Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Dosen : Salahuddin SE.MM


Mata kuliah : Perekonomian Indonesia
Judul Makalah : Gambaran Umum Perekonomian Indonesia

Di susun oleh : kelompok 2


Sartiana linda sari, NIM : S.ES.1.2018.091
Maria Ulva, NIM : S.ES.1.2018.001

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SMQ BANGKO


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
JURUSAN SYARI’AH
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, Inayah, taufik dan hinayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami Gambaran Umum
Perekonomian Indonesia. Penulis mengakui masih banyak kekurangan pada
makalah ini. Oleh karena itu diharapkan kepada pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

09-September-2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. I

Kata Pengantar.................................................................................................. II

Daftar Pustaka................................................................................................... III

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................ 4
C. Tujuan Masalah.................................................................................... 4
BAB II Pembahasan
A. Masa Orde Lama……………………………………………………... 5
B. Masa Reformasi………………………………………………………. 8
C. Masa Peralihan……………………………………………………….. 11
D. Masa Orde Baru……………………………………………………… 11
BAB III Penutup
A. Kesimpulan........................................................................................... 18
B. Saran..................................................................................................... 18
Daftar Pustaka................................................................................................... 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Belakangan ini perekonomian internasional mengalami
perkembangan yang pesat dan semakin liberal. Perjanjian–perjanjian
perdagangan internasional telah banyak dilakukan oleh hampir semua
negara. Selain itu, pergerakan modal juga semakin bebas di antar negara.
Inilah yang selanjutnya menjadikan suatu negara semakin terkait dengan
negara lainnya. Dengan adanya perdagangan internasional dan pergerakan
modal yang semakin bebas ini, baik pasar barang maupun pasar modal
menjadi semakin luas dan kegiatan ekonomi dunia pun semakin
meningkat. Peningkatan ekonomi global ini memberikan hasil yang baik
berupa pertumbuhan ekonomi dunia yang sempurna. Pertumbuhan
ekonomi ini merupakan salah satu wacana yang sangat menonjol dalam
konteks perekonomian suatu negara.
Pertumbuhan ekonomi bisa dibilang sebagai indikator berhasil atau
tidaknya suatu pemerintahan dalam menjalankan, mengelola, dan
membangun negara. Meskipun, ada banyak faktor baik di dalam negeri
maupun di tataran global yang menjadi faktor penentu.
Menurut ekonom Amerika Serikat, Simon Kuznets, pertumbuhan
ekonomi adalah suatu kenaikan kemampuan jangka panjang dari negara
untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya.
Kemampuan tersebut akan tumbuh seiring dengan adanya
perkembangan atau kemajuan teknologi dan juga penyesuaian
kelembagaan serta ideologi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Masa Orde Lama ?
2. Bagaimana Masa Peralihan ?
3. Jelaskan Masa Orde Baru ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masa Orde Lama


Perekonomian Indonesia kurang memuaskan. Hal ini disebabkan
antara lain ;
 Sering terjadi pergantian Kabinet
 Keadaan Politik & Keamanan yang tidak stabil
 Kebijakan ekonomi yang sering berubah-ubah.

*Beberapa masalah ekonomi yang terjadi pada masa Orde Lama, antara
lain;

1. Terjadi Nasionalisasi Perusahaan- Perusahaan Asing ( 1951-1958 )


2. Adanya kebijakan ” Anti Modal Asing ”, akibatnya :
- Indonesia kekurangan modal
- Hilangnya pangsa Pasar di Luar Negeri
- Tekanan pada NPI (Neraca Pembayaran Internasional)

Perekonomian Indonesia pada masa orde lama perlu dicermati


karena pada masa tersebut, Indonesia merupakan Negara yang baru saja
merdeka. Dalam masa ini, perkembangan perekonomian dibagi dalam 3
(tiga) masa, yaitu :

