DISUSUN OLEH :
ARIZA RIZQI UMAMY P
X.2
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….....
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………
2. Dinamisme
Dinamisme adalah keyakinan terhadap kekuatan yang berada dalam suatu benda
dan diyakini mampu memberikan suatu manfaat dan marabahaya. Benda-benda tersebut
bisa berupa gunung, bebatuan, dan lain sebagainya. Berbeda dengan animisme yang
penekanannya berada pada kepercayaan terhadap roh, dinamisme didasari oleh pola pikir
bahwa kekuatan alam menentukan kehidupan secara keseluruhan.
3. Periode Hindu-Buddha
Wisatawan yang tengah memotret salah satu bagian candi di Borobudur Foto:
Dok. PT TWC Wisatawan yang tengah memotret salah satu bagian candi di Borobudur
Foto: Dok. PT TWC. Pengaruh Hindu Budha eksistensinya dengan mudah dapat dikenali
dari peninggalan batu bertulis serta candi. Masuknya kebudayaan Hindu juga menjadikan
masyarakat Indonesia mengenal kasta, meskipun tidak seketat India. Kasta tersebut
adalah Brahmana (kaum pendeta dan sarjana), Ksatria (para prajurit, pejabat, dan
bangsawan), Waisya (para pedagang, petani, pemilik tanah, dan prajurit), serta Sudra
(rakyat jelata dan pekerja kasar). Agama Budha yang menekankan pada moral dan
menuntun manusia untuk berbuat baik terhadap sesama agar dapat mencapai Nirwana
juga diterima secara baik di Nusantara. Ajaran ini juga memperlancar meresapnya ajaran
agama Islam, kerena mengajarkan hal yang hamper serupa.
4. TEORI CINA
Penyebaran Islam di Indonesia juga diperkirakan masuk dari Cina. Ajaran Islam
berkembang di Cina pada masa Dinasti Tang (618-905 M), dibawa oleh panglima muslim
dari kekhalifahan di Madinah semasa era Khalifah Ustman bin Affan, yakni Saad bin Abi
Waqqash. Kanton pernah menjadi pusatnya para pendakwah muslim dari Cina. Jean A.
Berlie (2004) dalam buku Islam in China menyebut relasi pertama antara orang-orang
Islam dari Arab dengan bangsa Cina terjadi pada 713 M. Diyakini bahwa Islam
memasuki Nusantara bersamaan migrasi orang-orang Cina ke Asia Tenggara. Mereka
dan memasuki wilayah Sumatera bagian selatan Palembang pada 879 atau abad ke-9 M.
Bukti lain adalah banyak pendakwah Islam keturunan Cina yang punya pengaruh besar di
Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa, seiring dengan keruntuhan
Kemaharajaan Majapahit pada perjalanan abad ke-13 M. Sebagian dari mereka disebut
Wali Songo. Dalam buku Sejarah yang ditulis oleh Nana Supriatna diungkapkan,
Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Patah, putra Raja Majapahit dari istri seorang
perempuan asal Cina yang telah masuk Islam. Raden Patah yang memiliki nama Cina, Jin
Bun, memimpin Demak bersama Wali Songo sejak 1500 M.
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah
kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan
ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji”. (Q.S. al-Baqarah/2: 267)
Perintah Allah SWT. di atas sudah dilakukan oleh para sahabat Nabi SAW.,
seperti Abu Bakar r.a., Ustman bin Affan r.a., Umar bin Khattab r.a., Ali bin Abi Thalib
r.a. dan sahabat lainnya. Mereka gemar bersedekah, dan menjalani hidup secara
sederhana. Berkat kesederhanaan para ulama penyebar Islam di Indonesia, perjuangan
dakwah menunjukkan hasil luar biasa. Banyak rakyat jelata, masyarakat miskin, orang
awam dengan suka rela memeluk agama Islam. Akhlak para ulama ini patut dicontoh
oleh semua kaum muslimin. Apalagi saat ini gaya hidup modern, hedonism, dan
materialism sangat kuat mempengaruhi masyarakat. Seperti diketahui bahwa manusia
akan selalu digoda oleh hawa nafsu untuk menguasai dunia. Ibarat minum air laut,
semakin diminum akan semakin haus. Menuruti keinginan hawa nafsu duniawi tidak
akan ada selesainya. Hari ini memiliki emas, esok ingin merengkuh berlian. Ketika
berlian sudah dimiliki, kepuasan hanya sekejap saja, karena akan terus merasa kurang.
