OLEH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin.
DARTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 30 Hijrih atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya
Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk
memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan
waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan
pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia
dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad.
Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah. dalam makalah ini
akan di bahas lebih mendalam mengenai sejarah perkembangan islam di Indonesia.
Sebelum kedatangan Islam pada abad XV dan XVI di wilayah Nusantara terjadi perubahan
sosial yang luar biasa. Perubahan sosial itu terjadi disebabkan oleh persebaran agama Islam
beserta sistem politiknya yang ditandai dengan adanya perubahan keyakinan keagamaan dari
masa kejayaan Hindu-Budha ke masa perkembangan agama Islam. Pada saat bersamaan
bermunculan kerajaan-kerajaan Islam menggantikan posisi kerajaan Hindu-Budha.
Perubahan-perubahan tersebut dilatarbelakangi berbagai faktor diantaranya letak geografis,
keyakinan masyarakat, perekonomian, pemerintahan dan kesenian dan sastra. Gambaran
situasi dan kondisi wilayah Indonesia sebelum kedatangan agama Islam antara lain.
Indonesia merupakan Negara multikultural, tidak hanya memiliki keragaman adat istiadat,
budaya, bahasa dan etnis, tetapi juga memiliki keragaman kepercayaan. Dalam keragaman
kepercayaan, meski Hindu dan Budha merupakan agama tertua yang masuk ke Indonesia
tetapi saat ini Indonesia merupakan Negara dengan mayoritas pemeluk agama Islam terbesar
di dunia.
Dalam sejarahnya, penyebaran agama Islam di Indonesia berlangsung secara cepat. Ajaran
yang memuat nilai ketakwaan pada Tuhan, kedamaian, dan kesetaraan antar manusia menarik
minat masyarakat Indonesia untuk menerima dan memeluk agama Islam. Hal ini tercermin
dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam atau kesultanan di berbagai wilayah Indonesia.
Terdapat beberapa saluran penyebaran pengaruh Islam di Indonesia sehingga bisa tersebar
dan perkembangannya pesat di nusantara, antara lain melalui saluran perdagangan, saluran
perkawinan, saluran tasawuf, pendidikan, dan seni budaya. Islam masuk ke Indonesia dengan
berbagai cara dan dikemukakan dalam berbagai teori. Dari teori yang terkenal, ada tiga teori
mengenai sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Ketiga teori tersebut adalah teori Gujarat,
teori Persia serta teori Mekah. Ketiga teori tersebut mengemukakan bagaimana cara Islam
masuk ke Indonesia dan mengemukakn perspektif masing-masing mengenai sejarah
masuknya Islam ke Indonesia mulai dari asal negara, siapa tokoh penyebarnya atau siapa
sosok pembawa Islam ke Indonesia.
B. Rumusan Masalah
DARTAR ISI
Kata pengantar .……………………………………………...........
PEMBAHASAN
Di lihat dari proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia, ada tiga teori yang
berkembang. Teori Gujarat, teori Makkah, dan teori Persia (Ahmad Mansur, 1996). Ketiga
teori tersebut, saling mengemukakan perspektif kapan masuknya Islam, asal negara, penyebar
atau pembawa Islam ke Nusantara.
1. Teori Mekah
Teori Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari
Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M.
Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA,
salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini
pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam
Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang
mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab. Bahan
argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan
sumber Arab.
Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai nilai ekonomi,
melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam pandangan Hamka,
jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh
masehi.
Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak
kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat yang
cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat, kata HAMKA, melakukan upaya
yang sangat sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang
hubungan rohani yang mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam
di Indonesia dalam menimba ilmu agama. Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di
Indonesia mendapatkan Islam dari orang- orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya
sekadar perdagangan. Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang
diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara)
yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari
satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat.
2. Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat
pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagain barat, berdekaran
dengan Laut Arab. Tokoh yang menyosialisasikan teori ini kebanyakan adalah sarjana dari
Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas
Leiden pada abad ke 19. Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafei telah bermukim di
Gujarat dan Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke7 Masehi), namun yang menyebarkan
Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan
pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk
Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya, teori Pijnapel ini diamini dan disebarkan oleh seorang
orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje. Menurutnya, Islam telah lebih dulu
berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua India. Orang-orang Gujarat telah lebih awal
membuka hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab. Dalam
pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang
Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan
gelar “sayid” atau “syarif ” di di depan namanya.
Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912) yang memberikan
argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah
831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik
Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan
nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan
tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia
yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan mahzab Syafei
yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.
3. Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah
Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan
asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya
pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia.
Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci
kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang
dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari
bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi. Tradisi lain adalah ajaran mistik yang
banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah dengan ajaran
sufi Al-Hallaj dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum oleh penguasa setempat
karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan Islam (murtad) dan
membahayakan stabilitas politik dan sosial. Alasan lain yang dikemukakan Hoesein yang
sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan
yang dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam
Indonesia menganut mahzab Syafei, sama seperti kebanyak muslim di Iran.
Indonesia terletak diantara 5°54 LU sampai 11°LS dan 95°01 BT sampai 141°02 BT. Posisi
itu menunjukkan bahwa wilayah ini berada di daerah khatulistiwa. Beriklim tropis dengan
curah hujan tinggi. Iklim disertai angin musim menyebabkan adanya kemarau dan penghujan
dengan waktu yang berbeda-beda pada tiap-tiap wilayah. Keberadaan dua musim ini
memberikan pengaruh yang kompleks pada berbagai aspek kehidupan penduduk.
1. Letak Geografis
Pertanian, pelayaran dan perdagangan erat hubungannya dengan musim. Kaitannya dengan
perdagangan tidak dapat dilepaskan dari pelayaran. Sebagai wilayah kepulauan dengan posisi
sebagai penghubung jalur perdagangan daratan Asia terutama antara Cina dan India
menjadikan wilayah ini sebagai wilayah yang strategis dalam jalur perdagangan antar-bangsa.
Hal tersebut berdampak panjang terhadap masa depan sejarah bangsa Indonesia.
2.Kepercayaan
Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Indonesia sudah menganut agama dan kepercayaan
yang berbeda-beda dalam kehidupannya. Agama yang berkembang saat itu adalah agama
yang berpusat pada kepercayaan adanya dewadewa. Dalam melaksanakan pemujaan terhadap
dewa-dewa dibuat artefak keagamaan berupa bangunan atau relik. Agama Hindu-Buddha
berkembang pada masa kerajaan Majapahit ditandai dengan bangunan candi yang tersebar di
beberapa wilayah dengan arca-arcanya, prasasti dan kitab-kitab juga memberikan gambaran
yang jelas terhadap potret keagamaan pada saat itu.
Di wilayah yang lain dimana masyarakat tidak tersentuh agama Hindu-Buddha, mereka
masih mempertahankan Agama asli yaitu kepercayaan kepada roh-roh yang mendiami benda-
benda seperti pohon, batu, sungai, gunung) dan dinamisme (kepercayaan bahwa segala
sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan
usaha manusia dalam mempertahankan hidup), dan lain-lain. Kepercayaan ini telah tumbuh
dan berkembang sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia.
Bukti-bukti tentang politik dan pemerintahan pada masa kerajaan Majapahit dengan
menggunakan data-data yang telah didapatkan dari prasasti maka dapat dikemukakan bahwa
bangsa Indonesia telah mengenal sistem politik dan pemerintahan jauh sebelum Islam masuk
ke Indonesia. Prasasti dari Kutai yang selama ini masih menjadi patokan babak dimulainya
masa sejarah Indonesia dapat memberikan gambaran akan adanya sistem pemerintahan masa
lalu.
