Latar Belakang
Es krim merupakan makanan beku yang dibuat dari produk sapi perah seperti krim dan
sejenisnya. Es krim adalah jenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan
tepung es krim atau dari campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula dengan atau
tanpa bahan makanan lain dan bahan makanan yang diijinkan (SNI, 1995). Ditinjau dari
kandungan gizi, es krim merupakan produk yang kaya kalsium dan protein karena bahan
utamanya adalah susu. Kalsium dan protein adalah zat gizi yang dibutuhkan semua usia oleh
karena itu es krim dapat dinikmati semua usia. Namun demikian dalam es krim juga
terkandung zat gizi lain yaitu karbohidrat dan lemak, dimana ke dua zat gizi ini merupakan
factor pembatas terutama bagi penggemar es krim yang sedang diet. Selain kandungan gizi,
factor yang berpengaruh terhadap tingkat kesukaan konsumen terhadap es krim adalah cita
rasa es krim. Kualitas es krim sangat dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan, bahan
tambahan makanan yang digunakan dan proses pembuatan maupun proses penyimpanan.
Menurut Ismunandar (2004) es krim mempunyai struktur berupa busa yaitu gas yang
terdispersi dalam cairan, yang diawetkan dengan pendinginan sampai suhu beku. Es krim
tampak sebagai wujud yang padu, tetapi bila dilihat dengan menggunakan mikroskop akan
tampak empat komponen penyusun yaitu padatan globula lemak susu, udara yang ukurannya
tidak lebih dari 0,1 mm, kristal-kristal kecil es, dan air yang melarutkan gula, garam dan
protein susu.
Permasalahan yang sering timbul pada proses pembuatan es krim adalah mutu yang
rendah. Mutu es krim biasanya dipengaruhi oleh sistem emulsi yang baik yaitu adanya
penyebaran cairan dalam cairan yang lain sehingga menghasilkan tekstur yang baik. Tekstur
es krim ditunjukkan dengan butiran es krim yang tergantung pada ukuran, bentuk dan
susunan butiran tersebut. Tekstur es krim dikatakan baik apabila butiran tersebut sangat halus
sehingga tidak terasa dalam mulut, kompak, keadaannya masih baik bila sampai pada
konsumen. Selain tekstur mutu es krim juga dipengaruhi oleh overrun, flavor dan daya leleh.
Faktor yang mempengaruhi kualitas es krim adalah komponen es krim dan cara
pengolahannya. Komponen es krim yang mempengaruhi kualitasnya adalah lemak, zat pada
susu bukan lemak (MSNF), gula, zat penstabil dan kuning telur. Selain komponennya, es
krim juga dipengaruhi oleh tahapan prosesnya terutama homogenisasi, pendinginan serta
pembekuan. Oleh karena itu, pada praktikum kali ini diberlakukan jenis lemak yang
digunakan dan penambahan air susu sserta bagaimana pengaruhnya terhadap kualitas es krim
yang dihasilkan.
Es krim dapat didefinisikan sebagai makanan beku yang dibuat dari produk susu
(dairy) dan dikombinasikan dengan pemberi rasa (flavor) dan pemanis (sweetener).
Es krim merupakan produk olahan susu yang dibuat dengan cara membekukan dan
mencampur bahan baku secara bersama-sama . Bahan yang digunakan adalah kombinasi susu
dengan bahan tambahan seperti gula dan madu atau tanpa bahan perasa dan warna , dan
stabilizer, bahan campuran es krim disebut ice cream mix (ICM), dengan pencampuran
bahan yang tepat dan pengolahan yang benar maka dapat dihasilkan es krim dengan kualitas
baik (Susilorini dan Sawitri, 2007).
Susu mengandung bermacam - macam unsur dan sebagian besar terdiri dari zat
makanan yang juga diperlukan bagi pertumbuhan bakteri. Oleh karenanya pertumbuhan
bakteri dalam susu sangat cepat, pada suhu yang sesuai. Jenis - jenis Micrococcus dan
Corybacterium sering terdapat dalam susu yang baru diambil. Pencemaran berikutnya timbul
dari sapi, alat-alat pemerahan yang kurang bersih dan tempat-tempat penyimpanan yang
kurang bersih, debu, udara, lalat dan penanganan oleh manusia.
