Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Dwi Lestari (195221256)
2. Naiska Fitri Pradiva (195221265)
3. Muh Rivaldo Azriel Santoso (195221271)
4. Riski Arum Sukmawati (195221297)
5. Isti Khoirul Rochmah (195221305)
6. Diah Tri Wahyuni (195221309)
Komponen laporan laba rugi syariah disusun dengan mengacu pada PSAK untuk pos-
pos umum. Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait, bank Syariah
menyajikan laporan laba rugi yang mencakup, tetapi tidak terbatas, pada pos-pos berikut :
1) Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib :
pendapatan dari jual beli : pendapatan margin murabahah, pendapatan neto salam
parallel, pendapatan neto istisna’ parallel.
pendapatan dari sewa : pendapatan neto ijarah.
pendapatan dari bagi hasil : pendapatan bagi hasil mudharabah, pendapatan bagi
hasil musyarakah.
pendapatan usaha utama lainnya.
2) Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer
3) Pendapatan usaha lainnya :
pendapatan imbalan (free) jasa perbankan.
pendapatan imabalan investasi terikat.
4) Beban usaha.
5) Laba atau rugi usaha.
6) Pendapatan non- usaha.
7) Beban non-usaha.
8) Beban pajak.
9) Laba atau rugi neto.
c. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah suatu laporan tentang aktivitas penerimaan
dan pengeluaran kas perusahaan selama suatau periode tertentu, beserta penjelasan tentang
sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran kas tersebut. Kas adalah alat pembayaran
yang dimiliki perusahaan dan siap digunakan untuk investasi maupun menjalankan operasi
perusahaan setiap saat dibutuhkan. Karena itu kas mencakup semua alat pembayaran yang
dimilki perusahaan yang disimpan diperusaahan. Tujuan menyajikan arus kas adalah
memeberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara
kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Secara umum laporan arus kas akan
membantu para investor, kreditor dan pemakai lainnya untuk :
1) Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas bersih masa depan.
2) Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya dan kebutuhan untuk
pendanaan internal.
3) Menilai alasan perbedaan antara laba bersih dan dikaitkan dengan penerimaan dan
pengeluaran kas.
4) Menilai pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi keuangan
lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama waktu periode tertentu.
Bank syariah dalam menyajikan laporan arus kas dengan harus mengacu kepada PSAK
terkait yaitu PSAK No. 2 tentang penyajian laporan arus kas. Laporan arus kas ini sangat
berguna dalam mengambil keputusan terutama dalam menilai bagaimana perusahaan
mengelola dana keuangan dan juga berguna untuk menganalisis laporan keuangan.
Investasi terikat adalah investasi yang bersumber dari pemilik dana investasi terikat dan
sejenisnya yang di kelola oleh bank syariah sebagai agen investasi. Investasi terikat bukan
merupakan aset maupun kewajuban karena bank syariah tidak mempunyai hak untuk
menggunakan atau mengeluarkan investasi tersebut, serta bank syariah tidak memiliki
kewajiban mengembalikan atau menanggung resiko investasi.
Dana yang diserahkan oleh pemilik investasi terikat dan sejenisnya adalah dana yang
terikat bukan merupakan aset maupun kewajuban karena bank syariah tidak mempunyaihk
untuk menggunakan atau mengeluarkan investasi tersebut, serta bank syariah
tidakmemiliki kewajuban mengembalikan atau menanggung resiko investasi.Dana yang
diserahkan oleh pemilik investasi terikat dan sejenisnya adalah danayang di terima bank
syariah sebagai agen investasi.
Dana yang ditarik oleh pemilik danainvestasi terikat adalah dana yang diambil atau
dipindahkan sesuai dengan permintaan pemilik dana.Keuntungan atau kerugian investasi
terikat adalah jumlah kenaikan atau penurunan neto nilai investasi terikat,selain kenaikan
yang berasal dari penyetoran atau penurunan yang berasal dari penarikan.Dalam hal bank
syariah bertindak sebagai agen investasi,imbalan yang diterimaadalah sebesar jumlah yang
disepakati tanpa memperhatikan hasil investasi. Catatan ataslaporan perubahan dana
investasi terikat harus mengungkapkan:
1) Sifat hubungan antara entitas syariah dan pemilik dana investasi terikat.
