Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH (PSAK 101) DAN NON


SYARIAH (PSAK 1)
Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan Syariah
Dosen Pengampu : Fahri Ali Ahzar, S.E., M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Dwi Lestari (195221256)
2. Naiska Fitri Pradiva (195221265)
3. Muh Rivaldo Azriel Santoso (195221271)
4. Riski Arum Sukmawati (195221297)
5. Isti Khoirul Rochmah (195221305)
6. Diah Tri Wahyuni (195221309)

PRODI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
TAHUN 2021
A. Komponen Laporan Keuangan Entitas Non Syariah
Komponen laporan keuangan lengkap terdiri dari :
-Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
-Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode;
-Laporan perubahan ekuitas selama periode;
-Laporan arus kas selama periode;
-Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan
informasi penjelasan lain; informasi komparatif mengenai periode terdekat sebelumnya
sebagaimana ditentukan dalam paragraf 38 dan 38A; dan
-Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya ketika entitas menerapkan
suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos
laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya
sesuai dengan paragraf 40A-40D.
Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2015. Entitas menerapkan penyesuaian paragraf 128 dan secara prospektif untuk
periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2015.
B. Komponen Laporan Keuangan Entitas Syariah
Sesuai karakteristik maka laporan keuangan entitas syariah antara lain meliputi :
-Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial :
a. Laporan Posisi Keuangan
1) Aset
Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi dari aset
tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus
kas dan setara kas kepada entitas syariah. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu
yang produktif dan merupakan bagian dari aktivitas oprasional entitas syariah.
Mungkin pula berbentuk sesuatu yang dapat diubah menjadi kas atau setara kas atau
berbentuk kemampuan untuk mengurangi pengeluaran kas, seperti penurunan biaya
akibat penggunaan proses produksi alternatif.
2) Kewajiban
Karakteristik esensial kewajiban (liabilities) adalah bahwa entitas syariah mempunyai
kewajiban (obligation) masa kini. Kewajiban adalah suatu tugas atau tanggung jawab
untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban
dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau
peraturan perundangan. Ini biasanya memang demikian, misalnya, dengan disertai
jumlah yang terhutang dari barang dan jasa yang telah diterima. Namun, kewajiban
juga timbul dari praktek bisnis yang lazim, kebiasaan dan keinginan untuk memelihara
hubungan bisnis yang baik atau bertindak dengan cara yang adil. Kalau, misalnya,
sebagai suatu kebijakan, entitas syariah memutuskan untuk menarik kembali
produknya yang cacat meskipun masa garansi sebenarnya telah lewat, jumlah yang
diharapkan akan dibayarkan tersebut merupakan kewajiban.
3) Dana Syirkah Temporer
Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima oleh entitas syariah dimana entitas
syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana, baik sesuai
dengan kebijakan entitas syariah atau kebijakan pembatasan dari pemilik dana, dengan
keuntungan dibagikan sesuai dengan kesepakatan, sedangkan dalam hal dana syirkah
temporer berkurang disebabkan kerugian normal yang bukan akibat dari unsur
kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan, entitas syariah
tidak berkewajiban mengembalikan atau menutup kerugian atau kekurangan dana
tersebut. Contoh dari dana syirkah temporer adalah penerimaan dana dari investasi
mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, musyarakah, dan akun lain yang
sejenis.
4) Ekuitas
Ekuitas dapat disubklasifikasikan dalam neraca. Misalnya, dalam perseroan terbatas,
setoran modal oleh pemegang saham, saldo laba (retained earnings), penyisihan saldo
laba dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal masing-masing disajikan secara
terpisah. Klarifikasi semacam itu dapat menjadi relevan untuk kebutuhan pengambilan
keputusan pemakai laporan keuangan apabila pos tersebut mengindikasikan
pembatasan hukum atau pembatasan lainnya terhadap kemampuan entitas syariah
untuk membagikan atau menggunakan ekuitas. Klasifikasi tersebut juga dapat
merefleksikan fakta bahwa pihakpihak dengan hak kepemilikannya masing-masing
dalam entitas syariah mempunyai hak yang berbeda dalam hubungannya dengan
penerimaan dividen atau pembayaran kembali modal.
b. Laporan Laba Rugi
Komponen-komponen yang ada dalam laporan tentang kinerja tersebut yang meliputi
penghasilan, beban, hak pihak ketiga atas bagi hasil diatur secara rinci sebagai berikut :
1) Penghasilan
Definisi penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenues) maupun
keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas syariah
yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan
jasa (fees), bagi hasil, dividen, royalti dan sewa.
2) Beban
Definisi beban mencakupi baik kerugian maupun beban yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas entitas syariah yang biasa meliputi, misalnya, beban pokok
penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau
berkurangnya aset seperti kas (dan setara kas), persediaan dan aset tetap.
3) Hak
Pihak Ketiga atas Bagi Hasil Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer
adalah bagian bagi hasil pemilik dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi
bersama entitas dalam suatu periode laporan keuangan. Hak pihak ketiga atas bagi
hasil tidak bisa dikelompokkan sebagai beban (ketika untung) atau pendapatan (ketika
rugi). Namun, hak pihak ketiga atas bagi hasil merupakan alokasi keuntungan dan
kerugian kepada pemilik dana atas investasi yang dilakukan bersama dengan entitas
syariah.
c. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan terkait yaitu PSAK 2 tentang laporan arus kas. Laporan arus
kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas
operasi, investasi, dan pendanaan.
d. Laporan Perubahan Ekuitas
Perubahan ekuitas entitas syariah menggambarkan peningkatan atau penurunan aset bersih
atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang
dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Laporan perubahan ekuitas, kecuali
untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran
modal dan pembayaran deviden, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang
berasal dari kegiatan entitas syariah selama periode yang bersangkutan.
-Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial :
a. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
Zakat adalah sebagian dari harta yang wajib dikeluarkan oleh wajib zakat (muzakki) untuk
diserahkan kepada penerima zakat (mustahiq). Pembayaran zakat dilakukan apabila nisab
dan haulnya terpenuhi dari harta yang memenuhi kriteria wajib zakat. Unsur dasar
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat meliputi sumber dana, penggunaan dana
selama suatu jangka waktu, serta saldo dana zakat yang menunjukkan dana zakat yang
belum disalurkan pada tanggal tertentu. Dana zakat tidak diperkenankan untuk menutup
penyisihan kerugian aset produktif.
b. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan meliputi sumber dan
penggunaan dana selama jangka waktu tertentu, serta saldo dana kebajikan yang
menunjukkan dana kebajikan yang belum disalurkan pada tanggal tertentu.
-Komponen laporan keuangan lainnya mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab khusus entitas
syariah tersebut.
1. Bank Syariah
Adapun komponen laporan keuangan bank syariah yang lengkap diantaranya adalah :
a. Neraca
Lapaoran posisi keuangan (neraca) adalah laporan yang menunjukkan posisi sumber daya
yang dimiliki perusahaan serta informasi dari mana sumber daya tersebut diperoleh.
Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakai baik itu
internal maupun eksternal sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan.
Informasi yang terkandung di dalam laporan neraca dapat membantu para pemakai
(internal dan eksternal) dalam pengambilan keputusan yang benar dan tepat.