1. Masa Kemerdekaan ( 1945 – 1950 )


Keadaan ekonomi pada masa awal kemerdekaan dapat dibilang
sangat tidak menggembirakan. Hal itu terjadi karena adanya inflasi
yang disebabkan oleh beredarnya lebih dari satu mata uang secara
tidak terkendali. Oktober 1946 Pemerintah RI mengeluarkan ORI
(Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang, namun
adanya blockade ekonomi oleh Belanda dengan menutup pintu
perdagangan luar negeri mengakibatkan kekosongan kas Negara.
Akibatnya Negara berada dalam kondisi krisis keuangan dan

5
kondisi itu tentu membahayakan bagi keberlangsungan
perekonomian Indonesia pada saat itu.
Dalam menghadapi krisis tersebut, pemerintah menempuh
beberapa kebijakan, yaitu :
1) Pinjaman Nasional
2) Pemenuhan Kebutuhan Rakyat
3) Melakukan Konferensi Ekonomi
2. Masa Demokrasi Liberal ( 1950 – 1957 )
Ciri utama masa Demokrasi Liberal adalah sering bergantinya
kabinet. Hal ini disebabkan karena jumlah partai yang cukup banyak
tetapi tidak ada partai yang memiliki mayoritas mutlak dan hal ini
kemudian membuat pada masa ini perekonomian diserahkan
sepenuhnya kepada pasar. Dampak dari kebijakan ini akhirnya hanya
memperburuk kondisi perekonomian Indonesia.
Pemerintah terkesan memaksakan sistem pasar dalam
perekonomian, anehnya pemerintah sudah mengetahui dampaknya dan
melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kondisi perekonomian.
Usaha-usaha tersebut adalah melalui pemotongan nilai uang,
melanjutkan program Benteng, dan memutuskan hasil Konferensi Meja
Bundar (KMB). Pemotongan nilai uang dimaksudkan untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun,
dikenal dengan sebutan Gunting Syarifuddin. Pemerintah juga
melanjutkan Program Benteng (Kabinet Natsir) dengan maksud untuk
menumbuhkan wiraswasta pribumi agar bisa berpartisipasi dalam
perkembangan ekonomi nasional dan pembatalan sepihak atas hasil-
hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
3. Masa Demokrasi Terpimpin ( 1959 – 1967 )
Demokrasi Terpimpin tidak lepas dari sosok Presiden Soekarno,
sehingga pemikiran Soekarno menjadi dasar bagi pelaksanaan
demokrasi terpimpin. Dalam pidato beliau yang berjudul Kembali ke
Rel Revolusi terbitlah pemikiran Soekarno tentang demokrasi
terpimpin. Demokrasi Terpimpin benar-benar terjadi setelah muncul

6
Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Mulai saat itulah Indonesia menjalankan
sistem demokrasi terpimpin. Akibat dari system ini berdampak pada
perubahan struktur ekonomi Indonesia yang akhirnya cenderung
berjalan melalui system etatisme, dimana dalam system ini Negara dan
aparatur ekonomi Negara bersifat dominan serta mematikan potensi
dan kreasi unit-unit ekonomi diluar sektor Negara.
Tidak menunjukkan kondisi perekonomian yang baik justru
berdampak pada adanya devaluasi (penurunan nilai uang yang
tujuannya guna membendung inflasi yang tetap tinggi, mengurangi
jumlah uang yang beredar di masyarakat, serta agar dapat
meningkatkan nilai rupiah sehingga rakyat kecil tidak dirugikan),
perlunya membentuk lembaga ekonomi, dan kegagalan dalam bidang
moneter. Pada saat ini dibentuk pula Deklarasi Ekonomi, tujuannya
untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara
terpimpin.
Dalam perjalanannya, Indonesia mencatatkan pasang-surut
pertumbuhan ekonomi. JEO ini merangkum jejak pertumbuhan itu dari
masa ke masa pemerintahan tujuh presiden yang pernah memimpin
Indonesia, dari Soekarno sampai Joko Widodo (Jokowi).
Sebagai data awal, per kuartal III-2018, pertumbuhan ekonomi
Indonesia tercatat 5,17 persen, lebih tinggi dibanding periode yang sama
tahun lalu sebesar 5,06 persen. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi
2017 mencapai 5,07 persen, angka tertinggi sejak 2014.
Memang, angka itu masih di bawah pertumbuhan ekonomi masa
pemerintahan Soeharto yang sempat menembus 10 persen, sehingga ketika
itu Indonesia dipuja-puji sebagai salah Macan Asia. Bahkan, kinerja
ekonomi saat ini masih di bawah capaian pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono yang bisa di atas 6 persen.
Namun, kondisi perekonomian Indonesia sekarang tetap dinilai
sudah mulai stabil, setelah mengalami kejatuhan pada krisis 1998. Saat itu
inflasi meroket drastis 80 persen dengan pertumbuhan ekonominya minus.