2) Hak dan kewajiban terkait dengan setiap jenis dana investasi terikatatau unit
investasiselain kenaikan yang berasal dari penyetoran atau penurunan yang berasal
dari penarikan. Dalam hal bank syariah bertindak sebagai agen investasi, imbalan yang
diterima adalah sebesar jumlah yang disepakati tanpa memperhatikan hasil investasi.
Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan meliputi sumber
dan penggunaan dana selama jangka waktu tertentu, serta saldo dana kebajikan yang
menunjukkan dana kebajikan yang belum disalurkan pada tanggal tertentu. Penerimaan
dana kebajikan oleh entitas syariah diakui sebagai kewajiban paling liquid dan diakui
sebagai penguran kewajiban ketika disalurkan. Penerimaan non halal adalah semua
penerimaan dari kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah atara lain penerimaan
jasa giro atau bunga yang berasal dari bank umum konvensional. Penerimaan non halal
pada umumnya terjadi dalam kondisi darurat atau kondisi yang tidak diinginkan
oleh entitas syariah karena secara prinsip dilarang.
h. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan (PSAK 101 paragraf 8) mengungkapkan :
1) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang
dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.
2) Informasi yang diwajibkan dalam pernyataan standar akuntansi keuangan tetapi tidak
disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas,
laporan sumber dan penggunaan dana zakat dan laporan penggunaan dana kebajikan.
3) Informasi tambahan yng tidak di sajikan dalam lapaoran keuangan tetapi diperlukan
dalam rangka penyajian secara wajar.
2. Asuransi Syariah
a. Definisi
Asuransi syariah adalah sebuah sistem asuransi yang mana peserta saling menanggung
risiko dengan menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi melalui dana tabarru’. Hal
ini sering diistilahkan dengan sharing of risk. Dana tersebut akan digunakan untuk
membayar klaim jika suatu saat peserta mengalami musibah. Dalam penerapannya,
perusahaan bertindak sebagai pemegang amanah dalam mengelola dan menginvestasikan
dana dari kontribusi peserta. Artinya, perusahaan hanya bertindak dalam koridor
operasional dan bukan sebagai penanggung.
b. Tujuan
Asuransi syariah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan perjuangan umat
dengan mengemban misi aqidah, misi ibadah, misi iqtishodi, dan misi keumatan. Jadi
tujuan utamanya bukan mendapatkan laba besar seperti asuransi konvensional.
c. Hukum
Al-Qur’an dan Menurut Hadits
Dalam Al Quran dan Hadits, hukum asuransi berbasis syariah dan penerapannya
terdapat dalam beberapa ayat, yaitu:
- Al Maidah 2: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
- An Nisaa 9: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir
terhadap mereka.”
- HR Muslim dari Abu Hurairah: “Barang siapa melepaskan dari seorang muslim
suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari
kiamat.”
Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Awalnya, hukum asuransi konvensional bertentangan dengan syariat Islam. Hal ini
membuat Majelis Ulama Indonesia pada 2001 mengeluarkan fatwa yang menyatakan
bahwa asuransi berbasis syariah diperbolehkan dalam ajaran Islam. Adapun fatwa
MUI yang menegaskan kehalalan asuransi syariah dalam bentuk PDF antara lain:
- Fatwa No 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.
- Fatwa No 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah pada
Asuransi Syariah.
- Fatwa No 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil Ujrah pada Asuransi
Syariah dan Reasuransi Syariah.