Nilai gizi es krim sangat tergantung pada nilai gizi bahan baku yang digunakan, untuk
membuat es krim yang memiliki kualitas tinggi bahan bakunya perlu diketahui dengan pasti,
dengan menggunakan susu sebagai bahan utama pembuatan es krim maka es krim memiliki
sumbangan terbesar nilai gizinya. Dibalik kelembutan dan rasa manisnya, es krim terbukti
memiliki beberapa fakta gizi yang tidak terduga, keunggulan es krim yang didukung oleh
bahan utamanya yaitu susu tanpa lemak dan lemak susu maka es krim hampir sempurna
dengan kandungan gizi yang lengkap (Fitrahdini, 2010).
Pembuatan es krim menggunakan bahan tambahan yaitu bahan pengembang dan bahan
penstabil. Untuk bahan pengembang dapat digunakan baking powder (natrium bikarbonat)
yang merupakan bahan pengembang dan dipakai untuk meningkatkan volume dan
memperingan tekstur bahan makanan antara lain es krim. Fungsi lain bahan pengembang jika
ditambahan dengan adonan es krim karena natrium bikarbonat bereaksi dengan asam juga
digunakan sebagai obat untuk menetralkan asam lambung berlebihan (Anonymous, 2009).
Menurut Standar Nasional Indonesia, es krim adalah sejenis makanan semi padat yang
dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau campuran susu, lemak hewani maupun
nabati, gula, dan dengan atau tanpa bahan makanan lain yang diizinkan. Campuran bahan es
krim diaduk ketika didinginkan untuk mencegah pembentukan Kristal es yang besar. Secara
tradisional, penurunan temperatur campuran dilakukan dengan cara mencelupkan campuran
ke dalam campuran es dan garam. (Arbuckle, 2000).
Menurut Arbuckle (1986). Proses pembuatan es krim terdiri dari:
1. pencampuran,
2. pasteurisasi,
3. homogenisasi,
4. pendinginan,
5. aging atau penuaan,
6. freezing atau pembekuan,
7. hardening atau pengerasan, dan
8. penyimpanan
Menurut Reinders dalam Surya (2006), berdasarkan bentuk kemasannya, es krim dapat
dibedakan menjadi tiga bentuk utama, yaitu:
1. Cone. Cone terbuat dari adonan biskuit yang berbentuk kerucut. Es krim semula hanya dapat
dijual di toko kue atau restoran karena ditempatkan di mangkuk atau dijadikan minuman.
Semenjak cone ditemukan, es krim dapat dijual lebih luas di jalan - jalan.
2. Cup. Kemasan bentuk cup berawal dari gelas karton untuk minuman yang dikembangkan
menjadi wadah untuk es krim. Es krim didalamnya dimakan dengan menggunakan sendok
kayu.
3. Stik. Es krim dikemas dengan menempel pada tungkai kayu yang panjang didalamnya.
Ujung kayu yang lain dapat dipegang oleh konsumen sehingga mempermudah
pengkonsumsian tanpa mengotori tanga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembekuan
Pembekuan merupakan salah satu pengolahan/pengawetan dengan suhu rendah.
Prinsip dasar pengawetan dengan menggunakan suhu rendah adalah memperlambat
kecepatan reaksi metabolisme dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme penyebab
kebusukan dan kerusakan. Prinsip yang pertama dapat kita pahami karena setiap penurunan
suhu sebesar 8°C maka kecepatan reaksi metabolisme berkurang setengahnya. Jadi, semakin
rendah suhu penyimpanan maka bahan pangan akan semakin lama rusaknya, atau dengan
kata lain bahan pangan akan semakin awet. Prinsip yang kedua akan efektif jika bahan
pangan dibersihkan dulu sebelum didinginkan. Hal ini dimaksudkan bahan pangan yang akan
disimpan sedapat mungkin terbebas dari kontaminan awal, terutama mikroorganisme dari
golongan psikrofilik yang tahan suhu dingin. Dapat disimpulkan bahwa menyimpan makanan
pada suhu rendah (pada lemari es atau lemari beku) dapat mengurangi kerusakan makanan
dan memper- lambat proses pelayuan. Suhu dingin juga membatasi tumbuhnya bakteri yang
merugikan.
Pembekuan adalah suatu unit operasi di mana suhu makanan dikurangi di bawah titik
pembekuan dan bagian air mengalami perubahan untuk membentuk kristal-kristal es.