Bank syariah menyajikan laporan keuangan (neraca), dengan memperhatikan ketentuan


dalam PSAK terkait mencakup, tetapi tidak terbatas pada unsur-unsur berikut ini :
1) Aset
Suatu aset diklarifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut :
 diperkirakan akan di realisasikan atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam
jangka waktu siklus operasi normal entitas syariah,
 dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan
akan direalisir dalam jangka waktu (dua belas) bulan dari tanggal neraca, atau
 berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi. Aset yang tidak
termasuk kategori tersebut diatas diklarifikasikan sebagai aset tidak lancar.
Adapun yang termasuk dalam aset diantaranya: kas, penempatan pada bankIndonesia,
giro pada bank lain, efek-efek, piutang (piutang mudharabah, piutang salam, piutang
istishna, piutang pendapatan ijarah), pembiayaan (pembiayaan mudharabah,
pembiayaan musyarakah), persedian (aset yangdibeli untuk dijual kembali kepada
klien), tagihan dan kewajiban akseptasi, aset yang diperoleh untuk ijarah, aset istishna
dalam penyelesaian, penyertaan, aset tetap dan akumulasi penyusutan, dan aset lain.
2) Kewajiban
Suatu kewajiban diklarifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika;
 diperkirakan akan di selesaikan dalam jangka waktu silus normal operasi entitas
syariah, atau
 jatuh tempo dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan tanggal Neraca. Semua
kewajiban lainnya harus diklarifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.
Yang termasuk dari jenis-jenis kewajiban diantaranya : kewajiban segera, bagi hasil
yang belum dibagikan simpanan (giro wadiah, tabungan wadiah), simpanan bank lain
(giro wadiah, tabungan wadiah), utang (utang salam, utang istishna), kewajiban pada
bank lain, pembiayaan yang diterima, utang pajak, estimasi kerugian dan komitmen
kontijensi, pinjaman yang diterima, kewajiban yang diterima, dan pinjaman
subordinasi.
3) Dana Syirkah Temporer
 syirkah temporer dari bukan bank : tabungan mudharabah, deposito mudharabah,
 syirkah temporer dari bank : tabungan mudharabah, deposito mudharabah.
4) Ekuitas
Modal disetor, tambahan modal disetor dan, saldo laba (rugi).

b. Laporan Laba Rugi


Merupakan laporan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
selama suatu periode akuntansi. Untuk mengetahui laba yang diperoleh perusahaan dalam
suatu periode, kita dapat menghitungnya dengan cara mengurangkan beban yang
dikeluarkan perusahaan dalam satu periode dan pendapatan yang diperoleh dalam periode
yang sama.

Komponen laporan laba rugi syariah disusun dengan mengacu pada PSAK untuk pos-
pos umum. Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait, bank Syariah
menyajikan laporan laba rugi yang mencakup, tetapi tidak terbatas, pada pos-pos berikut :
1) Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib :
 pendapatan dari jual beli : pendapatan margin murabahah, pendapatan neto salam
parallel, pendapatan neto istisna’ parallel.
 pendapatan dari sewa : pendapatan neto ijarah.
 pendapatan dari bagi hasil : pendapatan bagi hasil mudharabah, pendapatan bagi
hasil musyarakah.
 pendapatan usaha utama lainnya.
2) Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer
3) Pendapatan usaha lainnya :
 pendapatan imbalan (free) jasa perbankan.
 pendapatan imabalan investasi terikat.
4) Beban usaha.
5) Laba atau rugi usaha.
6) Pendapatan non- usaha.
7) Beban non-usaha.
8) Beban pajak.
9) Laba atau rugi neto.
c. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah suatu laporan tentang aktivitas penerimaan
dan pengeluaran kas perusahaan selama suatau periode tertentu, beserta penjelasan tentang
sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran kas tersebut. Kas adalah alat pembayaran
yang dimiliki perusahaan dan siap digunakan untuk investasi maupun menjalankan operasi
perusahaan setiap saat dibutuhkan. Karena itu kas mencakup semua alat pembayaran yang
dimilki perusahaan yang disimpan diperusaahan. Tujuan menyajikan arus kas adalah
memeberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara
kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Secara umum laporan arus kas akan
membantu para investor, kreditor dan pemakai lainnya untuk :
1) Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas bersih masa depan.
2) Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya dan kebutuhan untuk
pendanaan internal.
3) Menilai alasan perbedaan antara laba bersih dan dikaitkan dengan penerimaan dan
pengeluaran kas.
4) Menilai pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi keuangan
lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama waktu periode tertentu.
Bank syariah dalam menyajikan laporan arus kas dengan harus mengacu kepada PSAK
terkait yaitu PSAK No. 2 tentang penyajian laporan arus kas. Laporan arus kas ini sangat
berguna dalam mengambil keputusan terutama dalam menilai bagaimana perusahaan
mengelola dana keuangan dan juga berguna untuk menganalisis laporan keuangan.

d. Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan perubahan modal atau ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan
ekuintas selama suatu periode akuntansi atau satu tahun. Tujuan dari penyusunan laporan
ekuitas ini adalah untuk mengetahui ekuitas terakhir periode pada akuntansi tertentu yang
merupakan klaim pemilik atas penyertaan modalnya dalam perusaahaan. Bagi bank
syariah menyajikan laporan perubahan ekuitas dengan mengacu ke PSAK terkait.

Entitas syariah harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponenutama


laporan keuangan,yang menunjukkan :
1) Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan.
2) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya
yang berdasarkan pernyataan standart akuntansi keuangan terkait diakui secara
langsung dalam ekuitas.
3) Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap
kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam pernyataan standart akuntansi
keuangan terkait.
4) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik.
5) Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya; dan.
6) Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham,agio dan
cadangan pada awal dan akhir periode yang menugkapkan secara terpisah
setiap perubahan.

Perubahan ekuitas entitas syariah menggambarkan peningkatan atau penurunanased bersih


atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukurantertentu yang
dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.

e. Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat


Laporan perubahan dana investasi terkait memisahkan dana investasi terikat berdasarkan
sumber dana dan memisahkan investasi berdasarkan jenisnya. Bank syariah menyajikan
laporan perubahan dana investasi terikat sebagai komponen utama laporan keuangan, yang
menunjukkan :
1) Saldo awal dana investasi terikat.
2) Jumlah unit penyertaan investasi pada setiap jenis investasi dan nilai perunit penyataan
pada awal periode.
3) Dana investasi yang di terima dan unit penyertaan investasi yang diterbitkan bank
syariah selama periode laporan.
4) Penarikan atau pembelian kembali unit penyertaan investasi selama periode laporan.
5) Keuntungan atau kerugian dana investasi terkait.
6) Imbalan bank syariah sebagai agen investasi.
7) Beban administrasi dan beban tidak langsung lainya yang dialoksikan oleh bank
syariah ke dana investasi terikat.
8) Saldo akhir dana investasi terikat; dan
9) Jumlah unit penyertaan investasi pada setiap jenis investasi dan nilai perunit
penyertaan pada akhir periode.

Investasi terikat adalah investasi yang bersumber dari pemilik dana investasi terikat dan
sejenisnya yang di kelola oleh bank syariah sebagai agen investasi. Investasi terikat bukan
merupakan aset maupun kewajuban karena bank syariah tidak mempunyai hak untuk
menggunakan atau mengeluarkan investasi tersebut, serta bank syariah tidak memiliki
kewajiban mengembalikan atau menanggung resiko investasi.

Dana yang diserahkan oleh pemilik investasi terikat dan sejenisnya adalah dana yang
terikat bukan merupakan aset maupun kewajuban karena bank syariah tidak mempunyaihk
untuk menggunakan atau mengeluarkan investasi tersebut, serta bank syariah
tidakmemiliki kewajuban mengembalikan atau menanggung resiko investasi.Dana yang
diserahkan oleh pemilik investasi terikat dan sejenisnya adalah danayang di terima bank
syariah sebagai agen investasi.

Dana yang ditarik oleh pemilik danainvestasi terikat adalah dana yang diambil atau
dipindahkan sesuai dengan permintaan pemilik dana.Keuntungan atau kerugian investasi
terikat adalah jumlah kenaikan atau penurunan neto nilai investasi terikat,selain kenaikan
yang berasal dari penyetoran atau penurunan yang berasal dari penarikan.Dalam hal bank
syariah bertindak sebagai agen investasi,imbalan yang diterimaadalah sebesar jumlah yang
disepakati tanpa memperhatikan hasil investasi. Catatan ataslaporan perubahan dana
investasi terikat harus mengungkapkan:
1) Sifat hubungan antara entitas syariah dan pemilik dana investasi terikat.
2) Hak dan kewajiban terkait dengan setiap jenis dana investasi terikatatau unit
investasiselain kenaikan yang berasal dari penyetoran atau penurunan yang berasal
dari penarikan. Dalam hal bank syariah bertindak sebagai agen investasi, imbalan yang
diterima adalah sebesar jumlah yang disepakati tanpa memperhatikan hasil investasi.

f. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana ZIS


Zakat sebagian dari harta yang wajib dikeluarkan oleh wajib zakat (muzakki) untuk
diserahkan kepada penerima zakat (mustakhiq). Pembayaran zakat dilakukan apabila nisab
dan haulnya terpenuhi dari harta yang memenuhi kriteria wajib zakat. Entitas syariah
menyajikan laporan sumber dan penggunaan dana zakat sebagai komponen utama laporan
keuangan yang menunjukkan :
1) Dana zakat berasal dari wajib zakat atau (muzakki) : zakat dari dalam entitas syariah
dan zakat dari pihak luar entitas syariah.
2) Penggunaan dana zakat melalui lembaga amil zakat untuk: fakir, miskin, riqab,
gharim, mualaf, fiissabilillah, orang yang dalam perjalanan ibnu sabil dan amil.
3) Kenaikan atau penurunan dan zakat.
4) Saldo awal dana zakat.
5) Saldo akhir dana zakat.

