Latar Belakang
Telur merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat pada umumnya,
telur juga memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat.
Dalam penelitian, disebutkan konsumsi masyarakat Indonesia terhadap ayam dan telur hanya
7 kg ayam dan 87 butir telur per tahun per kapita. Jumlah tersebut masih sangat
memperihatinkan dibandingkan konsumsi telur pada negara maju. Telur merupakan sumber
protein hewani yang murah dan terjangkau dari hewan tenak yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh, yang berasal dengan kandungan gizi yang tinggi karena di dalamnya 90% kalsium,
mineral, zat besi yang terdapat dalam kuning telur dan mengandung 6 gram protein dan 9
Disamping kandungan gizi yang tinggi, telur memiliki kelemahan dari segi ketahanan disaat
masa penyimpanan. Telur dapat mudah rusak dan busuk, oleh karena itu perlu penanganan
yang cermat sejak pemungutan dan pengumpulan telur dari kandang sampai penyimpanan
pada konsumen. Kerusakan telur dapat dilihat dari bentuknya, keutuhannya, warnanya,
teksturnya, dan kebersihan kulitnya. Di ruang terbuka (suhu kamar), telur segar hanya
mempunyai masa simpan yang pendek. Lama penyimpanan ini akan menentukan kondisi
telur. Semakin lama disimpan, kualitas dan kesegaran telur semakin merosot. Untuk telur
konsumsi akan mengalami keruaskan setelah disimpan lebih dari 2 minggu (Haryoto, 1996).
Untuk meminimalisir kerusakan pada telur, diperlukan suatu proses fermentasi untuk
mempertahankan kualitas telur meskipun telah lama disimpan. Salah satu cara fermentasi
yaitu membuat telur menjadi tepung telur. Tepung telur yaitu pengawetan dengan cara
menghilangkan kadar air bahan pangan, dengan tujuan untuk mengurangi dan mencegah
Streptococcus yaitu bakteri yang memecah glukosa, sehingga telur dapat bertahan lebih lama
dan kandungan nutrisi bertambah. Hal inilah yang melatar belakangi pembuatan tepung telur
fermentasi.
Tujuan praktikum pembuatan tepung telur fermentasi adalah untuk mengetahui cara
mengetahui perubahan sifat sifat tepung telur hasil fermentasi, dapat membandingkan
Kegunaan dari praktikum pembuatan tepung telur fermentasi adalah informasi ilmiah
perubahan sifat sifat tepung telur hasil fermentasi, dapat membandingkan kualitas tepung
Telur merupakan protein hewani yang memiliki kandungan asam-asam amino yang
lengkap dan seimbang. Telur adalah sumber protein hewani yang dapat dijangkau bagi
seluruh lapisan masyarakat. Telur merupakan bahan utama yang sering digunakan pada
proses pembuatan kue, roti. Zat-zat makanan yang terdapat pada telur sangat dibutuhkan oleh
tubuh manusia seperti protein, mineral, vitamin, lemak, serta memiliki daya cerna yang tinggi
(Sirait, 1986).
Telur secara fisik dibagi menjadi tiga komponen yaitu kerabang telur (egg shell)
12,3%, putih telur (egg white) 55,8%, dan kuning telur (egg yolk) 31,9% (Stadelman dan
Cotterril, 1995). Kerabang telur merupakan bagian paling keras dan kaku. Kerabang memiliki
fungsi utama sebagai pelindung isi telur terhadap kontaminasi mikroorganisme (Sirait, 1986).
Kerabang telur sebagian besar terdiri dari kalsium karbonat. Kerabang telur memiliki banyak
2
pori-pori. Jumlah pori-pori pada kerabang bervariasi antara 100-200 buah per cm (Winarno
Telur ayam ras adalah salah satu sumber pangan protein hewani yang populer dan
sangat diminati oleh masyarakat. Hampir seluruh kalangan masyarakat dapat mengonsumsi
telur ayam ras untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hal ini karena telur ayam ras
relatif murah dan mudah diperoleh serta dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diharapkan
(Lestari, 2009).
