Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah
antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi
anak balita menggunakan metode antropometri, sebagai cara untuk menilai status gizi.
Disamping itu pula dalam kegiatan penapisan status gizi masyarakat selalu menggunakan
metode tersebut. Antropometri merupakan salah satu metode yang dapat dipakai secara
universal, tidak mahal, dan metode yang non invasif untuk mengukur ukuran, bagian, dan
komposisi dari tubuh manusia. Oleh karena itu, disebabkan pertumbuhan anak-anak dan
dimensi tubuh pada segala usia dapat mencerminkan kesehatan dan kesejahteraan dari
individu dan populasi, antropometri dapat juga digunakan untuk memprediksi performa,
kesehatan, dan daya tahan hidup. (Supariasa, 2002)
Antropometri penting untuk kesehatan masyarakat dan juga secara klinis yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan sosial dari individu dan populasi. Selain itu,
aplikasi antropometri mencakup berbagai bidang karena dapat dipakai untuk menilai status
pertumbuhan, status gizi dan obesitas, identifikasi individu, olahraga, militer, teknik dan
lanjut usia. Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh
dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Antropometri gizi
adalah pengukuran yang berhubungan dengan berbagai macam dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Umumnya, antropometri digunakan untuk
mengukur status gizi dari berbagai ketidak seimbangan antara asupan protein dan energi.
(Supariasa, 2002)

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui status gizi anak di TK Al- Qonita
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi status gizi berdasarkan indeks BB/U
b. Mengidentifikasi status gizi berdasarkan indeks TB/U
c. Mengidentifikasi status gizi berdasarkan indeks BB/TB
d. Mengidentifikasi status gizi berdasarkan indeks IMT/U
e. Mengidentifikasi status pertumbuhan anak TK

C. Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat melakukan pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) pada
anak.
2. Agar mahasiswa dapat menentukan status gizi anak.
3. Agar mahasiswa bisa menentukan status pertumbuhan anak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penilaian Status Gizi


1. Pengertian Status Gizi (Nutrition Status)
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu,
atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh : Gondok endemik
merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
(Supariasa, 2002)
2. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan
menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang beresiko
atau dengan status gizi buruk. (Achadi, 2002)
Penilaian status gizi bertujuan untuk :
a. Memberikan gambaran secara umum mengenai metode penilaian status gizi.
b. Memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari masing-masing yang ada.
c. Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan dan implementasi
untuk penilaian status gizi.
Metode dalam penilaian status gizi dibagi dalam dua kelompok, yaitu secara langsung
dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung terdiri dari penilaian dengan tanda
klinis, tes laboratorium, metode biofisik dan antropometri. Sedangkan penilaian status gizi
secara tidak langsung berupa survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan pengukuran antropometri.
(Achadi, 2002)
a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
1. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri
secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. (Supariasa, 2002)

2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan
dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial
epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang
dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya
untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk
mendeteksi secara tepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat
gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan
melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
(Supariasa, 2002)

3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan
otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan
malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan
kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
(Supariasa, 2002)

4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
(Supariasa, 2002)
b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
1. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi
makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,
keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.
(Supariasa, 2002)
2. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan
kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran
status gizi masyarakat. (Supariasa, 2002)
3. Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang
tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi
di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi. (Supariasa,
2002)

B. Indikator Pertumbuhan
1. Indeks Antropometri
a. Berat Badan Menurut Umur ( BB/U )
Indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status
gizi. Berat badan menurut umur tidak sensitif untuk mengetahui apakah seseorang mengalami
kekurangan gizi masa lalu atau masa kini. Berat badan menurut umur merefleksikan status
gizi masa lalu maupun masa kini. (Anggraeni, 2012).

b. Tinggi Badan Menurut Umur ( TB/U )


Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton dan bengoa ( 1973 )
menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran statis gizi masa lampau
juga lebih erat kaitannya dengan status sosial ekonomi. (Anggraeni, 2012)
c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan ( BB/TB )
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal
perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan
tertentu. Jelliffe pada tahun 1966 telah memperkirakan indeks ini untuk mengidentifikasi
status gizi. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini
(sekarang ). Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur.
(Anggraeni, 2012).
d. Indeks Masa Tubuh/IMT Anak ( IMT/U )
IMT/U adalah indikator yang terutama bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat
badan dan kegemukan. Biasanya IMT tidak meningkat dengan bertabahnya umur seperti
yang terjadi pada berat badan dan tinggi badan, tetapi pada bayi peningkatan IMT naik
secara tajam karena terjadi peningkatan berat badan secara cepat relatif terhadap panjang
badan pada 6 bulan pertama kehidupan. IMT menurun pada bayi setelah 6 bulan dan tetap
stabil pada umur 2-5 tahun. (Anggraeni, 2012)
Indikator IMT/U hampir sama dengan BB/PB atau BB/TB. Ketika melakukan
interpretasi resiko kelebihan berat badan, perlu mempertimbangkan berat badan orang tua.
Jika seseorang anak mempunyai orang tua yang obes akan meningkatkan resiko terjadinya
kelebihan berat badan pada anak. Anak yang mempunyai salah satu orang tua yang obesitas,
kemungkinan 40 % untuk menjadi kelebihan berat badan. Jika kedua orang tuanya obes,
kemudian meningkat sampai 70 %. Perlu diketahui bahwa anak yang pendek pun dapat
mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. (Anggraeni, 2012).

e. Z-score
Z-Score merupakan indeks antropometri yang digunakan secara internasional untuk
menentukan status gizi dan pertumbuhan, yang diekspresikan sebagai satuan standar deviasi
(SD) populasi rujukan. Untuk pengukuran z-score pada populasi yang distribusinya normal.
Umumnya digunakan pada indicator panjang atau tinggi badan anak. Dengan rumus sebagai
berikut :
Untuk Populasi yang distribusinya tidak normal
Rumus diatas M, L, dan S adalah nilai dari populasi referensi. Rumus ini juga disebut
rumus LMS, biasanya untuk menghitung Z-score BB/U, BB/PB, BB/TB, dan IMT/U
Keterangan :
M = Nilai angka median referensi yang diperoleh dari estimasi rata-rata
populasi.
L = Nilai angka yang diperlukan untuk menstransformasikan data dalam rangka
untuk mengurangi kemencengan kurva.
S = Koefisien variansi
Atau

 Jika nilai individu subjek < Nilai Median


Z-Score indeks …=

 Jika nilai individu subjek > Nilai Median


Z-Score indeks…=

(nilai median, -1 SD dan +1 SD dapat dilihat pada lampiran).


(Anggraeni, 2012)
2. Kategori Status Gizi Berdasarkan Cara Perhitungan Z-Score
Berdasarkan kategori status gizinya berdasarkan Z-Score dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 1. Status Gizi Berdasarkan Z-Score
Indikator Pertumbuhan
Z- Score
PB/U atau TB/U BB/U BB/PB atau BB/TB IMT/U
Di atas 3 Lihat catatan 1 Lihat catatan 2 Sangat gemuk Sangat kurus
(obes) (obes)
Di atas 2 Gemuk Gemuk
(overweight) (overweight)

Resiko gemuk Resiko gemuk


Diatas 1
(lihat catatan 3) (lihat catatan 3)
0 (angka
median)
Di bawah – 1
Di bawah – 2 Pendek (stunted) BB kurang Kurus (wasted) Kurus (wasted)
(lihat catatan 4) (underweight)
Di bawah 3 Sangat pendek BB sangat Sangat kurus Sangat kurus
(severe stunted) kurang (Severe (severe wasted) (severe wasted)
(lihat catatan 4) underweight)
Sumber : WHO MGRS, 2005
` Catatan :
1. Seorang anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi masalah
kecuali anak yang sangat tinggi mungkin mengalami gangguan endokrin seperti adanya
tumor yang memproduksi hormon pertumbuhan. Rujuklah anak tersebut jika diduga
mengalami gangguan endokrin (misalnya anak yang tinggi sekali menurut umurnya,
sedangkan tinggi orang tua normal).
2. Seorang anak berdasarkan BB/U pada kategori ini, kemungkinan mempunyai masalah
pertumbuhan, tetapi akan lebih baik bila anak ini dinilai berdasarkan indikator BB/PB atau
BB/TB atau IMT/U.
3. Hasil ploting di atas 1 menunjukkan kemungkinan risiko. Bila kecenderungannya menuju
garis Z-score + 2 berarti resiko lebih pasti.
4. Anak yang pendek atau sangat pendek kemungkinan akan menjadi gemuk bila mendapatkan
intervensi gizi yang salah.

