Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

1. Tujuan Pembelajaran ......................................................................................................................... 2


2. Pelaporan Keuangan Syariah ............................................................................................................ 2
2.1 Pengertian Laporan Keuangan Syariah ............................................................................................... 2
2.2 Tujuan Laporan Keuangan Syariah..................................................................................................... 2
2.3 Unsur – unsur :aporan Keuangan Syariah........................................................................................... 3
2.4 Bentuk Laporan Keuangan Syariah .................................................................................................... 5
3. Instrumen Keuangan Syariah ................................................................................................................ 9
4. Contoh Laporan Keuangan Syariah ................................................................................................... 13
5. Pertanyaan dan jawaban ...................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 16

1
1. Tujuan Pembelajaran
Mampu menganalisis Transaksi berbasis Syariah dan menyusun Laporan Keuangan Syariah

2. Pelaporan Keuangan Syariah


2.1 Pengertian Laporan Keuangan Syariah
Laporan Keuangan syariah adalah serangkaian proses dari pelaporan keuangan syariah.
Laporan keuangan syariah dibuat untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Tujuan laporan
keuangan syariah lebih banyak daripada tujuan laporan keuangan konvensional. hal ini tidak
terlepas dari multifungsi yang diperankan oleh entitas Syariah.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah) dalam Kerangka Dasar
Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS) yang dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tujuan laporan keuangan syariah adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Disamping itu, tujuan lainnya adalah:
1. mengingkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan
usaha;
2. informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi aset,
kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, bila ada
dan bagaimana perolehan dan penggunaannya;
3. informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah
terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat
keuntungan yang layak; dan
4. informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan
pemilik dana syirkah temporer; dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban
(obligation) fungsi sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat,
infak, sedekah, dan wakaf.

2.2 Tujuan Laporan Keuangan Syariah


1. Menyediakan informasi keuangan. Ini merupakan tujuan yang paling pokok dari laporan
keuangan, yaitu menyediakan informasi keuangan entitas syariah pada satu periode

2
akuntansi. Dari informasi keuangan, para pengguna dapat menjadikan laporan keuangan
sebagai rujukan atau bahan dalam pengambilan keputusan ekonomi, seperti keputusan
investasi oleh investor, keputusan ekspansi oleh manajemen, dll. Informasi keuangan ini
tersaji pada laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan
perubahan ekuitas.
2. Menyediakan informasi kepatuhan terhadap prinsip syariah (sharia compliance). Selain
menyediakan informasi keuangan, laporan keuangan syariah juga menyediakan informasi
kepatuhan terhadap prinsip syariah. Jadi, dari laporan keuangan syariah dapat dilihat
apakah aktivitas entitas syariah telah sesuai dengan prinsip syariah atau belum. Contoh,
perlakuan pendapatan bunga yang diperoleh entitas syariah, apakah diakui sebagai
pendapatan bunga atau dana sosial. Informasi ini sangat dibutuhkan oleh Dewan Pengawas
Syariah (DPS) untuk proses pengawasan.
3. Menyediakan informasi mengenai pemenuhan tanggungjawab sosial. Sebagai bentuk
pemenuhan tanggung jawab sosial, entitas syariah juga menyediakan informasi sosial
dalam laporan keuanganya. Informasi ini disajikan pada laporan sumber dan penyaluran
dana zakat, dan laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan. Laporan keuangan
syariah wajib menyediakan informasi sosial, walaupun secara pelaksanaan belum
dilakukan.