Telur ayam ras segar adalah telur yang tidak mengalami proses pendinginan dan
Indonesia, 1995). Telur tersusun oleh tiga bagian utama yaitu kulit telur (kerabang), bagian
cairan bening (albumen), dan bagian cairan yang berwarna kuning (yolk) (Rasyaf, 1990).
Telur ayam ras mempunyai kandungan protein yang tinggi dan susunan protein yang lengkap,
akan tetapi lemak yang terkandung di dalamnya juga tinggi. Secara umum telur ayam ras dan
telur itik merupakan telur yang paling sering di konsumsi oleh masyarakat (Sudaryani, 2003).
Telur ayam ras juga merupakan makanan yang tergolong ekonomis serta merupakan
sumber protein yang lengkap. Satu butir telur ayam ras berukuran besar mengandung sekitar
7 gram protein. Kandungan vitamin A, D, dan E terdapat dalam yolk. Telur ayam ras memang
dikenal menjadi salah satu dari sedikit makanan yang mengandung vitamin D (Buckle et al.,
2009).
Satu yolk besar mengandung sekitar 60 kalori dan albumen mengandung sekitar 15
kalori. Satu yolk besar mengandung dua per tiga jumlah kolesterol harian yang dianjurkan
yaitu 300 mg. Manfaat kolesterol antara lain membentuk hormon korteks adrenal yang
penting bagi metabolisme dan keseimbangan garam dalam tubuh, baik untuk pertumbuhan
jaringan otak dan syaraf, pembungkus jaringan syaraf dan melapisi membran sel, membuat
vitamin D yang sangat bermanfaat untuk menyerap kalsium tubuh sehingga kesehatan tulang
dapat terjaga, serta sebagai bahan baku pembentukan asam garam empedu yang
meningkatkan pembuangan lemak. Lemak dalam telur juga terdapat dalam bagian yolk. Satu
yolk juga mengandung separuh jumlah choline harian yang dianjurkan. Choline merupakan
nutrisi yang penting untuk perkembangan otak dan juga sangat penting 9 untuk wanita hamil
dan menyusui untuk memastikan perkembangan otak janin yang sehat (Buckle et al., 2009).
mikroorganisme yang hidup, pada saat ini pembentukan gas maupun terdapatnya sel
mikroorganisme hidup tidak merupakan kriteria yang esensial. Dalam beberapa proses
fermentasi misalnya fermentasi asam laktat, tidak ada gas yang dibebaskan. Fermentasi dapat
juga berlangsung (meskipun jarang terjadi) dengan menggunakan ekstrak enzim yang
Untuk hidup semua mikroorganisme membutuhkan sumber energi yang diperoleh dari
metabolisme bahan pangan dimana mikroorganisme berada di dalamnya. Bahan baku energi
yang paling banyak digunakan oleh mikroorganisme adalah glukosa. Dengan adanya oksigen
sejumlah besar energi (ATP) yang digunakan untuk tumbuh. Ini adalah metabolisme tipe
aerobik. Akan tetapi beberapa mikroorganisme dapat mencerna bahan baku energinya tanpa
adanya oksigen dan sebagai hasilnya bahan baku energi ini hanya sebagian yang dipecah.
Bukan air, karbondioksida, dan sejumlah besar energi yang dihasilkan, tetapi hanya sejumlah
kecil energi, karbondioksida, air, dan produk akhir metabolik organik lain yang dihasilkan.
Zat-zat produk akhir ini termasuk sejumlah besar asam laktat, asam asetat, dan etanol, serta
sejumlah kecil asam organik volatil lainnya, alkohol dan ester dari alkohol tersebut.
Pertumbuhan yang terjadi tanpa adanya oksigen sering dikenal sebagai fermentasi
(Suprihatin, 2010).
Fermentasi adalah suatu proses penghilangan glukosa yang terdapat pada telur dengan
aplikasinya yang mudah, namun pada proses pembuatan tepung telur belum banyak
dipublikasikan. Proses fermentasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan sifat fisik dan
fungsional akibat adanya pemecahan glukosa yang terdapat di dalam telur khususnya putih
telur sehingga dapat mencegah terjadinya reaksi maillard yang dapat mempengaruhi sifat
fisik tepung telur. Lama fermentasi diperkirakan mempengaruhi sifat fisik dan fungsional
tepung telur yang dihasilkan sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap lama fermentasi
yang berbeda untuk memaksimalkan sifat fisik dan fungsional tepung telur ( Elza.,dkk, 2009).