Entitas syariah harus mengungkapkan dalam catatan atas laporan sumber


dan penggunaan dana zakat , tetapi tidak terbatas pada :
1) sumber dana zakat yang berasal dari internal entitas syariah,
2) sumber dana zakat yang berasal dari eksternal entitas syariah,
3) kebijakan penyaluran zakat terhadap masing-masing asnaf,
4) proporsi dana yang disalurkan untuk masing-masing penerima zakat di klarifikasikan
atas pihak terkait, sesuai dengan yang diatur dalam PSAK 7: pengungkapan pihak-
pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dan pihak ketiga.
g. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Entitas menyajikan sumber dan penggunaan dana kebajikan sebagai komponen utama
laporan keuangan, yang menunjukkan :
1) Sumber dana kebajikkan berasal dari penerimaan :
 Ifak.
 Sedekah.
 Hasil pengeelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
 Pengembalian dana kebajikan produktif.
 Denda.
 Pendapatan non halal.
2) Penggunaan dana kebajikan untuk :
 Dana kebajikan produktif.
 Sumbangan.
 Penggunaan lainnya untuk kepentingan umum.
3) Kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan.
4) Saldo awal dana penggunaan dana kebajikan.
5) Saldo akhir dana penggunaan dana kebajikan.

Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan meliputi sumber
dan penggunaan dana selama jangka waktu tertentu, serta saldo dana kebajikan yang
menunjukkan dana kebajikan yang belum disalurkan pada tanggal tertentu. Penerimaan
dana kebajikan oleh entitas syariah diakui sebagai kewajiban paling liquid dan diakui
sebagai penguran kewajiban ketika disalurkan. Penerimaan non halal adalah semua
penerimaan dari kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah atara lain penerimaan
jasa giro atau bunga yang berasal dari bank umum konvensional. Penerimaan non halal
pada umumnya terjadi dalam kondisi darurat atau kondisi yang tidak diinginkan
oleh entitas syariah karena secara prinsip dilarang.
h. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan (PSAK 101 paragraf 8) mengungkapkan :
1) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang
dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.
2) Informasi yang diwajibkan dalam pernyataan standar akuntansi keuangan tetapi tidak
disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas,
laporan sumber dan penggunaan dana zakat dan laporan penggunaan dana kebajikan.
3) Informasi tambahan yng tidak di sajikan dalam lapaoran keuangan tetapi diperlukan
dalam rangka penyajian secara wajar.