Dengan pembekuan makanan dapat awet yang dicapai melalui kombinasi dari suhu rendah,
berkurangnya aw, dan perlakuan pendahuluan melalui blansir. Perubahan gizi dan mutu
organoleptik hanya sedikit apabila prosedur pembekuan dan penyimpanan diikuti. ( Sri Rini,
2008)
B. Pengaruh Pembekuan pada Mikroorganisme
Pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan pada suhu di bawah -12oC belum dapat
diketahui dengan pasti. Jadi penyimpanan makanan beku pada suhu sekitar -18 dan di
bawahnya akan mencegah kerusakan mikrobiologis dengan syarat tidak terjadi perubahan
suhu yang besar. Walaupun jumlah mikroorganisme biasanya menurun selama pembekuan
dan penyimpanan beku (kecuali spora), makanan beku tidak steril dan sering cepat
membusuk seperti produk yang tidak dibekukan. Pembekuan dan penyimpanan makanan
beku mempunyai pengaruh yang nyata terhadap kerusakan sel mikroorganisme. Jika sel
yang rusak tersebut mendapat kesempatan untuk menyembuhkan dirinya, maka pertumbuhan
yang cepat akan terjadi jika lingkungan sekitarnya memungkinkan.
Adapun alat yang dapat membekukan bahan pangan biasa disebut freezer. Faktor-
faktor yang mempengaruhi laju pembekuan adalah cara pembekuan (cepat atau lambat), suhu
yang digunakan, sirkulasi udara (refrigerant), ukuran dan bentuk pembungkus, serta jenis
komoditi. Ada 3 cara pembekuan cepat, yaitu: pencelupan bahan ke dalam refrigerant, contoh
pembekuan ikan dalam larutan garam dan buah beri dalam sirup, kontak tidak langsung
dengan refrigerant; serta air-blast freezing dengan udara dingin: - 17,8-(-34,4) oC.
Faktor-faktor dasar yang mempengaruhi mutu akhir dari makanan beku adalah:
1. Mutu bahan baku yang digunakan termasuk vari-tas, kematangan, kecocokan untuk
dibekukan dan disimpan dalam keadaan beku.
2. Perlakuan sebelum pembe- kuan seperti blansir, peng- gunaan SO2, atau asam askorbat
(vitamin C).
3. Metode dan kecepatan pembekuan yang dipakai.
4. Suhu penyimpanan dan fuktuasi suhu.
5. Waktu penyimpanan.
6. Kelembaban lingkungan tempat penyimpanan, terutama jika makanan tidak dikemas.
7. Sifat-sifat dari setiap bahan pengemas
C. Ice cream
Es krim merupakan salah satu produk olahan susu yang dibuat dengan cara
satu atau lebih bahan tambahan lain seperti gula dan madu dengan atau tanpa
stabilizer. Campuran tersebut akan membentuk sistem emulsi beku. Oleh karena
itu, mutu es krim yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh cara pengolahan dan
bahan baku termasuk stabilizer yang digunakan (Sinurat et al., 2006). Jumlah
protein di dalam es krim cukup tinggi. Protein tersebut sebagian besar berasal
dari susu yang mengandung protein hewani yang sangat baik dan sisanya berasal
lowfat ice cream, light ice cream, reduced fat ice cream, soft serve ice cream,
economy ice cream, deluxe ice cream, sherbet, dan ice (Marshall dan Arbuckle,
2000). Komposisi dari beberapa jenis es krim tersebut sangat bervariasi, menurut
Mc Sweeney & Fox (2009), komposisi es krim paling baik adalah 12% lemak,
padatan susu tanpa lemak 11%, gula 15%, bahan penstabil dan pengemulsi 0,3%
1 Keadaan:
Penampakan - Normal
Bau - Normal
Rasa - Normal
sebagai sukrosa
6 Bahan tambahan
makanan:
Pemanis buatan -
Pemantap dan -
pengemulsi
7 Cemaran logam:
(As)
9 Cemaran mikroba:
total 105
2.2 Melorine
Es krim imitasi atau lebih dikenal dengan nama melorine adalah salah satu jenis
makanan pencuci mulut dalam bentuk beku yang mirip dengan es krim dan
bahan kering tanpa lemak, bahan pemanis, bahan penstabil, dan bahan
pengemulsi. Lemak susu (krim) merupakan sumber lemak yang paling baik untuk
tambahan makanan karena telah ditambahkan penguat cita rasa yang dapat
Menurut Harris (2011), es krim yang baik harus memenuhi persyaratan komposisi
umum Ice Cream Mix (ICM) atau campuran es krim seperti pada Tabel 2 berikut.
Air 55-64
krim. Jumlah bahan yang digunakan menentukan total padatan pada es krim.