Metode pengeringan yang digunakan dalam pembuatan tepung telur terdiri dari empat macam
yaitu pengeringan semprot (spray drying), foaming drying, pengeringan secara lapis (pan
drying) dan pengeringan beku (freeze drying). Pengeringan semprot (spray drying) biasanya
digunakan dalam membuat tepung telur dan tepung kuning telur tetapi tidak dapat digunakan
dalam pembuatan tepung putih telur, karena dapat menyebabkan terjadinya penggumpalan
Kelemahan-kelemahan pengeringan semprot (spray drying) adalah produk akhir tidak stabil
dibandingkan pengeringan putih telur dengan melakukan desugarisasi terlebih dahulu, daya
larut tepung putih telur sangat menurun karena terjadi penggumpalan akibat pengeringan
pada suhu yang tinggi (Hadiwiyoto, 1983). Menurut Sirait (1986) suhu yang digunakan
dalam pengeringan ini sekitar 110-149oC. Kandungan air pada tepung putih telur dengan
menggunakan metode spray drying adalah sebesar 4%-8% (Stadelman dan Cotterill, 1995).
Metode pengeringan secara lapis (pan drying) merupakan metode pengeringan yang mudah
dilakukan dan membutuhkan biaya yang murah. Pengeringan ini dilakukan dalam pembuatan
tepung putih telur, tepung kuning telur maupun tepung telur. Pengeringan ini dilakukan
dengan menggunakan oven. Suhu yang digunakan pada pengeringan ini berkisar antara 45-
50oC (Berquist, 1964). Menurut Romanoff dan Romanoff (1963) suhu yang digunakan dalam
pengeringan pan drying adalah pada suhu sekitar 40-45oC dengan tebal lapisan bahan sekitar
6 mm selama 22 jam akan diperoleh produk kering dengan kadar air 5%.
Produk yang dihasilkan dari metode pan drying adalah remah putih telur, granular putih telur,
dan tepung putih telur. Air yang terkandung pada remah putih telur sekitar 12,16% dengan
pH 4,5-7,0 sedangkan kadar air tepung putih telur yang dihasilkan dengan metode pan drying
dari bentuk beku menjadi uap. Metode ini banyak digunakan dalam proses pengeringan dan
pengawetan bahan pangan untuk mempertahankan stabilitas, aroma, serta tekstur yang
Pengeringan dengan matahari langsung merupakan proses pengeringan yang paling ekonomis
dan paling mudah dilakukan, akan tetapi dari segi kualitas alat pengering buatan (oven) akan
memberikan produk yang lebih baik. Sinar ultra violet dari matahari juga menimbulkan
kerusakan pada kandungan kimia bahan yang dikeringkan (Pramono, 2006). Pengeringan
dengan oven dianggap lebih menguntungkan karena akan terjadi pengurangan kadar air
dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat (Muller et al, 2006), akan tetapi penggunaan
suhu yang terlampau tinggi dapat meningkatkan biaya produksi selain itu terjadi perubahan
biokimia sehingga mengurangi kualitas produk yang dihasilkan sedang metode kering angin
dianggap murah akan tetapi kurang efisien waktu dalam pengeringan simplisia (Pramono,
2006).
