Anda di halaman 1dari 3

#9 MENGENAL REKSA DANA SYARIAH

Selama ini, instrumen investasi syariah yang selama ini dikenal adalah seperti emas dan
tanah. Di luar itu, sebetulnya ada juga reksa dana syariah yang dapat dijadikan sebagai salah
satu pertimbangan.
Menjadi pertanyaan, apa itu reksa dana syariah? Apa yang membedakannya dengan reksa
dana konvensional? Dan apa keunggulannya dibandingkan reksa dana konvensional.
Reksa Dana Syariah adalah reksa dana yang dijalankan sesuai dengan prinsip syariah. Prinsip
pengelolaan reksa dana yang sesuai dengan prinsip syariah ada 3 yaitu:
Berinvestasi pada Efek Syariah
Efek Syariah adalah Efek sebagaimana di maksud dalam Undang-Undang Pasar
Modal dan peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha yang menjadi
landasan penerbitannya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di Pasar Modal.
Kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan prinsip syariah antara lain menggunakan
sistem riba/bunga seperti bank dan perusahaan pembiayaan berbasis bunga, perusahaan yang
memproduksi rokok dan minuman keras, perjudian, jual beli risiko yang mengandung unsur
ketidakpastian seperti asuransi konvensional.
Selain itu, meski sudah sesuai dengan prinsip syariah secara rasio keuangan juga
harus dipenuhi lagi 2 syarat yaitu rasio antara total utang yang mengandung bunga
dibandingkan total aset maksimal 45 persen dan rasio antara pendapatan yang tidak sesuai
prinsip syariah seperti pendapatan bunga maksimal 10 persen dari total pendapatan.
Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia (BEI) mengeluarkan Daftar Efek
Syariah (DES) setiap 6 bulan. Pada daftar itulah investor bisa mengetahui saham dan obligasi
mana yang sesuai dengan prinsip syariah dan mana yang tidak.
Dalam kasus tertentu revisi daftar efek syariah dapat dilakukan kurang dari 6 bulan
apabila ada perusahaan yang dalam perjalanannya  melakukan menerbitkan obligasi atau
meminjam uang ke bank yang menyebabkan rasio utangnya lebih besar dari ketentuan.
Manajer Investasi yang mengelola reksa dana syariah hanya bisa menempatkan
dananya pada saham dan obligasi yang masuk dalam Daftar Efek Syariah.
Adanya Proses Cleansing
Yang dimaksud dengan cleansing adalah proses pembersihan reksa dana syariah dari
pendapatan yang sifatnya tidak sesuai dengan prinsip syariah dimana pendapatan tersebut
selanjutnya akan digunakan untuk tujuan amal.
Sebagai produk keuangan, ada kemungkinan pendapatan yang sifatnya tidak syariah
masuk dalam reksa dana. Sebagai contoh, bunga mengendap. Ketika masyarakat berinvestasi
di reksa dana, rekening bank kustodian yang digunakan umumnya merupakan bank umum
karena belum ada bank syariah yang menjadi bank kustodian.
Dana yang disetorkan masyarakat ada yang langsung ditarik dan dipindahkan ke
rekening utama, ada pula yang dibiarkan mengendap dulu beberapa waktu dan baru ditarik
jika jumlahnya sudah signifikan. Dari dana yang mengendap tersebut, walaupun kecil
umumnya bank akan memberikan bunga.
Pendapatan bunga itulah selanjutnya harus dicatat terpisah karena tidak bisa diakui
sebagai pendapatan dan selanjutnya akan diamalkan. Proses tersebut disebut
dengan cleansing.
Skenario lain, dana cleansing juga berpotensi muncul dari aksi korporasi yaitu
penerbitan utang. Sebagai contoh suatu perusahaan yang unit usaha dan rasio keuangannya
yang telah memenuhi prinsip syariah melakukan pinjaman ke bank.
Akibat dari aksi tersebut, rasio utang mencapai lebih dari 45 persen sehingga oleh
OJK dan BEI dikeluarkan dari Daftar Efek Syariah. Ternyata sewaktu dikeluarkan, Manajer
Investasi reksa dana syariah belum sempat menjual semua saham dan harganya mengalami
kenaikan.
Kenaikan harga yang terjadi setelah suatu saham dikeluarkan dari Daftar Efek Syariah
selanjutnya juga tidak boleh diakui sebagai pendapatan reksa dana dan harus dicatatkan
terpisah.
Adanya Dewan Pengawas Syariah
Berbeda dengan reksa dana konvensional yang hanya terdiri dari 2 pihak yaitu Bank
Kustodian dan Manajer Investasi, ada tambahan satu pihak lagi dalam reksa dana syariah
yaitu Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Dewan pengawas syariah adalah dewan yang mengawasi pemenuhan prinsip syariah
pada suatu reksa dana yaitu investasi sesuai DES dan Cleansing. Mereka merupakan pihak
independen yang ahli tentang pasar modal dan hukum syariah. Dewan Pengawas Syariah juga
bisa memberikan rekomendasi terhadap penyaluran dana cleansing.
Reksa Dana Konvensional dan Reksa Dana Syariah
Ketiga hal di atas yang membedakan reksa dana konvensional dengan reksa dana
syariah. Dari sisi investor, reksa dana syariah dapat dibeli oleh siapa saja baik umat muslim
ataupun tidak. Dari sisi pengelolaan, pada dasarnya reksa dana konvensional dan reksa dana
syariah sama. Demikian pula cara pembelian dan transaksinya.
Dari sisi kinerja, reksa dana syariah dapat menawarkan diversifikasi karena lebih
fokus pada sektor properti, infrastruktur, komoditas, manufaktur dan jasa perdagangan
dengan risiko gagal bayar yang lebih kecil karena menghindari perusahaan yang rasio
hutangnya besar.
Secara historis, perbandingan antara kinerja saham yang masuk dalam Daftar Efek
Syariah atau disebut ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) dengan saham secara umum atau
disebut IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dari tahun 2012 – 2015 adalah sebagai
berikut ISSI : +15,67  persen, -0,89 persen, +17,35 persen, dan -13.98%. Sedangkan IHSG :
+12,94 persen, -0,98 persen, +22,29 persen dan -12.13%.
Dari kinerja historis tersebut dapat dilihat bahwa 2 dari 4 tahun kinerja ISSI
mengalahkan IHSG dan 2 kalinya kalah. Secara historis tidak ada perbedaan yang terlalu
signifikan antara reksa dana saham konvensional dan reksa dana saham syariah. Dengan
demikian investor tidak perlu khawatir jika kinerja reksa dana berbasis syariah tidak lebih
baik dibandingkan reksa dana konvensional

Anda mungkin juga menyukai