Anda di halaman 1dari 24

ZAT GIZI MAKRO & MIKRO

YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PENYAKIT HIPERTENSI

DISUSUN OLEH:
DINDA PUTRI SUKMA N.

ELISYA ANGGRAINI

ERNI SUSANTI

MEYTIRA PANJIASTUTI

RIZKA FITRIANI

DIV GIZI REGULER III


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalammu’allaikum. Wr.Wb
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayatnya kami dapat
menyelesaikan makalah Yang Berhubungan Dengan Zat Gizi Makro
dan Mikro pada Penyakit Hipertensi. Kami ucapkan terima kasih
kepada pembimbing kami Ibu Erma Nurjanah, dan teman-teman
sekalian, karena berkat bantuan dan bimbingan Ibu dan teman-teman
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Dalam menyelesaikan makalah ini tidak sedikit kesulitan
yang kami hadapi, dan kami banyak mencari dari berbagai sumber.
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Hal ini
semata-mata karna keterbatasan ilmu dan kemampuan kami. Oleh
sebab itu kami mengharapkan kritik atau saran yang membangun.
Guna menjadi acuan dalam pembelajaran kami dimasa mendatang.
Semoga makalah ini berguna khususnya bagi kami dan
umumnya bagi MahasiswaPoltekkesKemenkesPalangka Raya
Wassallammu’allaikum.Wr.Wb

Palangka Raya, 29 Januari 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................. 3

BAB IPENDAULUAN .................................................................................. 4

A. LATAR BELAKANG ........................................................................ 4

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN ................................................................ 6

A. Pengertian Tekanan Darah .................................................................. 6

B. Pengertian dan Klasifikasi Hipertensi ................................................. 6

C. Etiologi/penyebab ............................................................................... 7

D. Hubungan gizi dan Hipertensi........................................................... 10

E. Bahaya Hipertensi ............................................................................. 12

F. Patafisologi Faktor Penyebab Hipertensi Zat Gizi Makro & Mikro . 13

G. Penatalaksanaan Penyakit Hipertensi ................................................ 15

H. Pengaturan Diet Pada Pasien Hipertensi ........................................... 17

BAB III KESIMPULAN & SARAN ........................................................... 22

A. KESIMPULAN ................................................................................. 22

B. SARAN ............................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24

3
BAB I

PENDAULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi bukanlah penyakit menular, namun penyakit ini
merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi
kualitas hidup serta produktivitas (Giles et al., 2009). Hipertensi
merupakan penyakit pembuluh darah yang merupakan kasus ketujuh
terbanyak pada pasien yang rawat jalan di rumah sakit di Indonesia
tahun 2009 (Kemenkes RI, 2010).
Hipertensi termasuk salah satu masalah kesehatan
terbesar di dunia, terutamanya di negara berkembang. Hipertensi
adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik
≥ 140 mm Hg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mm Hg sesuai dengan
kriteria The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure (JNC 7). Angka proportional mortality rate akibat hipertensi
di seluruh dunia mencapai 13% atau 8 juta kematian setiap
tahunnya. World Health Organization (WHO) mencatat bahwa 65,74%
penderita hipertensi berada di negara berkembang, termasuk di
Indonesia. Angka kejadian hipertensi di Indonesia menunjukkan di
daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum
terjangkau oleh pelayanan kesehatan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Trevisol dkk (2011)
ditemukan bahwa pada individu yang menderita hipertensi,
memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan pada
individu dengan tensi yang normal. Pada pasien dengan hipertensi
namun menjalani pengobatan yang rutin juga dilaporkan
memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan
individu dengan tekanan darah tidak terkontrol dan tidak
dalam pengaruh obat-obatan.

