Disusun oleh :
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, dan berkat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas berupa makalah yang berjudul
“Perkembangan Ekonomi Indonesia dari Masa Orde Lama Sampai Masa Pandemi COVID-
19”.
Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Ance Tenis, S.Pd. selaku guru mata pelajaran
Sejarah yang telah memberikan bimbingan mengenai format makalah ini.Saya sadar bahwa
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sebuah kesempurnaan. Oleh
karena itu saya selaku penulis meminta kritik dan saran untuk revisi kedepannya dan
sebelumnya mohon maaf apabila terdapat kata–kata yang kurang berkenan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….…….ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………….………………………………...1
B. Rumusan Masalah……………………….………………………………..2
C. Tujuan…………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan ekonomi Indonesia pada masa liberal……………………3
B. Perkembangan ekonomi Indonesia pada masa demokrasi terpimpin…….4
C. Perkembangan ekonomi Indonesia pada masa orde baru………………...5
D. Perkembangan ekonomi Indonesia pada masa reformasi………………...6
E. Perkembangan ekonomi Indonesia pada masa pandemi Covid-19……….8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………..…………………10
B. Saran……………………………………………………...……………….10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan
dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Istilah "ekonomi" sendiri
berasal dari bahasa Yunani, yaitu οἶκος (oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan
νόμος (nomos) yang berarti "peraturan, aturan, hukum". Perekonomian merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Seiring perkembangan zaman tentu
kebutuhan manusia bertambah oleh karena itu ekonomi secara terus-menerus mengalami
pertumbuhan dan perubahan. Perubahan yang secara umum terjadi pada perekonomian yang
dialami suatu negara seperti inflasi ,pengangguran , kesempatan kerja, hasil produksi,dan
sebagainya.
Pembangunan ekonomi suatu negara saat ini tidak terlepas dari peran pemerintah
dalam mengatur perekonomian untuk mencapai kesejahteraan bagi masyarakatnya. Sistem
perekonomian Indonesia dibagi menjadi 3 yaitu Pemerintahan pada masa orde lama, orde
baru, dan reformasi. Sejak berdirinya negara RI, sudah banyak tokoh-tokoh negara pada saat
itu yang telah merumuskan bentuk perekonomian yang tepat bagi bangsa Indonesia, baik
secara individu maupun diskusi kelompok. Dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi
yang tidak terlepas dari peran negara tersebut, Indonesia di era reformasi ditandai dengan
sebuah cita-cita untuk melakukan perbaikan terhadap kondisi ekonomi yang terjadi di masa
pemerintahan Orde Baru, dimana pada masa pemerintahan Orde baru tersebut praktek
kekuasaan pemerintahan dijalankan secara sentralistis.
Demokratisasi mempunyai tujuan agar sistem politik dapat lebih terbuka dan
demokratis. Artinya, setiap kelompok politik dapat menjadi input dalam pembuatan
kebijakan. Sehingga setiap warga negara diasumsikan bisa terlibat dalam pembuatan
keputusan politik. Sedangkan, desentralisasi mempunyai tujuan utama untuk mencegah
adanya kekuasaan yang tersentralisasi pada segelintir orang, yang diyakini pada akhirnya
akan selalu korup. Desentralisasi memiliki beberapa asumsi, antara lain,
akuntabilitas,responsiveness dan partisipasi aktif warga negara (Hadiz, 2005: 290-292).
Bergesernya model pengelolaan kekuasaan dari sentralistik ke desentralisasi diharapkan
sesuai dengan tujuan di atas. Tujuan besarnya adalah sistem politik dapat lebih demokratis,
sehingga praktek korup pada pemerintahan Orde Baru tidak terjadi lagi. Dimana
perekonomian Indonesia sejak masa penjajahan, pemerintahan masa orde lama hingga masa
reformasi masih mengalami beberapa gejolak. Berdasarkan uraian tersebut penulis ingin
membahas makalah ini dengan judul “Perkembangan Ekonomi Di Indonesia dari Masa orde
lama sampai masa pandemi Covid-19”.
