Disusun oleh:
Amanah A1 (2210111320014)
Dina Rahmawati A1 (2210111220027)
Muhammad Rifky Maulani A1 (2210111210018)
Neza Syarif Khan A1 (2210111110005)
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah Subhanahu wata’ala karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Terima kasih juga kami
ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Sejarah Sosial-Ekonomi Indonesia yang
telah memberikan bimbingan, arahan, dan membagikan ilmunya di kelas sehingga kami
bisa menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa juga terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, sebagai sebuah negara yang baru
merdeka, Indonesia menghadapi berbagai tantangan di berbagai bidang khususnya
dalam bidang ekonomi. Sejarah mencatat Indonesia pernah mengalami beberapa kali
krisis ekonomi setelah proklamasi kemerdekaan. Krisis yang terjadi antara lain terjadi di
era orde lama dan orde baru. Krisis ini tentunya berdampak besar terhadap kehidupan
masyarakat di Indonesia. Krisis ekonomi menyebabkan masyarakat kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan hidup.
Makalah ini bertujuan untuk menguraikan krisis ekonomi yang pernah melanda
Indonesia, serta menyelidiki sepak terjang Indonesia setelah kemerdekaan dalam
menghadapi krisis ekonomi yang pernah terjadi di Indonesia serta menyelidiki penyebab
dan dampak dari krisis tersebut terhadap negara dan masyarakat. Selain itu juga
makalah ini akan membahas tentang upaya pemulihan yang dilakukan pemerintah
dalam menangani krisis dan membahas bagaimana perubahan evolusi standar hidup
rakyat Indonesia sejak era kemerdekaan hingga era modern.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Krisis ekonomi apa saja yang pernah terjadi di Indonesia dan apa penyebabnya?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dari segi bahasa, Krisis (dari bahasa Yunani krisis bentuk kata sifat:
"kritis") atau kemelut adalah setiap peristiwa yang sedang terjadi (atau
diperkirakan) mengarah pada situasi tidak stabil dan berbahaya yang
memengaruhi individu, kelompok, komunitas, atau seluruh masyarakat. Menurut
kamus besar bahasa Indonesia, krisis adalah keadaan yang berbahaya (dalam
menderita sakit), parah sekali, keadaan yang genting, kemelut, keadaan suram
(tentang ekonomi, moral, dan sebagainya). Krisis juga bisa diartikan sebagai
keadaan darurat.
3
Krisis ekonomi bisa disebabkan oleh berbagai macam sebab. Penyebab
krisis ekonomi antara lain utang negara yang berlebihan, laju inflasi yang tak
terkendali, kebijakan ekonomi yang kurang tepat, dan pertumbuhan ekonomi
yang macet.
4
Tahun, pemerintah mengubah posisi Bank Indonesia dari bebas membuat
kebijakan tanpa campur tangan pemerintah menjadi di bawah tangan
pemerintah. Sebagai alat pemerintah, Bank Indonesia mencetak uang sebanyak-
banyaknya. Uang itu di gunakan sebagai proyek Mercusuar yaitu proyek yang
digagas Soekarno untuk membangun ibukota negara agar diperhatikan oleh
dunia internasional yang menyebabkan pembengkakan biaya, agitasi dan
propaganda terhadap malaysia, nasionalisasi perusahaan asing dan pembelian
peralatan tempur. Akibatnya, perederan uang di masyarakat meningkat pesat dan
nilainya kian hari kian anjlok. Sebaliknya, harga barang justru naik keadaan ini
di sebut inflasi. Kurs Rupiah terhadap Dolar AS pun turut menguat. Pada masa
ini Indonesia menggunakan sistem kurs tetap. Artinya, pemerintah memegang
peranan besar dalam menentukan nilai tukar rupiah.
Pelaku pasar barang ekspor menganggap nilai tukar rupiah terlalu tinggi.
Tak sesuai dengan keadaan di lapangan buntutnya harga ekspor ikut naik dan
menyebabkan barang ekspor Indonesia kalah bersaing di pasaran internasional.
Pelaku usaha bidang kebun menjerit sebab sektor ini menjadi komuditas ekspor
andalan. Devisa neagara pun turut ambyar. Beban utang luar negeri Indonesia
dan kebutuhan belanja impor pemerintah menambah parah kondisi
perekonomian. Jumlah utang mencapai 530 juta dolar AS pada 1965, sedangkan
nilai impor menyentuh 560 juta dolar AS. Padahal pendapatan dari ekspor hanya
450 juta dolar AS. Dengan demikian, keuangan Indonesia benar-benar defisit.