4
Menurut Li dkk (2005) pada individu dengan hipertensi
memiliki kualitas hidup yang rendah terutama pada dimensi fisik.
Kualitas hidup yang buruk ini merupakan komplikasi dari hipertensi
itu sendiri. Oleh karena itu untuk menurunkan angka morbiditas
dan angka mortalitas, salah satunya dengan memperbaiki
kualitas hidupnya.
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh
karena menarik cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan
meningkatkan volume tekanan darah (Depkes RI 2013:9). Kolesterol
merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis, yang
kemudian mengakibatkan peningkatan tahanan perifer pembuluh darah
sehingga tekanan darah meningkat (Depkes RI 2013:10). Pengaruh
alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Diduga
peningkatan kadar kortisol, peningkatan volume sel darah merah dan
peningkatan kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah
(Depkes RI 2013:11).
Penyakit tidak menular, terutama hipertensi terjadi
penurunan dari 31,7 persen tahun 2007 menjadi 25,8 persen tahun 2013.
Asumsi terjadi penurunan bisa bermacam-macam mulai dari alat
pengukur tensi yang berbeda sampai pada kemungkinan masyarakat
sudah mulai datang berobat ke fasilitas kesehatan. Terjadi peningkatan
prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara (apakah pernah
didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) dari 7,6 persen tahun
2007 menjadi 9,5 persen tahun 2013.
Di Kalimantan Tengah Prevalensi hipertensi berdasarkan
diagnosis dokter atau minum obat antihipertensi pada penduduk umur ≥
18 tahun menurut riskesdas tahun 2018 menjadi 8,8%. Prevalensi
hipertensi berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 18
tahun menurut riskesdas 2018 menjadi 8,4%. Prevalensi hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur ≥ 18 tahun menurut
riskesdas 2018 menjadi 34,1%.

5
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Tekanan Darah


Pengertian Tekanan darah adalah kekuatan atau tenaga yang
digunakan oleh darah untuk melawan dinding pembuluh darah arteri dan
biasa diukur dalam satuan millimeter air raksa (mmHg). Dengan kata lain
tekanan darah adalah sejumlah tenaga yang dibutuhkan untuk
mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Nilai tekanan darah dinyatakan
dalam dua angka, yaitu angka darah sistolik dan diastolik. Tekanan darah
sistolik merupakan nilai tekanan darah saat fase kontraksi jantung
sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan darah saat fase
relaksasi jantung. Jika tekanan darah seseorang meningkat dengan tajam
dan kemudian tetap tinggi, orang tersebut dapat dikatakan mempunyai
tekanan darah tinggi atau hipertensi. Nilai tekanan darah seseorang
dapat naik dan turun selama satu hari. Nilai tekanan darah lebih rendah
saat tidur dan akan meningkat saat bangun tidur, terengah-engah,
bahagia, panik, atau beraktivitas fisik. Tekanan darah biasa diukur
dengan alat tensimeter atau spignomanometer. Pengukuran tekanan darah
biasa dilakukan dalam posisi duduk atau tidur terlentang di atas tempat
tidur. Nilai tekanan darah yang terbaca pada alat tensimeter adalah nilai
tekanan sistolik per diastolik misalnya 120/80 mmH.

B. Pengertian dan Klasifikasi Hipertensi


Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan
salah satu penyakit yang paling sering muncul di negara berkembang
seperti Indonesia. Dikenal sebagai pembunuh diam-diam karena jarang
memiliki gejala yang jelas. Kejadian hipertensi biasanya tidak memiliki
tanda dan gejala. Gejala yang sering muncul adalah sakit kepala, rasa
panas di tengkuk, atau kepala berat. Namun gejala tersebut tidak bisa

6
dijadikan patokan ada tidaknya hipertensi pada diri seseorang. Satu-
satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan pengecekan
tekanan darah. Seseorang dikatakan menderita hipertensi dan berisiko
mengalami masalah kesehatan apabila setelah dilakukan beberapa kali
pengukuran, nilai tekanan darah tetap tinggi, nilai tekanan darah sistolik
> 140 mmHg atau diastolic > 90 mmHg . Istilah hipertensi diambil dari
bahasa Inggris hypertension. Hypertension menjadi istilah kedokteran
yakni penyakit tekanan darah tinggi. Selain itu dikenal juga dengan
istilah “High Blood Pressure” yang berarti tekanan darah tinggi. Kondisi
ini menyebabkan gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan
suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkan. Ada berbagai macam batasan
tingginya tekanan darah untuk dapat disebut hipertensi. Menurut World
Health Organization (WHO) dan Joint National Committee (JNC)
menetapkan batasan hipertensi adalah tekanan darah menetap 140/90
mmHg diukur pada waktu istirahat. Pengertian hipertensi berarti tekanan
darah sistolik senantiasa berada diatas 140 mmHg, tekanan diastolik
diatas 90 mmHg. Tekanan darah yang ideal adalah jika tekanan
sistoliknya 120 mmHg dan diastoliknya 80 mmHg. Tabel dibawah ini
memberikan informasi tentang tekanan darah untuk orang dewasa
menurut JNC-7.