Sedangkan struktur pemerintahan mulai dapat dilacak sejak masa Sriwijaya. Sejumlah
prasasti menyebutkan adanya pelaksanaan dari keputusan raja dilengkapi dengan perincian
saksi dan imbalan-imbalan yang diterimanya. Bukti sejarah yang tertulis dan cukup memadai
di antaranya adalah Nagara Kartagama. Tulisan ini tidak lagi hanya ditulis berdasarkan
pandangan tentang hal-hal yang bersifat mistis serta mitologis, tetapi juga memuat gambaran
nyata tentang kondisi sosial budaya, politik, ekonomi kerajaan Majapahit. Setidaknya ini
memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang politik dan pemerintahan masa menjelang
berdaulatnya sebuah pemerintahan bercorak Islam.
Dalam hal perdagangan di Asia Tenggara. Menurut Van Leur, barang-barang yang
diperdagangkan adalah yang bernilai tinggi seperti logam mulia, perhiasan, pecah belah, kain
tenun, juga bahan -bahan baku untuk keperluan kerajinan. Dari data arkeologis berupa
sebaran temuan keramik di sepanjang pantai utara Jawa, bahkan sampai pedalaman dan pulau
Sumatera dan Sulawesi, hubungan dagang wilayah ini dengan Cina telah terjalin sejak abad
IX-X M. Sepanjang pantai utara Jawa sejak abad IX M memegang peranan penting
khususnya dalam bidang ekonomi. Para pedagang asing yang datang sampai ke wilayah
Majapahit berasal dari Champa, Khmer, Thailand, Burma, Srilangka, dan India.” Mereka
kemudian sebagian bermukim di Jawa dan bahkan ada beberapa diantaranya yang kemudian
ditarik pajak. Sekitar tahun 1249 M telah terdapat dua jalur pelayaran dari dan ke Cina yaitu
jalur pelayaran barat dan jalur pelayaran timur. Jawa berada dalam jalur pelayaran barat
meliputi Vietnam Thailand, Malaysia, Sumatera, Jawa, Bali, Timor.
Kapal dagang Cina berangkat lewat jalur barat dan kembali ke Cina dengan menyusuri pantai
barat daya Kalimantan. Kehidupan perekonomian di bidang industri juga berkembang.
Industri di sini meliputi industri rumah tangga, kerajinan, dan industri logam. Ada istilah
undagi yang berkaitan dengan kepandaian, keahlian seseorang yang memerlukan keahlian
khusus, misalnya tukang kayu atau ahli bangunan. Dalam beberapa prasasti Bali Kuno
ditemukan beberapa ketrampilan membuat suatu benda (alat) dengan istilah undagi seperti
undagi lancang (pembuat perahu), undagi batu (pemahat batu), undagi pengarung (pembuat
terowongan), undagi kayu (tukang kayu), undagi rumah (pembuat rumah). Selain itu
ditemukan juga kelompok yang disebut pande mas (pengrajin emas), pande wesi (pengrajin
besi), pande tambra (pengrajin tembaga), pande kangsa (pengrajin perunggu), pande dadap
(pengrajin tameng atau perisai) dan lain-lain.
Menurut Poerbatjaraka dan Zoetmulder dimana dia telah berhasil menelisik sastra Jawa itu
jauh ke masa sebelum masuknya Islam ke Indonesia, pada masa Mataram Hindu-Buddha.
Kitab Mahabharata dan Ramayana sangat mungkin telah digubah ke dalam bahasa Jawa kuno
pada permulaan abad X. Berinduk ke kedua kitab itu maka banyak ditemukan gubahan-
gubahan cerita yang sangat mungkin diambil sebagian atau utuh (sargga dan parwwa)
menjadi bentuk kakawin atau naskah-naskah yang lain. Bahkan seringkali naskah-naskah
tersebut disesuaikan dengan kemuliaan yang ingin didapatkan oleh raja yang berkuasa ketika
naskah itu digubah. Tiap-tiap daerah ditemukan deretan naskah-naskah yang sangat penting
sebagai sumber sejarah. Ada Carita Parahyangan, Pararaton, Sutasoma, Nagara -kartagama,
Arjunawiwaha, dan masih banyak naskah dan kitab yang lain. Kehidupan kesusastraan ketika
itu tentunya juga tidak terlepas dari para pujangga sebagai penggubah dan pencipta karya
sastra. Kaitannya dengan hal ini peran para brahmana dan pemuka agama sangat penting.