2.3 Unsur – unsur :aporan Keuangan Syariah


Laporan Posisi Keuangan (Statement of Financial Position) Unsur – unsur yang berkaitan
secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan entitas Syariah adalah sebagai berikut :

1. Aset (Assets), adalah sumber daya yang dikuasai entitas syariah masa kini yang timbul
dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat eknomi masa depan diharapkan akan
diperoleh entitas syariah.
2. Liabilitas (Liabilities) adalah utang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar sumber daya entitas
syariah yang mengandung manfaat ekonomi.
3. Dana Syirkah Temporer (Temporary Syirkah Funds) – DST adalah dana yang diterima
sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya di mana
entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana tersebut

3
dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan. Contoh DST adalah
investasi mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan Dana syirkah
temporer tidak dapat digolongkan liabilitas karena entitas syariah/pengelola dana tidak
berkewajiban mengembalikan dana jika terjadi kerugian, kecuali kerugian tersebut
karena kelalaian dan wanprestasi entitas syariah/pengelola dana. Sedang karakter
liabilitas adalah kewajiban yang harus dikembalikan baik dalam kondisi untung atau
rugi. Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan ekuitas karena memiliki jangka
waktu/jatuh tempo dan pemilik dana syirkah temporer tidak memilik hak kepemilikan
seperti pemegang saham. Sedang karakter modal adalah tidak memiliki jatuh tempo
dan pemilik modal memiliki hak kepemilikan.
4. Ekuitas (Equity) adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua
liabilitas dan dana syirkah temporer.

Unsur Laporan Laba Rugi (Statement of Profit or Loss )

Laporan laba rugi digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar ukuran yang lain seperti
imbalan investasi (return on investment) atau penghasilan per saham (earnings per share).
Unsur laporan laba rugi entitas syariah terdiri dari:

1. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan liabilitas yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Definisi penghasilan meliputi baik pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gains).
Pendapatan timbul karena aktivitas utama entitas syariah seperti margin penjualan, ujrah
sewa, bagi hasil, dan fee jasa. Sedang keuntungan mencerminkan pos lainnya yang
memenuhi kriteria penghasilan tapi bukan dari aktivitas utama.
2. Hak Pihak Ketiga atas Bagi Hasil Dana Syirkah Temporer (Depositors Share on Return
of Temporary Syirkah Funds) adalah bagian bagi hasil pemilik dana atas keuntungan
dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu periode laporan
keuangan. Unsur ini tidak bisa dikelompokkan sebagai unsur beban (ketika untung) atau
pendapatan (ketika rugi).
3. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya liabilitas yang

4
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam
modal.

Unsur Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Changes in Equity )

Unsur laporan perubahan ekuitas entitas syariah sama dengan laporan perubahan ekuitas pada
umumnya yaitu semua bentuk perubahan komponen modal suatu entitas baik penambahan
ataupun pengurangan.

Unsur Laporan Arus Kas (Statement of Casflows)

Unsur laporan arus kas entitas syariah juga sama dengan unsur laporan arus kas pada umumnya
yang menggambarkan kenaikan dan penurunan kas dari aktivitas operasi (operating), aktivitas
investasi (investing), dan aktivitas pendanaan (financing).

Unsur Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat

Unsur laporan sumber dan penyaluran dana zakat adalah sumber dana zakat dan penyaluran
dana zakat.

Unsur Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan

Unsur laporan sumber dan penggunaaan dana kebajikan adalah sumber dana kebajikan dan
penggunaan dana kebajikan.

Unsur Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)

Catatan Atas Laporan Kuangan (CALK) terdiri dari unsur kebijkan akuntansi dan penjelasan
atas informai keuangan.

2.4 Bentuk Laporan Keuangan Syariah


Laporan keuangan entitas syariah terdiri atas:

1. Posisi Keuangan Entitas Syariah, disajikan sebagai neraca. Laporan ini menyajikan
informasi tentang sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan
solvabilitas serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Lap oran ini
berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan di masa yang akan datang.