C. Etiologi/penyebab
Hipertensi dikelompokkan dalam dua kategori besar yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, tetapi mungkin

7
disebabkan oleh berbagai faktor seperti diet tidak tepat (kelebihan
asupan natrium, rendahnya asupan kalium, kelebihan asupan alkohol),
aktivitas fisik rendah, stress dan obesitas. Sedangkan hipertensi
sekunder terjadi karena adanya penyakit lain, seperti penyakit ginjal,
penyakit jantung serta gangguan endokrin dan saraf. Berdasarkan
penyebabnya, hipertensi dapat dibedakan menjadi dua yaitu yang dapat
diubah dan tidak dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah antara
lain usia, jenis kelamin, suku atau ras. Sedangkan yang dapat diubah
adalah berat badan, aktivitas fisik, stress, kebiasaan merokok, minum
alkohol, dan asupan tidak sehat seperti makanan tinggi garam tetapi
kurang sayuran dan buah-buahan. Faktor genetik dianggap penting
sebagai penyebab timbulnya hipertensi. Faktor genetik bersifat
multifaktorial akibat kerusakan pada beberapa gen yang berperan pada
pengaturan tekanan darah. Faktor lingkungan merupakan faktor yang
paling berperan dalam perjalanan munculnya penyakit hipertensi.
Faktor ini meliputi konsumsi garam yang berlebihan, obesitas,
pekerjaan, alkoholisme, stressor psikogenik dan tempat tinggal.
Semakin banyak seseorang terpapar faktor-faktor tersebut maka
semakin besar kemungkinan seseorang menderita hipertensi, juga
seiring bertambahnya umur seseorang. Prevalensi hipertensi pada
obesitas lebih tinggi dibandingkan seseorang dengan berat badan
normal. Berat badan yang berlebihan meningkatkan beban jantung
untuk memompa darah keseluruh tubuh, akibatnya tekanan darah
cenderung lebih tinggi. Faktor risiko terjadinya hipertensi antara lain:
a. Usia
Kejadian hipertensi cenderung meningkat seiring pertambahan
usia. Jenis hipertensi yang banyak dijumpai pada kelompok lansia
adalah isolated hypertension. Meskipun demikian, hipertensi tidak
selalu hadir seiring dengan proses penuaan.
b. Ras
Setiap orang memiliki kemungkinan yang sama untuk mengalami
hipertensi. Ras Afrika Amerika cenderung lebih cepat mengalami

8
hipertensi dan lebih banyak mengalami kematian akibat hipertensi
(mengalami penyakit jantung koroner, stroke dan kerusakan
ginjal).
c. Jenis kelamin
Laki-laki lebih berisiko mengalami hipertensi dibandingkan
dengan perempuan saat berusia sebelum 45 tahun. Sebaliknya
saat usia 65 tahun keatas, perempuan lebih berisiko mengalami
hipertensi dibandingkan laki-laki. Kondisi ini dipengaruhi oleh
hormon. Wanita yang memasuki masa menopause, lebih berisiko
untuk mengalami obesitas yang akan meningkatkan risiko
terjadinya hipertensi.
d. Obesitas
Seseorang yang mengalami obesitas atau kegemukan memiliki
risiko lebih besar untuk mengalami prehipertensi atau hipertensi.
Indikator yang biasa digunakan untuk menentukan ada tidaknya
obesitas pada seseorang adalah melalui pengukuran IMT dan
lingkar perut.
e. Kurang aktivitas fisik
Aktivitas fisik sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh,
khususnya organ jantung dan paru-paru. Aktivitas fisik juga
menyehatkan pembuluh darah dan mencegah hipertensi. Usaha
pencegahan hipertensi akan optimal jika aktif beraktivitas fisik
dibarengi dengan menjalankan diet sehat dan berhenti merokok.
f. Kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol
Merokok merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang
paling bisa dicegah. Zat kimia yang dihasilkan dari pembakaran
tembakau berbahaya bagi sel darah dan organ tubuh lainnya,
seperti jantung, pembuluh darah, mata,organ reproduksi, paru-
paru bahkan organ pencernaan. Selain itu konsumsi minuman
beralkohol juga dapat meningkatkan tekanan darah. Penelitian
menunjukkan bahwa risiko hipertensi meningkat dua kali lipat

9
jika mengkonsumsi minuman beralkohol lebih dari tiga gelas
sehari.
g. Faktor lain
Riwayat keluarga penderita turut meningkatkan risiko kejadian
hipertensi. Stress berkepanjangan juga dapat meningkatkan risiko
seseorang untuk mengalami hipertensi.