- Fatwa No 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru pada Asuransi Syariah.
d. Konsep
Ada beberapa hal yang mendasari konsep asuransi berbasis syar’i yaitu unsur tolong
menolong dengan dana Tabarru’ yang memungkinkan dana tersebut dipinjamkan kepada
peserta tanpa adanya unsur paksaan. Selain itu dana yang disetorkan oleh peserta tidak
akan hangus jika masa tangguhan habis dan akan dikembalikan. Semua prosedur asuransi
dilandasi oleh akad yang sesuai dengan syariat Islam.
e. Akad
Semua perusahaan asuransi syariah di Indonesia melakukan prosedur asuransi dengan
landasan akad sesuai dengan syariat Islam. Adapun beberapa akad yang sering digunakan
dalam asuransi berbasis syariah antara lain:
1) Akad Tabarru’
Akad yang dimaksud adalah setiap peserta akan memberikan hibah berupa premi
melalui dana tabarru’ yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena
musibah. Dalam hal ini perusahaan asuransi berbasis syariah berfungsi sebagai
pengelola dana hibah tersebut.
2) Akad Ijarah
Akad yang dimaksud adalah akan antara peserta dengan perusahaan dengan tujuan
komersial.
3) Akad Wakalah bil Ujrah
Akad yang dimaksud adalah peserta menyerahkan pengelolaan uang kepada
perusahaan asuransi untuk mengelola dana investasi yang nantinya perusahaan akan
mendapatkan imbalan berupa upah.
4) Akad Mudharabah
Akad yang dimaksud adalah memberikan kuasa kepada perusahaan sebagai mudharib
untuk mengelola investasi dengan imbalan berupa hasil (nisbah) sesuai dengan
kesepakatan.
f. Jenis
Jenis-jenis asuransi syariah sebagai berikut:
1) Takaful Individu
Takaful Individu adalah produk yang memberikan perlindungan dan perencanaan yang
bersifat pribadi. Jenis ini pun dibagi lagi menjadi beberapa pilihan yaitu:
- Takaful Dana Investasi Syariah: produk ini menjamin dan memberikan
perlindungan hari tua atau menjadi jaminan dana bagi ahli waris jika nasabah
meninggal dunia lebih awal; produk ini juga mencakup perlindungan untuk
keluarga.
- Takaful Dana Haji: produk ini memberikan perlindungan dana perorangan yang
berencana untuk menunaikan ibadah haji.
- Takaful Dana Siswa: produk ini menjamin dana pendidikan mulai dari sekolah
dasar hingga sarjana.
- Takaful Dana Jabatan: produk ini menjamin santunan bagi ahli waris dari nasabah
yang menduduki jabatan penting jika nasabah meninggal dunia lebih awal.
2) Takaful Kelompok
Takaful Kelompok adalah produk yang memberikan perlindungan dan perencanaan
yang bersifat kelompok dalam perusahaan. Jenis ini pun dibagi lagi menjadi beberapa
pilihan yaitu:
- Takaful al-Khairat dan Tabungan Haji: memberi perlindungan bagi karyawan
yang ingin menunaikan ibadah haji dengan pendanaan melalui iuran bersama
dengan keberangkatan bergilir.
- Takaful Kecelakaan Siswa: proteksi pelajar dari risiko kecelakaan berakibat cacat
bahkan meninggal dunia.
- Takaful Wisata dan Perjalanan: proteksi peserta wisata dari risiko kecelakaan
yang mengakibatkan cacat atau meninggal dunia.
- Takaful Kecelakaan Group: proteksi santunan karyawan dalam perusahaan atau
organisasi.
- Takaful Pembiayaan: proteksi pelunasan hutang bagi nasabah yang meninggal
dunia dalam masa perjanjian.
3) Takaful Umum
Takaful Umum adalah asuransi berbasis syariah yang memberikan perlindungan dan
perencanaan yang bersifat umum. Jenis ini pun dibagi lagi menjadi beberapa yaitu:
- Takaful Kebakaran: perlindungan dari kerugian yang disebabkan api.