5
2. Informasi Kinerja Entitas Syariah, disajikan dalam laporan laba rugi. Laporan ini
diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin
dikendalikan di masa depan.
3. Informasi Perubahan Posisi Keuangan Entitas Syariah, yang dapat disusun berdasarkan
definisi dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja, aset likuid atau kas.
Kerangka ini tidak mendefinisikan dana secara spesifik. Akan tetapi, melalui laporan ini
dapat diketahui aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan.
4. Informasi Lain, seperti Laporan Penjelasan tentang Pemenuhan Fungsi Sosial Entitas
Syariah. Merupakan informasi yang tidak diatur secara khusus tetapi relevan bagi
pengambilan keputusan sebagian besar pengguna laporan keuangan.
5. Catatan dan Skedul Tambahan, merupakan penampung dari informasi tambahan yang
relevan termasuk pengungkapan tentang risiko dan ketidakpastian yang memengaruhi
entitas. Informasi tentang segmen industri dan geografi serta pengaruh perubahan harga
terhadap entitas juga dapat disajikan.

Asumsi Dasar

1. Dasar akrual

Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, maksudnya bahwa pengaruh transaksi dan
peristiwa Iain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan
keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar
akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang
melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa
depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa depan.
Namun dalam penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha
menggunakan dasar kas. Hal ini disebabkan bahwa prinsip pembagian hasil usaha
berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto
(gross profit).

2. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah
yang akan melanjutkan usahanya di masa depan. Oleh karena itu, entitas syariah

6
diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara
material skala usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan
mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus
diungkapkan.
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuanga
berguna bagi pemakai. Terdapat empat karateristik kualitatif pokok, yaitu: dapat dipahami,
relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya
untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauntuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks
yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas
dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai
tertentu.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat
memengarukeputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa
masa Ialu, masa kini atau masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi
mereka di masa Ialu. Relevan berarti juga harus berguna untuk peramalan (predictive) dan
penegasan (confirmatory) atas transaksi yang berkaitan satu sama Iain. Relevan juga
dipengaruhi oleh hakikat dan tingkat materialitasnya. Tingkat materialitas ditentukan
berdasarkan pengaruh kelalaian (ambang batas) terhadap keputusan ekonomi pemakai yang
diambil atas dasar laporan keuangan. Oleh karena itu, materialitas dipengaruhi oleh besarnya
kesalahan dalam mencantumkan atau pencatatan.
Sementara itu , dasar penerapan dalam bagi hasil harus mencerminkan jumlah yang
seharusnya tanpa mempertimbangkan konsep materialitas.
3. Keandalan

7
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan , kesalahan material, dan dapat
diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) daari
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas syariah antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus
dapat membandingkan laporan keuangan antar entitas syariah untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu,
pembandingan berupa pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk entitas syariah tersebut,
antar periode entitas syariah yang sama, untuk entitas syariah yang berbeda, maupun dengan
entitas lain. Agar dapat dibandingkan, informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan
tersebut juga harus diungkapkan termasuk ketaatan atas standar akuntansi yang berlaku. Bila
pemakai ingin membandingkan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
antar periode, maka entitas syariah perlu menyajikan informasi periode sebelumnya dalam
laporan keuangan.

Pengukuran Unsur Laporan Keuangan Syariah


Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang
berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut.
1. Biaya historis (historical cost)
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar
dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat
perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban
(obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak penghasilan), dalam jumlah kas
(atau setara kas) yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam
pelaksanaan usaha yang normal. Dasar ini adalah dasar pengukuran yang lazim digunakan
entitas syariah dalam penyusunan laporan keuangan.
2. Biaya kini (current cost)

8
Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang sama
atau setara aset diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan dalamjumlahkas (atausetarakas)
yangtidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban (obligation) sekarang.
3. Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/settlement value)
Aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan
menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disposal).