7
B. Masa Reformasi
Masa reformasi dianggap sebagai tonggak baru

perjalanan kehidupan bangsa Indonesia dari sisi sosial dan

politik. Muncul beberapa kebijakan yang kemudian menjadi

landasan bagi perjalanan sejarah Bangsa Indonesia kedepan.

Kebijakan yang paling menonjol adalah adanya pergeseran

pengelolaan pemerintahan dari sentralitis menjadi desentralitis.

a. Masa Presiden BJ. Habibie ( 21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999 )


Salah satu tugas penting Presiden Habibie adalah

mendapatkan kembali komunitas Negara-negara donor

untuk program pemulihan ekonomi. Untuk menyelesaikan

krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie

melakukan langkah-langkah :

1. Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan

melalui pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset

Negara

2. Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah

3. Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di

bawah Rp 10.000,00

4. Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian

masalah utang luar negeri

5. Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang

disyaratkan IMF

6. Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan

Praktik Monopoli dan Persaingan yang tidak shat

7. Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen Meski hanya singkat dalam masa

pemerintahannya, namun Habibie menjadi peletak dasar

bagi pemerintahan selanjutnya.

8
b. Masa Presiden Abdurrahman Wahid / Gus Dur ( 20 Oktober

1999 - 23 Juli 2001 )

Gus Dur memerintah dengan gaya yang agak

kontroversial. Banyak pernyataan-pernyataan yang membuat

kebingungan public sehingga berakibat seringnya muncul

perdebatan di public yang tidak memberikan pendidikan

bagi masyarakat. Gus Dur juga gemar melakukan perjalanan

ke luar negeri, yang cenderung terkesan pemborosan.

Keterbatasan fisiknya juga mempengaruhi kinerjanya dalam

menjalankan pemerintahan.

Perekonomian kala itu butuh perhatian serius dalam

penanganannya, salah satunya sector moneter dan untuk

mengatasi krisis moneter dan memperbaiki ekonomi

Indonesia, dibentuk Dewan Ekonomi Nasional (DEN) yang

bertugas untuk memecahkan perbaikan ekonomi Indonesia

yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Kondisi perekonomian Indonesia pada masa

pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid memliki

karakteristik sebagai berikut :

1) Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kondisi

perekonomian Indonesia mulai mengarah pada

perbaikan, di antaranya pertumbuhan PDB yang mulai

positif, laju inflasi dan tingkat suku bunga yang rendah,

sehingga kondisi moneter dalam negeri juga sudah mulai

stabil.

