Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Suatu laporan keuangan bermanfaat apabila informasi yang di sajikan


dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal dan dapat di
perbandingkan. Selain itu perhitungan keuangan yang mesti tertulis secara
terperinci dan jelas, agar dapat menghasilkan laporan keungan yang mudah
dipahami oleh semua pihak dan dapat membantu suatu perusahaan dalam
menganalisis keuangannya.
Ada beberapa perbedaan unsur antara laporan keuangan lembaga syariah
dan laporan lembaga keuangan konvensional. Unsur-unsur yang ada dalam
laporan keuangan lembaga syariah antara lain, neraca, laporan laba rugi, laporan
arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan dana investasi terikat,
laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infaq dan shodaqoh, laporan sumber
dan penggunaan dana qardhul hasan. Sedangkan unsur-unsur yang ada dalam
laporan keuangan lembaga konvensional adalah neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian, Tujuan dan Kerangka Dasar Laporan Keuangan?
2. Bagaimana Persamaan dan Perbedaan Laporan Keuangan Syariah dan
Konvensional

C. Manfaat Penulisan

1. mengetahui pengertian, tujuan,dan kerangka dasar laporan keuangan


2. mengetahui persamaan dan perbedaan laporan keuangan syariah dan konvensional

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 1 Tahun


2015 “Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan
pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan
kinerja perusahaan tersebut”
Pengertian lain disampaikan oleh Sofyan Sahri “Laporan keuangan
adalah merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Sebagai
hasil akhir dari proses akuntansi, laporan keuangan memberikan informasi yang
berguna untuk pengambilan keputusan berbagai pihak misalnya pemilik dan
kreditor”
Laporan Keuangan Syariah memiliki perbedaan yang signifikan apabila
dibandingkan dengan laporan keuangan konvensional. Hal ini terkait penyusunan
laporan keuangan yang didasarkan pada transaksi syariah. Agar laporan
keuangan sesuai dengan paradigma, azas, dan karakteristik laporan keuangan
syariah, maka ditetapkanlah unsur-unsur laporan keuangan syariah sebagai
berikut:

2
1. Komponen laporan yang mencerminkan kegiatan komersial
a. Laporan posisi keuangan;
b. Laporan laba rugi;
c. Laporan arus kas
d. Laporan perubahan ekuitas

2. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial


a. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat; dan
b. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.

3. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan


tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan penyusunan laporan keuangan
syariah adalah suatu proses mengatur dengan baik laporan yang disusun
berdasarkan prinsip akuntansi yang berisi tentang status keuangan suatu instansi
guna memenuhi kebutuhan pengguna laporan sesuai dengan kriteria syariah.
Dalam praktinya laporan keuangan oleh perusahaan tidak di buat secara
serampangan,tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan atau standar
yang berlaku. Hal ini perlu di lakukan agar laporan keuangan mudah di baca atau
di mengerti. Dengan kata lain adalah tugas seorang manajer keuangan adalah
mencari dana dari berbagai sumber dan membuat keputusan tentang sumber dana
yang harus dipilih. Di samping itu, seorang manajer keuangan juga harus mampu
mengalokasikan atau menggunakan dana secara tepat dan benar.

3
Dalam hal laporan keuangan, sudah merupakan kewajiban setiap
perusahaan untuk membuat dan melaporkan keuanggan perusahaanya atau
lembaga keuangan pada suatu periode tetentu, hal yang di laporkan lalu di
analisis untuk mengetahui kondisi dan posisi perusahaan atau lembaga keuangan
terkini. Dengan kata lain laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan
kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.

B. Tujuan Pembuatan Laporan Keuangan

Menurut Ratih Paramita tujuan laporan keuangan syariah adalah


dilaporkannya informasi kepatuhan bank terhadap prinsip syariah; membantu
pihak terkait dalam menentukan zakat bank, maupun pihak lain; membantu
mengevaluasi pemenuhan bank terhadap tanggung jawab amanah dalam
mengamankan dana; menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak,
informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh pemilik dan
pemilik rekening investasi; serta pemenuhan fungsi social termasuk pengelolaan
dan penyaluran zakat. Tujuan pembuatan laporan keuangan, menurut “ Kerangka
Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan” (IAI, 2002), adalah
sebagai berikut:
1. Laporan keungan menyajikan informasi tentang posisi keuangan (aktiva,
utang, dan modal pemilik) pada suatu saat tertentu.
2. Laporan keuangan menyajikan informasi kinerja (prestasi) perusahaan

4
3. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang perubahan posisi
keuangan perusahaan
4. Laporan keuangan mengungkapkan informasi keuangan yang penting dan
relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan keuangan.

C. Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan

Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok laporan keuangan yaitu:


1. Dapat dipahami yaitu informasi keuangan yang dapat dipahami adalah
informasi yang disajikan dalam bentuk dan bahasa teknis yang sesuai
dengan tingkat pengertian dan penggunanya.
2. Relevan berarti informasi keuangan harus berhubungan dengan tujuan
pemanfaatannya.
3. Andal adalah agar bermanfaat, informasi juga harus andal. Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan dan
kesalahan yang material, dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur dan yang seharusnya disajikan atau yang
secarawajar diharapkan dapat disajikan
4. Dapat diperbandingkan yaitu informasi akuntansi harus dapat
diperbandingkan dengan informasi akuntansi periode sebelumnya pada
perusahaan yang sama.

5
D. Komponen Laporan Keuangan Syariah

Secara umum komponen laporan keuangan lengkap menurut Standar


Akuntansi Keuangan (SAK) teridiri dari :
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;

2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode;

3. Laporan perubahan ekuitas selama periode;

4. Laporan arus kas selama periode;

5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang


signifikan dan informasi penjelasan lain;
1) Informasi komparatif mengenai periode terdekat sebelumnya
sebagaimana ditentukan dalam paragraf 38 dan 38A; dan
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya ketika
entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau
membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas
mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya sesuai dengan paragraf
40A-40D.
Sedangkan untuk komponen yang terdapat pada laporan keuangan syariah
diatur pada paragraf 11 PSAK 101 mengatur tentang komponen-komponen
laporan keuangan entitas syariah yang wajib disajikan sebagai standar penyajian
antara lain :
1. Neraca

Pos neraca memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahan


pada saat tertentu. Dengan neraca, pemakaian laporan keuangan akan
dapat: menilai likuiditas dan kelancaran operasi perusahaan atau organisasi,
menilai struktur pendanaan perusahaan, menganalisis komposisi kekayaan

6
dan potensi jasa perusahaan, dan mengevaluasi potensi jasa atau sumber
ekonomi yang dikuasai perusahaan.
2. Laporan Laba Rugi

Laporan ini memberikan informasi tentang keberhasilan manajemen


dalam mengelola perusahaan. Keberhasilan diukur dengan kemampuan
mengasilkan laba yaitu selisih antara semua semua penghasilan
(pendatapan dan untung) dan semua biaya yang diperkirakan telah
mendatangkan penghasilan tersebut.
3. Laporan Arus Kas

Laporan ini memberikan informasi tentang kegiatan manajemen


selama satu periode dalam mengelola kas. Melalui laporan arus kas,
pemakai laporan dapat melakukan evaluasi kegiatan manajemen dalam
operasi (Operating), Investasi (Investing), dan pendanaan (Financing).
4. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan ini merupakan penghubung antara laporan keuangan laba rugi


dan neraca. Laba rugi dan transaksi modal neto akan masuk dalam laporan
perubahan modal sehingga angka akhir akan diperoleh. Pemasukan angka
laba dan perubahan modal neto ke akun modal akan merupakan suatu
proses yang disebut tutup buku.
5. Laporan Sumber dan Penggunaan dana Zakat

Laporan ini merupakan informasi keuangan yang berisi rekapitulasi


penerimaan zakat yang di kelola entitas syariah sebagai pelaksana fungsi
baitul maal. Penerimaan zakat bisa berasal dari individu dari dalam entitas
syariah seperti pemilik, manajemen, dan karyawan. Individu di luar entitas
syariah juga bisa menyalurkan kewajiban zakatnya melalui entitas syariah
yang menyelenggarakan fungsi baitul maal.

6. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan

7
Laporan ini berisi informasi penerimaan dana kebajikan dari beberapa
komponen yang mungkin diterima oleh entitas syariah seperti infaq.
shodaqoh, hasil pengelolaa dana waqaf sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku (UU No. 41 Tahun 2004 Tentang
Wakaf), pengembalian dana kebajikan produktif, denda, dan pendapatan
non halal lainnya.

7. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan harus di sajikan secara sistematis. Setiap pos


dalam Neraca, Laporan Laba Rugi dan Laporan Arus Kas, Laporan
Perubahan Ekuitas, Laporan Sumber dan Penggunaan dana Zakat, Laporan
Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan harus berkaitan dengan informasi
yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, catatan atas laporan
keuangan mengungkapkan :
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan
transaksi yang penting.
b. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) tetapi tidak disajikan di Neraca, Laporan Laba
Rugi dan Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan
Sumber dan Penggunaan dana Zakat, Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana Kebajikan.
c. Informasi tambahan yang tidak di sajikan dalam laporan keuangan
tetapi di perlukan dalam rangka penyajian secara wajar.

8
E. Persamaan dan Perbedaan Laporan Keuangan Syari’ah dan
Konvensional

Persamaan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan antara perbankan


Syariah (PSAK No. 59) dan perbankan Konvensional (PSAK No. 31). Standar
akuntansi antara perbankan syariah dan perbankan konvensional menyajikan
suatu informasi yang berbeda dan untuk tujuan yang berbeda pula. Walaupun
demikian, kedua standar akuntansi keuangan ini mempunyai beberapa
persamaan.
1. Persamaan Laporan Keuangan Syari’ah dan Konvensional

Pada umunya tujuan sebuah laporan keuangan adalah sebagai berikut


Beberapa persamaan antara Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 5
(perbankan syariah) dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31
(perbankan konvensional) adalah sebagai berikut:
a. Memberikan informasi kas yang dapat di percaya mengenai posisi
keuangan perusahaan atau lembaga keuangan pada periode tertentu.
b. Memberikan laporan keuangan yang dapt dipercaya mengenai hasil usaha
perusahaan atau lembaga keuangan dalam periode tertentu.
c. Memberikan informasi yang dapat membantu pihak –pihak yang
berkepentingan untuk menilai atau mengintreprestasikan kondisi dan
potensi suatu perusahaan atau lembaga keuangan.

9
d. Memberikan informasi penting lainya yang relevan dengan kebutuhan
pihak-pihak berkepentinagan dengan laporan kebutuhan yang
bersangkutan.
Dari ke empat tujuan umum sebuah lembaga keuangan
diatas dapat disimpulkan bahwasanya persamaan antara laporan
keuangan dkonvensional dan laporan syariah adalah sama-sama untuk
menginformasikan keadaan keuangan suatu lembaga atau instasi.

Tabel Persamaan Umum Laporan Keuangan Syari’ah & Konvensional

10
Tabel Persamaan Laporan Laba Rugi Keuangan Syari’ah &
Konvensional

11
2. Perbedaan Laporan Keuangan Syari’ah dan Konvensional

a. Dari Segi Pelaporan

Dalam perkembangan perbankan, standar akutansi keuanagn perbankan sudah


diatur dalm undang-undang. Untuk standarisasi perbankan konvensional telah
diatur dalam standar keuangan Akutansi nomor 31 tentang akutansi perbankan
sedang untuk perbankan syariah diatur dalam Akutansi Keuanagn Nomor 59
mengenai akutansi perbankan syariah.
Secara umum perbankan konvensional dan perbankan syariah memiliki
perbedaan prinsip yang mendasar. Perbankan konvensional lebih menekankan
pada bunga, sedangkan syariah lebih kepada pembagian hasil. Dalam laporan
keuangan bank konvensional memiliki 5 jenis laporan keuangan, sedangkan
laporan keuangan syariah meiliki 8 jenis laporan keuangan. Perbedaan 5 dan 8
jenis tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1
Perbedaan Laporan Keuangan
Bank Konvensional Bank Syariah

1. Neraca 1. Neraca

2. Laporan laba rugi 2. Laporan Laba Rugi

3. Laporan Arus Kas 3. Laporan Arus Kas

4. Laporan Perubahan Ekuitas 4. Laporan Peruubahan Ekuitas

5. Catatan Atas Laporan Keuangan 5. Lap. Perubahan dana investasi terkait

12
6. Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan

bagi Hasil

7.Laporan Sumbber dana dan

penggunaan dana Zakat

8.Laporann Dan penggunaan dana

kebaikan.