Indonesia tak mampu bayar utang dan mencukupi pembangunan di dalam
negeri. Untuk mencegah defisit makin lebar, pemerintah menghentikan impor
beras. Sebagai gantinya, pemerintah melancarkan program swasembada beras.
Tapi kampanye tersebut kandas. Sebab alam tidak berpihak pada Indonesia.
Kemarau panjang melanda dan hama tikus menyerang persawahan. Ini
mempengaruhi kehidupan rakyat tani di perdesaan Yogyakarta.
5
kebanyakan perempuan dan anak-anak,” tulis Ben White dalam “Pengalaman
Tiga Resesi: Yogyakarta Masa 1930-an, 1960-an, dan 1990-an”. Suami dan ayah
mereka menyasar pasar untuk bekerja sebagai buruh kasar.
Tak semua bantuan tersalur dengan baik kepada rakyat tani. Lebih
banyak lagi rakyat tani yang berjuang sendirian mempertahankan hidup. Mereka
tidak sampai berutang ke tetangga atau orang lain. Bagaimana mau meminjam
uang jika tetangga dan orang lain sama susahnya. Maka jalan terbaik bagi
mereka ialah menjual atau menggadai barang-barang di rumah. Dari perhiasan,
emas, batik, sampai sendok dan garpu sekalipun. Pegawai pemerintahan dan
buruh upahan merupakan korban lain krisis ekonomi. Gaji bulanan mereka tak
sepadan lagi dengan harga barang. Mereka menuntut pembayaran sebagian gaji
dan tunjangan hari raya diganti oleh barang kebutuhan pokok seperti beras, gula,
terigu, dan minyak goreng. Pada masa inflasi, gaji dalam bentuk barang
dipandang lebih menjamin hari-hari depan mereka ketimbang uang. Harga
barang terus naik, sedangkan nilai uang selalu turun.
Berbeda dari rakyat tani, segelintir orang mengenang krisis sebagai masa
jaya dalam kehidupan mereka. Merekalah para pedagang, penyelundup barang,
dan oknum pegawai pemerintahan. Pedagang dan penyelundup memperoleh
kemakmuran dari naiknya harga barang. Sedangkan oknum pegawai
6
pemerintahan mencari celah dengan menjual kelebihan jatah barang kebutuhan
pokok mereka. Mereka menjadi makin kaya di tengah lautan kemiskinan. Situasi
kontras juga tampak dalam laporan Kedaulatan Rakyat 19 Februari 1965.
Tercatat ada peningkatan jumlah jamaah calon haji menjadi 75 orang. “Dalam
sejarah keberangkatan haji dari Jogja, ini merupakan jumlah yang sangat besar,”
catat Kedaulatan Rakyat. Di tingkat elit nasional, krisis ekonomi memberikan
andil kuat bagi perubahan pemerintahan. Sukarno dan kelompok pendukungnya
tersingkir pada 1966. Soeharto naik sebagai presiden. Setelah 32 tahun, dia jatuh
dengan prolog yang sama seperti Sukarno: krisis ekonomi.
Bisa dipahami bahwa penyebab krisis ekonomi pada masa orde lama
adalah karena Bank Indonesia pada saat itu yang dikendalikan secara penuh oleh
pemerintah mencetak uang terlalu banyak sehingga hal ini menyebabkan inflasi
yang sangat tinggi. Disamping itu sebab lainnya adalah pada masa itu banyak
terjadi konflik dan pemberontakan. Baik itu konflik dalam negeri berupa
pemberontakan, maupun konflik yang melibatkan pihak luar sehingga Indonesia
perlu membeli banyak alutsista tempur yang memakan banyak biaya.
Krisis pada masa orde baru adalah salah satu krisis besar yang pernah
terjadi di Indonesia. Krisis ekonomi ini bukan hanya berdampak terhadap
ekonomi tetapi juga memberikan guncangan terhadap kondisi politik pada saat
itu. Krisis di masa orde baru mengukir sejarah kelam Indonesia, dimana pada
saat itu terjadi demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa dan masyarakat umum
untuk menuntut presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Demonstrasi yang
dilakukan pada masa itu juga menyebabkan kerusakan berbagai fasilitas umum
bahkan juga penjarahan toko dilakukan oleh oknum demonstran yang
mengamuk.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya krisis pada masa orde
baru. Beberapa faktor ini pada akhirnya mengakibatkan krisis yang cukup besar
dan menjadi catatan kelam dalam sejarah Indonesia. Faktor yang melatar
7
belakangi krisis moneter pada tahun 1998 antara lain yaitu krisis moneter Asia,
nilai tukar rupiah yang anjlok, utang luar negeri yang membengkak, sistem
perbankan yang masih lemah, krisis kepercayaan, dan lain-lain. Berikut
penjelasan faktor penyebab krisis moneter tahun 1998:
Penyebab Krisis Moneter Asia pada 1997 sangat kompleks dan masih
diperdebatkan. Diduga, penyebab utamanya adalah "hot money bubble" atau
gelembung uang panas. Uang panas adalah dana yang dikelola secara
spekulatif (untung-untungan) dan mendapatkan hasil yang tinggi dalam
waktu singkat. Semakin besar gelembung, maka semain banyak pula dana
yang diperlukan. Pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an, banyak negara
Asia Tenggara, termasuk Thailand, Singapura, Malaysia, serta Korea Selatan
di Asia Timur, mengalami pertumbuhan ekonomi hingga 8-12 persen dalam
produk domestik bruto (PDB).
Kemudian, suku bunga tinggi dan nilai tukar tetap diterapkan untuk
menarik uang panas, yang meningkatkan pinjaman luar negeri dan
memperbesar keterpaparan risiko valuta asing di sektor keuangan dan
perusahaan. Kenaikan suku bunga AS menarik aliran uang panas ke pasar
AS, yang memperkuat nilai dollar AS. Akibatnya, pertumbuhan ekspor
terhambat, investasi asing beserta harga aset mulai runtuh. Para investor
asing yang panik pun mulai menarik diri, yang menyebabkan jatuhnya mata
uang negara-negara Asia dan timbul krisis ekonomi.
8
Krisis moneter sangat merusak nilai mata uang, pasar saham, dan harga
aset lainnya di banyak negara Asia Timur dan Tenggara. Selain berimbas
pada kehidupan ekonomi, krisis moneter juga berdampak pada kehidupan
politik negara. Krisis moneter 1997 yang menimpa Asia juga memicu
sentimen terhadap Barat, terutama George Soros, yang merupakan investor
sekaligus spekulan andal keturunan Hungaria-Amerika, yang dianggap
sebagai pemicu krisis.
b. Dianutnya sistim devisa yang terlalu bebas tanpa adanya pengawasan yang
memadai
Hal ini memungkinkan arus modal dan valas dapat mengalir keluar-
masuk secara bebas berapapun jumlahnya. Kondisi diatas dimungkinkan,
karena Indonesia menganut sistem devisa bebas dengan rupiah yang
konvertibel, sehingga membuka peluang yang sebesar-besarnya untuk orang
bermain di pasar valas. Masyarakat bebas membuka rekening valas di dalam
negeri atau di luar negeri. Valas bebas diperdagangkan di dalam negeri,
sementara rupiah juga bebas diperdagangkan di pusat-pusat keuangan di luar
negeri.
Studi oleh Nematnejad (2002) yang dimuat dalam Putri Keumala Sari &
Fakhruddin (2016) hasilnya yaitu kesalahan penegakan ekonomi
menyebabkan besar dan tingginya perbedaan tingkat suku bunga antara
negara. Bank Indonesia menyatakan, Sejak Juli 1997 nilai tukar Rupiah terus
merosot tajam,pemerintah melakukan tindakan pengetatan Rupiah melalui
kenaikan suku bunga yang sangat tinggi dan pengalihan dana BUMN/yayasan
9
dari bank-bank ke BI (SBI) serta pengetatan anggaran Pemerintah. Ternyata
kebijakan tersebut menyebabkan suku bunga pasar uang melambung tinggi
dan likuiditas perbankan menjadi kering yang menimbulkan bank kesulitan
likuiditas. Akibatnya, masyarakat mengalami kepanikan dan kepercayaan
mereka terhadap perbankan mulai menurun.Maka terjadi penarikan dana
perbankan secara besar-besaran yang sekali lagi menimbulkan kesulitan
likuiditas pada seluruh sistem perbankan. Akhirnya,sistem pembayaran
terancam macet dan kelangsungan ekonomi nasional tergoncang.
10
melaksanakan program pembangunan lima tahunan (REPELITA) yang
mencakup bidang pertanian, industri, infrastruktur, kesehatan, dan
kependudukan.
11
Kebijakan sektoral, yaitu membuka sektor produktif dan aman
dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, melakukan transformasi
ekonomi melalui UU Cipta Kerja, melakukan hilirisasi sumber daya alam,
membangun infrastruktur strategis, dan mengembangkan sumber daya
manusia melalui program seperti Kartu Prakerja.
d. Kebijakan digitalisasi
12
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Indonesia mengalami pertumbuhan
ekonomi yang cepat, stabilitas politik, dan pembangunan infrastruktur. Standar
hidup masyarakat Indonesia meningkat, dengan angka harapan hidup 63 tahun,
angka melek huruf 85%, dan angka kemiskinan 11%. Namun, pada akhir masa
ini, Indonesia juga mengalami krisis ekonomi dan politik yang memicu
reformasi.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berbagai krisis yang terjadi tentunya dapat dijadikan pelajaran bagi generasi
pendatang agar bisa mengantisipasi agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
Beberapa krisis yang pernah menerpa Indonesia juga diharapkan dapat menjadikan
Indonesia lebih kuat lagi dan mampu dalam menghadapi dan mengatasi tantangan
global di masa mendatang.
14
DAFTAR PUSTAKA
Adieb, M. (2023). Krisis Ekonomi: Mengenal Arti, Penyebab, Dampak, dan Cara
Menyikapinya. Diakses dari https://glints.com/id/lowongan/krisis-
ekonomi/#apa-itu-krisis-ekonomi. Glints.
Faisal, A. (2023). Pembangunan Ekonomi di Indonesia dari Awal Kemerdekaan Hingga
Saat Ini. Diakses dari https://hijra.id/blog/articles/pembangunan-
ekonomi-di-indonesia/.
Fransya, W. (2015). Gaya Hidup Zaman Dulu atau Sekarang?. Diakses dari
Kompasiana.com.https://www.kompasiana.com/wynonafransya/55ecfea1
4ef9fd090d2b1fd3/gaya-hidup-zaman-dulu-atau-sekarang.n
Hanggoro, H.T. (2020). Krisis Ekonomi Masa Sukarno. Diakses dari
https://historia.id/ekonomi/articles/krisis-ekonomi-masa-sukarno-
vYe18/page/1. Historia.id.
Herdiawan, H. (2021). Pemulihan Ekonomi Optimis Terwujud di 2021 - Bank
Indonesia. Diakses dari
https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_22
9020.aspx.
Limanseto, H. (2021). Upaya Pemerintah melalui Program Pemulihan Ekonomi
Nasional Telah On-Track dan Akan Di Lanjutkan. Diakses dari
https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/3532/upaya-pemerintah-melalui-
program-pemulihan-ekonomi-nasional-telah-on-track-dan-akan-
dilanjutkan.
Limanseto, H. (2023). Jaga Momentum Keberlanjutan Pemulihan Ekonomi Nasional,
Pemerintah Terapkan Sinergi Kebijakan Fiskal dan Moneter Responsif.
Diakses dari https://ekon.go.id/publikasi/detail/5022/jaga-momentum-
keberlanjutan-pemulihan-ekonomi-nasional-pemerintah-terapkan-
sinergi-kebijakan-fiskal-dan-moneter-responsif.
Ningsih, L.W. (2022). Krisis Moneter Asia 1997: Penyebab, Dampak, dan Peran IMF.
Diakses dari
15
shttps://www.kompas.com/stori/read/2022/07/03/100000379/krisis-
moneter-asia-1997--penyebab-dampak-dan-peran-imf?page=all.
Parinduri, A. (2022). Faktor Penyebab Kacaunya Ekonomi Indonesia di Awal
Kemerdekaan. Diakses dari https://tirto.id/faktor-penyebab-kacaunya-
ekonomi-indonesia-di-awal-kemerdekaan-gpKt
Sari, P. K., & Fakhruddin, F. (2016). Identifikasi Penyebab Krisis Moneter dan
Kebijakan Bank Sentral di Indonesia: Kasus Krisis Tahun (1997-1998
dan 2008). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Pembangunan, 1(2), 377-
388. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Sasongko, D. (2020). Strategi Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Diakses
dari https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13287/Strategi-
Kebijakan-Pemulihan-Ekonomi-Nasional.html.
Tarmidi, L. T. (1999). Krisis moneter Indonesia: Sebab, dampak, peran IMF dan saran.
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 1(4), 1-25
Thabroni, G. (2022). Masa Kemerdekaan Indonesia (1945–1950). Diakses dari
https://serupa.id/masa-kemerdekaan-indonesia/
Usuludin, A.B. (2021). Penerapan Pancasila: Awal Kemerdekaan hingga Era Reformasi.
Diakses dari
https://www.kompasiana.com/abutokwes/60ee54f806310e4fa11f5323/pe
nerapan-pancasila-awal-kemerdekaan-hingga-era-reformasi.
____(2021). Kebijakan Ekonomi Indonesia pada Awal Kemerdekaan. Diakses dari
https://ekonomi.bunghatta.ac.id/index.php/en/article/303-kebijakan-
ekonomi-indonesia-pada-awal-kemerdekaan. Universitas Bung Hatta.
____(2023). Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa, Orde Lama, Orde Baru -
PPKN.CO.ID. https://ppkn.co.id/penerapan-pancasila-dari-masa-ke-
masa/.
16