2) Hubungan pemerintah dengan IMF kurang baik

9
3) Sosial dan Politik yang tidak stabil dan semakin parah

yang membuat investor asing menjadi enggan untuk

menanamkan modal di Indonesia

4) Makin rumitnya persoalan ekonomi ditandai lagi dengan

pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang

cenderung negative dikarenakan lebih banyaknya

kegiatan penjualan daripada kegiatan pebelian dalam

perdagangan saham di dalam negeri

Gus Dur telah menghiasi bagian sejarah perjalanan

Bangsa Indonesia. Di tengah keterbatasan fisiknya dan gaya

kontroversinya, Gus Dur juga telah meletakkan dasar

kebijakan yang dapat menjadi pijakan bagi pemerintahan

selanjutnya.

c. Masa Pemerintahan Megawati Soekarnoputri ( 23 Juli 2001 -

20 Oktober 2004 )

Mewarisi kondisi perekonomian Indonesia yang jauh lebih

buruk daripada masa pemerintahan Gus Dur ditunjukkan

dengan adanya inflasi dan rendahnya pertumbuhan ekonomi

Indonesia kurang berkembangnya investor swasta, baik

dalam negeri maupun swasta. Selain itu, nilai tukar rupiah

yang masih fluktuatif dan indeks harga saham gabungan

yang cenderung menurun.

Salah satu masalah yang mendesak untuk dipecahkan

adalah pemulihan ekonomi. Untuk mengatasi krisis moneter,

Megawati berhasil menaikkan pendapatan per kapita dan

menurunkan kurs mata uang rupiah dibawah Rp 10.000,00

dan untuk mengatasi korupsi dibentuklah Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK).

10
Selain itu Pemerintah melakukan kebijakan ekonomi

berupa :

 Pengajuan untuk menunda pembayaran hutang senilai

US$ 5.800.000.000

 Melakukan pembayaran hutang luar negeri senilai Rp.

116.300.000.000.000

 Melakukan Privatisasi BUMN

Pada masa kepemimpinan Presiden Megawati,

perekonomian Indonesia mulai mengalami kemajuan

walaupun masih ada beberapa kebijakannya yang memicu

banyak kontroversi tetapi Megawati sebagai presiden wanita

pertama di Indonesia menjadi bagian dari perjalanan sejarah

bangsa Indonesia. Keberhasilannya dalam memperbaiki

sector moneter, dan membidani terbentuknya lembaga

korupsi jelas merupakan modal berharga bagi pemerintahan

selanjutnya.

d. Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

(20 Oktober 2004 - 2009 )

Merupakan presiden pertama yang dipilih oleh rakyat

melalui Pemilu tahun 2004 dan tahun 2009. Perekonomian

saat itu sudah mulai membaik dengan angka pertumbuhan

ekonomi rata-rata 5% per tahun. Namun pada masa

jabatannya, Indonesia juga mengalami sejumlah bencana

alam dan menjadi tantangan tambahan bagi Presiden yang

masih bergelut dengan upaya memulihkan kehidupan

ekonomi Negara dan kesejahteraan rakyat.

Kebijakan SBY yang dianggap kontroversial yaitu :

11
1) Kebijakan mengurangi subsidi BBM Dilatarbelakangi oleh

naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM

dialhikan ke subsidi sector pendidikan dan kesehatan,

serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

2) Kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Kebijakan ini

ditujukan untuk memberikan bantuan langsung berupa

uang tunai kepada masyarakat miskin namun pada

kenyataannya kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan

yang berhak dan pembagiannya juga banyak

menimbulkan masalah sosial.


C. Masa Peralihan ( 1966-1968 ).
Setelah terjadinya peristiwa G30 S/PKI Yang gagal pada tahun
1965, Perekonomian Indonesia makin memburuk, dengan kondisi antara
lain ;
a. Tertundanya pembayaran Hutang luar Negeri sebesar mencapai US $
2 Milyar
b. Turunnya penerimaan ekspor
c. Inflasi yang sangat tinggi ( 30-50 % ) per bulan
d. Makin buruknya kondisi prasarana perekonomian (Jalan, jembatan,
irigasi, dsb )
D. Masa Orde Baru ( 1969 – 1997 )
Pada masa Orde Baru, pembangunan ekonomi di dasarkan pada
kebijakan berdasarkan konsep ” TRILOGI PEMBANGUNAN ”, yang
mengandung 3 ( tiga ) unsur pokok, yang mencerminkan 3 ( tiga ) segi
permasalahan dalam pembangunan sebagai suatu proses kegiatan secara
terus menerus.
1. Pemerataan : adalah suatu pembagian hasil produksi kepada
masyarakat yang lebih merata, sehingga dirasakan keadilannya.
2. Pertumbuhan Ekonomi : Menunjukkan usaha kearah peningkatan
produksi secara keseluruhan dimasyarakat. Hasil produksi yang