Memiliki gadget bagus, tapi merasa kurang karena melihat gadget orang lain lebih bagus,
demikian seterusnya. Sungguh tak akan ada yang mampu menghentikan keinginan tak
berujung ini, kecuali kematian. Saat itulah, semua ambisi duniawi sirna seketika. Ia
meninggalkan dunia ini dengan membawa beberapa lembar kain kafan saja. Rumah,
emas, berlian, jabatan, keluarga dan semua isi dunia ini ditinggalkan begitu saja. Padahal
selama hidup di dunia, ia mati-matian untuk meraihnya.
ت ِّم ۢ ْن بَي ِْن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن َخ ْلفِ ٖه يَحْ فَظُوْ نَهٗ ِم ْن اَ ْم ِر هّٰللا ِ ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َح ٰتّى يُ َغيِّرُوْ ا َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ۗ ْم َواِ َذآ اَ َرا َد هّٰللا ُ بِقَوْ ٍم
ٌ لَهٗ ُم َعقِّ ٰب
ٍ س ُۤوْ ًءا فَاَل َم َر َّد لَهٗ ۚ َو َما لَهُ ْم ِّم ْن ُدوْ نِ ٖه ِم ْن و
َّال
Artinya:
“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran,
dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q.S.
ar-Ra’d/13: 11)
Para ulama lebih mengutamakan kelancaran dakwah daripada kepentingan pribadi
dan keluarganya. Kesenangan duniawi diabaikan demi keberhasilan dakwah. Medan
dakwah yang berat berupa lautan, hutan belatara, dan ancaman musuh tidak menyurutkan
tekad perjuangan dakwah. Mereka optimis mampu melaksanakan tugas dakwah dengan
baik. Kegigihan dalam berjuang harus diikuti dengan sifat optimis dan tawakal kepada
Allah Swt. Semua keberhasilan merupakan karunia Allah Swt. yang harus disyukuri,
sedangkan kegagalan harus diatasi dengan tawakal kepada-Nya. Semua kesulitan dakwah
pasti ada jalan keluarnya. Allah Swt. akan membimbing hamba-Nya yang bersungguh-
sungguh berjalan di atas kebenaran.
Hal ini penting untuk ditiru oleh seseorang yang ingin belajar ilmu agama. Harus
ada di antara kaum muslimin yang menekuni ilmu agama (tafaqquh fiddin). Hal ini sesuai
firman Allah Swt. dalam Q.S. at-Taubah/9:122 berikut ini.
َ َو َما َكانَ ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ لِيَ ْنفِرُوْ ا َك ۤافَّ ۗةً فَلَوْ اَل نَفَ َر ِم ْن ُك ِّل فِرْ قَ ٍة ِّم ْنهُ ْم
ط ۤا ِٕىفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْ ا فِى ال ِّدي ِْن َولِيُ ْن ِذرُوْ ا قَوْ َمهُ ْم اِ َذا َر َجع ُْٓوا اِلَ ْي ِه ْم
َلَ َعلَّهُ ْم يَحْ َذرُوْ ن
Artinya:
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan
perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk
memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya”. (Q.S at-
Taubah/9:122)
d. Sabar
Ujian dan cobaan yang dialami oleh para ulama penyebar Islam di Indonesia
berhasil dilalui dengan kesabaran. Salah satu hikmah adanya ujian tersebut adalah dapat
diketahui tingkat keimanan seseorang. Allah Swt. hendak menguji siapakah di antara
hamba-Nya yang terbaik amal-amalnya. Seorang pendakwah harus memiliki tingkat
kesabaran tinggi karena menghadapi umat yang memiliki keragaman budaya, etnis,
tingkat pendidikan, dan kepribadian. Seseorang akan diuji oleh Allah Swt. sesuai dengan
tingkat keimanannya. Semakin tinggi keimanan, maka semakin berat ujian dari Allah
Swt. Keimanan dan kesabaran adalah dua sisi yang menyatu, tidak dapat dipisahkan satu
sama lain, diibaratkan seperti kepala dan badan. Manusia yang paling berat ujiannya
adalah para nabi, kemudian para wali dan seterusnya sampai pada derajat orang awam.