Selain itu juga telah ditemukan adanya jabatan-jabatan yang menunjukkan adanya tokoh
penulis seperti cerita sang citralekha.
1. Saluran Perdagangan
Saluran yang digunakan dalam proses Islamisasi di Indonesia pada awalnya melalui
perdagangan dari para pedagang Arab, Persia, maupun Gujarat. Hal ini sesuai dengan
perkembangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia yang ramai mulai abad ke 7
sampai 16 masehi.Tidak hanya melakukan transaksi niaga, para pedagang dari Arab, Persia
dan Gujarat mengenalkan ajaran dan nilai-nilai Islam kepada mitranya dari Indonesia lalu
kepada masyarakat sekitar. Sebagai pedagang, mereka bisa bergaul luwes dengan semua
orang, sehingga suasana pelabuhan yang ramai menjadi kesempatan baik untuk mengenalkan
ajaran Islam. Selanjutnya, sejumlah pedagang memutuskan untuk menetapkan dan
mendirikan perkampungan yang tidak jauh dari pelabuhan maupun Bandar perdagangan.
Adanya perkampungan itu membuat interaksi semakin intens dan membuka kesempatan
masyarakat sekitar untuk mengenal lebih jauh ajaran Islam, apalagi budi dan suri teladan
yang ditunjukan para pedagang semakin menarik banyak orang untuk memeluk agama Islam.
2. Saluran Perkawinan
Saluran perkawinan adalah salah satu cara penyebaran Islam di Indonesia. Pedagang muslim
yang menetap ada yang menikah dengan putri raja atau putri bangsawan setempat, karena
kedudukan pedagang ini terhormat di mata masyarakat. Pihak pedagang mensyaratkan pihak
calon istri untuk mengucapkan kalimat syahadat terlebih dahulu sehingga anak-anak hasil
pernikahan mereka pun menganut agama Islam yang dianut orang tuanya. Perkawinan
dengan putri kalangan bangsawan dan kerajaan juga membawa pengaruh lebih kuat dalam
penyebaran Islam karena perkawinan yang membuahkan keluarga muslim yang saleh
mempengaruhi istana untuk mendukung penyebaran Islam. Bahkan, semakin banyak
kalangan keluarga istana memeluk Islam dan lambat laut kerajaan yang tadinya bercorak
Hindu-Budha perlahan menjadi bercorak Islam.
3. Saluran Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistik dan hal-hal magis.
Kedatangan ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke 13 yaitu masa
perkembangan dan penyebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India yang sudah beragama
Islam, dan baru berkembang pesat sekitar abad ke 17.
Pengaruh ajaran tasawuf banyak dijumpai dalam seni sastra berupa babad dan hikayat. Ajaran
ini terutama berkembang di Jawa karena ajaran Islam melalui tasawuf disesuaikan dengan
pola piker masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu. Adapun tokoh tasawuf
nusantara yang terkenal adalah Hamzah Fansuri, Syamsudin as-Sumatrani, Nurrudin ar-
Raniri, Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar, dan Sunan Panggung.
4. Saluran Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig yang
menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok pesantren. Pondok
pesantren merupakan tempat para pemuda dari berbagai kalangan masyarakat untuk menimba
ilmu agama Islam, setelah tamat mereka akan menjadi juru dakwah untuk menyebarkan Islam
di daerah masing-masing. Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren berperan melahirkan
guru agama, kiai, atau ulama. Maka dari pesantren inilah muncul tokoh ulama atau mubalig
yang menyebarkan Islam melalui dakwah dan pendidikan. Disamping memberikan dakwah
kepada masyarakat, banyak juga lulusan dari pondok pesantren mendirikan pondok-pondok
pesantren baru, sehingga saluran pendidikan Islam di Indonesia semakin tersebar.