12
merupakan produksi nasional, membawa pendapatan bagi masyarakat
melalui berjalannya mekanisme pasar.
3. Stabilitas Nasional : Merupakan syarat pokok bagi upaya
pembangunan yang berkesinambungan untuk mencapai ke 2 sasaran di
atas, yakni, kehidupan masyarakat dan negara yang stabil.
Trilogi Pembangunan, yang menempatkan pemerataan sebagai ”
prioritas”, mendapat banyak hambatan, terutama masih kaburnya tolok
ukur atau indikator penentuan alokasinya, sehingga hasilnyapun sukar
diukur atau bahkan mudah menyimpang. Oleh karena itu ” pemeratan
hanya dapat dicapai melalui ” Delapan jalur pemerataan ”, yaitu ;
1. Pemerataan Kebutuhan Pokok rakyat
2. Pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan
3. Pemerataan pembagian pendapatan, khususnya melalui usaha-usaha
padat karya
4. Pemerataan kesempatan kerja melalui peningkatan pembangunan
regional
5. Pemerataan dalam pengembangan usaha, khususnya memberikan
kesempatan yang luas bagi golongan ekonomi lemah untuk
memperoleh akses perkreditan dan penggalakkan Koperasi.
6. Pemerataan Kesempatan berpartisipasi khususnya bagi generasi muda
dan kaum wanita
7. Pemerataan penyebaran penduduk melalui transmigrasi dan
pengembangan wilayah
8. Pemerataan dalam memperoleh Keadilan Hukum.

Pada masa Orde baru, pembangunan dilakukan secara bertahap


melalui REPELITA ( Rencana pembangunan Lima Tahun ).

E. REPELITA I ( 1 April 1969 – Maret 1974 )

Trilogi Unsur Stabilitas :

1. Ekonomi
2. Moneter

13
Program-Program yang dilaksanakan :

Rehabilitasi Ekonomi ;

a. Sarana penunjang produksi pangan ( Waduk, irigasi, dsb )


b. Prasarana angkutan (Jalan, Jembatan, Pelabuhan, dsb )

Kendala-kendala :

Kurang tersedianya dana pembiayaan pembangunan

Faktor penyebabnya :

a. Rendahnya tabungan dalam negeri


b. Rendahnya ekspor ( devisa sedikit )

Usaha yang dilakukan :

a. Pinjaman Luar Negeri


b. Menggalakkan Modal Asing

Melalui upaya-upaya yang telah dilakukan, maka selama PELITA I


tersebut, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8,40 % per
tahun. Tantangan :

1. Isu pemerataan
2. Rendahnya penyerapan Tenaga Kerja
F. REPELITA II ( 1 April 1974 – 31 Maret 1979 )
Keberhasilan Pelita I, menimbulkan dampak terhadap ;
1. Kesenjangan ekonomi
2. Dominasi Modal Asing

Dengan kondisi seperti tersebut di atas, maka kebijakan


pembangunan yang berpegang pada Trilogi, difokuskan kepada :

1. Pertumbuhan ekonomi
2. Pemerataan
3. Stabilitas

14
Tantangan yang dihadapi :

1. Makin melebarnya kesenjangan ekonomi


2. Meningkatnya jumlah pengangguran

Usaha yang dilakukan :

Memberikan kesempatan berusaha yang lebih luas kepada pengusaha


pengusaha Kecil, melalui beberapa kebijakan, antara lain ;

1. Kebijakan Moneter ( KIK, KMKP, Penurunan Suku Bunga dsb )


2. Devaluasi Rupiah, untuk merangsang ekspor

Dengan berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah, maka secara


umum dalam PELITA II, berhasil dipertahankan laju pertumbuhan
ekonomi rata-rata di atas 6 % per tahun.