1.3. TUJUAN
1. Mengetahui perkembangan ekonomi Indonesia pada masa liberal.
2. Mengetahui perkembangan ekonomi Indonesia pada masa demokrasi terpimpin.
3. Mengetahui perkembangan ekonomi Indonesia pada masa orde baru.
4. Mengetahui perkembangan ekonomi Indonesia pada masa reformasi.
5. Mengetahui perkembangan ekonomi Indonesia pada masa pandemi covid-19.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Krisis Ekonomi Yang Terjadi di Indonesia Pada Masa Ekonomi Liberal,
Demokrasi Terpimpin, Orde Baru, Reformasi, Hingga Masa Pandemi Covid-19.
Ekonomi liberal adalah adalah sistem ekonomi dimana ekonomi diatur oleh kekuatan
pasar (permintaan dan penawaran). Sistem ekonomi liberal merupakan sistem
perekonomian yang memberikan kebebasan seutuhnya dalam segala bidang
perekonomian kepada setiap orang untuk memperoleh keuntungan seperti yang
diinginkan. Periode sejarah Indonesia 1870-1900 sering disebut sebagai masa
liberalisme. Pada periode tersebut untuk pertama kalinya dalam sejarah kolonial
Indonesia kepada kaum pengusaha dan modal swasta diberikan peluang sepenuhnya
untuk menanamkan modalnya dalam berbagai usaha kegiatan di Indonesia terutama
dalam industri-industri perkebunan besar baik di Jawa maupun daerah-daerah luar Jawa.
Selama masa ini modal swasta dari Belanda dan negara-negara Eropa lainnya telah
mendirikan berbagai perkebunan kopi, teh, gula, dan kina yang besar di Deli, Sumatera
Timur.
Sesudah pengakuan kedaulatan, pemerintah Indonesia menanggung beban ekonomi
dan keuangan yang cukup berat dampak dari disepakatinya ketentuan-ketentuan KMB
(Konferensi Meja Bundar) yaitu meningkatnya nilai utang Indonesia, baik utang luar
negeri maupun utang luar negeri. Struktur perekonomian yang diwarisi dari penguasa
kolonial masih berat sebelah, nilai ekspor Indonesia pada saat itu masih sangat tergantung
pada beberapa jenis hasil perkebunan yang nilainya jauh di bawah produksi pada era
sebelum Perang Dunia II.
Sistem ekonomi liberal mengakibatkan penetrasi ekonomi yang masuk lebih dalam
lagi ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terutama di Jawa. Penduduk pribumi di
Jawa mulai menyewakan tanah-tanah mereka kepada pihak swasta Belanda untuk
dijadikan perkebunan-perkebunan besar. Berkembangnya perkebunan-perkebunan
tersebut memberikan peluang kepada rakyat Indonesia untuk bekerja sebagai buruh
perkebunan. Selain itu juga penetrasi di bidang eksport import tekstil yang mematikan
kegiatan kerajinan tenun di Jawa. Perkembangan pesat perkebunan-perkebunan teh, kopi,
tembakau, dan tanaman-tanaman perdagangan lainnya berlangsung antara 1870-1885.
Setelah tahun 1885 perkembangan tanaman perdagangan mulai berjalan seret, karena
jatuhnya harga-harga gula dan kopi di pasaran dunia. Dalam tahun 1891 harga pasaran
tembakau dunia juga turun drastis. Jatuhnya harga gula di pasaran dunia dikarenakan
penanaman gula bityang mulai ditanam di Eropa, sehingga mereka tidak perlu mengimpor
lagi gula dari Indonesia.