Pahala sifat sabar sangatlah besar, dan hanya Allah Swt. yang mengetahuinya. Hal ini
seperti firman Allah Swt. dalam Q.S. az-Zumar/39:10 berikut ini.
هّٰللا
ِ قُلْ ٰي ِعبَا ِد الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوْ ا َربَّ ُك ْم ۗلِلَّ ِذ ْينَ اَحْ َسنُوْ ا فِ ْي ٰه ِذ ِه ال ُّد ْنيَا َح َسنَةٌ َۗواَرْ ضُ ِ َو
ٌاس َعة
Artinya:
“Katakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman!
Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan
memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah
yang disempurnakan pahalanya tanpa batas”. (Q.S. Az-Zumar/39:10)
Kesabaran para ulama tampak jelas saat berdakwah kepada masyarakat awam.
Mereka mengajarkan ilmu agama dengan cara dan metode sederhana tapi mudah
dipahami. Bukan sebatas teori, dengan amat ringan dapat langsung dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.
2.4 PERAN TOKOH ULAMA PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA
1. SUNAN GRESIK
Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim menyebarkan Islam di wilayah Gresik,
Jawa Timur. Selain itu, Sunan Gresik turut mengajarkan cara bercocok ke masyarakat
untuk mengambil hati masyarakat sehingga rencana dakwah Islamnya dapat diterima
dengan baik. Cara Sunan Gresik tersebut berhasil merangkul masyarakat bawah yang
menjadi kasta yang disisihkan dalam komunitas Hindu berhasil dan membuatnya
mendapat tempat di hati masyarakat.
Dalam berdakwah Sunan Gresik juga tidak menentang kepercayaan penduduk asli
secara tajam, namun dengan menunjukkan sisi indah dan kebaikan yang dibawa oleh
agama Islam. Sunan Gresik yang juga dianggap sebagai orang pertama yang
menyebarkan Islam di Jawa mendirikan pondok pesantren dan masjid sebagai tempat
untuk mengajarkan agama Islam. Sunan Gresik wafat pada tahun 1419 setelah selesai
membangun dan menata pondok sebagai tempat belajar agama Islam. Kompleks makam
Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim berada di Desa Gapura, Sukolilo, Gresik.
Kompleks makam ini dekat dengan alun-alun Gresik dan Masjid Jami' Gresik. Hingga
saat ini makam Sunan Gresik masih kerap diziarahi oleh umat Islam dari berbagai daerah
di Indonesia.
2. SUNAN AMPEL
Sunan Ampel putra Syaikh Ibrahim As-Samarkandi adalah tokoh 9 Wali Songo
tertua yang berperan besar dalam pengembangan dakwah Islam di Jawa dan tempat lain
di Nusantara.Nama asli Sunan Ampel ialah Raden Rahmat. Sunan Ampel lahir pada
tahun 1401. Melalui Pesantren Ampeldenta, Sunan Ampel mendidik kader-kader
penggerak dakwah Islam seperti Sunan Giri, Raden Patah, Raden Kusen, Sunan Bonang,
dan Sunan Drajat. Dengan cara menikahkan juru dakwah Islam dengan putri-putri
penguasa bawahan Majapahit, Sunan Ampel membentuk keluarga-keluarga muslim
dalam suatu jaringan kekerabatan yang menjadi cikal bakal dakwah Islam di berbagai
daerah. Sunan Ampel sendiri menikahi putri Arya Teja, Bupati Tuban, yang juga cucu
Arya Lembu Sura Raja Surabaya yang muslim. Jejak dakwah Sunan Ampel tidak hanya
di Surabaya dan ibu kota Majapahit, melainkan meluas sampai ke daerah Sukadana di
Kalimantan.