Total padatan yang rendah menyebabkan jumlah air yang membeku semakin
besar sehingga udara yang terperangkap pada es krim sedikit dan pengembangan
es krim akan terbatas, akibatnya overrun es krim rendah (Arbuckle, 1986). Bahan
baku yang digunakan dalam proses pembuatan es krim antara lain susu, lemak
2.4.1 Susu
Susu adalah hasil pemerahan dari hewan ternak sapi atau dapat pula berasal dari
hewan ternak menyusui lainnya yang diperah secara kontinyu dan komponen-
dengan bahan tambahan lain. Komponen utama penyusun susu terdiri dari air,
yang terkandung dalam susu yang jumlahnya sedikit tetapi penting antara lain
Air,% 83,3
Protein,% 3,2
Lemak,% 4,3
Karbohidrat,% 3,5
Kalium,mg/100g 4,3
Kalsium,mg/100g 143,3
Fosfor,mg/100g 60,0
Besi,mg/100g 1,7
Vitamin A, Si 130,3
Lemak pada umumnya tersusun dari trigliserida yang merupakan gabungan dari
gliserol dengan asam-asam lemak. Lemak susu tersusun dari 75% lemak yang
bersifat jenuh, 20-35% lemak yang bersifat tidak jenuh, dan sekitar 4% asam
lemak tak jenuh ganda. Komponen mikro lemak susu antara lain fosfolipid,
menjadikan tekstur es krim lebih baik, memberikan rasa lembut pada es krim, dan
3 Bahan Pemanis
Bahan pemanis ditambahkan pada proses pembuatan es krim dengan tujuan untuk
memberikan rasa manis. Bahan pemanis juga dapat menurunkan titik beku.
Contoh bahan pemanis antara lain gula, berbagai macam sirup, madu, dextrosa,
laktosa, fruktosa, dan lain-lain. Setiap jenis gula yang digunakan akan
memberikan hasil yang berbeda karena memiliki tekstur dan tingkat kemanisan
yang berbeda. Pemanis memiliki peran penting dalam kandungan padatan es krim.
Derajat kemanisan dalam es krim ditentukan oleh penambahan pemanis. Hal ini
disebabkan pemanis memiliki efek menurunkan titik beku dan mengontrol jumlah
air beku dalam es krim serta kelembutan dari produk akhir (Andreasen dan
Nielsen, 1998). Pemanis yang umum digunakan dalam pembuatan es krim adalah
(palatabilitas) suatu makanan, yaitu dengan menutupi cita rasa yang tidak
(Arbuckle,1986).
Industri produk pangan yang berkembang saat ini menambahkan pemanis buatan
pada makanan. Selain bertujuan untuk meningkatkan cita rasa pada makanan,
diabetes. Salah satu pemanis buatan yang umum digunakan dalam industri
pangan adalah aspartam. Aspartam termasuk dalam pemanis buatan yang aman
Bahan penstabil (stabilizer) merupakan salah satu jenis bahan aditif yang
atau mencair, dan memperbaiki sifat produk. Bahan penstabil yang ditambahkan
pengadukan dalam proses pencampuran bahan baku es krim (Chan, 2010). Cara
terdispersi, sehingga senyawa yang tidak larut akan lebih mudah terdispersi dalam
dalam proses pembuatan es krim antara lain gum arab, gelatin, agar, natrium
alginat, pektin, karagenan dan Carboxy methyl cellulose (CMC). Bahan penstabil
2.5.1 Pasteurisasi
empat metode yaitu batch system pada suhu 68°C selama 25-30 menit, HTST
(High Temperature Short Time) pada suhu 79°C selama 25-30 detik, UHT (Ultra
2.5.2 Homogenisasi
permukaan selama proses pembekuan dan untuk memperoleh tekstur yang halus.
Homogenisasi susu dilakukan pada suhu 70°C setelah pasteurisasi sebelum proses
mixing menjadi dingin dengan suhu minimum 35°C. Manfaat homogenisasi yaitu
2.5.3 Pendinginan
Setelah proses homogenisasi, emulsi didinginkan pada suhu 4°C. Efek utama dari
homogenisasi, dan pendinginan dilakukan selama kurang lebih satu jam sepuluh
2.5.4 Aging
selama 3-24 jam dengan suhu 4,4°C atau di bawahnya. Tujuan aging yaitu
memberikan waktu pada stabilizer dan protein susu untuk mengikat air bebas,
sehingga akan menurunkan jumlah air bebas. Perubahan selama aging yaitu
viskositas, campuran jadi lebih stabil, lebih kental, lebih halus, dan tampak