2. Asuransi Syariah
a. Definisi
Asuransi syariah adalah sebuah sistem asuransi yang mana peserta saling menanggung
risiko dengan menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi melalui dana tabarru’. Hal
ini sering diistilahkan dengan sharing of risk. Dana tersebut akan digunakan untuk
membayar klaim jika suatu saat peserta mengalami musibah. Dalam penerapannya,
perusahaan bertindak sebagai pemegang amanah dalam mengelola dan menginvestasikan
dana dari kontribusi peserta. Artinya, perusahaan hanya bertindak dalam koridor
operasional dan bukan sebagai penanggung.
b. Tujuan
Asuransi syariah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan perjuangan umat
dengan mengemban misi aqidah, misi ibadah, misi iqtishodi, dan misi keumatan. Jadi
tujuan utamanya bukan mendapatkan laba besar seperti asuransi konvensional.
c. Hukum
 Al-Qur’an dan Menurut Hadits
Dalam Al Quran dan Hadits, hukum asuransi berbasis syariah dan penerapannya
terdapat dalam beberapa ayat, yaitu:
- Al Maidah 2: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
- An Nisaa 9: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir
terhadap mereka.”
- HR Muslim dari Abu Hurairah: “Barang siapa melepaskan dari seorang muslim
suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari
kiamat.”
 Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Awalnya, hukum asuransi konvensional bertentangan dengan syariat Islam. Hal ini
membuat Majelis Ulama Indonesia pada 2001 mengeluarkan fatwa yang menyatakan
bahwa asuransi berbasis syariah diperbolehkan dalam ajaran Islam. Adapun fatwa
MUI yang menegaskan kehalalan asuransi syariah dalam bentuk PDF antara lain:
- Fatwa No 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.
- Fatwa No 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah pada
Asuransi Syariah.
- Fatwa No 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil Ujrah pada Asuransi
Syariah dan Reasuransi Syariah.
- Fatwa No 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru pada Asuransi Syariah.
d. Konsep
Ada beberapa hal yang mendasari konsep asuransi berbasis syar’i yaitu unsur tolong
menolong dengan dana Tabarru’ yang memungkinkan dana tersebut dipinjamkan kepada
peserta tanpa adanya unsur paksaan. Selain itu dana yang disetorkan oleh peserta tidak
akan hangus jika masa tangguhan habis dan akan dikembalikan. Semua prosedur asuransi
dilandasi oleh akad yang sesuai dengan syariat Islam.
e. Akad
Semua perusahaan asuransi syariah di Indonesia melakukan prosedur asuransi dengan
landasan akad sesuai dengan syariat Islam. Adapun beberapa akad yang sering digunakan
dalam asuransi berbasis syariah antara lain:
1) Akad Tabarru’
Akad yang dimaksud adalah setiap peserta akan memberikan hibah berupa premi
melalui dana tabarru’ yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena
musibah. Dalam hal ini perusahaan asuransi berbasis syariah berfungsi sebagai
pengelola dana hibah tersebut.
2) Akad Ijarah
Akad yang dimaksud adalah akan antara peserta dengan perusahaan dengan tujuan
komersial.
3) Akad Wakalah bil Ujrah
Akad yang dimaksud adalah peserta menyerahkan pengelolaan uang kepada
perusahaan asuransi untuk mengelola dana investasi yang nantinya perusahaan akan
mendapatkan imbalan berupa upah.
4) Akad Mudharabah
Akad yang dimaksud adalah memberikan kuasa kepada perusahaan sebagai mudharib
untuk mengelola investasi dengan imbalan berupa hasil (nisbah) sesuai dengan
kesepakatan.
f. Jenis
Jenis-jenis asuransi syariah sebagai berikut:
1) Takaful Individu
Takaful Individu adalah produk yang memberikan perlindungan dan perencanaan yang
bersifat pribadi. Jenis ini pun dibagi lagi menjadi beberapa pilihan yaitu:
- Takaful Dana Investasi Syariah: produk ini menjamin dan memberikan
perlindungan hari tua atau menjadi jaminan dana bagi ahli waris jika nasabah
meninggal dunia lebih awal; produk ini juga mencakup perlindungan untuk
keluarga.
- Takaful Dana Haji: produk ini memberikan perlindungan dana perorangan yang
berencana untuk menunaikan ibadah haji.
- Takaful Dana Siswa: produk ini menjamin dana pendidikan mulai dari sekolah
dasar hingga sarjana.
- Takaful Dana Jabatan: produk ini menjamin santunan bagi ahli waris dari nasabah
yang menduduki jabatan penting jika nasabah meninggal dunia lebih awal.
2) Takaful Kelompok
Takaful Kelompok adalah produk yang memberikan perlindungan dan perencanaan
yang bersifat kelompok dalam perusahaan. Jenis ini pun dibagi lagi menjadi beberapa
pilihan yaitu:
- Takaful al-Khairat dan Tabungan Haji: memberi perlindungan bagi karyawan
yang ingin menunaikan ibadah haji dengan pendanaan melalui iuran bersama
dengan keberangkatan bergilir.
- Takaful Kecelakaan Siswa: proteksi pelajar dari risiko kecelakaan berakibat cacat
bahkan meninggal dunia.
- Takaful Wisata dan Perjalanan: proteksi peserta wisata dari risiko kecelakaan
yang mengakibatkan cacat atau meninggal dunia.
- Takaful Kecelakaan Group: proteksi santunan karyawan dalam perusahaan atau
organisasi.
- Takaful Pembiayaan: proteksi pelunasan hutang bagi nasabah yang meninggal
dunia dalam masa perjanjian.
3) Takaful Umum
Takaful Umum adalah asuransi berbasis syariah yang memberikan perlindungan dan
perencanaan yang bersifat umum. Jenis ini pun dibagi lagi menjadi beberapa yaitu:
- Takaful Kebakaran: perlindungan dari kerugian yang disebabkan api.
- Takaful Kendaraan Bermotor: perlindungan terhadap kerugian pada kendaraan
bermotor.
- Takaful Rekayasa: pelindungan terhadap kerugian pada pekerjaan pembangunan.
-Takaful Pengangkutan: pelindungan kerugian pada semua barang setelah diangkut
melalui darat, laut, maupun udara.
- Takaful Rangka Kapal: perlindungan pada kerusakan mesin kapal dan rangka
kapal yang disebabkan oleh kecelakaan atau musibah.
g. Contoh Produk
1) Manulife Syariah.
2) BNI Life Syariah.
3) PRU Syariah.
4) FWD Life.
5) Sunlife.
6) Simas Syariah.
7) Panin Syariah.

3. Koperasi Syariah
a. Definisi
Koperasi syariah secara teknis bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip kegiatan, tujuan
dan kegiatan usahanya berdasarkan pada syariah islam yaitu Al-quran dan Assunah.
Pengertian umum dari koperasi syariah adalah badan usaha koperasi yang menjalankan
usahanya dengan prinsi-prinsip syariah.Apabila koperasi memiliki unit usaha produktif
simpan pinjam, maka seluruh produk dan operasionalnya harus dilaksanakan dengan
mengacu kepada fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut,maka koperasi syariah tidak diperkenankan berusaha dalam
bidang-bidang yang didalamnya terdapat unsur-unsur riba, maysir, dan gharar.

