank syariah maka dinilai perlu
untuk menyempurnakan standar akunt yang ada. Pada tahun 2005, IAI telah menyusun draf
Pedoman Akunti Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI). Draf ini diharapkan dap ditetapkan
menjadi standar pada tahun 2007.
Penyusunan standar akuntansi keuangan syariah, dilakuk IAI dengan bekerja sama
dengan Bank Indonesia, DSN serta pela perbankan syariah dan dengan mempertimbangkan
standar ya dikeluarkan lembaga keuangan syariah internasional, yaitu AAOIFI. ini dimaksudkan
agar standar yang digunakan selaras dengan stand akuntansi keuangan syariah internasional.
Badan yang menerbitkan standar akuntansi Islam pada saat ini adalah the Accounting and
Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) yang didirikan pada tahun
1991 di Bahrain. Hingga saat ini, diterbitkan 56 standar akuntansi Islam dalam bidang akuntansi,
auditing, governance, dan etika. Anggota Technical Board AAOIFI berjumlah 20 orang, dengan
115 anggota yang mewakili 27 negara. Saat ini juga sedang disusun program Certified Islamic
Public Accountant (CIPA) yang akan segera disebarluaskan ke beberapa negara. (h. 62)

(Standar Akuntansi yang Telah Diterbitkan AAOIFI) sub bab baru


a. Accounting Financial Accounting Statements
 Objective of Financial Accounting of Islamic Banks and Financial Institutions
 Concepts of Financial Accounting for Islamic Banks and Financial Institutions (h. 63)
b. Financial Accounting Standards
 General Presentation and Disclosure in the Financial Statements of Islamic Banks and
Financial Institutions
 Murabaha and Murabaha to the Purchase Orderer
 Mudaraba Financing
 Musharaka Financing
 Disclosure of Bases for Profit Allocation between Owners and Investment Account
Holders and Their Equivalent
 Salam and Parallel Salam
 Ijarah and Ijarah Muntahia Bittamleek Istisna'a and Parallel Istisna'a
 Zakah
 Provisions and Reserves
 General Presentation and Disclosure in Financial Statements Islamic Insurance
Companies
 Disclosure of Bases for Determining and Allocating Surplus: (S Deficit in Islamic
Insurance Companies
 Investment Funds
 Provisions and Reserves in Islamic Insurance Companies
 Foreign Currency Transactions and Foreign Operations
 Investments
 Islamic Financial Services Offered by Conventional Financ
 Institutions
 Contributions in Islamic Insurance Companies (New) Deferred Payment Sale
 Disclosure on Transfer of Assets (New)
 Segment Reporting (New)
c. Auditing
 Objective and Principles of Auditing
 The Auditor's Report
 Terms of Audit Engagement
 Testing by an External Auditor for Compliance with Sharia and Principles by an External
Auditor
 The Auditor's Responsibility to Consider Fraud and Error in
 Audit to Financial Statements (New) (h.64)
d. Governance
 Shari'a Supervisory Board: Appointment, Composition and Report
 Shari'a Review
 Internal Shari'a Review
 Audit and Governance Committee for Islamic Financial Institutions
e. Ethics
 Code of Ethics for Accounting and Auditors of Islamic Financial Institutions
 Code of Ethics for the Employees of Islamic Financial Institutions

F. Kerangka Dasar Akuntansi Keuangan Syariah (sub bab baru)


1. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN).
2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 108 tentang Akuntansi Transaksi
Asuransi Syariah.
3. Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI).
4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 (2010) tentang Akuntansi Kontrak
Asuransi Kerugian dan No. 36 tentang Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa.

Fatwa DSN
 Fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Asuransi Syariah.
 Fatwa DSN No. 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah pada
Asuransi Syariah.
 Fatwa DSN No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah bil Ujrah pada Asuransi
Syariah dan Reasuransi Syariah. Fatwa DSN No. 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad
Tabarru pada Asuransi Syariah. Jakarta: DSN-MUI. (h. 65)

AAOIFI
 Financial Accounting Standard (FAS) No. 12: General Presentation and Disclosure in the
Financial Statements of Islamic Insurance Companies
 FAS No. 13: Disclosure of Bases for Determining and Allocating Surplus or Deficit in
Islamic Insurance Companies
 FAS No. 15: Provisions and Reserves in Islamic Insurance Companies
 FAS No. 19: Contributions in Islamic Insurance Companies (h. 66)

Anda mungkin juga menyukai