Berkembangnya agama Islam dapat melalui seni budaya seperti seni bangunan (masjid), seni
pahat (ukir), seni tari, seni musik, dan seni sastra. Melalui seni budaya para kalangan ulama
seperti Wali Sanga mengajarkan Islam melalui pendekatan budaya agar mudah diterima oleh
kalangan masyarakat. Salah satunya Sunan Bonang yang menciptakan Gending Durama dan
kitab Gending Sunan Bonang. Selain itu, ada Sunan Giri yang dikenal sebagai seniman yang
menciptakan Gending Asmarandana dan Pucung. Adapun Sunan yang menonjol di antara
Wali Sanga adalah Sunan Kalijaga yang memanfaatkan media wayang untuk dakwahnya
kepada masyarakat.
1. Teori Gujarat
Merupakan salah satu teori yang menjelaskan tentang sejarah masuknya Islam ke Indonesia.
Teori ini menyebut, awal penyebaran agama Islam di Indonesia melalui para pedagang dari
India muslim (Gujarat). Teori ini pun paling umum diketahui oleh masyarakat Indonesia.
Sebenarnya, banyak catatan tentang sejarah masuknya Islam ke Indonesia , kemudian siapa
yang membawanya, bagaimana pengaruhnya terhadap masyarakat dan lainnya. Bahkan
catatan Islam masuk ke Indonesia terdiri dari berbagai teori yang masing-masing teori juga
menyimpulkan bukti serta pendapatnya. Dan yang paling banyak pendapatnya, adalah teori
Arab (Makkah), teori India (Gujarat), teori Persia dan teori China. Tentang Teori Gujarat
sendiri, teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui India. Dirangkum dari
berbagai sumber, dijelaskan bahwa Teori Gujarat pertama kali dikemukakan oleh Pijnappel
dari Universitas Leiden. Ada juga sumber yang menyebut teori ini dicetuskan oleh GWJ
Drewes dan dikembangkan oleh Snouck Hurgronje dan kawan-kawan. Selain itu teori India
atau teori Gujarat ini juga diyakini oleh sejarawan Indonesia Sucipto Wirjosuprato yang
meyakini awal mula masuknya islam di Indonesia adalah melalui India (Gujarat). Teori ini
adalah teori yang menyebutkan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia melalui para
pedagang dari India muslim (Gujarat) yang berdagang di Nusantara pada abad ke-13. Para
saudagar dari Gujarat yang datang dari Malaka kemudian menjalin relasi dengan orang-orang
di wilayah barat di Indonesia kemudian setelah itu terbentuklah sebuah kerajaan Islam yang
bernama kerajaan Samudera Pasai. Banyak bukti yang menguatkan teori Gujarat ini, salah
satunya adalah makam Malik As-Saleh yang merupakan salah satu pendiri kerajaan Samudra
Pasai. Corak dari batu nisan Malik As-Saleh sangat mirip dengan batu nisan yang ada di
Gujarat. Bahkan makam salah satu walisongo yakni makam Maulana Malik Ibrahim juga
memiliki batu nisan khas Gujarat seperti makam Malik As-Saleh. Khususnya Samudera
Pasai, juga disebut dalam kisah perjalanan seorang musafir Maroko bernama Ibnu Battuta
sebagai tempat yang penting bagi rekonstruksi perkembangan Islam di Kepulauan Sumatera.
Teori ini semakin diperkuat dengan temuan tiga batu nisan muslim dari paruh pertama abad
ke-15 Masehi yang ditemukan di daerah Pasai. Ketiga batu nisan tersebut memiliki
persamaan dengan batu nisan Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang meninggal pada 1419.