D. Hubungan gizi dan Hipertensi


Faktor gizi yang sangat berhubungan dengan terjadinya
hipertensi melalui beberapa mekanisme. Aterosklerosis merupakan
penyebab utama terjadinya hipertensi yang berhubungan dengan diet
seseorang, walaupun faktor usia juga berperan, karena pada usia lanjut
(usila) pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya
berkurang. Pembuluh yang mengalami sklerosis (aterosklerosis),
resistensi dinding pembuluh darah tersebut akan meningkat. Hal ini
akan memicu jantung untuk meningkatkan denyutnya agar aliran darah
dapat mencapai seluruh bagian tubuh.
Menurut Maria C. Linder, Ph.D dari California State
University, Fullerton, CA, masih menjadi perdebatan kontroversi
tentang pengaruh faktor diet dan cara hidup terhadap terjadinya
aterosklerosis. Namun dari beberapa kecenderungan menyatakan
bahwa: 1) terjadinya plak (plaque) aterosklerosis merupakan suatu
respon dari cedera pada dinding arteri terhadap kerusakan yang
dibentuk oleh lapisan epitel; 2) serat makanan, Mg dan beberapa
mikronutrien seperti Cr, Cu mungkin penting dalam pencegahan
jangka panjang atau memperlambat aterosklerosis. Selain itu
konsumsi tinggi kolesterol dan lemak yang memicu terjadinya
aterosklerosis. Aterosklerosis terjadi bila sebagian besar permukaan
bagian dalam arteri besar membentuk plaque. Ada tiga macam plaque,
yaitu:

10
1. Raise Plaque (gambar C) Terdiri dari peninggian sel -sel urat
daging licin, serat, lipid dan puing-puing (jaringan nekrotik
adalah suatu penebalan lapisan medial), kalsifikasi dan hemoragi
dari dinding arteri. Plaque tersebut menonjol ke arah lumen dan
menyebabkan pengurangan aliran darah dan elastisitas pembuluh
darah. Ini akan menyebabkan terbentuknya trombus yang oklusif
(pembekuan) dan dapat menyebabkan infark miokardium dan
stroke.
2. Plak yang disebut Fatty Streaks (gambar A) Terdiri dari proferasi
sel -sel urat daging licin bersama dengan berbagai lipid intra dan
ekstra sekuler.
3. Fibrosis Plaque (gambar B) Serat-serat tenunan pengikat
membentuk semacam tutup / topi diatas lipid ekstraselluler bagian
dalam dan sisa-sisa seluler membentuk pinggiran yang
mengganggu lumen.

Faktor-faktor penyebab cenderungnya dinding pembuluh


darah membentuk plak antara lain: cedera mekanis, panas/dingin, zat-
zat kimia, virus, homosistein dan kolesterol. Hasil pengamatan
epidemiologi yang membandingkan populasi atau sub populasi di
beberapa negara, menunjukkan bahwa banyak faktor cara hidup dan
makanan yang menyebabkan risiko menjadi lebih besar untuk
menderita penyakit kardiovaskuler tekanan darah tinggi dan
peningkatan kadar kolesterol plasma/serum adalah faktor risiko utama
terjadinya asteroklerosis, sedangkan penyebab sekunder adalah stress,
kurang gerak, peningkatan trigliserida plasma. Rasio kolesterol HDL :
LDL berbanding terbalik dengan terjadinya asteroklerosis dan ini lebih
berarti daripada hubungan dengan total kolesterol serum LDL yang
berlebihan memicu terjadinya asteroklerosis pada dinding pembuluh
darah. Selain konsumsi lemak yang berlebih, kekurangan konsumsi zat
gizi mikro (vitamin dan mineral) sering dihubungkan pula dengan
terjadinya ateroklerosis, antara vitamin C, vitamin E dan B6 yang
meningkatkan kadar homosistein. Tingginya konsumsi vitamin D

11
merupakan faktor terjadinya asteroklerosis dimana terjadi deposit
kalsium yang menyebabkan rusaknya jaringan elastis sel dinding
pembuluh darah.