3. Instrumen Keuangan Syariah


Instrumen Keuangan menurut Pandangan Syariah Hampir seluruh institusi-institusi keuangan
Islam mempunyai bebrbagai macam operasi keuangan. Selain rentang ekuitasnya, pembiayaan,
perdagangan, dan operasi-operasi peminjaman, bank-bank Islam seluruh dunia juga menawarkan
berbagai ragam produk retail dan obral, di antaranya pinjaman-pinjaman, investasi-investasi
persekutuan, transaksi-transi valuta asing,transfer-transfer dana, surat-surat perjanjian kredit,
tabungan sekuritas-sekuritas aman, manajemen dan konsultasi investasi, dan layanan-layanan
perbankan konvensional lainnya. Banyak diantara bank-bank tersebut yang juga aktif dalam
manajemen dan asuransi dana dalam berbagai derivatif. Pada sisi liabilitas, bank-bank Islam
menawarkan beragam opsi untuk para depositor. Akun-akun bank (current account) dioperasikan
berdasarkan prinsip-prinsip al-wadi’ah (titipan) dan tidak diremunisasikan. Tujuannya adalah
menawari para depositor penyimpanan yang aman (safe custody) untuk tujuan-tujuan pencegahan
dari situasi yang tidak diinginkan dan transaksi. Dalam transaksinya, para depositor disediakan
buku cek dan bisa menarik dana mereka setiap saat tanpa pembatasan situasi dan kondisi apapun.
Akun-akun tanbungan biasanya melibatkan keseimbangan yang tinggi dan komitmen dengan batas
waktu yang panjang. Beberapa bank memang menjanjikan suku bunga tetap, namun sebagian bank
besar Islam menawarkan semacam remunerasi, yang biasanya bergantung pada kebijaksanaan dan
sangat bergantung pada keuntungan yang didapatkan.
Bagaimanapun, dalam tradisi Islam klasik, satu-satunya pinjaman yang dapat diterima adalah al-
Qard al-Hasan, secara harfiah berarti pinjaman yang baik atau pinjaman bebas bunga, dan satu-
satunya bentuk deposito yang umum adalah al-wadi’ah (secara harfiah, simpanan). Para bankir
Islam telah mampu menemukan produk-produk dan instrumen-instrumen baru dengan
memperbarui atau mengombinasikan kontrak-kontrak yang dilakukan masa Islam klasik, dengan

9
menciptakan produk-produk yang tidak bertentangan dengan agama, atau dengan menggunankan
kebiasaan (urf), kebutuhan yang mendesak (darurah) atau kepentingan umum (mashlahah) untuk
menjustifikasi penciptaan instrumen-instrumen yang masih bersifat kontroversial.
1. Murabahah dan skema Mark-Up Lainnya
Transaksi-transaksi mark-up (selisih antara biaya produksi atau harga grosirsebuah item dan
harga jualnya, sebagai keuntungan penjual atau disebut juga dengan keuntungan). Instrumen
mark-up yang paling terkenal adalah murabahah, sebuah kontrak penambahan harga (cost-
plus) yang dengannya seorang pelanggan yang berkeingan untuk membeli perlengkapan
barang-barang meminta penyedia keuangan untuk membeli dan menjual barang tersebut pada
mereka dengan harga ditambah profit yang dinyatakan. Murabahah merupakan sebuah
transaksi pembiayaan sekaligus penjualan. Seperti yang diketahui dalam akad murabahah
pembayarn dapat ditanggukan ataupun secara tunai sesuai dengan isi perjanjian kontrak pada
akad sebelumnya. Pada tahun-tahun awal perbankan modern Islam, transaksi-transaksi mark-
up dikenal dengan mode keuangan sementara, digunakan karena alasan kemudahan dan
kenyamanan serta menghasilkan pendapatan sementara bank menawarkan instrumen
pembagian risiko yang nyata.
Terdapat dua kritik mengenai skema-skem mark-up. Pertama, dengan risiko yang rendah dan
bersifat jangka pendek , mereka tidak berhasil memenuhi misi perbankan Islam, untuk
membagi risiko dengan debitur. Risiko yang dijalankan bank biasanya minimal dan margin
keuntungannya telah ditentukan di awal. Terlebih lagi, aset pembelian dijadikan sebagai
garansi dan bank juga bisa meminta kliennya untuk memberikan suatu jaminan tertentu.
kombinasi dari keuntungan tetap dan jaminan memastikan bahwa risiko yang ditanggung oleh
bank adalah sangat kecil. Kedua, skema-skema mark-up meniru perbankan konvensional
dengan menyamarkan keuntungan malalui permainan kata-kata hiyal (tipu muslihat) lainnya.
Transaksi ini dapat pula disebut dengan transaksi suku bunga.
Inti dari persoalan ini adalah segi keagamaannya terletak pada sifat dasar remunerasi bank. Jika
hal itu adalah ‘upah pinjaman’ hal tersebut sama dengan bunga. Pada sisi yang lain, jika hal
tersebut adalah remunerasi untuk jasa pelayanan yang diberikan atau untuk risioko yang
ditanggung, hal tersebut dapat diterima. Oleh karena kesepakatan semacam ini melibatkan dua
transaksi penjualan (pertama meliputi pembelian atau memesan pemroduksian barang dari
manufaktur barang tersebut dan yang kedua adalah penjualan barang pada ‘peminjam’, maka