Acuan peyusunan laporan keuangan Bank Konvensional


1) Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
(KDPPLK)
2) PSAK (no 1-58)
3) Pedoman akutansi perbankan Indonesia (PAPI)

Acuan peyusunan laporan keuangan Bank Syariah


1) Kerangka Dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
syariah (KDPPLKS)
2) PSAK Syariah (No.101-109)
3) PSAK 59: Akutansi perbankan
4) Pedoman Akutansi Perbankan Syariah indonesia (PAPSI)

b. Dari segi akad dan legalitas

Fiqih muamalat Islam membedakan antara wa’ad dengan akad.

sementara akad adalah kontrak antara dua belah pihak. Wa’ad hanya
mengikat satu pihak, yakni pihak yang memberi janji berkewajiban untuk
melaksanakan kewajibannya. Sedangkan pihak yang diberi janji tidak

13
memikul kewajiban apa-apa terhadap pihak lainnya. Dalam wa’ad, terms
and condition-nya belum ditetapkan secara rinci dan spesifik (belum well
defined). Bila pihak yang berjanji tidak dapat memenuhi janjinya, maka
sanksi yang diterimanya lebih merupakan sanksi moral.
Akad merupakan suatu kesepakatan yang mengikat kedua belah
pihak yang saling bersepakat, yakni masing-masing pihak terikat untuk
melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah disepakati
terlebih dahulu. Dalam akad, terms and condition-nya sudah ditetapkan
secara rinci dan spesifik (sudah well-defined). Bila salah satu atau kedua
pihak yang terikat dalam kontrak itu tidak dapat memenuhi kewajibannya,
maka ia/mereka menerima sanksi seperti yang sudah disepakati dalam
akad.
Dalam bank syariah, akad yang yang dilakukan memiliki
konsekwensi duniawi dan ukhrowi, karena akad yang dilakukan
berdasarkan hukum islam. Sehingga kesepakatan dapat diminimalisir.
Selain itu akad dalam perbankan syariah baik dalam hal barang, pelaku
transaksi, maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad,
seperti hal-hal berikut.
a) Syarat, seperti:
 Barang dan jasa harus halal.
 Harga barang dan jasa harus jelas
 Tempat penyerahan harus jelas.
 Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan.

Dari uarian diatas akad dan legalitas sebuah lembaga keungan syariah
dan konvensional itu berbeda dimana akad dalam bank syariah itu
memberikan nilai dunia dan ahirat karena disitu menentukan langkah yang
akan dilakukan oleh sesorang. Sementara dalam konvensional hanya akan
memberikan sanki moral sesuai dengan yang sudah disepakati di awal.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Laporan keuangan adalah laporan yang di susun secara periodik menurut

prinsip-prinsip akutansi yang di terima secara umum tentang status keuangan baik

dari individu maupun organisasi. pada dasarnya laporan keungan syariah dan

konvensional adalah organisasi yang bertujuan sebagai berikut:

1. Memberikan informasi kas yang dapat di percaya mengenai posisi keuangan

perusahaan atau lembaga keuangan pada periodik tertentu.

2. Memberikan laporan keuangan yang dapt dipercaya mengenai hasil usaha

perusahaan atau lembaga keuangan dalam periode tertentu.

3. Memberikan informasi yang dapat membantu pihak –pihak yang

berkepentingan untuk menilai atau mengintreprestasikan kondisi dan potensi

suatu perusahaan atau lembaga keuanagan.

4. Memberikan informasi penting lainya yang relevan dengan kebutuhan pihak-

pihak berkepentinagan dengan lapora kebutuhan yang bersangkutan.

Hanya saja dalam sistem dan pelaksanaan yang berbeda. Jika bank syariah

berlandaskan pada hukum islam (syariah) sedangkan bank konvensional tidak

menggunakan konsep islam. Dalam bank syariah, akad yang yang dilakukan memiliki

konsekwensi duniawi dan ukhrowi, karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum

islam yang dimana mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yakni

15
masing-masing pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing

yang telah disepakati terlebih dahulu.

16
Daftar Pustaka

Wiyono, S. (2005). Cr Mdh Mmhm Akt. Perbankan Syariah. Grasindo.

Perdana, R. P. (2019). Tinjauan hukum Islam terhadap implementasi Pembiayaan Musyarakah di


pengelolaan Syariah Trade Center (STC) Pasar Turi Surabaya (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel
Surabaya).

Antonio, M. S. I. (2001). Bank Syariah: dari teori ke praktik. Gema Insani.

17

Anda mungkin juga menyukai