Untuk menarik kesimpulan mengenai status gizi seseorang harus menyimpulkan dari
ketiga indikator yang telah diukur. Cara pertama adalah melihat indikator yang bermasalah.
Contoh:
BB/U : Sangat kurang
TB/U : Pendek
BB/TB : Normal
esimpulan : Anak ini pendek, makanya berat badannya dibawah berat badan anak-
anak seusianya (klasifikasi lama dinyatakan sebagai gizi buruk). Namun, berat badan
berdasarkan tinggi badan tergolong normal. Sehingga apabila anak ini diberikan PMT
merupakan kesalahan karena anak ini bisa menjadi gemuk.
(Anggraeni, 2012)

4. Hubungan Antara Klasifikasi ”Rendah“ , ”Normal“ dan “Tinggi“ dari Ketiga


Indikator (BB/U, TB/U, BB/TB)

Gambar 1
Hubungan antara klasifikasi “rendah“, “normal“ dan “Tinggi“ dari ketiga indikator (BB/U,
TB/U,BB/TB).

Keterangan :
- Horizontal : Tinggi Badan menurut Umur
Dikatakan normal apabila berada diantara -2 SD sampai dengan +2SD.
- Vertikal : Berat Badan menurut Tinggi Badan
Dikatakan normal apabila berada diantara -2SD sampai dengan +2SD.
- Diagonal : Berat Badan menurut Umur
Dikatakan normal apabila berada diantara -2SD sampai dengan +2SD.

Contoh :
- Anak pada No. 3 BB/U : Normal
TB/U : Normal
BB/TB : Gemuk
Kesimpulan : Anak ini gemuk
- Anak pada No. 12 BB/U : Kurang
TB/U : Normal
BB/TB : Kurang
Kesimpulan : Anak ini mempunyai berat badan yang
kurang
(Anggraeni, 2012)

5. Penggunaan Indikator Antropometri Pada Populasi

Tabel 2. Indikator Antropometri Pada Populasi


Indikator %Prevalence
Low Medium High Very High
Underweight, low wt-for-age < 10 20 – 29,9 20 – 29,9 > 30
Stunting, low ht-for-age < 20 20 – 29,9 30 – 39,9 >40
Wasting, low wt-for-ht <5 5 – 9,9 10 – 14,9 >15
Sumber : Handbook Nutritional Assesment
Contoh :
a. W/A = 15% (Medium) ; H/A = 15% (low); W/H = 15% (very high) = > di daerah tersebut
ternyata kekurangan gizi akut, perlu dikaji apakah penyebab masalah di bulan-bulan terakhir
di daerah tersebut, apakah karena KLB atau karena asupan makanan yang menurun.

b. W/A = 10% (Medium) ; H/A = 40% (very high); W/H = 4% (low) = > di daerah tersebut
ternyata kekurangan gizi kronis, banyak anak – anak yang pendek, perlu dikaji mengapa
terjadi hal tersebut. Apakah ada hubungannya dengan intake mineral mikro misalnya yodium.
(Anggraeni, 2012)

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi


Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi status gizi adalah sebagai berikut :
1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:
a) Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang
hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut. (Suliha, 2001).
b) Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku
orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik. (Suliha, 2001).
c) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.
Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. (Markum,
1991).
d) Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan.
(Soetjiningsih, 1998).
2. Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :
a) Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam
pemberian nutrisi anak balita. (Nursalam, 2001).
b) Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya
memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak
yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat
gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat. (Suhardjo, 1986).
c) Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan
kesulitan menelan dan mencerna makanan. (Suhardjo, 1986).

