Anda di halaman 1dari 5

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian kesulitan belajar.

Blassic dan Jones, sebagaimana


dikutip oleh Warkitri ddk. (1990 : 8.3), menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu
jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh. Mereka
selanjutnya menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal
inteligensinya, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik
persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya.
Sementara itu Siti Mardiyanti dkk. (1994 : 4 – 5) menganggap kesulitan belajar sebagai suatu
kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat
psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses belajarnya.

Permasalahan dalam belajar

1. Learning Disorder (Kekacauan Belajar) adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu
karena timbulnya respon yang bertentangan. Potensi dasar anak tidak diragukan tetapi belajar anak
terhambat oleh reaksi-reaksi yang bertentangan, sehingga anak tidak dapat menguasai bahan yang
dipelajari dengan baik. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju
dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan
lemah-gemulai.
2. Learning Disabilities (Ketidakmamuan Belajar) adalah ketidakmampuan belajar mengacu pada
gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah
potensi intelektualnya
3. Learning Disfunction adalah gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi
dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental,
gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh
yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih
bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
4. Underachiever adalah mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa
yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ =
130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
5. Slow Learner adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang
lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama

Contoh-contoh kesulitan belajar


1. Gangguan disleksia 2. Underachiever 3. curang 4. Retardasi mental 5. Learning dis-abilities 6.
Anak tunarungu 7. Slow learners 8. Perilaku Agresif 9. Berbohong 10. Kecemasan 11. Kesulitan
matapelajaran Bahasa Indonesia 12. Autism 13. Anak temper tantum 14. Pemalu 15. Ngompol
(enuresis) 16. Gagap (Stuttering) 17. Gangguan Pemusatan Perhatian 18. Hiperaktif 19. Disgrafia 20.
Berbicara 21. Kesulitan Belajar anak ADHD 22. Anak malas beajar

Gejala Kesulitan Belajar di Sekolah


Menurut Moh. Surya, tingkah laku yang merupakan manifestasi dari gejala kesulitan belajar
antara lain:
      1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah.
      2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
      3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar.
      4. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar.
      5. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan.
      6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar.
Dari apa yang dikemukakan diatas dapat dipahami adanya beberapa manifestasi dari gejala kesulitan
belajar yang dialami oleh peserta didik, diharapkan para guru dapat memahami dan mengidentifikasi
nama siswa yang mengalami kesulitan belajar dan mana pula yang tidak.

Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar


Menurut Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin S.M. (2002 : 325-326), faktor-faktor yang
menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri
yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri yang bersangkutan.
1. Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa. Faktor ini
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor kejiwaan dan faktor kejasmanian.
a. Faktor kejiwaan, antara lain :
1) minat terhadap mata kuliah kurang;
2) motif belajar rendah;
3) rasa percaya diri kurang;
4) disiplin pribadi rendah;
5) sering meremehkan persoalan;
6) sering mengalami konflik psikis;
7) integritas kepribadian lemah.
b. Faktor kejasmanian, antara lain :
1) keadaan fisik lemah (mudah terserang penyakit);
2) adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan;
3) adanya gangguan pada fungsi indera;
4) kelelahan secara fisik.
2. Faktor Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berada atau berasal dari luar mahasiswa.
Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua : faktor instrumental dan faktor lingkungan.
a. Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental yang dapat menyebabkan kesulitan belajar mahasiswa antara lain :
1) Kemampuan profesional dan kepribadian dosen yang tidak memadai;
2) Kurikulum yang terlalu berat bagi mahasiswa;
3) Program belajar dan pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik;
4) Fasilitas belajar dan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Penyebab kesulitan belajar
yang berupa faktor lingkungan antara lain :
1) Disintegrasi atau disharmonisasi keluarga;
2) Lingkungan sosial kampus yang tidak kondusif;
3) Teman-teman bergaul yang tidak baik;
4) Lokasi kampus yang tidak atau kurang cocok untuk pendidikan

Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar


Diganosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar. Sebagai
prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis
Menurut Rosss dan Stanley (Abin S.M., 2002 : 309), tahapan-tahapan diagnosis kesulitan belajar
adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
a. Who are the pupils having trouble ? (Siapa siswayang mengalami gangguan ?)
b. Where are the errors located ? (Di manakah kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilokalisasikan ?)
c. Why are the errors occur ? (Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi ?)
d. What are remedies are suggested? (Penyembuhan apa saja yang disarankan?)
e. How can errors be prevented ? (Bagaimana kelemahan-kelemahan itu dapat dicegah ?)