- Takaful Kendaraan Bermotor: perlindungan terhadap kerugian pada kendaraan
bermotor.
- Takaful Rekayasa: pelindungan terhadap kerugian pada pekerjaan pembangunan.
-Takaful Pengangkutan: pelindungan kerugian pada semua barang setelah diangkut
melalui darat, laut, maupun udara.
- Takaful Rangka Kapal: perlindungan pada kerusakan mesin kapal dan rangka
kapal yang disebabkan oleh kecelakaan atau musibah.
g. Contoh Produk
1) Manulife Syariah.
2) BNI Life Syariah.
3) PRU Syariah.
4) FWD Life.
5) Sunlife.
6) Simas Syariah.
7) Panin Syariah.
3. Koperasi Syariah
a. Definisi
Koperasi syariah secara teknis bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip kegiatan, tujuan
dan kegiatan usahanya berdasarkan pada syariah islam yaitu Al-quran dan Assunah.
Pengertian umum dari koperasi syariah adalah badan usaha koperasi yang menjalankan
usahanya dengan prinsi-prinsip syariah.Apabila koperasi memiliki unit usaha produktif
simpan pinjam, maka seluruh produk dan operasionalnya harus dilaksanakan dengan
mengacu kepada fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut,maka koperasi syariah tidak diperkenankan berusaha dalam
bidang-bidang yang didalamnya terdapat unsur-unsur riba, maysir, dan gharar.
Dalam pemberdayaannya, zakat tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang
bersifat konsumtif, tetapi juga untuk sesuatu yang bersifat produktif. Dengan pemanfaatan
zakat untuk kegiatan yang produktif akan memberikan income (pemasukan) bagi para
penerima zakat dalam kelangsungan hidupnya. Para penerima zakat akan terbantu untuk
mendapatkan lapangan pekerjaan yang akan meningkatkan kesejahteraan bagi dirinya dan
keluarganya dan selanjutnya berdampak bagi kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Oleh karena itu, apabila zakat dikelola dengan baik, maka zakat akan dapat dipergunakan
sebagai sumber dana yang potensial yang berasal dari masyarakat sendiri dan dapat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Pengelola zakat ini akan
optimal apabila dapat dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah, masyarakat dan
lembaga pengelola zakat.
Dalam lima belas tahun terakhir ini, perkembangan pengelola zakat di Indonesia sangat
menggembirakan. Jika sebelum tahun 1990-an pengelola zakat masih bersifat terbatas,
tradisional dan individu, namun kemudian pengelolaan zakat memasuki era baru. Unsur-
unsur profesionalisme dan manajemen modern mulai diterapkan. Salah satu indikatornya
adalah bermunculannya badan-badan dan lembaga-lembaga amil zakat baru yang
menggunakan pendekatan-pendekatan baru yang berbeda dengan yang sebelumnya.
Pada akhir dekade 1990-an tepatnya pada tahun 1999, pengelolaan zakat mulai memasuki
level Negara, setelah sebelumnya hanya berkuat pada tataran masyarakat. Hal tersebut
ditandai dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelola
zakat. Undang-Undang inilah yang menjadi landasan legal formal pelaksanaan zakat di
Indonesia. Kemudian dikeluarkan lagi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat.
Dalam upaya pengumpulan zakat, pemerintah telah mengukuhkan Badan Amil Zakat
(BAZ), yaitu lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah, yang personalia
pengurusannya terdiri atas ulama, cendikiawan, profesional, tokoh masyarakat, dan unsur
pemerintah. Lembaga Amil Zakat (LAZ), yaitu lembaga pengelola zakat yang dibentuk
oleh masyarakat, yang pengukuhannya dilakukan oleh pemerintah bila telah memenuhi
persyaratan tertentu. Lembaga- lembaga ini ditugaskan sebagai lembaga yang mengelola,
mengumpulkan, menyalurkan, dan pemberdayaan para penerima zakat dari dana zakat.