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Makanan Anak


Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan makanan anak yaitu :
1. Penerimaan Makanan
Penerimaan terhadap makanan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti status gizi,
tingkat kekenyangan, rasa makanan, pengalaman masa lalu, dan kepercayaan terhadap
makanan tertentu. Belakangan ini dilakukan penelitian-penelitian tentang faktor keturunan
yang mempengaruhi kesukaan makanan. Bayi kembar satu telur menunjukan kesamaan lebih
besar dalam kesukaan makanan daripada bayi kembar dua telur. Pengaruh keturunan yang
kuat terlihat terhadap phenylthiocarbanide (PTC) yang mempunyai rasa pahit. Mereka yang
sensitive terhadap PTC cenderung menunjukan ketidaksukaan lebih banyak terhadap
makanan (food dislikes) daripada yang tidak sensitive. Makanan yang mempunyai rasa pahit
adalah brokoli, kacang buncis, pare, daun singkong, daun papaya, apel, dan jeruk. Keturunan
tampaknya lebih berpengaruh terhadap kesukaan makanan pada anak yang kurang sensitive
terhadap rasa pahit ; mereka lebih mudah menerima berbagai jenis makanan. (Almatsier,
2011)
2. Pengaruh Orang Tua
Orangtua berpengaruh terhadap perilaku makan anak. Banyak penelitian menunjukan
bahwa orang tua secara sadar maupun tidak sadar telah menuntun kesukaan makan anak dan
membentuk gaya yang berpengaruh terhadap dimana, bagaimana, dengan siapa, dan berapa
banyak ia makan. (Almatsier, 2011)
3. Pengetahuan Gizi
Pengetahan gizi orangtua dan pengasuh anak ternyata sangat berpengaruh terhadap
pilihan makan anak. Tingkat pengetahuan gizi yang dipraktikkan pada perencanaan makanan
keluarga tampaknya berhubungan dengan sikap positif ibu terhadap diri sendiri, kemampuan
ibu dalam memecahkan masalah, dan mengorganisasikan keluarga. Urut-urutan anak pra-
sekolah dalam keluarga tampaknya berpengaruh terhadap pilihan makanan yang diberikan.
Bila anak adalah anak bungsu dalam keluarga ibu tampaknya kurang sensitive terhadap
permintaan anak akan produk baru. Sebaliknya ibu akan lebih memperhatikan kesukaan anak
apabila ia adalah anak sulung. Anak-anak umumnya menyukai makanan yang padat energi.
Orang tua sering kecewa karena anak lebih suka makanan yang disukai daripada makanan
yang lebih bergizi. (Almatsier, 2011)
4. Interaksi Orang Tua dan Anak
Interaksi orang tua dengan anak berpengaruh terhadap pilihan makanan dan
pengembangan pola makan anak. Bila orang tua tidak terlalu menanggapi kesukaan anak pra-
sekolah terhadap makanan tertentu yang kurang baik, kebiasaan makan ini akan cepat berlalu.
Tetapi, bila orang tua sukar menerima perilaku ini dan member perhatian dorong anak untuk
makan makanan yang lain, membicarakan ketidaksukaan anak terhadap makanan tertentu di
depannya, atau menyediakan makanan yang tidak disukai anak, anak akan terdorong untuk
menjadikan kebiasaan makan yang salah tersebut sebagai kebiasaan makan permanen.
Lingkungan sosial-emosional anak berkaitan dengan kecukupan asupan makanannya.
Pendampingan saat maka, suasana rumah yang positif, dan perilaku terkait dengan makanan
orang tua yang sesuai sangat berpengaruh terhadap mutu makanan anak. Orang tua
hendaknya banyak berdiskusi dengan anak tentang makanan yang tidak disukai, memberi
banyak perhatian, membujuk anak untuk makan, dan menghidangkan makanan yang
bervariasi.
Interaksi orang tua dan anak juga berpengaruh terhadap jumlah makanan yang
dikonsumsi. Ada perbedaan antara interaksi anak dan orang tua pada anak langsing dan anak
gemuk, baik dalam hal makanan maupun bukan makanan. Anak langsing lebih banyak
berbicara satu sama lain dengan ibunya, makan lebih sedikit dan lebih lambat dibandingkan
dengan anak gemuk. Kesukaan terhadap makanan meningkat bila makanan diberikan sebagai
hadiah dengan interaksi social positif dengan orang dewasa. (Almatsier, 2011)
E.
BAB III
METODELOGI

A. Tempat dan Waktu


Tempat Pelaksanaan Pengukuran Dan Penimbangan Berat Badan adalah di TK Al-
Qonita Jalan Ranying Suring pada tanggal 18 Desember 2012 pukul 08.00 – 09.30 WIB.