E. Bahaya Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi sangat berbahaya karena dapat
memperberat kerja organ jantung. Selain itu, aliran tekanan darah tinggi
membahayakan arteri, organ jantung, ginjal dan mata. Penyakit
hipertensi sering disebut silent killer karena tidak memberikan gejala
yang khas, tetapi bisa meningkatkan kejadian stroke, serangan jantung,
penyakit ginjal kronik bahkan kebutaan jika tidak dikontrol dan
dikendalikan dengan baik. Apabila tekanan darah selalu tinggi maka
dapat menimbulkan kerusakan beberapa organ tubuh. Tekanan darah
yang tinggi dalam jangka waktu lama, dapat menyebabkan beberapa
kejadian sebagai berikut :
a. Penyakit jantung
Hipertensi berkepanjangan bisa menyebabkan penyakit jantung.
Tekanan darah yang lebih tinggi memerlukan kerja keras serta
serabut otot jantung menebal dan menguat secara abnormal.
Peningkatan tekanan mempertebal arteri koroner dan arteri
menjadi mudah tersumbat. Apabila arteri sepenuhnya tersumbat,
menjadi lebih rentan terhadap serangan jantung.
b. Cedera otak
Tekanan darah tinggi berkepanjangan sering kali menyebabkan
kerusakan terhadap otak. Pembuluh yang melemah bisa pecah dan
menyebabkan pendarahan di berbagai tempat. Kejadian ini bisa
melumpuhkan satu bagian tubuh. Tipe cedera yang lebih umum
adalah pembentukan bekuan dalam arteri menuju otak, proses
inipun menyebabkan kelumpuhan.
c. Gangguan penglihata
Hipertensi berkepanjangan bisa menciptakan perubahan serius
pada mata pendarahan yang terjadi bisa mengganggu penglihatan.
d. Masalah ginjal

12
Setiap satu dari dua pasien hipertensi pada akhirnya akan
mengalami beberapa masalah dengan ginjal karena pembuluh
darah di ginjal menyempit sehingga mengakibatkan kerusakan
ginjal.

F. Patafisologi Faktor Penyebab Hipertensi Zat Gizi Makro & Mikro


Asupan asam folat dengan kejadian hipertensi pada remaja
(p=0,029), dimana remaja dengan asupan asam folat yang rendah
memiliki risiko 3,361 kali lebih besar untuk menderita hipertensi, bila
dibandingkan dengan remaja yang mempunyai asupan asam folat
normal. Falkner et al mengatakan remaja yang asupan asam folatnya
lebih rendah dari RDA mempunyai tekanan darah diastolik yang lebih
tinggi. Asupan asam folat berpengaruh terhadap tekanan darah secara
tidak langsung melalui peranannya dalam homosistein.Folat dalam
bentuk 5 metil tetrahydrofolat berperan dalam sintesis metionin menjadi
homosistein. Asupan asam folat yang rendah dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan bentuk enzim metilen tetrahidrofolat reduktase
dan meningkatkan level homosistein. Homosistein berhubungan dengan
sistem kardiovaskuler, dimana peningkatan level homosistein dapat
menyebabkan kerusakan pada endothelium vaskuler dan kemudian
dapat meningkat menjadi aterosklerosis. Studi retrospekif epidemiologi
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara peningkatan homosistein
dengan risiko penyakit kardiovaskuler. Asupan folat pada kelompok
kasus sebagian besar (64,7%) lebih rendah dari kebutuhan. Asupan folat
yang rendah pada kelompok kasus kemungkinan disebabkan karena
kurangnya konsumsi bahan makanan sumber folat seperti hati dan
kacang-kacangan.
Penelitian ini ditemukan adanya hubungan antara asupan
natrium dengan kejadian hipertensi (p = 0,029). Remaja dengan asupan
natrium tinggi mempunyai risiko sebesar 3,378 kali menderita
hipertensi dibandingkan dengan remaja yang mempunyai asupan
natrium normal. Teori mengatakan asupan natrium yang meningkat

13
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam ekstraseluler meningkat.
Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik keluar, sehingga
volume ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler menyebabkan peningkatan tekanan darah. Disamping itu,
diet tinggi garam dapat mengecilkan diameter dari arteri. Jantung harus
memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang meningkat
melalui ruang yang sempit akibatnya adalah hipertensi.10 Pembatasan
asupan natrium pada anak dan remaja dihubungkan dengan penurunan 1
– 3 mm Hg tekanan darah. Asupan natrium yang tinggi pada subyek
dikaitkan dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi natrium
seperti sosis. Zat gizi mikro lainnya yang dikaitkan dengan tekanan
darah adalah asupan kalium, kalsium dan magnesium. Namun, dalam
penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan ketiganya dengan
tekanan darah. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan
rendah kalium akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan
terjadinya resistensi pembuluh darah pada ginjal.8,9 Pengaruh kalium
terhadap tekanan darah terjadi jika natrium dalam tubuh juga tinggi,
tapi bila natrium normal maka pengaruh tersebut tidak akan terlihat.20
Rasio natrium kalium pada urin mempunyai hubungan yang lebih kuat
dengan tekanan darah dibandingkan dengan natrium ataupun kalium
sendiri. Pada anak dan remaja peningkatan tekanan darah berdasarkan
umur berkaitan dengan rasio natrium kalium pada urin.8 Tidak adanya
hubungan asupan kalium kemungkinan dikaitkan penelitian ini hanya
melihat asupan kalium tanpa melihat rasio natrium kalium pada urin.
Asupan asam lemak jenuh yang berlebih dapat menyebabkan
terjadinya dislipidemia yang merupakan faktor risiko aterosklerosis.
Aterokslerosis dapat memicu terjadinya hipertensi. Hal ini disebabkan
karena pembuluh darah yang mengalami aterosklerosis selain terjadi
peningkatan resistensi pada dindingnya juga mengalami penyempitan,
sehingga memicu peningkatan denyut jantung dan peningkatan volume
aliran darah yang berakibat pada meningkatnya tekanan darah serta
terjadi hipertensi. Teori tersebut mendukung hasil penelitian ini yang