10
perbedaan pokok dengan pinjaman perbankan konvensional adalah adanya waktu (periode) bagi
institusi keuangan tersebut memiliki brang tersebut. Dalam waktu tersebut bank memikul risiko
atas kerusakan atau kehancuran barang, atau penujualnya menjadi bangkrut atau pembelinya
menolak barang tersebut dengan alasan tidak memuaskan. Bagaimanapun, bank akan melindungi
dirinya dari hal semacam itu, waktu (periode) kepemilikan menjadi lebih bersifat simbolis saja
daripada nyata (karena durasi secara teoritis akan terhitung meski hanya satu detik), dan
keuntungan bank akan disesuaikan secara kasar dengan periode yang dibutuhkan transaksi
tersebut.
Sebagai akibat dari adanya kritik-kritik para sarjana Islam, semakin banyak institusi-institusi
keuangan telah berjanji mulai menghapus tipe-tipe tertentu dari transaksi murabahah.[15]
Beberapa institusi-institusi keungan lainnya berusaha untuk mengubah strategi-strategi-strategi
mereka dalam penetapan harga dengan mark-up yang akan disesuaikan porsinya pada besarnya
layanan yang diberikan, sebagaimana dibedakan dengan jumlah yang dilibatkan dan dengan
bench-marks suku bunga.
Sewa-Menyewa (Leasing)
Ijarah atau sewa-menyewa (leasing) barangkali merupakan aktivitas institusi-institusi
keuanganIslam dengan pertumbuhan yang paling cepat. Prinsip kontrak ini dikenal dengan baik
dan sangat identik dengan sewa-menyewa konvensional: bank menyewakan aset kepada pihak
ketiga dengan hara sewa tertentu. jumlah pembiayaan sudah diketahui di awal dan aset itu tetap
menjadi properti dari orang yang menyewakansebuah variasi dari prinsip dasar peminjaman
adalah ijarah wa isti’na, yaitu sebuah kesepakatan beli-sewa (lease-puchase aggreement: harga
sewa dihitung sebagai bagian dari harga beli) yang pada akhir waktu persewaan, penyewa
menjadi pemilii aset.
Dalam rangka menghindari elemen riba dan gharar, ada beberapa perbedaan antara ijarah dan
sewa-menyewa konvensional. Hukum fiqh melihat keuntungan dan beban-beban properti
sebagai milik penyewa (lessee) secaraa pasti dan tidak dapat diubah, sedangkan yang lainnya
adalah milik yang menyewakan (lessor). Misalnya hukum fiqh menyatakan bahwa kewajiban
untuk memperbaiki brang-barang tersebut selalu jatuh pada lessor karena perbaikan tersebut
secara otomatis mengunutngkan sebagai pemilik. Usurfuct (manfaat) juga bukan sesuatu yang
ada dan nyata, tetapi suatu aliran penggunaan yang memanjang hingga di masa yang akan datang,
yang sangat beresiko dan tidak stabil.dengan demikian, hukum Islam memberikan jangkauan