B. Bahan dan Alat


1. Microtoise
2. Timbangan digital
3. Kalkulator
4. Alat tulis
5. Tabel Z-Score WHO MGRS 2005

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah semua siswa TK Al-Qonita Palangka Raya kelas A.
2. Sampel
Sampel adalah siswa TK Al-Qonita Palangka Raya kelas A yang berjumlah 38 orang.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Data Primer
a. Umur
Umur diperoleh dengan cara menghitung selisih antara tanggal kunjungan praktek dengan
tanggal lahir sampel.
b. Berat badan
Berat badan diperoleh dengan cara mengukur Berat badan ( BB ) siswa menggunakan
timbangan digital dengan ketelitian 0,1.
c. Tinggi badan
Tinggi badan diperoleh dengan cara mengukur Tinggi badan (TB) siswa menggunakan
microtoice dengan ketelitian 0,1.
d. Status gizi
Status gizi diperoleh dari perhitungan z-score berdasarkan indeks BB/U , TB/U , BB/TB dan
IMT/U

2. Data Sekunder
Data sekunder berupa Nama, Tempat Tanggal Lahir, Jenis kelamin dan jumlah siswa TK
Al-Qonita dari data Sekolah.

E. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
1. Umur diperoleh dengan cara menghitung selisih antara tanggal pengumpulan data dengan
tanggal lahir.
2. Status Gizi diperoleh dengan cara menghitung Z score dengan rumus
Atau

Dengan indeks
a. Kategori status gizi berdasarkan indeks BB/U
 > 3 SD : Berat badan sangat lebih
 > 2 SD s/d 3 SD : Berat badan lebih
 -2 SD s/d 2 SD : Berat badan normal
 < -2 SD s/d -3 SD : Berat badan kurang (underweight)
 < -3 SD : Berat badan sangat kurang (severe underweight)

b. Kategori status gizi berdasarkan indeks TB/U


 > 3 SD : Tinggi/jangkung
 -2 SD s/d 3 SD : Normal
 -3 SD s/d < -2 SD : Pendek
 < -3 SD : Sangat pendek

c. Kategori status gizi berdasarkan indeks BB/TB


 > 3 SD : Sangat gemuk (Obes)
 > 2 SD s/d 3 SD : Gemuk (Overweight)
 > 1 SD s/d 2 SD : Risiko gemuk
 -2 SD s/d 1 SD : Normal
 -3 SD s/d < -2 SD : Kurus (wasted)
 < -3 SD : Sangat kurus (severe wasted)

d. Kategori status gizi berdasarkan indeks IMT/U


 > 3 SD : Sangat gemuk (Obes)
 > 2 SD s/d 3 SD : Gemuk (Overweight)
 > 1 SD s/d 2 SD : Risiko gemuk
 -2 SD s/d 1 SD : Normal
 -3 SD s/d < -2 SD : Kurus (wasted)
 < -3 SD : Sangat kurus (severe wasted)

3. Status Pertumbuhan
a. Status gizi normal jika, indeks BB/U normal, TB/U normal, BB/TB normal dan IMT/U
normal.
b. Status gizi kurang jika, indeks BB/U kurang/sangat kurang, TB/U normal, BB/TB normal
dan IMT/U normal.
c. Pendek / Sangat Pendek jika, indeks BB/U normal, TB/U pendek/sangat pendek, BB/TB
normal dan IMT/U normal.
d. Status gizi lebih jika, BB/U lebih, TB/U normal, BB/TB dan IMT/U normal / resiko gemuk /
gemuk.
e. Obesitas jika, BB/U sangat lebih, TB/U normal/pendek, BB/TB dan IMT/U gemuk/obesitas.

2. Analisis Data
Data Umur, Berat Badan, Tinggi Badan, Jenis Kelamin, Status Gizi dan Status
Pertumbuhan dianalisis secara deskriptif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Umur
Pada praktek ini umur sampel yaitu berkisar 3 tahun 9 bulan – 6 tahun 1 bulan dengan
rata-rata umur 4 tahun 6 bulan.
2. Jenis Kelamin
Pada praktek ini siswa yang menjadi sampel bejenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Tabel 3. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin F %
Laki-laki 24 63
Perempuan 14 37
Total 38 100
Sebagian besar sampel berjenis kelamin laki-laki (63%)

3. Berat Badan
Dari hasil praktik ini berat badan sampel berkisar antara 11,7 kg – 28,3 kg dengan rata-
rata berat badannya 18 kg.