14
menunjukkan bahwa asupan asam lemak jenuh berhubungan dengan
kejadian hipertensi (p=0,02), dimana wanita menopause yang
mempunyai asupan lemak jenuh berlebih berisiko 5,76 kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dibandingkan wanita menopause yang
mempunyai asupan asam lemak jenuh baik. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Syukraini yang menyebutkan bahwa
risiko untuk menderita hipertensi pada orang yang mengkonsumsi
lemak terutama lemak jenuh dalam jumlah tinggi adalah 8,7 kali lebih
besar dibanding dengan orang yang mengkonsumsi lemak jenuh dalam
jumlah rendah.

G. Penatalaksanaan Penyakit Hipertensi


Setelah Saudara mempelajari dan memahami tentang
penyakit hipertensi, selanjutnya kita perlu mengetahui bagaimana
penatalaksanaan penyakit hipertensi. Pada dasarnya penyakit hipertensi
dapat dikontrol hingga mencapai normal dan stabil. Apabila telah
terdiagnosis hipertensi, dibutuhkan kesadaran dan kesabaran untuk
mengobatinya. Pada modul ini akan dibahas tentang pengobatan
hipertensi, pengaturan diet serta asuhan gizi terstandar pada penyakit
hipertensi.
1. Pengobatan Hipertensi
Sebagian besar penderita hipertensi membutuhkan proses
pengobatan dalam jangka waktu lama. Tatalaksana pengobatan
hipertensi yang baik dapat membantu proses pencegahan dan
penundaan terjadinya masalah kesehatan akibat hipertensi. Prinsip
penatalaksanaan pengobatan hipertensi adalah menjadikan tekanan
darah mencapai nilai kurang dari 140/90 mmHg atau nilai kurang
dari 130/80 mmHg bagi pasien diabetes atau penyakit ginjal kronik.
Hal pertama yang dilakukan adalah memodifikasi gaya hidup
menjadi gaya hidup sehat seperti menurunkan berat badan apabila
mengalami kelebihan berat badan, memperbanyak konsumsi buah
dan sayuran, mengurangi konsumsi natrium, meningkatkan

15
aktivitas fisik, berhenti merokok, tidak mengkonsumsi minuman
beralkohol dan manajemen stress. Apabila perubahan gaya hidup
sehat tidak berhasil maka bisa dibantu dengan pemberian obat
antihipertensi. Berikut ini dicantumkan tentang Alogoritma
pengobatan hipertensi yang disalin dari Sixth report of the joint
national committee on prevention, detection, evaluation dan
treatment of high blood pressure tahun 1998 adalah sebagai berikut
Terdapat berbagai jenis obat hipertensi yang membantu penderita
untuk mengendalikan tekanan darahnya agar selalu normal. Ada
beberapa jenis yang beredar dipasaran dengan mekanisme yang
berlainan dalam menurunkan tekanan darah, antara lain :
a. Diuretic
Obat antihipertensi jenis ini menurunkan tekanan darah
dengan mengeluarkan kelebihan air dan garam dari dalam
tubuh melalui ginjal.
b. Beta Blocker
Obat ini membantu organ jantung memperlambat detaknya
sehingga darah yang dipompa jantung lebih sedikit
dibandingkan pembuluh darah sehingga tekanan darah
menurun.
c. ACE Inhibitor
Obat jenis ini mencegah tubuh membentuk hormon
angiostensin II yang menyebabkan penyempitan pembuluh
darah. Sehingga tekanan darah akan segera turun
d. Angiostensin II Reseptor Blockers
Obat jenis ini memberikan perlindungan terhadap pembuluh
darah dari hormon angiostensin II dan mengakibatkan
pembuluh darah rileks serta melebar. Akhirnya tekanan darah
bisa turun.
e. Kalsium Channel Blockers