Seorang sarjana Belanda lainnya, J.P. Moquette, juga berpendapat bahwa Islam di Nusantara
berasal dari Gujarat. Moquette mengatakan bahwa batu nisan Maulana Malik Ibrahim
bentuknya sama dengan batu nisan yang terdapat di Cambay, Gujarat. Berdasarkan bukti
sejarah yang berupa nisan kubur dan tata masyarakatnya, maka golongan pembawa islam ke
Indonesia adalah para pedagang dari India. Pendapat Moquette banyak didukung oleh peneliti
lain, seperti Kern, Winstedt, Bousquet, Vlekke, Gonda, Schrieke, dan Hall. Namun demikian,
ternyata ada pendapat tentang kelemahanteori Gujarat ini. Sir Thomas Arnold tidak setuju
dengan pendapat Moquette dan menyanggah bahwa Islam berasal dari India bagian
Coromandel dan Malabar. Menurut Arnold, pedagang dari Coromandel dan Malabar yang
menyebarkan Islam ke Nusantara. Selain itu,kelemahan Teori Gujaratlainnya adalah
perbedaan mazhab, di mana Kerajaan Samudera Pasai menganut Mazhab Syafi'i. Sedangkan
Muslim Gujarat lebih banyak menganut Mazhab Hanafi. Kelemahan lain dari teori ini adalah
saat Islamisasi Samudera Pasai, Gujarat saat itu masih mas Kerajaan Hindu
2. Teori Persia
Seperti yang Grameds tahu, negara Indonesia merupakan negara dengan pemeluk agama
Islam terbanyak di dunia. Hal itu terjadi karena ada lebih dari 200 juta jiwa yang dimiliki
oleh negara Indonesia. Banyaknya penduduk di Indonesia membuat negara ini mampu
menggeser jumlah penganut agama Islam di negara Pakistan menjadi urutan kedua dengan
jumlah 195 juta jiwa, menggeser jumlah penganut agama Islam di negara India menjadi
urutan ketiga dengan 183 juta jiwa, dan menggeser jumlah penganut agama Islam di negara
Bangladesh juga menjadi urutan keempat dengan 183 juta jiwa. Selain dikarenakan jumlah
penduduk di negara Indonesia yang sangat banyak, proses penyebaran agama islam di
Indonesia pun juga dikenal sangat cepat serta luas. Mayoritas persebaran agama Islam di
Indonesia dimulai dari penduduk yang berada di pulau Sulawesi hingga pulau sumatera lalu
dilanjutkan ke pulau Maluku. Persebaran agama tersebut sudah terjadi jauh sejak ratusan
tahun yang lalu, bahkan saat-saat negara masih menjadi negara nusantara yang dipenuhi oleh
kerajaan-kerajaan dengan berbagai dinasti. Diketahui bahwa masa kejayaan persebaran
agama islam di Indonesia adalah saat masa penyebaran agama di Indonesia melalui
Walisongo.Dengan banyaknya penduduk yang memeluk agama Islam di negara Indonesia,
membuat agama Islam mempunyai sejarah panjangnya tersendiri. Sejarah tersebut tentang
bagaimana awal mula agama Islam dapat masuk ke nusantara hingga bagaimana proses
terjadinya agama Islam menjadi agama dengan pemeluk terbanyak di negara Indonesia serta
alasan mengapa negara Indonesia menjadi negara dengan pemeluk agama Islam terbanyak di
dunia. Masuknya agama Islam tentu tidak berdasarkan pada cerita sejarah yang ada saja,
tentu semua hal yang ada di dunia ini memiliki teorinya sendiri. begitu pula dengan proses
masuknya agama Islam di Indonesia. Diketahui bahwa setidaknya ada empat teori masuknya
agama Islam di negara Indonesia yang umumnya diketahui serta muncul di buku pelajaran
sejarah. Tentunya teori-teori yang ada dapat dibuktikan dengan beberapa persamaan budaya
atau kondisi dengan teori tersebut, sehingga teori tersebut dapat dan layak untuk dipercaya.
Seperti yang sudah Grameds baca, setidaknya ada empat teori yang paling umum muncul di
buku pembelajaran sejarah. Keempat teori tersebut biasa disebut dengan Teori Gujarat
(Negara India), Teori Mekkah (Negara Arab), Teori Persia (Negara Iran), dan yang terakhir
Teori China. Seperti contoh teori di atas ada salah satu teori yang bernama Teori Persia, teori
ini berasal dari negara Iran.