4. Tinggi Badan
Dari hasil praktik ini tinggi badan sampel berkisar antara 89,1 cm – 114,2 cm dengan
rata-rata tinggi badannya 104,27 cm.

B. Status Gizi
1. Status Gizi Menurut BB/U

Tabel 4. Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U


Status Gizi Jumlah (n) %

Berat Badan Sangat Lebih 4 11


Berat Badan Lebih 2 5
Berat Badan Normal 31 82
Berat Badan Kurang (underweight) 1 3
Berat Badan Sangat Kurang (severe underweigth)
- 0

Jumlah 38 100

Dari perhitungan z-score berdasarkan indeks Berat Badan menurut Umur diperoleh
status gizi Berat badan sangat lebih berjumlah 11 %.

2. Status Gizi Menurut TB/U

Tabel 5. Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U


Status Gizi Jumlah (n) %
Tinggi/Jangkung 1 3
Normal 32 84
Pendek 3 8
Sangat Pendek 2 5
Jumlah 38 100

Dari perhitungan z-score berdasarkan indeks Tinggi Badan menurut Umur


diperoleh status gizi pendek berjumlah 8 %.

3. Status Gizi Menurut BB/TB

Tabel 6. Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U


Status Gizi Jumlah (n) %

Sangat Gemuk (Obes) 4 11


Gemuk (Overweight) 3 8
Risiko Gemuk 2 5
Normal 29 76
Kurus (Wasted) - 0
Sangat Kurus (Severe Wasted) - 0

Jumlah 38 100

Dari perhitungan z-score berdasarkan indeks Berat Badan menurut Tinggi


Badan diperoleh status gizi sangat gemuk berjumlah 11 %.

4. Status Gizi Menurut IMT/U

Tabel 7. Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U


Status Gizi Jumlah (n) %
Sangat Gemuk (Obes) 5 13
Gemuk (Overweight) 2 5
Risiko Gemuk 2 5
Normal 29 76
Kurus (Wasted) - 0
Sangat Kurus (Severe Wasted) - 0

Jumlah 38 100

Dari perhitungan z-score berdasarkan indeks Indeks Masa Tubuh menurut Umur
diperoleh status gizi sangat gemuk berjumlah 13 %.

5. Status Pertumbuhan

Tabel 8. Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U


Status Gizi Jumlah (n) %

Sangat Gemuk (Obes) 4 11


Gemuk (Overweight) 3 8
Normal 26 68
Pendek 5 13
Jumlah 38 100

Berdasarkan analisis status pertumbuhan didapatkan prevalensi obesitas 11 %, jumlah ini


melebihi prevalensi batas normal yaitu 10 %. Hal ini menunjukan bahwa di TK Al-Qonita
memiliki masalah pada status gizi obesitas.

B. Pembahasan
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat pemakaian dan penggunaan
makanan. Status gizi dibedakan menjadi status gizi lebih, baik, kurang, dan buruk. Status gizi
anak batita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan
menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan yang telah ditetapkan.
(Almatsier, 2011)
Pengukuran antropometri dapat digunakan untuk mengenali status gizi seseorang. Ada
beberapa cara mengukur status gizi anak, yaitu dengan pengukuran antropometri, klinis,
biokimia, dan biofisik. Dalam antropometri dapat dilakukan beberapa macam pengukuran,
yaitu pengukuran terhadap berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan sebagainya.
Untuk mengetahui status gizi pada anak diperlukan suatu perhitungan yang menggunakan
alat yang dinamakan antropometri dimana pada alat tersebut digunakan tiga variabel yaitu
tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Namun dalam praktikum ini tidak digunakan
varibel dari lingkar kepala. Sehingga dalam praktikum kali ini variabel yang digunakan yaitu
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi ukur.