16
Obat jenis ini bertugas untuk mengatur kalsium agar masuk
ke dalam sel otot jantung dan pembuluh darah sehingga
pembuluh darah menjadi rileks dan tekanan darah turun.
f. Alpha Blocker
Obat antihipertensi ini bertugas mengurangi impuls saraf yang
mengakibatkan pembuluh darah mengencang sehingga aliran
darah lancer dan tekanan darah turun
g. Inhibitor Sistem Saraf
Obat jenis ini bertugas meningkatkan impuls saraf dari otak
untuk bersantai dan memperlebar pembuluh darah sehingga
tekanan darah dapat turun
h. Vasodilator
Obat antihipertensi jenis ini berfungsi untuk mengendurkan
otot-otot dinding pembuluh darah sehingga tekanan darah
menurun.

H. Pengaturan Diet Pada Pasien Hipertensi


Sebelum kita mempelajari penatalaksanaan terapi diet atau
pengaturan makanan pada orang yang terkena hipertensi, ada baiknya
kita mengingat kembali bahwa diet atau pengaturan makanan itu
mempunyai makna yang luas. Bukan hanya membatasi konsumsi
makanan tertentu tetapi bisa jadi menambah jumlah makanan yang
harus dimakan untuk tujuan kesehatan tertentu. Tujuan dari
penatalaksanaan diet pada pasien hipertensi adalah untuk membantu
menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah
menjadi normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan
faktor resiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar
lemak kolesterol dan asam urat darah, dan harus memperhatikan pula
penyakit degeneratif yang lain yang menyertai darah tinggi seperti
jantung, ginjal dan diabetes mellitus. Prinsip utama dari pengaturan
makanan untuk orang yang hipertensi adalah membatasi konsumsi
makanan ataupun bahan makanan yang mengandung ikatan natrium.

17
Salah satu kunci untuk mengurangi konsumsi natrium atau garam
adalah bijak memilih makanan yang dikonsumsi. Bahan makanan
secara alami memang mengandung natrium tetapi hanya dalam jumlah
kecil. Sumber natrium bukan hanya didapatkan dari garam dapur tetapi
juga banyak ditambahkan selama proses pemasakan khususnya dalam
makanan kemasan. Produk makanan yang dipanggang, sereal tertentu,
kecap, bumbu penyedap, baking soda, saus tomat atau saus sambal
kemasan mengandung natrium tinggi dengan kadar bervariasi. Sehingga
semua makanan/bahan makanan yang diolah menggunakan garam
natrium, makanan kalengan, makanan yang diawetkan dan makanan
yang berkadar lemak jenuh tinggi harus dibatasi/dihindari oleh
penderita hipertensi. Pengaturan diet bagi penderita hipertensi mengacu
pada penuntun diet edisi baru yaitu penderita mendapat diet garam
rendah dimana jumlah garam yang diberikan dibatasi sesuai kesehatan
pasien dan jenis makanan dalam daftar diet. Garam yang dimaksud
adalah garam natrium yang terdapat dalam hampir semua bahan
makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Salah satu
sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu
dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari
atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.
Jenis diet yang ada pada Penuntun Diet edisi baru terdiri dari
3 jenis yaitu Diet Garam Rendah I, Diet Garam Rendah II dan Diet
Garam Rendah III. Tujuan Diet Garam Rendah adalah membantu
menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Adapun syarat
dietnya adalah cukup energi, protein, mineral dan vitamin, bentuk
makanan sesuai dengan keadaan penyakit, jumlah natrium disesuaikan
dengan berat tidaknya retensi garam atau air atau hipertensi. Diet garam
rendah diberikan kepada pasien dengan edema atau asites dan/atau
hipertensi seperti yang terjadi pada penyakit dekompensasi kordis,
sirosis hati, penyakit ginjal tertentu, toksemia pada kehamilan dan
hipertensi esensial.

18
Anjuran diet yang terdapat pada Diet Garam Rendah sesuai dengan
kandungan garam/natrium yakni :
a. Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na) untuk pasien dengan
edema, ascites dan/atau hipertensi berat. Pada pengolahan
masakannya tidak menambahkan garam dapur.
b. Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na) untuk pasien dengan
edema, asites dan/atau hipertensi tidak terlalu berat. Pada
pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sendok teh
garam dapur.
c. Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na) untuk pasien dengan
edema, asites dan/atau hipertensi ringan. Pada pengolahan
makanannya boleh menggunakan 1 sendok teh (4 gram) garam
dapur.