Langkah Diagnostik
1.     Identifisasi Kasus
2.     Diagnosa
3.     Melakukan Prognosa
4.     Melakukan Pemberian Bantuan
5.     Melakukan Tindak Lanjut ( Follow up Service )
6.     Melakukan pendekatan-pendekatan lanjutan terhadap siswa yang bersangkutan

IDENTIFIKASI KASUS
Pada langkah ini yang harus diperhatikan adalah mengenal gejala-gejala awal dari suatu masalah yang
dihadapi siswa. Maksud dari gejala awal disini adalah apabila siswa menujukkan tingkah laku berbeda
atau menyimpang dari biasanya. Untuk mengetahui gejala awal tidaklah mudah, karena harus
dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan memperhatikan gejala-gejala yang nampak, kemudian
dianalisis dan selanjutnya dievaluasi. Apabila siswa menunjukkan tingkah laku atau hal-hal yang
berbeda dari biasanya, maka hal tersebut dapat diidentifikasi sebagai gejala dari suatu masalah yang
sedang dialami siswa.

Tujuannya : mencari dan menemukan siswa-siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar yang
serius dan memerlukan bantuan.
Tekniknya : memanfaat kan catatan / rekaman yang menyangkut kegiatan belajarnya untuk dianalisis.
Prosedurnya : mengumpulkan nilai-nilai dari seluruh bidang studi dalam satu kelas untuk :
a.     Dihitung nilai rata-rata bagi setiap siswa
b.     Dihitung nilai rata-rata seluruh siswa di kelas
c.      Dibuat grafik untuk mengetahui posisi siswa dalam kelas berdasarkan nilai rata-rata
d.     Siswa yang nilai rata-ratanya di bawah rata-rata umum kelas, ditandai sebagai siswa yang mengalami
kesulitan belajar
e.     Siswa yang nilai rata-ratanya banyak berada di bawah rata-rata kelas adalah siswa yang banyak
mengalami kesulitan belajar

MELAKUKAN DIAGNOSA
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi
timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab
kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya.
Tujuannya :
 Mengetahui secara tepat lokasi kesulitan belajar dalam bidang studi apa saja
 Mengetahui jenis kesulitan belajar yang dialami
 Mengetahui penyebab kesulitan belajar

Tekniknya :
 Melakukan analisis dokumen
 Melakukan wawancara
 Melakukan observasi
 Melakukan tes dalam berbagai jenisnya
 Melakukan pengukuran dengan teknik sosiometri
 Mengadakan rapat petugas BK tentang kasus yang ditemui

Prosedur Diagnosa :
o   Menyusun nilai rata-rata bidangstudi
o   Membuat grafik tentang kedudukan anak yang mengalami kesulitan belajar dalam bidang studi tersebut
o   Menetapkan pada bidang apa saja siswa tersebut mengalami kesulitan belajar,dan dibantu oleh nilai
rapor dan nilai ulangan
o   Menetapkan siswa mana yang mendapat prioritas pelayanan karena paling banyak mengalami kesulitan
belajar

Menetapkan Jenis dan Macam Kesulitan Belajar


    Menganalisis hasil pekerjaan siswa dalam bidang studi tertentu yang diduga menimbulkan
kesulitan
    Mewawancarai guru bidang studi bersangkutan
    Mewawancarai siswa bersangkutan
    Melakukan tes ( psikotes, diagnostik, atau achievement tes )

Cara Mengungkapkan Latar Belakang Kesulitan Belajar Siswa


  Menganalisis dokumen-dokumen tentang data siswa bersangkutan, seperti: identitas pribadi, riwayat
pendidikan, prestasi belajar, latarbelakang kehidupan keluarga, bakat, minat, kecerdasan cita-cita,
pribadi lingkungan (sosial dan kultural), kesehatan hobi dan lain-lain
  Mewawancarai siswa yang bersangkutan dan orang tuanya
  Pengukuran hubungan sosial siswa dengan sosiometri
  Mengobservasi siswa yang bersangkutan pada waktu belajar