Krisis perdagangan tahun 1885 mengakibatkan terjadinya reorganisasi dalam
kehidupan ekonomi Hindia-belanda. Perkebunan-perkebunan besar tidak lagi milik
perseorangan tetapi direorganisasi sebagai perseroan terbatas. Bank perkebunan juga tetap
memberikan pinjaman bagi perkebunan, namun setelah adanya krisis 1885 merekapun
mengadakan pengawasan atas operasi perkebunan-perkebunan besar itu. Pada akhir abad
ke- 19, terjadi perkembangan baru dalam kehidupan ekonomi di Hindia Belanda. Sistem
liberalisme murni dengan persaingan bebas mulai ditinggalkandan digantikan dengan
sistem ekonomi terpimpin. Kehidupan ekonomi Hindia-Belanda, khususnya Jawa mulai
dikendalikan oleh kepentingan finansial dan industriil di negeri Belanda, dan tidak
diserahkan kepada pemimpin-pemimpin perkebunan besar yang berkedudukan di Jawa.
Salah satu ciri yang tampak pada masa demokrasi parlementer (liberal) adalah seringnya
pergantian kabinet, penyebab utama seringnya pergantian kabinet pada masa ini adalah
karena adanya perbedaan kepentingan di antara partai-partai yang tidak pernah
terselesaikan dengan baik. Dalam bidang ekonomi, kebijakan ekonomi yang diterapkan
pada 1950-an umumnya merupakan upaya untuk menggantikan struktur perekonomian
kolonial menjadi perekonomian nasional.
Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi yang berjalan antara tahun
1959 sampai deng5an tahun 1966, dimana dalam sistem demokrasi ini seluruh keputusan
serta pemikiran berpusat pada pemimpin negara yang pada itu dipegang oleh Presiden
Soekarno. Konsep sistem Demokrasi Terpimpin pertama kali diumumkan oleh Presiden
Soekarno dalam pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10 November 1956.
Sejak diberlakukannya kembali UUD 1945, dimulailah pelaksanaan ekonomi
terpimpin, sebagai awal berlakunya herording ekonomi. Dimana alat-alat produksi dan
distribusi yang vital harus dimiliki dan dikuasai oleh negara atau minimal dibawah
pengawasan negara. Pengaturan ekonomi berjalan dengan sistem komando. Kondisi
ekonomi dan keuangan yang ditinggalkan dari masa Demokrasi Liberal berusaha
diperbaiki oleh Presiden Soekarno. Namun, yang terjadi malah kondisi ekonomi semakin
memburuk karena anggaran belanja negara setiap tahunnya terus meningkat tanpa
diimbangi dengan pendapatan negara yang memadai. Salah satu penyebab
membengkaknya anggaran belanja tersebut adalah pembangungan proyek-proyek
mercusuar, yang lebih bersifat politis daripada ekonomi, misalnya pembangunan
Monumen Nasional (Monas), pertokoan sarinah, dan kompleks olahraga Senayan yang
dipersiapkan untuk Asian Games IV dan Games Of the New Emerging Forces (Ganefo).
Kondisi perekonomian yang sangat merosot mendorong pemerintah berusaha
mendapatkan devisa kredit (kredit impor) jangka panjang yang harus dibayar kembali
setelah satu atau dua tahun.Walaupun cadangan devisa menipis, Presiden Soekarno tetap
pada pendiriannya untuk menghimpun dana revolusi, karena dana ini digunakan untuk
membiayai proyek-proyek yang bersifat prestise politik atau mercusuar, dengan
mengorbankan ekonomi dalam negeri.
Akibat dari kebijakan tersebut ekonomi semakin semrawut dan kenaikan barang
mencapai 200-300% pada tahun 1965 sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan
bahwa pecahan mata uang Rp 1.000,00 (uang lama) diganti dengan Rp 1,00 (uang baru).
Tindakan penggantian uang lama dengan uang baru diikuti dengan pengumuman
kenaikan harga bahan bakar yang mengakibatkan reaksi penolakan masyarakat.