3. SUNAN GIRI
Sunan Giri putra Syaikh Maulana Ishak adalah tokoh Wali Songo yang
berkedudukan sebagai raja sekaligus guru suci (pandhita ratu).Sunan Giri kecil memiliki
nama kecil Joko Samudro, namun ketika sudah beranjak dewasa ia berganti nama
menjadi Raden Paku.Ia juga dikenal dengan nama Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih,
dan Raden ‘Ainul Yaqin.Sunan Giri memiliki peran penting dalam pengembangan
dakwah Islam di Nusantara dengan memanfaatkan kekuasaan dan jalur perniagaan.
Sebagaimana guru sekaligus mertuanya, Sunan Ampel, Sunan Giri mengembangkan
pendidikan dengan menerima murid-murid dari berbagai daerah di Nusantara.
4. SUNAN BONANG
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel dari pernikahan dengan Nyai Ageng
Manila putri Arya Teja Bupati Tuban. Nama asli Sunan Bonang yang juga merupakan
nama kecilnya adalah Makhdum Ibrahim. Sunan Bonang dikenal sebagai tokoh 9 Wali
Songo yang ulung dalam berdakwah dan menguasai ilmu fikih, ushuludin, tasawuf, seni,
sastra, arsitektur, dan berbagai ilmu kesaktian, dan kedigdayaan. Dakwah awal dilakukan
Sunan Bonang di daerah Kediri yang menjadi pusat ajaran Bhairawa-Tantra. Dengan
membangun masjid di Singkal yang terletak di sebelah barat Kediri, Sunan Bonang
mengembangkan dakwah Islam di pedalaman yang masyarakatnya masih menganut
ajaran Tantrayana. Setelah meninggalkan Kediri, Sunan Bonang berdakwah di
Lasem.Sunan Bonang dikenal mengajarkan Islam melalui wayang, tasawuf, tembang, dan
sastra sufstik.Karya sastra sufstik yang digubah Sunan Bonang dikenal dengan nama
Suluk Wujil. Sunan Bonang wafat di pulau Bawean, pada saat itu jenazah akan
dikuburkan di Bawean, akan tetapi murid-murid yang di Tuban menginginkan jenazah
tersebut di kubur di Tuban.Pada dasarnya, makam Sunan Bonang berada di 2 tempat
yaitu di Bawean dan Tuban, dan dipercaya keduanya adalah asli.
5. SUNAN KALIJAGA
Sunan Kalijaga adalah putra Tumenggung Wilatikta Bupati Tuban. Beliau lahir
pada sekitar tahun 1450 M dari keluarga bangsawan Tuban dengan nama asli Raden Said
atau Raden Sahid. Beliau juga memiliki beberapa nama lain seperti Lokajaya, Syaikh
Malaya, Pangeran Tuban, Ki Dalang Sida Brangti, dan Raden Abdurrahman.Sunan
Kalijaga dikenal sebagai tokoh 9 Wali Songo yang mengembangkan dakwah Islam
melalui seni dan budaya.Sunan Kalijaga termasyhur sebagai juru dakwah yang tidak saja
piawai mendalang melainkan dikenal pula sebagai pencipta bentuk-bentuk wayang dan
lakon-lakon carangan yang dimasuki ajaran Islam. Melalui pertunjukan wayang, Sunan
Kalijaga mengajarkan tasawuf kepada masyarakat.Sunan Kalijaga wafat di Desa
Kadilangu, dekat kota Demak, Jawa Tengah pada taun 1513 dan dimakamkan di sana.