Sebagian Ulama menyebut Koperasi dengan Syirkah Ta’awuniyah (Persekutuan tolong-


menolong), yaitu suatu perjanjian kerja sama antara dua orang atau lebih, yang satu pihak
menyediakan modal usaha sedangkan pihak lain melakukan usaha atas dasar profit
sharring (membagi untung) menurut perjanjian. Maka dalam koperasi ini terdapat unsur
Mudharabah karena satu pihak memiliki modal dan pihak lain melakukan usaha atas
modal tersebut.
b. Tujuan
Tujuan dari koperasi syariah antara lain:
1) Mensejahterakan ekonomi anggotanya sesuai norma dan moral islam: “Hai sekalian
manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti langkahlangkah syetan,karena sesungguhnya syetan itu musuh nyata
bagimu”.(Q.S Al baqarah:168).
2) Menciptakan persaudaraan dan keadilan sesama anggota: “Hai manusia, sesungguhnya
kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki serta seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha
mengenal”. (Q.S Al Hujarat: 13).
c. Fungsi
Fungsi dari koperasi syariah :
1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya,
dan masyarakat pada umumnya, guna meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya.
2) Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih amanah,
professional (fathonah), konsisten, dan konsekuen (istiqomah) di dalam menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi islam dan prinsip-prinsip syariah islam;
3) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
4) Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan dana, sehingga tercapai
optimalisasi pemanfaatan harta.
5) Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu bekerjasama melakukan
kontrol terhadap koperasi secara efektif.
6) Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja.
7) Menumbuhkan-kembangkan usaha-usaha produktif anggota.
d. Landasan
1) Berlandaskan pancasila dan UUD 1945.
2) Berazazkan kekeluargaan
3) Berlandaskan syariah Islam yaitu Al-quran dan Assunah dengan saling tolong
menolong dan menguatkan. Contoh ayat Al-quran sebagai berikut: (Q.S. An-nisa 29) َ‫ه‬
ِ ‫يَا ا ُّ ي أ ِذي َن َ َّ َم ال نُوا آ ال وا ُ ُكل ْ ْ َموا َل ُ ْكم تَأ َ بَا ِط ِل ْبَينَ ُ ْكم أ ْ ِ ب ال ِال إ ْن َ َر‬
‫و‬LL‫ت َجا َع ْن ا ض َر أ تَ ُك‬
‫ )ب ِحي ما‬٢٩) ‫َن ة َو ِم ال ْن ُ ْكم تَ ُوا تُل َس ُ ْكم تَ ْق ْنفُ أ َّن َ ِ إ ُ ْكم َّّلال َكا َن َ ِ َر‬
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka
samasuka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu.”
4) Berdasarkan Fatwa DSN-MUI/VII/2012 Tentang penerapan prinsip Syariah, bahwa
LKS (Lembaga Keuangan Syariah) yang menyalurkan dana harus memastikan bahwa
akad yang digunakan dalam penyaluran dana tersebut harus berbasis Syariah dan tidak
boleh berbasis ribawi.
e. Prinsip
1) Meyakini bahwa kekayaan adalah amanah Allah yang tidak dapat dumiliki siapa pun
secara mutlak.
2) Kebebasan muamalah diberikan kepada manusia sepanjang masih bersesuaian dengan
syariah islam.
3) Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur bumi.
4) Menjunjung tinggi keadilan dan menolak semua bentuk ribawi dan pemusatan sumber
daya ekonomi pada segelintir orang.
f. Produk-Produk
Macam jenis produk penghimpunan dana dan penyaluran dana oleh lembaga keuangan
syariah sebagai berikut:
1) Produk Penghimpunan Dana (funding).
2) Produk Penyaluran Dana (financing).
3) Pelayanan Jasa (Services).
4. Lembaga Amil
a. Definisi
Badan Amil Zakat Nasional adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara
nasional. BAZNAS merupakan Lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri
dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama. BAZNAS berkedudukan
di ibu kota negara.
b. Gambaran Umum
Pengelolaan zakat di Indonesia sebelum tahun 90-an memiliki beberapa ciri khas, seperti
diberikan langsung oleh muzakki. Jika melalui amil zakat hanya terbatas pada zakat fitrah
dan zakat yang diberikan pada umumnya hanya bersifat konsumtif untuk keperluan sesaat.
Jenis zakat hanya terbatas pada harta-harta yang secara eksplisit dikemukakan secara rinci
dalam Al-Qur’an maupun Hadits Nabi.

Dalam pemberdayaannya, zakat tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang
bersifat konsumtif, tetapi juga untuk sesuatu yang bersifat produktif. Dengan pemanfaatan
zakat untuk kegiatan yang produktif akan memberikan income (pemasukan) bagi para
penerima zakat dalam kelangsungan hidupnya. Para penerima zakat akan terbantu untuk
mendapatkan lapangan pekerjaan yang akan meningkatkan kesejahteraan bagi dirinya dan
keluarganya dan selanjutnya berdampak bagi kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

Oleh karena itu, apabila zakat dikelola dengan baik, maka zakat akan dapat dipergunakan
sebagai sumber dana yang potensial yang berasal dari masyarakat sendiri dan dapat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Pengelola zakat ini akan
optimal apabila dapat dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah, masyarakat dan
lembaga pengelola zakat.

Dalam lima belas tahun terakhir ini, perkembangan pengelola zakat di Indonesia sangat
menggembirakan. Jika sebelum tahun 1990-an pengelola zakat masih bersifat terbatas,
tradisional dan individu, namun kemudian pengelolaan zakat memasuki era baru. Unsur-
unsur profesionalisme dan manajemen modern mulai diterapkan. Salah satu indikatornya
adalah bermunculannya badan-badan dan lembaga-lembaga amil zakat baru yang
menggunakan pendekatan-pendekatan baru yang berbeda dengan yang sebelumnya.