MELAKUKAN PROGNOSA
Langkah prognosis ini guru menetapkan alternatif tindakan bantuan yang akan diberikan. Selanjutnya
melakukan perencanaan mengenai jenis dan bentuk masalah apa yang sedang dihadapi anak.
Prognosa artinya: “ ramalan ”. Dalam “Prognosa” ini antara lain akan ditetapkan mengenai bentuk
“treatment” (perlakuan) sebagai follow up dari dari diagnosa. Dalam hal ini dapat berupa bentuk
treatment yang harus diberikan, Bahan/materi yang diperlukan, Metode yang akan dipergunakan, Alat-
alat bantu belajar mengajar yang diperlukan, Waktu ( kapan kegiatan itu dilaksanakan). Pendek kata,
prognosis adalah merupakan aktivitas penyusunan rencana/program yang diharapkan dapat membantu
mengatasi masalah kesulitan belajar anak
Tujuannya : untuk menetapkan teknik macam dan teknik pemberian bantuan yang sesuai dengan
corak kesulitan yang dialami siswa.
Tekniknya : mengadakan rapat kasus tentang siswa yang bersangkutan dengan staf BK, Agama dan
lainnya.
Prosedur : dalam rapat staf BK, Agama dan Staf Sekolah, ditetapkan langkah-langkah yang perlu
diambil dan menentukan teknik pemberian bantuan yang sesuai jenis, sifat, corak dan latar belakang
kesuliran.

Contohnya :
Contoh Teknik Pemberian Bantuan
a.     Kesulitan disebabkan karena latar belakang masalah pribadi, seperti konflik batin,rasa rendah diri,
kurang motivasi dan lain-lain. Maka bantuan diberikan melalui penyuluhan ( counseling ).
b.     Bila kesulitan disebabkan karena gangguan mental,neurose, gangguan kesehatan jasmani, maka
hendaknya dilimpahkan ke dokter ahli.
c.      Kesulitan karena latar belakang sikap sosial, maka bantuan melalui bimbingan kelompok ( group
guidance ) sehingga siswa akan dilatih penyesuaian diri ( self adjustment ) atau tugas kelompok untuk
memupuk rasa sosialnya ( tugas resitasi, kepanitiaan dan lain-lain )

PEMBERIAN BANTUAN
Perlakuan di sini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang
mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun.

Tujuan : untuk memberikan bantuan terhadap siswa yang bersangkutan agar dapat mengatasi kesulitan
belajarnya dengan kemampuan sendiri dan dapat menyesuaikan diri sehingga tercapai hasil belajar
yang optimal.
Teknik : memilih salah satu teknik pemberian bantuan yang sudah ditetapkan, diantaranya :
       I.            Remedial Teaching, memberikan pelajaran tambahan berupa kursus-kursus ( private test )
bagi bidang studi yang lemah agar siswa dapat meningkatkan kemajuanya ( disembuhkan ).
     II.            Memberikan Konseling kepada siswa yang bersangkutan tentang hal yang menghambat
kemajuan belajarnya, misalnya sikap, minat dan perhatian yang kurang terhadap bidang studi atau
menghilangkan sebab-sebab mental spiritual.
  III.            Melakukan Bimbingan kelompok terhadap siswa yang mengalami masalah sikap, sosial,
penyesuaian dirinya dalam pergaulan ( egoism terlalu besar, takut bergaul, rasa rendah diri )
  IV.            Melakukan Pelimpahan ( refera ) kepada para ahli lain di bidangnya, seperti psikolog,
psikiater, polisi dan lain-lain.

MELAKUKAN TINDAK LANJUT


Tahap ini merupakan kegiatan lanjutan setelah semua tahapan diatas selesai dilakukan. Follow up
berguna untuk melihat sejauh mana keberhasilan pemberian bantuan melalui proses studi kasus yang
telah berlangsung. Juga sebagai upaya pemeliharaan yang dikembangkan oleh anak supaya mampu
mengatasi masalahnya.

Tujuan : untuk mengetahui sejauhmana bantuan yang telah diberikan tersebut dapat memperbaiki
kegiatan belajar lebih lanjut.
Tekniknya : melakukan
 Tes kemajuan belajar ( achievement test )
 Psikotes atau wawancara kepada siswa tentang kemajuan belajar dalam bidang tertentu.
 Analisis dokumen ( hasil ulangan, tes )
 Observasi ( minat dan perhatian terhadap proses belajar dan pembelajaran di kelas, di luar kelas di
rumah, kelompok belajar )

Anda mungkin juga menyukai