adalah bakteri berbentuk batang,gram positif dan sering berbentuk pasangan dan rantai dari
sel-selnya. Jenis ini umumnya lebih tahan terhadap keadaan asam dari pada jenis-jenis
Pediococcus atau Streptococcus dan oleh karenanya menjadi lebih banyak terdapat pada
tahapan terakhir dari fermentasi tipe asam laktat. Bakteribakteri ini penting sekali dalam
fermentasi susu dan sayuran. Lactobacillus acidophilus adalah salah satu bakteri yang
bersifat probiotik, dapat berfungsi sebagai terapentic pada tubuh. mampu bertahan pada
kondisi asam lambung, dapat meningkatkan fungsi pencernaan, dan meningkatkan sistem
kekebalan tubuh sehingga manfaat yoghurt sebagai minuman kesehatan semakin lengkap
Bertholt menemukan khasiat bakteri Lactobacillus bulgaricus dalam menghambat
organisme ini adalah bakteri berbentuk batang, gram positif dan sering berbentuk pasangan
dan rantai dari sel-selnya. Jenis ini umumnya lebih tahan terhadap keadaan asam dari pada
jenis-jenis Pediococcus atau Streptococcus dan oleh karenanya menjadi lebih banyak terdapat
pada tahapan terakhir dari fermentasi tipe asam laktat. Bakteribakter ini penting sekali dalam
fermentasi susu dan sayuran. Lactobacillus acidophilus yang merupakan bakteri probiotik,.
rendah, kemungkinan terjadinya sineresis lebih tinggi sehingga kelembutan tekstur yoghurt
Pengolahan telur banyak dilakukan diantaranya adalah dengan membuat tepung telur.
dapat memperpanjang umur simpan. Pembuatan telur menjadi tepung telur dapat pula
Sutrisno, 2002). Menurut Romanoff dan Romanoff (1963) dan Berquist (1964) keuntungan
Proses yang dilakukan dalam pembuatan tepung putih telur adalah pemisahan putih telur,
pengaturan pH putih telur dengan menambahkan bahan kimia (asam sitrat) hingga memiliki
nilai pH berkisar antara 6,0-7,0 (Stadelman dan Cotterill, 1995), pasteurisasi, desugarisasi,
Reaksi Maillard adalah urutan peristiwa yang dimulai dengan reaksi gugus amino
pada asam amino, peptida, atau protein dengan gugus hidroksil glikosidik pada gula, urutan
proses ini diakhiri dengan pembentukan polimer nitrogen berwarna coklat atau melanoidin
(deMan, 1997). Menurut Muchtadi (1993) pada proses ini glukosa akan bereaksi dengan
senyawa amino yang akan menyebabkan terbentuknya senyawa deoksiketosil dan degradasi
strecker yang akan menghasilkan senyawa melanoidin yang berwarna coklat (MacCarthy,
1989).
dilakukan sebelum proses pengeringan untuk menghilangkan glukosa yang terkandung dalam
putih telur. Glukosa yang terkandung dalam putih telur akan menyebabkan terjadinya reaksi
penyimpangan seperti bau, cita rasa, warna, ketidaklarutan dan pengurangan daya buih pada
produk tepung putih telur. Desugarisasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme
yang sesuai pada substrat organik. Terjadinya proses desugarisasi dapat menyebabkan
tersebut (Buckle et al, 1987). Proses desugarisasi sangat membantu dalam mempertahankan
daya buih putih telur serta menurunkan viskositasnya sehingga dapat mempermudah dalam
penanganan (Hill dan Sebring, 1973). Tepung putih telur yang telah mengalami proses
desugarisasi setelah disimpan selama empat bulan pada suhu ruang masih memiliki warna
seperti awal akan tetapi tepung putih telur yang tidak mangalami desugarisasi memiliki warna
Metode pengeringan secara lapis (pan drying) merupakan metode pengeringan yang
mudah dilakukan dan membutuhkan biaya yang murah. Pengeringan ini dilakukan dalam
pembuatan tepung putih telur, tepung kuning telur maupun tepung telur. Pengeringan ini
dilakukan dengan menggunakan oven. Suhu yang digunakan pada pengeringan ini berkisar
o
antara 45-50 C (Berquist, 1964). Menurut Romanoff dan Romanof (1963) suhu yang
o
digunakan dalam pengeringan pan drying adalah pada suhu sekitar 40-45 C dengan tebal
lapisan bahan sekitar 6 mm selama 22 jam akan diperoleh produk kering dengan kadar air
5%. Produk yang dihasilkan dari metode pan drying adalah remah putih telur, granular putih
telur, dan tepung putih telur. Air yang terkandung pada remah putih telur sekitar 12,16%
dengan pH 4,5-7,0 sedangkan kadar air tepung putih telur yang dihasilkan dengan metode
Proses pengeringan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu, kelembaban udara
(RH), sirkulasi udara dan waktu pengeringan. Menurut Wirakartakusumah et.al (1992)
pengeringan dapat membuat bahan menjadi lebih padat dan kering sehingga akan lebih
Kerugian yang terjadi pada proses pengeringan adalah sifat bahan yang mengalami
perubahan seperti bentuk, sifat fisik dan kimia, serta penurunan mutu (Winarno dan Fardiaz,
1982). Proses desugarisasi akan membantu dalam mencegah terjadinya reaksi Maillard pada
Daya busa tepung telur sendiri lebih rendah bila dibandingkan dengan telur segar.
Dalam pembuatan makanan, sifat-sifat fungsional dalam tepung telur tetap ada karena akan
menentukan kemampuan dalam pembuatan makanan tersebut. Penambahan gula seperti
sukrosa (gula pasir), laktosa, maltosa, dan dekstrosa dalam pembuatan tepung telur dapat
memperbaiki sifat daya busanya. Sifat-sifat yang harus dipertahankan antara lain daya busa,
sifat emulsi, sifat koagulasi (kemampuan menggumpal dan membentuk gel) dan warna.
Suprapti (2002) menerangkan bahwa tepung telur disebut juga telur kering yang
merupakan salah satu bentuk awetan telur melalui proses pengeringan dan penepungan.
Disamping lebih awet, keuntungan lain dari tepung telur ialah volume bahan menjadi jauh
lebih kecil sehingga menghemat ruang penyimpanan dan biaya pengangkutan. Tepung telur
juga memungkinkan jangkauan pemasaran yang lebih luas dan penggunaannya lebih beragam
dibandingkan telur segar.
Daya emulsi, daya koagulasi, dan warna tepung telur umumnya tidak banyak berbeda
dibandingkan dengan keadaan segarnya. Perbedaan warna tepung putih telur dengan telur
segar terjadi jika kandungan gula pereduksi (yang sebagian besar adalah glukosa) dalam telur
lebih dari 0,1 %, yaitu warna tepung telur akan berubah menjadi kecoklatan selama
pengolahan dan penyimpanan (Shaleh., dkk, 2002). Keadaan ini dapat diatasi dengan cara
mengurangi kandungan glukosa dalam cairan putih telur sebelum dibuat tepung dengan cara
difermentasi menggunakan bakteri asam laktat (Streptococcus lactis) (Shaleh., dkk, 2002),
fermentasi khamir atau ragi (Saccharomyces cerevisiae) menggunakan ragi roti atau dengan
penambahan enzim glukosa oksidase (Buckle, 1987).
Kandungan air sangat berpengaruh terhadap daya tahan tepung telur, bahan kering
harus memiliki kandungan air sangat kecil. Kandungan air pada tepung telur harus kurang
dari 5 %. Kadar air ini akan meningkat menjadi 9 – 10 % setelah disimpan. Mutu terbaik
akan diperoleh jika pada saat disimpan kadar airnya maksimal 1 % (Shaleh., dkk, 2002)
B. Cara Pakai Tepung Telur
Pada awalnya di amerika, tepung telur ini dibuat untuk keperluan militer yang mana
penggunaannya cukup ditambahkan dengan air dengan perbandingan 2 sendok makan tepung
telur : 4 sendok makan air, dan juga dibuat untuk kepentingan bencana alam, pengiriman
bahan-bahan makanan praktis ini dapat mengurangi resiko di perjalanan dan lebih awet. Bila
telur tidak tahan 1 bulan, tepung telur ini bisa tahan dari 1 hingga 3 tahun, tergantung dengan
tempat penyimpanannya. So praktis kan, hanya dengan mencampurkan bahan tersebut sudah
bisa membuat telur dadar.
Sebelum kita memulai prosesnya, siapkan dulu bahan-bahan berikut : telur ayam, ragi
roti yang dipakai untuk proses fermentasi loyang, mixer, timbangan dan oven. Tahap
pengolahannya adalah :