19
I. Makanan Yang Dianjurkan
 Sumber Kalori : beras, kentang, singkong, tapioka, ubi, mie,
maizena, hunkwee, terigu, gula pasir, makanan yang diolah dari
bahan makanan tersebut diatas tanpa garam dapur dan soda seperti :
makaroni, bihun, roti, biskuit, kue kering.
 Sumber Protein Hewani : ikan, ayam, daging tanpa lemak, putih
telur, susu rendah / tanpa lemak.
 Sumber Protein Nabati : kacang-kacangan dan hasilnya seperti
kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang tolo, tempe,
tahu tawar, oncom.
 Sumber Lemak : santan encer
 Sayuran dan buah-buahan segar
 Bumbu-bumbu : bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri,
kunyit, kencur, laos, lombok, salam, sere, kayu manis, asam.
 Minuman : teh encer, coklat encer, jus buah.

II. Bahan Makanan Yang Dihindari :


 Makanan yang banyak mengandung garam dapur / baking powder /
soda : roti, biskuit, cake, partries, craker, kerupuk, keripik dan
makanan kering yang asin.
 Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi dan berkolesterol :
otak, ginjal, lidah, paru, jantung, limfa, gajih, daging kambing,

20
daging sapi, daging babi, susu full cream, cream, minyak kelapa,
mentega, margarine, keju, mayonaise
 Makanan dan minuman kaleng dan makanan yang diawetkan :
sarden, sosis, korned, daging asap, ikan kaleng, , dendeng, asinan
sayur/buah, abon, ikan asin, ikan teri, ikan pindang, udang kering,
ebi, telur asin, telur pindang, selai kacang, sayuran dan buah-
buahan dalam kaleng, sawi asin, asinan, acar.
 Makanan yang mengandung alkohol seperti durian, nangka,
cempedak dan tape.
 Minuman bersoda dan beralkohol : arak, bir, soft drink.
 Bumbu yang mengandung garam natrium dan MSG : kecap, terasi,
maggi, tomato ketchup, petis, tauco

21
BAB III

KESIMPULAN & SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dari makalah ini, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Hipertensi berarti tekanan darah sistolik senantiasa berada diatas
140 mmHg, tekanan diastolik diatas 90 mmHg.
2. Hipertensi dikelompokkan dalam dua kategori besar yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
3. Faktor risiko terjadinya hipertensi yaitu usia, ras, jenis kelamin,
obesitas, kurang aktifitas fisik, kebiasaan merokok dan minum
minuman beralkohol, dan faktor lain.
4. Faktor-faktor penyebab cenderungnya dinding pembuluh darah
membentuk plak antara lain: cedera mekanis, panas/dingin, zat-zat
kimia, virus, homosistein dan kolesterol.
5. Tekanan darah yang tinggi dalam jangka waktu lama, dapat
menyebabkan beberapa kejadian seperti penyakit jantung, cidera
otak, gangguan penglihatan, masalah ginjal.
6. remaja dengan asupan asam folat yang rendah memiliki risiko
3,361 kali lebih besar untuk menderita hipertensi.
7. Remaja dengan asupan natrium tinggi mempunyai risiko sebesar
3,378 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan remaja yang
mempunyai asupan natrium normal.
8. Asupan asam lemak jenuh yang berlebih dapat menyebabkan
terjadinya dislipidemia yang merupakan faktor risiko
aterosklerosis.
9. Ada beberapa jenis yang beredar dipasaran dengan mekanisme
yang berlainan dalam menurunkan tekanan darah, antara lain
Diuretic, Beta Blocker, ACE Inhibitor, Angiostensin II Reseptor

22
Blockers , Kalsium Channel Blockers, Alpha Blocker, Inhibitor
Sistem Saraf , Vasodilator .
10. Jenis diet yang ada pada Penuntun Diet edisi baru terdiri dari 3
jenis yaitu Diet Garam Rendah I, Diet Garam Rendah II dan Diet
Garam Rendah III

B. SARAN
Sebaiknya sedari dini menjaga kesehatan, menjaga
kebersihan, mengatur pola makan, beraktifitas fisik secara teratur agar
terhindar dari penyakit-penyakit degeneratif dan penyakit lainnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Puspitasari , Bunga. 2009. Asupan Zat Gizi Mikro Dan Makro Pada
Remaja Hipertensi.Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang
Puspita, Exa. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Penderita Hipertensi Dalam Menjalani Pengobatan. Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Kurniawan, Dr. Anie.2002.Gizi Seimbang Untuk Mencegah
Hipertensi. Msc Direktorat Gizi Masyarakat.
RISKESDAS 2013
RISKESDAS 2018

24

Anda mungkin juga menyukai