Pada akhir dekade 1990-an tepatnya pada tahun 1999, pengelolaan zakat mulai memasuki
level Negara, setelah sebelumnya hanya berkuat pada tataran masyarakat. Hal tersebut
ditandai dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelola
zakat. Undang-Undang inilah yang menjadi landasan legal formal pelaksanaan zakat di
Indonesia. Kemudian dikeluarkan lagi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat.

Dalam upaya pengumpulan zakat, pemerintah telah mengukuhkan Badan Amil Zakat
(BAZ), yaitu lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah, yang personalia
pengurusannya terdiri atas ulama, cendikiawan, profesional, tokoh masyarakat, dan unsur
pemerintah. Lembaga Amil Zakat (LAZ), yaitu lembaga pengelola zakat yang dibentuk
oleh masyarakat, yang pengukuhannya dilakukan oleh pemerintah bila telah memenuhi
persyaratan tertentu. Lembaga- lembaga ini ditugaskan sebagai lembaga yang mengelola,
mengumpulkan, menyalurkan, dan pemberdayaan para penerima zakat dari dana zakat.
Peran pemerintah tidak mungkin dapat diandalkan sepenuhnya dalam mewujudkan
kesejahteraan, karena itulah peran dari lembaga-lembaga tersebut.

Khusus di Jakarta, pada tahun 2001 sudah ada beberapa Organisasi Pengelola Zakat (OPZ)
yang sudah dikukuhkan oleh pemerintah yaitu: Dompet Dhuafa, Republika, Yayasan
Amanah, Tafakkul, Rumah Zakat Indonesia, Pos Keadilan Peduli Ummah, Lazis
Muhammadiyah, Baitulmaal Muamalat, Hidayatullah, Persatuan Islam, dan Bamuis BNI.
Disamping Lembaga Amil Zakat (LAZ) tersebut, pemerintah juga membentuk suatu
Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) pemerintah di Jakarta, yaitu: Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS). Dengan berdirinya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai
lembaga pengelola zakat tingkat nasional yang dinisbahkan dapat melakukan peran
koordinatif diantara lembaga pengelola zakat dan diharapkan bisa terbangun sebuah sistem
zakat nasional yang baku, yang bisa diaplikasikan oleh semua pengelola zakat.
Pada Oktober 2006 sudah berdiri satu Badan Amil Zakat Tingkat Nasional (BAZNAS), 32
Badan Amil Zakat tingkat provinsi dan tidak kurang dari 330 Badan Amil Zakat
Kabupaten/Kota, sedangkan Lembaga Amil Zakat yang sudah dikukuhkan berjumlah 18
Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS).
c. Fungsi
Amil (bahasa Arab: ‫ )عامل‬dalam zakat adalah semua pihak yang bertindak mengerjakan
yang berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan, penjagaan, pencatatan, dan
penyaluran atau distribusi harta zakat.
d. Tujuan
1) Terwujudnya Baznas Kabupaten Kulon Progo yang profesional, efektif, efisiensi serta
terpercaya.
2) Meningkatkan kualitas manajemen pengelolaan zakat, infaq, dan dana keagamaan
sosial lainnya.
3) Memudahkan pelayanan bagi muzaki, munfiq dan mustahik.
4) Menyediakan sarana prasarana yang memadai.
5) Mengintensifikasi dan mengekstensifikasi penghimpunan dan pendayagunaan zakat,
Infaq, dan dana keagamaan sosial lainnya.
e. Sasaran
1) Muzaki adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan
zakat.
2) Mustahik adalah orang yang berhak menerima zakat.
3) Amil adalah sumberdaya manusia yang mengelola zakat.
4) Organisasi pengelola zakat (OPZ).
5) Unit Pengumpul Zakat (UPZ).

C. Unsur Laporan Keuangan


Sesuai dengan karakteristik transaksi syariah, menurut KDPPLKS, laporan keuangan syariah
teridir dari 7 unsur yaitu 4 unsur posisi keuangan dan 3 unsur kinerja keuangan. Adapun
persamaan akuntansi syariah adalah sebagai berikut:

Aset = Liabilitas + Dana Syirkah Temporer + Ekuitas


Laba = Penghasilan – Hak Pihak Ketiga atas Bagi Hasil – Beban.

Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan syariah adalah asset,
kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas.
1) Asset
Asset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas
syariah. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi dari aset
tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan
setara kas kepada entitas syariah. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset
dapat mengalir ke dalam entitas syariah dengan beberapa cara. Misalnya, aset dapat:
- digunakan baik sendiri maupun bersama aset lain dalam produksi barang dan jasa yang
dijual oleh entitas syariah
- dipertukarkan dengan aset lain
- digunakan untuk menyelesaikan kewajiban
- dibagikan kepada para pemilik entitas syariah

Aset diakui dalam laporan posisi keuangan kalau besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh entitas syariah dan aset tersebut mempunyai nilai atau
biaya yang dapat diukur dengan andal.

Aset dapat diukur menggunakan metode :


- Biaya Historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset
tersebut pada saat perolehan.
- Biaya Kini (current cost). Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
seharusnya dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang.
- Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value). Aset dinyatakan dalam
jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam
pelepasan normal (orderly disposal).
2) Liabilitas
Liabilitas merupakan hutang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas syariah
yang mengandung manfaat ekonomi.

Karakteristik esensial liabilitas adalah bahwa entitas syariah mempunyai kewajiban


(obligation) masa kini. Kewajiban adalah suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak
atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. 

Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya,
dengan:
- pembayaran kas
- penyerahan aset lain
- pemberian jasa
- penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain
- konversi kewajiban menjadi ekuitas
Kewajiban diakui dalam laporan posisi keuangan kalau besar kemungkinan bahwa
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat
diukur dengan andal. 
Pengukuran:
- Biaya Historis. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari
kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak penghasilan), dalam
jumlah kas (atau setara kas)yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban
dalam pelaksanaan usaha yang normal.
- Biaya Kini (current cost). Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
tidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban (obligation) sekarang.
- Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value). Kewajiban dinyatakan sebesar
nilai penyelesaian; yaitu, jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha
normal.
3) Dana Syirkah Temporer
Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima oleh entitas syariah dimana entitas syariah
mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana, baik sesuai dengan kebijakan
entitas syariah atau kebijakan pembatasan dari pemilik dana, dengan keuntungan dibagikan
sesuai dengan kesepakatan; sedangkan dalam hal dana syirkah temporer berkurang
disebabkan kerugian normal yang bukan akibat dari unsur kesalahan yang disengaja,
kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan, entitas syariah tidak berkewajiban mengembalikan
atau menutup kerugian atau kekurangan dana tersebut.

Contoh dari dana syirkah temporer adalah penerimaan dana dari investasi mudharabah
muthlaqah, mudharabah muqayyadah, musyarakah, dan akun lain yang sejenis.
Pengakuan dana syirkah temporer dalam laporan posisi keuangan hanya dapat dilakukan jika
entitas syariah memiliki kewajiban untuk mengembalikan dana yang diterima melalui
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi dan jumlah yang harus
diselesaikan dapat diukur dengan andal. Jumlah dana syirkahtemporer dapat berubah sesuai
dengan hasil dari investasinya.
4) Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua kewajiban dan
dana syirkah temporer. Meskipun, didefinisikan sebagai residual, ekuitas dapat
disubklasifikasikan dalam Laporan Posisi Keuangan. Misalnya, dalam perseroan terbatas,
setoran modal oleh para pemegang saham, saldo laba (retained earnings), penyisihan saldo
laba dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal masing-masing disajikan secara
terpisah.
5) Penghasilan (income)
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

Pengakuan Penghasilan dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa
depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan
dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan penghasilan terjadi bersamaan dengan
pengakuan kenaikan aset atau penurunan kewajiban (misalnya, kenaikan bersih aset yang
timbul dari penjualan barang atau jasa atau penurunan kewajiban yang timbul dari
pembebasan pinjaman yang masih harus dibayar).
6) Hak Pihak Ketiga atas Bagi Hasil
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil pemilik dana
atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu periode
laporan keuangan. Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokan sebagai beban
(ketika untung) atau pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga atas bagi hasil
merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas investasi yang
dilakukan bersama dengan entitas syariah.
7) Beban
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Pengakuan Beban dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan
yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat
diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan
kenaikan kewajiban atau penurunan aset (misalnya, akrual hak karyawan atau penyusutan
aset tetap).

D. Hubungan Antar Laporan Keuangan


Laporan laba/rugi, laporan perubahan modul, dan neraca mencerminkan hubungan artikulatif.
Laba/rugi yang tersaji di laporan laba/rugi menjadi bagian di laporan perubahan ekuitas.

Penyajian elemen-elemen persamaan akuntansi di laporan keuangan adalah sebagai berikut:


laporan laba/rugi, laporan perubahan modul, dan neraca mencerminkan hubungan artikulatif. 
Laba/rugi yang tersaji di laporan laba/rugi menjadi bagian di laporan perubahan ekuitas.
Selanjutnya, saldo akun ekuitas yang tersaji di laporan perubahan ekuitas tercantum di neraca,
khususnya di elemen ekuitas. Sedangkan laporan arus kas terkait dengan salah satu yang terdapat
di neraca, yaitu akun Kas.
- Elemen-elemen asset, utang, dan ekuitas disajikan di neraca
- Elemen-elemen pendapatan dan biaya disajikan dilaporan laba/rugi
- Elemen pengembalian ekuitas dan ekuitas disajikan di laporan perubahan ekuitas
- Salah satu elemen asset, yaitu kas, disajikan dilaporan arus kas

Penamaan akun adalah hal penting dan krusial di akuntansi karena nama-nama akun tersebut
secara eksplisit tercantumdi laporan keuangan. Oleh karena itu, adalah sangat penting untuk
membiasakan untuk menggunakan nama-nama akun yang sesuai dengan terminology di
akuntansi.

Penyajian elemen-elemen laporan keuangan

Dari penjelasan tentang Laporan Keuangan di atas dapat disimpulkan bahwa, Laporan Keuangan
yang satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang amat penting. Ini dikarenakan Laporan
Keuangan merupakan suatu hal yang vital, artinya hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan
guna dilakukannya suatu pengambilan keputusan yang tepat.
Referensi
Iaiglobal.or.id, “PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan” http://iaiglobal.or.id/v03/standar-
akuntansi-keuangan/pernyataan-sak-7-psak-1-penyajian-laporan-keuangan (12 Februari 2022,
pukul 22.15).
https://www.scribd.com/document/392927322/Komponen-Laporan-Keuangan-Bank-Syariah-nia-
docx (13 Februari 2022, pukul 10.58)
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/20564 (13 Februari 2022, pukul 11.20)
https://www.gustani.id/2021/08/unsur-unsur-laporan-keuangan-syariah.html?m=0
https://accounting.binus.ac.id/2017/06/15/hubungan-antar-jenis-laporan-keuangan/
https://dconsultingbusinessconsultant.com/hubungan-antar-jenis-laporan-keuangan/

Anda mungkin juga menyukai