3. Teori Makkah
Teori Mekkah dikemukakan oleh seorang ulama besar sekaligus H. Abdul Malik Karim
Amrullah dari Indonesia yakni Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah Datuk Indomo atau
lebih dikenal sebagai H. Abdul Malik Karim Amrullah yang kemudian disingkat menjadi
HAMKA. Tokoh yang akrab disapa Buya HAMKA ini mengemukakan teori ini pertama kali
pada acara perngatan Perguruan Tinggi Islam Negeri atau PTIN di Daerah Istimewa
Yogyakarta tahun 1963. Dalam pidato tersebut Buya HAMKA membantah teori Gujarat yang
mengatakan bahwa Islam di Indonesia dibawa oleh pedagang Gujarat pada abad ke-13.
Menurutnya Islam dibawa oleh bangsa Arab setelah wafatnya Rasulullah atau pada masa
kekhalifahan. Islam tersebar luas hingga ke Spanyol dan Afrika pada abad ke 8 dan pada
masa Dinasti Bani Umayah, Islam mulai masuk ke Indonesia.
Naquib Al-Attas
Syed Naquib Al-Attas atau lebih dikenal sebagai Naquib Al-Attas saja merupakan seorang
Ilmuwan Islam yang telah memberikan banyak pengaruh. Ia mendukung teori Mekah sebab
tidak ada catatan mengenai pengarang Islam dari Gujarat atau India dalam
seluruh literatur agama Islam sebelum abad ke 17.
Naskah Kuno
Buya HAMKA juga menjelaskan penemuannya dalam naskah kuno yang kemudian ia tulis
dalam buku Sejarah Umat Islam tahun 1997. Naskah kuno tersebut memberikan informasi
bahwa bangsa Arab sudah datang dan menetap di Nusantara sejak tahun 625 masehi di sekitar
Pantai Barat Sumatera.
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Islam datang ke Indonesia ketika pengaruh Hindu dan Buddha masih kuat. Kala itu,
Majapahit masih menguasai sebagian besar wilayah yang kini termasuk wilayah Indonesia.
Masyarakat Indonesia berkenalan dengan agama dan kebudayaan Islam melalui jalur
perdagangan, sama seperti ketika berkenalan dengan agama Hindu dan Buddha. Melalui
aktifitas niaga, masyarakat Indonesia yang sudah mengenal Hindu-Buddha lambat laun
mengenal ajaran Islam. Persebaran Islam ini pertama kali terjadi pada masyarakat pesisir laut
yang lebih terbuka terhadap budaya asing. Setelah itu, barulah Islam menyebar ke daerah
pedalaman dan pegunungan melalui aktifitas ekonomi, pendidikan, dan politik.
Proses masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung secara revolusioner, cepat, dan
tunggal, melainkan berevolusi, lambat-laun, dan sangat beragam. Dan dalam perkembangan
selanjutnya bermunculan banyak kerajaan-kerajaan islam di Indonesia seperti samudera pasai
dan kerajaan-kerajaan islam lainnya.
ada tiga teori yang berkembang. Teori Gujarat, teori Makkah, dan teori Persia (Ahmad
Mansur, 1996). Ketiga teori tersebut, saling mengemukakan perspektif kapan masuknya
Islam, asal negara, penyebar atau pembawa Islam ke Nusantara.
Indonesia terletak diantara 5°54 LU sampai 11°LS dan 95°01 BT sampai 141°02 BT. Posisi
itu menunjukkan bahwa wilayah ini berada di daerah khatulistiwa. Beriklim tropis dengan
curah hujan tinggi. Iklim disertai angin musim menyebabkan adanya kemarau dan penghujan
dengan waktu yang berbeda-beda pada tiap-tiap wilayah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik (ed.).1991.Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: Majelis Ulama Indonesia.
Badri, Yatim. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada Poesponegoro,
Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto.1993. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Untuk membaca berita lebih mudah, nyaman, dan tanpa banyak iklan, silahkan download
aplikasi SINDOnews.