1. Pengertian
2. Sejarah KDPPLKS
Pada tahun 2007, IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) mengesahkan KDPPLKS dan masih
berlaku hingga saat ini. Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 08230-
B/DPN/IAI/XI/2013 maka seluruh produk akuntansi syariah yang dikeluarkan DSAK
sebelumnya dialihkan kewenangannya kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS)
IAI.
Kerangka KDPPLKS disajikan bagi penggunanya dengan tujuan untuk digunakan sebagai
acuan bagi :
Bentuk laporan keuangan yang harus disajikan berdasarkan KDPPLKS adalah sebagai
berikut :
1. Posisi keuangan entitas syariah
2. Informasi kinerja entitas syariah (dalam laporan laba rugi)
3. Informasi perubahan posisi keuangan entitas syariah
4. Informasi lain
5. Catatan dan skedul tambahan
1. Dasar akrual
Transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian dan bukan pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar, serta diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam
laporan keuangan periode yang bersangkutan.
2. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas yariah akan
melanjutkan usahanya di masa depan.
Paradigma dasar transaksi syariah adalah bahwa alam semesta diciptakan oleh Tuhan sebagai
amanah serta sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai
kesejahteraan secara material dan spiritual (al-falah). Paradigma ini menekankan setiap
aktivitas umat manusia memiliki perangkat syariah dan akhlak sebagai parameter baik dan
buruk, benar dan salah dalam aktivitas tersebut.
Syariah adalah ketentuan hukum islam yang mengatur aktivitas umat manusia yang berisi
perintah serta larangan seluruh interaksi vertikal dan horizontal umat. Prinsip syariah yang
berlaku umum dalam transaksi syariah (muamalah) mengikat secara hukum bagi semua
pelaku ekonomi yang melakukan transaksi tersebut. Sedangkan akhlak adalah norma dan
etika yang di dalamnya berisi nilai-nilai moral yang mengatur interaksi antar sesame makhluk
agar hubungan tersebut menjadi saling menguntungkan, sinergis, dan harmonis.
1. Persaudaraan (ukhuwah)
Transaksi syariah menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat sehingga
tidak ada satupun pihak yang mendapatkan keuntunan di atas kerugian orang lain. Dalam
ukhuwah transaksi syariah, dikenal prinsip mengenal (ta’aruf), saling memahami (tafahum),
saling menolong (ta’awun), saling menjamin (takaful), saling bersinergi dan beraliansi
(tahaluf).
2. Keadilan (ta’dilu)
Esensi dari keadilan adalah dapat menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya dan
memberikan sesuatu hanya kepada yang berhak dan memperlakukan sesuatu sesuai porsinya.
Implementasi keadilan dalam usaha ekonomi dapat dilihat dalam unsur-unsur berikut :
Merupakan segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi,
material dan spiritual, serta individual dan kolektif.
4. Keseimbangan (tawazun)
Esensi dari keseimbangan adalah seimbang dalam aspek material dan spiritual, aspek privat
dan public, sektor keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial, serta aspek pemanfaatan dan
pelestarian. Dalam transaksi syariah tidak hanya menekankan untuk memaksimalisasi
keuntungan perusahaan bagi kepentingan shareholder akan tetapi juga semua pihak untuk
dapat merasakan manfaat dari adanya kegiatan ekonomi tersebut.
5. Universalisme (syumulliyah)
Esensinya adalah segala bentuk transaksi syariah dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk
semua pihak yang berkepentingan tanpa melihat suku, ras, agama, dan golongan dengan
semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin).