Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK EKONOMI INDONESIA


MASA REFORMASI

Disusun oleh:
Fransisco Tekwan
XII MIA 2
SMAN 1 LONG BAGUN

KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
1.4 Metode Penulisan 2
1.5 Sistematika Penulisan 2

BAB II ISI
2.1 Periode Akhir Orde Baru
2.1.1 Krisis Multidimensional Menjelang Akhir Orde Baru
2.1.2 Tuntutan Dan Agenda Reformasi
2.1.3 Pengunduran Diri Presiden Soeharto
2.2 Perkembangan Politik Dan Ekonomi Indonesia Orde Reformasi
2.2.1 Pemerintahan B.J. Habibie (1998-1999)
2.2.2 Pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999-2003)
2.2.3 Pemerintahan Megawati Soekarnoputri (2001-2004)
2.2.4 Pemerintahan S.B. Yudhoyono – Jusuf Kalla (2004-2009)
2.2.5 Pemerintahan S.B. Yudhoyono – Boediono (2009-2014)
2.2.6 Pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla (2014 – sekarang)
2.3 Demokrasi Pada Masa Reformasi
2.3.1 Pelaksanaan Demokrasi Pada Masa Reformasi
2.3.2 Pelaksanaan Pemilu
2.3.3 Kebebasan Pers Pada Masa Reformasi

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara
konstitusional. Adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi,
hukum, sosial, dan budaya yang lebih baik, demokratis berdasarkan prinsip
kebebasan, persamaan, dan persaudaraan.
Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi
kehidupan. Krisis multidimensional yang meliputi krisis politik, ekonomi, hukum,
sosial, dan lain sebagainya merupakan faktor yang mendorong lahirnya gerakan
reformasi. Bahkan, krisis kepercayaan telah menjadi salah satu indikator yang
menentukan.
Dengan semangat reformasi, rakyat Indonesia menghendaki adanya pergantian
kepemimpinan nasional sebagai langkah awal menuju terwujudnya masyarakat
yang adil dan makmur. Pergantian kepemimpinan nasional diharapkan dapat
memperbaiki kehidupan politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya. Indonesia
harus dipimpin oleh orang yang memiliki kepedulian terhadap kesulitan dan
penderitaan rakyat.
Dalam makalah ini, kami membahas tentang politik dan ekonomi yang
berkembang pada masa reformasi sebagai bentuk perbandingan dari masa
sebelumnya, yaitu orde baru, sehingga dapat memunculkan pandangan–
pandangan yang dapat menjadi acuan sebagai generasi muda yang akan
meneruskan estafet kepemimpinan bangsa.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang menyebabkan lahirnya orde reformasi?
2) Apa yang melatarbelakangi terjadinya krisis multidimensional?
3) Bagaimana peran pemuda Indonesia dalam menyikapi adanya krisis multi
dimensional?
4) Bagaimana perkembangan politik dan ekonomi Indonesia pada orde reformasi?
5) Bagaimana keadaan – keadaan pada saat reformasi ?
6) Permasalahan – permasalahan apa yang terjadi pada orde reformasi ?
7) Apa saja hikmah yang dapat diambil dari peristiwa – peristiwa yang terjadi pada
akhir orde baru dan orde reformasi?
8) Apa yang seharusnya dilakukan oleh generasi muda sebagai penerus bangsa
untuk melanjutkan reformasi demi membangun Indonesia?
1.3 Tujuan
1) Mengetahui lahirnya orde reformasi sebagai ujung tombak perubahan bangsa.
2) Mengidentifikasi krisis multidimensional dan penyebab terjadinya.
3) Mengetahui perkembangan politik dan ekonomi pada masa reformasi.
4) Mampu mengambil hikmah dari terjadinya krisis multidimensional dan lahirnya
orde reformasi.
5) Mampu mengambil gambaran dalam menunjukkan sikap sebagai bentuk
partisipasi dan kontribusi pemuda dalam orde reformasi sebagai generasi
penerus kebanggaan bangsa.

1.4 Metode Penulisan


Dalam menyelesaikan makalah ini, adapun kami menggunakan metode literatur
dan studi kepustakaan melalui media cetak dan media elektronik. Referensi makalah
ini bersumber dari buku Sejarah Indonesia Kurikulum 2013 oleh Kementrian
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia dan buku pendamping Sejarah
Indonesia oleh Intan Pariwara. Kami juga memperoleh sejumlah informasi melalui
media elektronik seperti, web, blog dan perangkat media massa yang terdapat
diinternet.

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu pendahuluan, isi, dan
penutup. Bab pendahuluan terbagi atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Sementara itu, bab isi
dibagi berdasarkan subbab yang berkaitan dengan kondisi Indonesia sebelum
reformasi dan pada masa reformasi. Terakhir, bab penutup terdiri atas kesimpulan
dan saran.

BAB II
ISI
2.1 Periode Akhir Orde Baru
Orde baru berjalan hampir selama tiga decade, akan tetapi mulai goyah
memasuki akhir decade 1990-an. Pemerintahan Orde Baru tidak mampu
menghadapi krisis multidimensional yang berlangsung sejak 1997.

2.1.1 Krisis Multidimensional Menjelang Akhir Orde Baru


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) krisis artinya keadaan
yang genting. Multidimensional artinya mempunyai berbagai dimensi
(kemungkinan, segi, dan bidang). Dengan demikian, krisis multidimensional
dapat diartikan sebagai kondisi genting pada suatu Negara dalam berbagai
bidang, baik moneter, ekonomi, politik, hukum, dan kepercayaan. Berikut
penjelasannya.
a. Krisis Moneter
Pada awal tahun 1997 krisis moneter melanda Asia Tenggara,
termasuk Indonesia. Pada awal Juli 1997 rupiah Indonesia berada pada
posisi nilai tukar Rp 2.500,00/US$ dan terus mengalami kemerosotan
hingga 9%. Bank Indonesia pun tidak mampu membendung rupiah yang
kian merosot hingga RP 17.000,00/US$. Kondisi ini berdampak pada
jatuhnya bursa saham Jakarta, bangkrutnya perusahaan–perusahaan
besar di Indonesia, dan likuidasi beberapa bank nasional.
Dalam situasi ini, Presiden meminta bantuan kepada IMF. IMF
bersedia mengucurkan dana kepada Indonesia dengan syarat Indonesia
mencabut bantuan dana untuk subsidi bahan pokok, listrik, BBM, dan
menutup enam belas bank swasta. Saat krisis memanas, muncul
ketegangan–ketegangan masyarakat yang menunjukkan krisis sosial,
seperti kerusuhan anti-Tionghoa di sejumlah kota karena dianggap
mendominasi perekonomian Indonesia, serta kerusuhan dan penjarahan.
b. Krisis Ekonomi
Munculnya krisis moneter sejak 1997 berdampak pada perekonomian
dan dunia usaha. Sejumlah perusahaan bangkrut, sehingga
menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) besar–
besaran. Hal ini mengakibatkan lonjakan ke level yang belum pernah
tercapai sejak tahun 1960-an, yaitu sekitar 20 juta atau lebih dari 20%
angkatan kerja. Akibat PHK dan naiknya harga berang dengan cepat,
jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan mencapai 50% dari total
penduduk.
c. Krisis Politik
Setelah pelaksanaan pemilu 1997 perhatian asyarakat tertuang pada
Sidang Umum MPR pada bulan Maret 1998 yang menetapkan kembali
Soeharto sebagai presiden untuk masa jabatan 1998-2003 dengan B.J.
Habibie sebagai wakilnya. Tanggal 10 Maret 1998 pidato
pertanggungjawaban Presiden Soeharto diterima oleh MPR. Selanjutnya,
pada 12 Maret 1998 Presiden Soeharto kembali dilantik sebagai presiden
dan B.J. Habibie sebagai wakilnya.
Pada hari yang sama muncul gerakan mahasiswa dan masyarakat
yang menolak pelantikan Soeharto sebagai presiden untuk ketujuh
kalinya. Tuntutan mahasiswa dan masyarakat ini dilatarbelakangi oleh
banyaknya penyimpangan dalam bidang politik sebagai berikut.
a. Demokrasi tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya.
b. Banyak anggota DPR/MPR yang menerapkan sistem nepotisme.
c. Orientasi politik pemerintahan Orde Baru lebih condong ke Negara
barat.
d. Terjadinya ketidakadilan dalam bidang hukum.
d. Krisis Hukum
Pada masa Orde Baru, hukum sering dijadikan alat pembenarn atas
kebijakan penguasa. Banyak rekayasa dalam proses peradilan. Oleh
karena itu, seseorang yang dianggap bersalah dapat bebas dari hukuman
dan seseorang yang tidak bersalah masuk penjara. Akibat penyimpangan
tersebut, masyarakat menghendaki reformasi dalam bidang hukum untuk
meluruskan masalah pada posisi sebenarnya.
e. Krisis Kepercayaan
Munculnya krisis kepercayaan disebabkan oleh adanya penyimpangan
demokrasi pada masa pemerintahan Orde Baru. Situasi tersebut
diperparah dengan banyaknya anggota pemerintahan yang melakukan
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Krisis ekonomi, politik, dan hukum
menambah ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah Orde
Baru. Krisis kepercayaan ini juga semakin bertambah saat empat
Mahasiswa Universitas Trisakti tewas tertembak oleh keamanan saat
proses demonstrasi, sehingga masyrakat menganggap pemerintah Orde
Baru telah melakukan pelanggaran HAM.

2.1.2 Tuntutan Dan Agenda Reformasi


Tuntutan reformasi di Indonesia dilatarbelakangi oleh krisis
multidimensional yang meliputi krisis moneter, krisis ekonomi, krisis sosial,
krisis politik, krisis hukum, dan krisis kepercayaan. Awalnya, gerakan
reformasi hanya dilakukan di kampus – kampus besar. Akan tetapi, tuntutan
mereka tidak mendapatkan respons dari pemerintah. Akhirnya, para
mahasiswa harus turun ke jalan bersama organisasi massa lainnya yang
juga menuntut reformasi. Agenda utama gerakan reformasi adalah
turunnya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan. Selebihnya gerakan
reformasitahun 1998 mempunyai enam agenda sebagai berikut.
a. Suksesi kepemimpinan nasional.
b. Amandemen UUD 1945.
c. Pemberantasan KKN.
d. Penghapusan doktrin dwifungsi ABRI.
e. Penegakan supremasi hukum.
f. Pelaksanaan otonomi daerah.
2.1.3 Pengunduran Diri Presiden Soeharto
Kondisi Indonesia yang tidak terkendali memak Presiden Soeharto
mempercepat kepulangannya dari Mesir. Akhirnya pada hari Kamis tanggal
21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya, dan
sesuai pasal 8 UUD 1945 B.J. Habibie akan melanjutkan sisa masa
pemerintahannya sebagai Presiden Republik Indonesia ketiga, periode
1998-1999.

2.2 Perkembangan Politik Dan Ekonomi Indonesia Orde Reformasi


2.2.1 Pemerintahan B.J. Habibie (1998–1999)
Tanggal 21 Mei 1998, Prof. Dr. Bacharuddin Jusuf Habibie, terpilih
menjadi Presiden ke 3 Indonesia, dalam waktu singkat masa
pemerintahannya, B J Habibie menunjukan prestasi kerjanya yang sangat
menakjubkan. Berhasil menyelamatkan krisis moneter dan melengkapi
lahirnya Bank Mu’amalah pada masa Presiden Soeharto, dengan
ditambahkan Bank Syariah. Hal ini sebagai pertanda Presiden Prof. Dr.
Bacharuddin Jusuf Habibie, tidak dapat diragukan juga kedekatannya
dengan Ulama dan Santri, apalagi sebagai pendiri Ikatan Cendikiawan
Muslim Se-Indonesia, ICMI yang pertama di Malang.
Keberhasilan menciptakan Pesawat CN 35 yang mampu melakukan short
take off and landing, hanya 400 meter, merupakan prestasi tanpa tanding,
di kelasnya di dunia. Diikuti dengan penciptaan Air Bus 600 yang tercepat
di dunia. Selain itu juga, telah merancang pesawat terbang yang tercepat
di dunia, diumumkan oleh B.J. Habibie sejak awal pembentukan ICMI di
Malang, suatu pesawat sipil dengan kecepatan jarak Jakarta
NewYork hanya empat jam. Tentu, prestasi ini sangat mencemaskan
eksistensi negara industri pesawat terbang, terutama dari negara adikuasa
Barat. Sampai kini, pesawat produk dari Barat sekalipun, jarak Jakarta–
Jeddah ditempuh selama delapan jam.
Di bidang persenjataan, PINDAD yang dipimpin oleh Presiden Prof. Dr.
B.J Habibie, mampu menciptakan senjata yang mempunyai jarak tembak
1.000 meter dan sangat akurat. Senjata produk barat, hanya mampu 750
meter jarak tembaknya. Senjata produk PINDAD melampaui produk pabrik
senjata dari Barat.
Pribadi Presiden Prof. Dr. B.J Habibie dengan kemampuan teknologinya
yang tinggi prestasinya, belum pernah dimiliki oleh seorangpun dari
Presiden Amerika Serikat Walaupun telah merdeka sejak 1775 hingga 2008
dan terjadi pergantian 86 Presiden. Demikian pula negara barat lainnya,
tidak mempunyai seorangpun Kepala Negarayang memiliki kemampuan
menciptakan teknologi pesawat terbang baru. Andaikata rancangan
pesawatnya dapat terwujud maka Indonesia akan menjadi negara yang
memiliki kekuatan dirgantara yang luar biasa.
Ketika Habibie mengganti Soeharto sebagai presiden tanggal 21 Mei
1998, ada lima isu terbesar yang harus dihadapinya, yaitu:
1) Masa depan Reformasi;
2) Masa depan ABRI;
3) Masa depan daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dari Indonesia;
4) masa depan Soeharto, keluarganya, kekayaannya dan kroni-kroninya;
serta
5) Masa depan perekonomian dan kesejahteraan rakyat.
Berikut ini beberapa kebijakan yang berhasil dikeluarkan B.J. Habibie
dalam rangka menanggapi tuntutan reformasi dari masyarakat :
a. Kebijakan dalam bidang politik Reformasi dalam bidang politik berhasil
mengganti lima paket undang-undang masa Orde Baru dengan tiga
undang-undang politik yang lebih demokratis. Berikut ini tiga undang-
undang tersebut.
1) UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik.
2) UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.
3) UU No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan DPR/MPR.
b. Kebijakan dalam bidang ekonomi Untuk memperbaiki perekonomian
yang terpuruk, terutama dalam sektor perbankan, pemerintah
membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya
pemerintah mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, serta UU No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.
c. Kebebasan menyampaikan pendapat dan pers Kebebasan
menyampaikan pendapat dalam masyarakat mulai terangkat kembali. Hal
ini terlihat dari munculnya partai–partai politik dari berbagai golongan
dan ideologi. Masyarakat bisa menyampaikan kritik secara terbuka
kepada pemerintah. Di samping kebebasan dalam
menyatakan pendapat, kebebasan juga diberikan kepada pers.
Reformasi dalam pers dilakukan dengan cara menyederhanakan
permohonan Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP).
Pelaksanaan Pemilu Pada masa pemerintahan Habibie, berhasil
diselenggarakan pemilu multipartai yang damai dan pemilihan presiden
yang demokratis. Pemilu tersebut diikuti oleh 48 partai politik. Keberhasilan
lain masa pemerintahan Habibie adalah penyelesaian masalah Timor Timur.
Usaha Fretilin yang memisahkan diri dari Indonesia mendapat respon.
Pemerintah Habibie mengambil kebijakan untuk melakukan jajak pendapat
di Timor Timur. Referendum tersebut dilaksanakan pada tanggal 30
Agustus 1999 di bawah pengawasan UNAMET. Hasil jajak
pendapat tersebut menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Timor Timur lepas
dari Indonesia. Sejak saat itu Timor Timur lepas dari Indonesia. Pada
tanggal 20 Mei 2002 Timor Timur mendapat kemerdekaan penuh dengan
nama Republik Demokratik Timor Leste dengan presidennya yang pertama
Xanana Gusmao dari Partai Fretilin.

2.2.2 Pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999–2003)


Pada pemilu yang diselenggarakan pada 1999, partai PDI-P pimpinan
Megawati Soekarnoputri berhasil meraih suara terbanyak (sekitar 35%).
Tetapi karena jabatan presiden masih dipilih oleh MPR saat itu, Megawati
tidak secara langsung menjadi presiden. Abdurrahman Wahid, pemimpin
PKB, partai dengan suara terbanyak kedua saat itu, terpilih kemudian
sebagai presiden Indonesia ke-4. Megawati sendiri dipilih Gus Dur sebagai
wakil presiden. Masa pemerintahan Abdurrahman Wahid diwarnai dengan
gerakan-gerakan separatisme yang makin berkembang di Aceh, Maluku dan
Papua. Selain itu, banyak kebijakan Abdurrahman Wahid yang ditentang
oleh MPR/DPR.
Selain itu, di bawah Presiden K.H. Abdurrahman Wahid, dalam upayanya
menarik kembali wiraniagawan Cina yang eksodus dari Indonesia, dengan
cara menghidupkan kembali Kong Fu Tsu. Dengan cara ini, diharapkan
proses pembauran Bangsa atau hubungan etnis Cina – Non–Pribumi dengan
etnis Indonesia–Pribumi lainnya, akan semakin akrab.
IAIN di ubah menjadi UIN dengan membuka fakultas dan jurursan yang
sama dengan fakultas dan jurusan yang dikelola oleh perguruan tinggi dari
Diknas. Dengan demikian, alumni pendidikan yang diselenggarakan
Departemen Agama, dapat bekerja ke departemen manapun. Institut
Keguruan Ilmu Pendidikan IKIP berubah menjadi Universitas Pendidikan
Indonesia–UPI.
Selain itu, kepolisian tidak lagi menjadi satu kesatuan dengan ABRI.
Kepolisian bertanggung jawab atas keamanan dalam negeri Indonesia.
Kementrian penerangan dan kementrian sosial ditiadakan. Sedangkan
Departemen Agama yang pernah diusulkan oleh Rasuna Said dari kelompok
komunis Tan Malaka, agar dibubarkan, tetap dipertahankan oleh Presiden
K.H. Abdurrahman Wahid. Barangkali karena eksistensi Departemen Agama
secara historis dirintis awalnya oleh ayahnya, Wachid Hasjim.
Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran berkumpul di Gedung MPR dan
meminta Gus Dur untuk mengundurkan diri dengan tuduhan korupsi. Di
bawah tekanan yang besar, Abdurrahman Wahid lalu mengumumkan
pemindahan kekuasaan kepada wakil presiden Megawati Soekarnoputri.
Melalui Sidang Istimewa MPR pada 23 Juli 2001, Megawati secara resmi
diumumkan menjadi Presiden Indonesia ke-5.

2.2.3 Pemerintahan Megawati Soekarnoputri (2001–2004)


Pembaharuan yang dilaksanakan secara drastis, menimbulkan kesulitan
yang besar. Berakhirlah masa kepresidenan K.H. Abdurrahman Wahid.
Akhirnya, sidang DPR–MPR memutuskan, mengangkat Wakil Presiden
Megawati menjadi presiden, 23 Juli 2001.
Kebijakan Presiden Megawati diantaranya:
a. Memilih dan Menetapkan
Ditempuh dengan meningkatkan kerukunan antar elemen bangsa dan
menjaga persatuan dan kesatuan. Upaya ini terganggu karena peristiwa
Bom Bali yang mengakibatkan kepercayaan dunia internasional
berkurang.
b. Membangun tatanan politik yang baru
Diwujudkan dengan dikeluarkannya UU tentang pemilu, susunan dan
kedudukan MPR/DPR, dan pemilihan presiden dan wapres.
c. Menjaga keutuhan NKRI
Setiap usaha yang mengancam keutuhan NKRI ditindak tegas seperti
kasus Aceh, Ambon, Papua, Poso. Hal tersebut diberikan perhatian
khusus karena peristiwa lepasnya Timor Timur dari RI.
d. Melanjutkan amandemen UUD 1945
Dilakukan agar lebih sesuai dengan dinamika dan perkembangan
zaman.
e. Meluruskan otonomi daerah
Keluarnya UU tentang otonomi daerah menimbulkan penafsiran yang
berbeda tentang pelaksanaan otonomi daerah. Karena itu, pelurusan
dilakukan dengan pembinaan terhadap daerah-daerah. Tidak ada
masalah yang berarti dalam masa pemerintahan Megawati kecuali
peristiwa Bom Bali dan perebutan pulau Ligitan dan Sipadan.
2.2.4 Pemerintahan S.B. Yudhoyono–Jusuf Kalla (2004–2009)
Demikian pula kehidupan lingkungan pesantren, melahirkan putra-putra
terhormat bagi nusa dan bangsa. Lingkungan keluarga Pondok Pesantren
Termas Pacitan Keresidenan Madiun, melahirkan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Demikian pula, Wakil presiden Jusuf Kalla terlahir dari
lingkungan kehidupan Pesantren di Makasar sebagai daerah pengaruh
Waliullah Syech Yusuf.
Dengan adanya pergantian sistem pemilihan langsung untuk Pemilu
Presiden, pasangan Megawati–Hasyim Muzadi, PDIP–NU gugur karena
hanya memperoleh 42.833.652 suara atau 39,09%. Sedangkan Susilo
Bambang Yudhoyono–Jusuf Kalla, Partai Demokrat–Partai Golkar,
memperoleh suara rakyat mencapai jumlah 66.731.944 suara atau 60.91%.
Susilo Bambang Yudhoyono- SBY diangkat resmi sebagai Presiden RI,
dan Mohamad Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden, pada 20 Oktober 2004,
untuk periode kepresidenan 2004–2009 M. Untuk kedua kalinya, Presiden
dari TNI AD.
Kebijakan Presiden Ssusilo Bambang Yudhayono diantaranya
a. Anggaran pendidikan ditingkatkan menjadi 20% dari keseluruhan APBN.
b. Konversi minyak tanah ke gas.
c. Memberikan BLT (Bantuan Langsung Tunai).
d. Pembayaran utang secara bertahap kepada badan PBB.
e. Buy back saham BUMN
f. Pelayanan UKM (Usaha Kecil Menengah) bagi rakyat kecil.
g. Subsidi BBM.
h. Memudahkan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
i. Meningkatkan sektor pariswisata dengan mencanangkan "Visit Indonesia
2008".
j. Pemberian bibit unggul pada petani.
k. Pemberantasan korupsi melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).
2.2.5 Pemerintahan S.B. Yudhoyono–Boediono (2009–2014)
Masa pemerintahan SBY-Boediono berlangsung sejak 2009–2014,
prestasi–prestasi yang telah dicapai adalah sebagai berikut.
1) Meningkatkan pelayanan publik.
2) Meningkatkan pelayanan hukum.
3) Upaya mewujudkan Good Governance.

2.2.6 Pemerintahan Joko Widodo–Jusuf Kalla (2014–sekarang)


Dalam masa pemerintahannya Presiden Joko Widodo dan wakil presiden
Jusuf Kalla mengusung visi revolusi mental yang sasarannya sebagai
berikut.
a) Mengubah mind set, yaitu cara berpikir dan cara pandang dalam
melakukan public service.
b) Struktur organisasi harus ramping dan tidak boleh ada orang – orang
dalam pemerintahan yang memiliki fungsi ganda.
c) Kultur budaya kerja harus disiplin, tanggung jawab, mengedepankan
kebersamaan, dan gotong royong.

2.3 Demokrasi Pada Masa Reformasi


2.3.1 Pelaksanaan Demokrasi Pada Masa Reformasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008), demokrasi adalah
bentuk atau sistem pemerintah yang seluruh rakyatnya turut serta
memerintah dengan perantara wakilnya. Pada era reformasi kehidupan
demokratis ditandai dengan adanya kebijakan – kebijakan sebagai berikut.
a) Keluarnya Ketetapan MPR-RI
Ketetapan tersebut antara lain Tap MPR RI No. X/MPR/1998 tentang
Pokok–Pokok Reformasi, Tap MPR RI No. VII/MPR/1998 tentang
Pencabutan Tap MPR tentang Referendum, Tap MPR RI No. XI/MPR/1998
tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme, dan Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan
Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
b) Otonomi Daerah
Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui UU No. 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah. Tujuan otonomi daerah adalah
sebagai berikut.
1) Peningkatan pelayanan masyarakat.
2) Pengembangan kehidupan demokrasi.
3) Keadilan sosial.
4) Pemerataan wilayah daerah.
5) Pemeliharaan hubungan yang sesuai antara pusat dan daerah serta
atntardaerah dalam rangka menjaga keutuhan NKRI.
6) Mendorong pemberdayaan masyarakat.
7) Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas masyarakat.
8) Mengembangkan peran dan fungsi DPRD.
c) Pemekaran Provinsi
Berikut adalah beberapa provinsi yang telah mengalami pemekaran
sejak masa reformasi.
1) Maluku Utara dengan ibu kota Sofifi-Ternate dimekarkan dari Provinsi
Maluku pada Oktober 1999.
2) Banten dengan ibu kota Serang yang dimekarkan dari Jawa Barat
pada Oktober 2000.
3) Kepulauan Bangka Belitung dengan ibu kota Pangkal Pinang pada 4
Desember 2000.
4) Gorontalo dengan ibu kota Gorontalo, dari Sulawesi Utara pada 22
Desember 2000.
5) Irian Jaya Barat dengan ibu kota Manokwari, dari Papua pada 21
November 2001.
6) Kepulauan Riau dengan ibu kota Tanjungpinang, dari Riau pada
Oktober 2002.
7) Sulawesi Barat dengan ibu kota Mamuju, dari Sulawesi Selatan pada
5 Oktober 2004.
8) Kalimantan Utara dengan ibu kota Tanjung Selor, dari Kalimantan
Timur pada Oktober 2012.

2.3.2 Pelaksanaan Pemilu


a) Pemilu 1999
Pemilu 1999 diselenggarakan secara serentak pada tanggal 7 Juni
1999 untuk memilih 462 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten / Kota se–
Indonesia, periode 1999–2002 yang diikuti oleh 48 partai politik.
b) Pemilu 2004
Pemilu 2004 dimenangi oleh pasangan dari Partai Demokrat, Susilo
Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla yang meraih 60,9% suara.
c) Pemilu 2009
Pemilu 2009 dimenangi oleh pasangan dari Partai Demokrat, Susilo
Bambang Yudhoyono dan Boediono yang meraih 60,8% suara.
d) Pemilu 2014
Pemilu 2014 dimenangi oleh pasangan dari PDI–P, Joko Widodo dan
Jusuf Kalla yang meraih 46,85% suara.
2.3.3 Kebebasan Pers Pada Masa Reformasi
Pada masa pemerintahan B.J. Habibie, bermunculan media cetak baru
yang berjumlah hingga 1.397 penerbit di seluruh Indonesia karena Surat
Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) tidak lagi diberlakukan. Selanjutnya,
Presiden Abdurrahman Wahid meneruskan kebijakan Habibie, jumlah
penerbitan di Indonesia pun meningkat signifikan.
Pada masa pemerintahan Megawati,terjadi demokratisasi pers yang
ditandai hadirnya undang–undang pers dan undang–undang penyiaran.
Undang–undang pers memiliki dampak positif dan negatif. Disatu sisi
munsul kebebasan dalam mengemukakan pendapat dan disisi lain pers
melahirka sejumlah media cetak yang tak terkendali. Kebebasan pers ini
berlangsung hingga saat ini.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Reformasi merupakan gerakan moral untuk menjawab ketidakpuasan dan
keprihatinan atas kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Reformasi
bertujuan untuk menata kembali kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang lebih baik berdasarkan nilai – nilai luhur Pancasila. Dengan
demikian, hakikat gerakan reformasi bukan untuk menjatuhkan pemerintahan orde
baru, apalagi untuk menurunkan Soeharto dari kursi kepresidenan. Namun, karena
pemerintahan orde baru pimpinan Soeharto dipandang tidak mampu mengatasi
persoalan bangsa dan negara, maka Soeharto diminta untuk
mengundurkan secara legawa dan ikhlas demi perbaikan kehidupan bangsa dan
Negara Indonesia yang akan datang.
Demi mewujudkan tujuan Negara dan cita – cita reformasi yang telah banyak
menimbulkan korban baik harta maupun jiwa, kita sebagai pelajar Indonesia wajib
menjaga kelangsungan reformasi agar berjalan sesuai dengan harapan para
pahlawan reformasi yang telah gugur mendahului kita.

3.2 Saran
Dengan adanya jaminan dalam melakukan kebebasan berpendapat
diharapkankan masyarakat Indonesia mampu menyampaikan hal–hal yang menjadi
aspirasi demi membangun bangsa dan Negara di segala aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sehingga mampu bersaing dengan
negara–negara maju lainya.
Kebebasan berpendapat melalui berbagai media yang bertujuan sebagai sarana
yang menghubungkan antara pemerintah dan masyarakat diharapkan agar tidak
disalahgunakan dengan penyampaian yang berlebihan dan tidak bertanggungjawab
sehingga berpotensi memicu terjadinya kesalahpahaman pada pihak–pihak
tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Fauziah, Mutiara Shifa, Ringo Rahata, Melkisedek Bagas Fenetimura.2015.Sejarah


Indonesia.Klaten:Intan Pariwara
http://socio-politica.com/2012/05/14/gerakan-mahasiswa-gerakan-hati-nurani-bangsa-
1/
http://bemfis.student.uny.ac.id/2013/06/14/mahasiswa-dalam-bingkai-reformasi/
http://fatian-suejiarto.blogspot.co.id/2012/03/peran-dan-partisipasi-mahasiswa-
dalam.html

Anda mungkin juga menyukai