G. REPELITA III ( 1 April 1974 – 31 Maret 1979 )


Dengan makin makin gencarnya isue tentang kesenjangan
ekonomi. Kesenjangan-kesenjangan nyata yang terjadi antara lain ;
1. Kesenjangan antar daerah dan antar sektor
2. Kesenjangan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja
3. Kesenjangan antara Usaha Kecil dengan Usaha besar
4. Kesenjangan dalam memperoleh pendidikan, kesehatan, dan
Peradilan/Hukum

Maka pada Pelita III, prioritas pembangunan sesuai landasan


Trilogi, diarahkan pada ” Pemerataan ” dalam memperoleh hasil-hasil
pembangunan, yang ditunjang dengan dikeluarkannya kebiajakan ”
Delapan Jalur pemerataan ”.

Pemerataan Trilogi Pertumbuhan Stabilitas Dalam upaya untuk


mewujudkan kondisi perekonomian yang lebih baik, dalam kurun tersebut,
muncul beberapa kendalan/hambatan, antara lain ;

1. Adanya resesi dunia


2. Turunnya harga minyak ( karena Perang Teluk )

15
3. Dampak devaluasi Rupiah yang masih terasa )
4. Inflasi di atas 20 % per tahun

Dengan adanya beberapa kendala tersebut, pemerintah terus


berupaya agar perekonomian dapat berjalan dengan baik. Upaya yang
dilakukan pemerintah dalam rangka mewujudkan kondisi perekonomian
yang lebih baik, antara lain adalah ;

1. Meningkatkan Tabungan dalam negeri


2. Melakukan devaluasi rupiah sebesar 28 %
3. Melakukan deregulasi sistem plafon( pagu ) kredit, dan kebebasan
menentukan tingkat Suku Bunga bagi Bank-Bank umum.
4. Peningkatan alokasi dana APBN & APBD bagi perluasan Kesempatan
Kerja, Pendidikan, dan fasilitas Kesehatan.

Selama Pelita III, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai rata-rata


2,4 % per tahun. Hal ini tidak terlepas dari kendala-kendala yang dihadapi,
khususnya kondisi eksternal ( resesi dunia ), serta Perang Teluk yang
berdampak pada ekonomi di dalam negeri.

H. REPELITA IV ( 1 April 1989 – 31 Maret 1993 )


Selama Pelita IV strategi pembangunan tetap berlandaskan kepada
Trilogi Pembangunan, yaitu : Pemerataan, Pertumbuhan, dan Stabilitas.
Namun upaya perbaikan kinerja perekonomian menghadapi kendala, yaitu;
1. Turunnya harga Migas
2. Turunnya Cadangan Devisa
3. Krisis likuiditas perbankan akibat langkanya aliran dana masuk dari
masyarakat
4. Inflasi masih cukup tinggi ( 52,9 %)
5. Kesenjangan makin melebar

Upaya yang dilakukan pemerintah antara lain ;

1. Melakukan deregulasi ;
- memberikan kemudahan impor bahan baku industri dalam negeri

16
- Memberikan kemudahan bagi Perusahaan PMA, untuk : melakukan
pinjaman Bank, dan kegiatan distribusi barang & jasa.
2. Melakukan Devaluasi Rupiah ( dari Rp 625/$ menjadi Rp.970/$,
kemudian dari Rp.1.134/$ menjadi Rp.1.644/$, dengan Sistem Kurs
bebas ) , yang bertujuan untuk meningkatkan Ekspor Non Migas,
mengendalikan impor, dan meningkatkan penerimaan pajak.
3. Melakukan kebijakan imbal beli (Counter Purchase)
- Pembeli dari luar negeri diwajibkan membeli barang dalam negeri
minimal = nilai yang di ekspornya.
4. Memperlancar perizinan si bidang produksi, jasa serta investasi.
5. Mobilisasi dana di pasar uang ( dengan mempermudah persyaratan
pendirian Bank umum, perizinan, serta mengizinkan masuknya Modal
Asing )
6. Deregulasi di Bidang perdagangan & hubungan laut ( berupa,
penyederhanaan izin usaha, izin trayek, pembelian kapal,
pengahapusan Tata Niaga Impor, penghapusan bea masuk & bea
masuk tambahan )
7. Penyederhaan proses impor mesin.
8. Penyederhanaan izin masuk dan bekerja bagi Tenaga Kerja Asing