11
yang luas kepada penyewa (lessee) untuk membatalkan penyewaan jika manfaat tersebut terbukti
bernilai lebih rendah dari yang diharapkan.[16] Dengan kata lain, harga jual aset tersebut kepada
penyewa pada habisnya batas waktu kontrak tidak dapat ditentukan sebelumnya.[17]
Alasan mengapa petumbuhan kontrak sewa-menyewa antara lain: kontrak srwa-menyewa
merupakan sebuah instrumen yang dapat diterima khalayak umum; merupakan instrumen
intermediasi keuangan yang lebih efisien; melalui pembiayaan aset; sewa-menyewa juga
merupakan instrumen yang berguna dalam promosi pembangun ekonomi; kontrak sewa-
menyewa ini adalah modelpembiayaan yang fleksibel yang sesuai dengan sekuritarisasi dan
perdagangan sekunder (secondary trading) serta dapat mengolaborasi dengan instusi-instusi
keungan. Walaupun ijarah diarahkan pada bisnis, namun ijarah juga meningkat penggunaannya
pada keungan retail, terutama untuk kredit rumah, mobil, dam kebutuhan rumah tangga.
2. Profit and Loss Sharing (PLS)
Prinsip dasar dari profit and loss sharing (pembagian keuntungan dan kerugian) adalah para
bankir membentuk sebuah hubungan partnership dengan debitur, membagi keuntungan dan
kerugian usaha daripada meminjamkan uang dengan tarif return yang tetapada dua tipe yaitu:
mudharabah (hubungan pengelolaan keuangan) dan musyarakah (emiten jangka panjang). Dalam
pembagian keuntungan dan kerugian, bank mendapatkan hasil dari keuntungan dan kerugian dari
bisnis sesuai dengan kesepakatan tertulis. Prinsip ini merupakan inti dari filosofi perbankan
Islam. Sistem ini mengijinkan para enterpreneur dengan modal yang sedikit tapi menjanjikan
untuk memperoleh pembiayaan. Bank sebagai kreditur, melibatkan diri dalam kesuksesn jangka
panjang dari suatu usaha. Sehingga para enterpreneur dalam berkonsentrasi dalam menjalankan
usahanya daripada membingungkan dalam masalah mencari layangan hutang. Namun, pada
kenyataannya, hanya sedikit sekali kegiatan profit and loss sharing dari aktivitas bank-bank Islam
yang ada.
Untuk membiayai aransemen-aransemen semacamnya, kebanyakan bank Islam menawarkan
akunakun yang berlaku seperti dna-dana investasi. Para depositor bisa mendapatkan banyak
keuntungan dari kesuksesan sebuah usaha, tetapi beresiko akan kehilangan uangnya jika
investasi-invesatasi tersebut performanya kurang baik. Akun-akun investasi juga berbeda dengan
tabungan, akun investasi mensyaratkan suatu jumalah minimum yang yang lebih tinggi dan
deposisto ydengan jangka waktu yang lebih lama. Pembayaran return pada akun investasi
didasarkan pada hasil yang dicapaioleh semua aktivitas keuangan bank. Dan tantangan strategi

12
yang paling besar bagi institusi-institusi keuangan Islam adalah peningkatan keterlibatan mereka
dalam berbagai aktivitas PLS dan menanggulangi hambatan-hambatan institusional dan kultural
yang selama ini telh menghambat.