Peran pemerintah tidak mungkin dapat diandalkan sepenuhnya dalam mewujudkan
kesejahteraan, karena itulah peran dari lembaga-lembaga tersebut.
Khusus di Jakarta, pada tahun 2001 sudah ada beberapa Organisasi Pengelola Zakat (OPZ)
yang sudah dikukuhkan oleh pemerintah yaitu: Dompet Dhuafa, Republika, Yayasan
Amanah, Tafakkul, Rumah Zakat Indonesia, Pos Keadilan Peduli Ummah, Lazis
Muhammadiyah, Baitulmaal Muamalat, Hidayatullah, Persatuan Islam, dan Bamuis BNI.
Disamping Lembaga Amil Zakat (LAZ) tersebut, pemerintah juga membentuk suatu
Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) pemerintah di Jakarta, yaitu: Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS). Dengan berdirinya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai
lembaga pengelola zakat tingkat nasional yang dinisbahkan dapat melakukan peran
koordinatif diantara lembaga pengelola zakat dan diharapkan bisa terbangun sebuah sistem
zakat nasional yang baku, yang bisa diaplikasikan oleh semua pengelola zakat.
Pada Oktober 2006 sudah berdiri satu Badan Amil Zakat Tingkat Nasional (BAZNAS), 32
Badan Amil Zakat tingkat provinsi dan tidak kurang dari 330 Badan Amil Zakat
Kabupaten/Kota, sedangkan Lembaga Amil Zakat yang sudah dikukuhkan berjumlah 18
Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS).
c. Fungsi
Amil (bahasa Arab: )عاملdalam zakat adalah semua pihak yang bertindak mengerjakan
yang berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan, penjagaan, pencatatan, dan
penyaluran atau distribusi harta zakat.
d. Tujuan
1) Terwujudnya Baznas Kabupaten Kulon Progo yang profesional, efektif, efisiensi serta
terpercaya.
2) Meningkatkan kualitas manajemen pengelolaan zakat, infaq, dan dana keagamaan
sosial lainnya.
3) Memudahkan pelayanan bagi muzaki, munfiq dan mustahik.
4) Menyediakan sarana prasarana yang memadai.
5) Mengintensifikasi dan mengekstensifikasi penghimpunan dan pendayagunaan zakat,
Infaq, dan dana keagamaan sosial lainnya.
e. Sasaran
1) Muzaki adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan
zakat.
2) Mustahik adalah orang yang berhak menerima zakat.
3) Amil adalah sumberdaya manusia yang mengelola zakat.
4) Organisasi pengelola zakat (OPZ).
5) Unit Pengumpul Zakat (UPZ).
Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan syariah adalah asset,
kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas.
1) Asset
Asset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas
syariah. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi dari aset
tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan
setara kas kepada entitas syariah. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset
dapat mengalir ke dalam entitas syariah dengan beberapa cara. Misalnya, aset dapat:
- digunakan baik sendiri maupun bersama aset lain dalam produksi barang dan jasa yang
dijual oleh entitas syariah
- dipertukarkan dengan aset lain
- digunakan untuk menyelesaikan kewajiban
- dibagikan kepada para pemilik entitas syariah
Aset diakui dalam laporan posisi keuangan kalau besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh entitas syariah dan aset tersebut mempunyai nilai atau
biaya yang dapat diukur dengan andal.
Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya,
dengan:
- pembayaran kas
- penyerahan aset lain
- pemberian jasa
- penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain
- konversi kewajiban menjadi ekuitas
Kewajiban diakui dalam laporan posisi keuangan kalau besar kemungkinan bahwa
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat
diukur dengan andal.
Pengukuran:
- Biaya Historis. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari
kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak penghasilan), dalam
jumlah kas (atau setara kas)yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban
dalam pelaksanaan usaha yang normal.
- Biaya Kini (current cost). Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
tidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban (obligation) sekarang.
- Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value). Kewajiban dinyatakan sebesar
nilai penyelesaian; yaitu, jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha
normal.
3) Dana Syirkah Temporer
Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima oleh entitas syariah dimana entitas syariah
mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana, baik sesuai dengan kebijakan
entitas syariah atau kebijakan pembatasan dari pemilik dana, dengan keuntungan dibagikan
sesuai dengan kesepakatan; sedangkan dalam hal dana syirkah temporer berkurang
disebabkan kerugian normal yang bukan akibat dari unsur kesalahan yang disengaja,
kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan, entitas syariah tidak berkewajiban mengembalikan
atau menutup kerugian atau kekurangan dana tersebut.
Contoh dari dana syirkah temporer adalah penerimaan dana dari investasi mudharabah
muthlaqah, mudharabah muqayyadah, musyarakah, dan akun lain yang sejenis.
Pengakuan dana syirkah temporer dalam laporan posisi keuangan hanya dapat dilakukan jika
entitas syariah memiliki kewajiban untuk mengembalikan dana yang diterima melalui
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi dan jumlah yang harus
diselesaikan dapat diukur dengan andal. Jumlah dana syirkahtemporer dapat berubah sesuai
dengan hasil dari investasinya.
4) Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua kewajiban dan
dana syirkah temporer. Meskipun, didefinisikan sebagai residual, ekuitas dapat
disubklasifikasikan dalam Laporan Posisi Keuangan. Misalnya, dalam perseroan terbatas,
setoran modal oleh para pemegang saham, saldo laba (retained earnings), penyisihan saldo
laba dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal masing-masing disajikan secara
terpisah.
5) Penghasilan (income)
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Pengakuan Penghasilan dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa
depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan
dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan penghasilan terjadi bersamaan dengan
pengakuan kenaikan aset atau penurunan kewajiban (misalnya, kenaikan bersih aset yang
timbul dari penjualan barang atau jasa atau penurunan kewajiban yang timbul dari
pembebasan pinjaman yang masih harus dibayar).
6) Hak Pihak Ketiga atas Bagi Hasil
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil pemilik dana
atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu periode
laporan keuangan. Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokan sebagai beban
(ketika untung) atau pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga atas bagi hasil
merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas investasi yang
dilakukan bersama dengan entitas syariah.
7) Beban
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Pengakuan Beban dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan
yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat
diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan
kenaikan kewajiban atau penurunan aset (misalnya, akrual hak karyawan atau penyusutan
aset tetap).
Penamaan akun adalah hal penting dan krusial di akuntansi karena nama-nama akun tersebut
secara eksplisit tercantumdi laporan keuangan. Oleh karena itu, adalah sangat penting untuk
membiasakan untuk menggunakan nama-nama akun yang sesuai dengan terminology di
akuntansi.
Dari penjelasan tentang Laporan Keuangan di atas dapat disimpulkan bahwa, Laporan Keuangan
yang satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang amat penting. Ini dikarenakan Laporan
Keuangan merupakan suatu hal yang vital, artinya hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan
guna dilakukannya suatu pengambilan keputusan yang tepat.
Referensi
Iaiglobal.or.id, “PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan” http://iaiglobal.or.id/v03/standar-
akuntansi-keuangan/pernyataan-sak-7-psak-1-penyajian-laporan-keuangan (12 Februari 2022,
pukul 22.15).
https://www.scribd.com/document/392927322/Komponen-Laporan-Keuangan-Bank-Syariah-nia-
docx (13 Februari 2022, pukul 10.58)
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/20564 (13 Februari 2022, pukul 11.20)
https://www.gustani.id/2021/08/unsur-unsur-laporan-keuangan-syariah.html?m=0
https://accounting.binus.ac.id/2017/06/15/hubungan-antar-jenis-laporan-keuangan/
https://dconsultingbusinessconsultant.com/hubungan-antar-jenis-laporan-keuangan/