Dengan kerja keras, menghadapi berbagai kendala dan tantangan


perekonomian global, akhirnya dalam kurun waktu tersebut, pertumbuhan
ekonomi rata-rata mencapai di atas 7 % per tahun.

I. REPELITA V ( 1 April 1993 – 31 Maret 1998 )


Dengan tetap berlandaskan pada Trilogi pembangunan. Pada Pelita
V ini penekanan kebijakan diarahkan pada ” Pemerataan ”, dengan
prioritas ” Sektor industri yang didukung oleh Sektor Pertanian ”

Kendala-kendala yang dihadapi :

1. Munculnya Blok-blok Perdagangan Dunia ( AFTA, NAFTA, APEC,


dsb )
2. Persaingan bisnis makin kompetitif

17
3. High Cost
4. Kualitas SDM masih rendah
5. Utang Luar negeri makin meningkat

Upaya yang dilakukan Pemerintah antara lain ;

1. Melakukan diversifikasi produk ekspor ( khususnya Non Migas )


2. Melakukan deregulasi, antara lain ; tentang pengaturan Investasi
Asing.

Selama Pelita V, laju Pertumbuhan Ekonomi, dapat dipertahankan,


rata-rata di atas 6 % per tahun.

J. REPELITA VI ( 1 April 1998 – 31 Maret 2002 )


Dalam Pelita VI, kebijakan pembangunan dilandasi oleh Trilogi
pembangunan, dengan tetap mengedepankan ” Pemerataan ”

Tantangan yang dihadapi antara lain,

1. Income per Kapita masih rendah


2. Laju pertumbuhan penduduk masih cukup tinggi
3. Kesenjangan makin meningkat
4. Bertambahnya jumlah penduduk miskin
5. Rendahnya penyerapan Tenaga Kerja
6. Rendahnya kualitas SDA dan lingkungan
7. Masih tingginya Angka Kematian Ibu & Bayi

Melalui berbagai upaya/kebijakan yang dilakukan, selama Pelita


VI, sasaran pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6 %, dapat dicapai.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perekonomian Indonesia kurang memuaskan. Hal ini disebabkan
antara lain ;
1. Sering terjadi pergantian Kabinet
2. Keadaan Politik & Keamanan yang tidak stabil
3. Kebijakan ekonomi yang sering berubah-ubah.
Pada masa Orde Baru, pembangunan ekonomi di dasarkan pada
kebijakan berdasarkan konsep ” TRILOGI PEMBANGUNAN ”, yang
mengandung 3 ( tiga ) unsur pokok, yang mencerminkan 3 ( tiga ) segi
permasalahan dalam pembangunan sebagai suatu proses kegiatan secara
terus menerus.

Pada masa Orde baru, pembangunan dilakukan secara bertahap


melalui REPELITA ( Rencana pembangunan Lima Tahun ).

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari


kesempurnaan.Oleh karena itu penulis senantiasa dengan lapang dada
menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang sifatnya
membangundemi perbaikan makalah berikutnya

4.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://kontencampuran.blogspot.com/2013/02/gambaran-umum-perekonomian-
indonesia.html

Sukirno, Sadono, Pengantar Teori Makroekonomi, ed. 2. PT. Raja Grafindo


Persada. Jakarta. 2001

20

Anda mungkin juga menyukai