2. Reksa Dana Syariah


Adalah reksa dana yzang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip Syariah Islam, baik dalam
bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta dengan manajer investasi, begitu pula
pengeloaan dana investasi sebagai wakil, maupun antara Manajer investasi sebagai wakil dengan
pengguna investasi.
Disamping investasi secara mandiri atau secara langsung, Investor jua dapat meminta pihak lain
yang dipercayas dan dipandang lebih memiliki kemampuan mengelola investasi. Sehingga
timbul kebutuhan akan manajer investasi yang memahami investasi secara syariah dan kebutuhan
akan reksa dana syariah. Dlam reksa dana, uang yang terkumpul dari investor akan diguanakan
oleh manajer investasi untuk membeli surat-surat berharaga seperti saham, obligasi. SBI, atau
ditabungkan dalam bentuk deposito.
Reksa dana syariah merupakan lembaga intermediasi yang membantu surplus unit melakukan
penempatan dana untuk diinvestasikan. Slah satu tujuan dari reksa dana syariah adalah memenuhi
kebutuhan kelompok investor yang ingin memperoleh pendapatan investasi dari sumber dan cara
yang bersih dapat dipertanggung jawabkan secara agama serta sejalan dengan prinsip-prinsip
syariah.

4. Contoh Laporan Keuangan Syariah

13
5. Pertanyaan dan jawaban

a. Jelaskan Tujuan dari Pealporan Keuangan Syariah

b. Jelaskan Asumsi Dasar dalam Pelaporan Keuangan Syariah.

Penjelasan :

1. Menyediakan informasi keuangan. Ini merupakan tujuan yang paling pokok dari laporan
keuangan, yaitu menyediakan informasi keuangan entitas syariah pada satu periode
akuntansi. Dari informasi keuangan, para pengguna dapat menjadikan laporan keuangan
sebagai rujukan atau bahan dalam pengambilan keputusan ekonomi, seperti keputusan
investasi oleh investor, keputusan ekspansi oleh manajemen, dll. Informasi keuangan ini
tersaji pada laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan
perubahan ekuitas.
2. Menyediakan informasi kepatuhan terhadap prinsip syariah (sharia compliance). Selain
menyediakan informasi keuangan, laporan keuangan syariah juga menyediakan informasi
kepatuhan terhadap prinsip syariah. Jadi, dari laporan keuangan syariah dapat dilihat
apakah aktivitas entitas syariah telah sesuai dengan prinsip syariah atau belum. Contoh,
perlakuan pendapatan bunga yang diperoleh entitas syariah, apakah diakui sebagai
pendapatan bunga atau dana sosial. Informasi ini sangat dibutuhkan oleh Dewan Pengawas
Syariah (DPS) untuk proses pengawasan.
3. Menyediakan informasi mengenai pemenuhan tanggungjawab sosial. Sebagai bentuk
pemenuhan tanggung jawab sosial, entitas syariah juga menyediakan informasi sosial
dalam laporan keuanganya. Informasi ini disajikan pada laporan sumber dan penyaluran
dana zakat, dan laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan. Laporan keuangan
syariah wajib menyediakan informasi sosial, walaupun secara pelaksanaan belum
dilakukan.

Asumsi dalam Pelaporan Keuangan Syariah

1. Dasar akrual

14
Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, maksudnya bahwa pengaruh transaksi dan
peristiwa Iain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan
keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar
akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang
melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa
depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa depan.
Namun dalam penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha
menggunakan dasar kas. Hal ini disebabkan bahwa prinsip pembagian hasil usaha
berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto
(gross profit).

2. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah
yang akan melanjutkan usahanya di masa depan. Oleh karena itu, entitas syariah
diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara
material skala usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan
mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus
diungkapkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Akuntansi Syariah di Indonesia , Salemba Empat. Sri Nurhayati, S.E., M.M., SAS | Wasilah, S.E.,
M.E.2014

https://akuntansikeuangan.com/apa-tujuan-laporan-keuangan-syariah/

https://akuntansikeuangan.com/unsur-unsur-laporan-keuangan-syariah/

http://dianasafitrii.blogspot.com/2014/01/instrumen-keuangan-syariah-dalam.html

file:///C:/Users/rendri/Downloads/AR-BSM-2016-Lap-Keuangan(1).pdf

16

Anda mungkin juga menyukai