Berat badan dan tinggi badan berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan: Ada
sebagian anak mengalami overweight atau kegemukan hal ini dikarenakan jumlah energi
dalam makanan yang dikonsumsi lebih besar daripada jumlah energi yang dikeluarkan, di
mana tambahan energi yang masuk tidak digunakan akan tetapi disimpan dalam tubuh
terutama sebagai jaringan lemak.
Hal itu disebab karena faktor lingkungan yang turut mempengaruhi keadaan overweight
dimungkinkan kebiasaan dimana makan bukan karena lapar, melainkan jam kebiasaan
makan anak-anak suka ngemil pada waktu senggang atau waktu luang .
Sedangkan untuk faktor makanan yang dikonsumsi yaitu jenis makanan yang dikonsumsi
di mana jumlah lemak yang di kosumsi cukup besar sehingga menyebabkan kegemukan
karena kalori yang diperlukan untuk mengubah lemak menjadi karbohidrat simpanan lebih
sedikit dibandingkan dengan kalori yang diperlukan untuk mengubah karbohidrat atau
protein makanan menjadi lemak simpanan sehingga lemak lebih menyebabkan gemuk
daripada karbohidrat atau protein.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan makan anak : (Worthington dan Williams, 2000)
Pengaruh Terhadap Penerimaan Makanan
a. Status gizi dan hidrasi anak
b. Tingkat kesehatan dan kesakitan anak
c. Pengalaman terhadap makanan yang diberikan, seperti kebiasaan, rasa dan tekstur.
d. Besar porsi, besar potongan makanan
e. Kemudahan memegang makanan berdasarkan umur, dan keterampilan motorik
f. Tingkat kekenyangan

1. Pengaruh Orang Tua, Pengasuh Dan Saudara


a. Ketersediaan makanan
b. Pengetahuan gizi
c. Kandungan zat gizi makanan yang ditawarkan
d. Gaya dan kecepatan makan
e. Harapan dan model/ dimana, kapan dan dengan siapa makanan dikonsumsi
f. Harapan dan model/ jumlah makanan yang hendak dimakan
g. Model/ penggunaan makanan yang tidak bergizi

2. Pengaruh Interaksi Orang Tua- Anak


a. Harapan tentang kecepatan dan gaya makan anak
b. Menetapkan kemungkinan tentang makanan apa dan berapa banyak hendaknya dimakan
c. Interaksi lisan yang bersifat positif netral, atau krisis selama waktu makan
d. Pembentukan pola makan dan snack

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sebagian besar sampel berjenis kelamin laki-laki ( 63 % )
2. Sebanyak 11 % sampel mempunyai status gizi sangat gemuk ( obesitas )
3. Sebanyak 8 % sampel mempunyai status gizi gemuk ( overweigth )
4. Sebanyak 68 % sampel mempunyai status gizi normal
5. Sebanyak 13 %sampel mempunyai status gizi pendek

B. Saran
Diharapkan kepada pihak sekolah agar dapat melakukan pengukuran antropometri secara
berkala, supaya orang tua murid dapat memantau pertumbuhan anaknya.
Bagi mahasiswa atau petugas kesehatan yang melakukan pengukuran antropometri
diharapkan dapat memperhatikan pemasangan alat seperti microtoice agar lebih teliti dan
mendapatkan hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Achadi, E.L. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat Edisi 1. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Almatsier, Sunita. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama
Anggraeni, A C. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta : Graha Ilmu
Markum A.H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI
Nursalam, S P. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV.
Sagung Setyo
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak Edisi kedua. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Suhardjo. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta : Universitas Indonesia
Suliha, Uha. 2001. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC
Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, Ibnu Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi Cetakan
1. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Worthington, R.B.S. dan Williams S.R. 2000. Nutrition throughout the Life Cycle, ed 4.
McGraw-Hill International Ed, Singapore.

Diposting oleh heny mei di 19.18


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Google+ Followers
Mengenai Saya

heny mei
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ▼ 2014 (26)
o ► Juli (2)
o ► Juni (1)
o ► Mei (7)
o ► April (6)
o ▼ Februari (10)
 lemak tubuh
 lemak tubuh
 lemak
 vitamin C
 laporan praktikum part 3
 laporan praktikum PSG part 2
 Laporan Praktikum Penilaian status gizi
 laporan praktikum PSG
 laporan praktikum PSG
 lirik lagu G-Dragon~who you

Google+ Badge
Cari Blog Ini

Translate
Diberdayakan oleh Terjemahan
Follow by Email

Anda mungkin juga menyukai