Era pemerintahan Orde Baru indonesia jadi angota IMF sejak alami titik penting
lainnya saat terjadi booming minyak pada periode 1974-1982. Tingginya harga minyak di
pasar internasional membuat pemerintah orde baru mendapatkan pemasukan yang cukup
besar. Pada 1977 Indonesia memproduksi begitu banyak minyak hingga mencapai 1,68
juta barel perhari, sementara konsumsi BBM rakyat Indonesia hanya sekitar 300.000
barel per hari. Ini yang menyebabkan Indonesia masuk dalam organiasasi OPEC
(Organization of the Petroleum Exporting Countries).Besarnya pemasukan negara dari
sektor minyak, membuat pemerintah orde baru memiliki amunisi untuk melakukan
pembangunan. Pembangunan yang dilakukan saat mengarah pada tujuan sosial.
Menurut data sejarah yang dicatat Bank Indonesia (BI), kondisi itu memungkinkan
pemerintah memacu kegiatan pembangunan ekonomi dan melaksanakan program
pemerataan pembangunan lewat penyediaan kredit likuiditas, termasuk pemberian kredit
untuk mendorong kegiatan ekonomi lemah.Namun, pengucuran deras kredit perbankan
tersebut mengakibatkan uang beredar meningkat dalam jumlah yang cukup besar.
Akibatnya, tingkat inflasi 1973/1974 melonjak tajam menembus angka 47%. Pemerintah
Orde Baru kembali berbenah diri dengan melakukan program stabilisasi. Pada 1974/1975
inflasi pun turun menjadi 21%.Hal ini memberi peluang Pemerintah untuk menurunkan
suku bunga deposito dan kredit jangka pendek terutama ekspor dan perdagangan dalam
negeri pada Desember 1974 guna mendorong pertumbuhan ekonomi.Akan tetapi
pelonggaran itu justru menimbulkan tekanan inflatoir sehingga mengakibatkan lemahnya
daya saing produk Indonesia di luar negeri karena nilai rupiah menjadi over valued.
Ekonomi Indonesia juga terguncang ketika anjloknya harga minyak dunia yang terjadi
pada 1980-an karena banjirnya pasokan minyak dunia. Harga minyak mentah dari US$ 35
per barel turun menjadi kurang dari US$ 10 pada 1986."Krisis ekonomi tahun 1980-an
awal negara bangkrut karena harga minyak turun di bawah US$ 10 per barrel. Pertamina
bangkrut dan negara bangkrut karena 80% pendapatan negara berasal dari minyak," kata
Ekonom Indef Didik J Rachbini kepada detikFinance.Saat itu Pertamina mengalami
kerugian hingga US$ 10,5 miliar. Ibnu Sutowo yang saat itu menjadi Dirut Pertamina
dituding korupsi dan menjadi penyebab kebangkrutan Pertamina.
Saat itu juga kerap disebut sebagai periode liberalisasi. Pemerintah Orde Baru
melakukan liberalisasi pada sektor industri, pertanian dan pangan.Dengan memanfaatkan
upah buruh yang murah, pemerintah Orde Baru mencoba untuk menarik investor asing.
Investor asing juga masuk ke sektor pertanian dengan memproduksi pupuk kimia dan
pestisida. Loncat hingga ke penghujung pemerintahan Orde Baru mulai terjadi tanda-
tanda krisis ekonomi sejak 1997. Gelombang dimulai dari Thailand, meskipun Indonesia
saat itu belum terlihat gejala krisisnya.Namun saat itu banyak dari perusahaan nasional
yang memiliki utang di luar negeri. Rupiah mulai melemah pada Agustus 1997.Memasuki
pertengahan 1997 Indonesia pun meninggalkan sistem kurs terkendali. Penyebabnya,
cadangan devisa Indonesia rontok karena terus-terusan menjaga dolar AS bisa bertahan di
Rp 2.000-2.500.
3.2. Saran
Saran yang dapat saya berikan yaitu Pemerintah Indonesia harus siaga dalam melalui
perubahan perputaran perekonomian dunia dan bertindak cepat ketika sebuah bencana yang
melanda perekonomian dunia terutama perekonomian Indonesia.