Anda di halaman 1dari 9

PERKEMBANGAN SOSIAL BANGSA INDONESIA PADA

MASA ORDE BARU

Nama: Iqlima Luana


Kelas: XII IPS 3
SMAN 8 KOTA JAMBI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, tuhan sekalian alam yang selalu melimpahkan petunjuk

rahmat serta hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan

judul "PERKEMBANGAN SOSIAL BANGSA INDONESIA PADA MASA ORDE".

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih

terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penulisan dan penyusunan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan sumbangan

pemikiran berupa kritik dan saran dan pembaca yang sifatnya membangun yang akan penulis

terima dengan senang hati demi penyempurnaan karya tulis ini dimana yang akan datang.

Jambi,10 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar ……………………………………………………………………………… 1

Daftar isi ……………………………………………………………………………………. 2

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………………………. 3

A.Latar Belakang …………………………………………………………………….. 3

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………….. 4

A. Pluralisme ………………………………………………………………………… 4

B. Keluarga Berencana ………………………………………………………………. 4

C. Pendidikan ………………………………………………………………………… 5

D. Kritik Terhadap Orde Baru ……………………………………………………….. 6

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………….. 7

A.Kesimpulan ………………………………………………………………………… 7

B. Saran ………………………………………………………………………………. 7

BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Orde baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Jenderal Soeharto di

indonesia. Orde baru menggantikan orde lama yang merujuk kepada era pemerintahan

Soekarno. Lahirnya orde baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret

1966. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu

tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan

praktik korupsi yang merajalela dan pengekangan kebebasan berpendapat. Meski telah

merdeka, Indonesia pada tahun 1950 hingga 1960-an berada dalam kondisi yang relatif tidak

stabil. Bahkan setelah Belanda secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun

1949, keadaan politik maupun ekonomi di Indonesia masih labil karena ketatnya persaingan

di antara kelompok-kelompok politik. Keputusan Soekarno untuk mengganti sistem parlemen

dengan Demokrasi Terpimpin memperparah kondisi ini dengan memperuncing persaingan

antara angkatan bersenjata dengan Partai Komunis Indonesia, yang kala itu berniat

mempersenjatai diri. Sebelum sempat terlaksana, peristiwa Gerakan 30 September terjadi dan

mengakibatkan diberangusnya Partai Komunis Indonesia dari Indonesia. Sejak saat itu,

kekuasaan Soekarno perlahan-lahan mulai melemah.

Berikut dua hal yang menjadi faktor pendorong keberhasilan pemerintah orde baru dalam

melaksanakan perbaikan kesejahteraan rakyat. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari:

● Penurunan angka kemiskinan

● Penurunan angka kematian bayi

● Peningkatan partisipasi pendidikan dasar

BAB II
PEMBAHASAN

A.PLURALISME

Pluralisme merupakan paham yang menghargai adanya perbedaan dalam

suatu masyarakat dan memperbolehkan kelompok yang berbeda tersebut untuk tetap menjaga

keunikan budayanya masing-masing. Orde baru yang represif tentu tidak setuju dengan

prinsip multikultural dan pluralisme ini. Bagi orde baru yang penting adalah pertumbuhan

ekonomi, segala sesuatu diukur dalam keberhasilan ekonomi. Wacana ini ditutup serapat

rapat nya dengan isu SARA. Orde baru membenturkan antara satu kelompok dan kelompok

lain demi melanggengkan kekuasaan. Orde baru hanya melayani kelompok yang memberikan

kenyamanan dan menjanjikan kestabilan dan keamanan negara.

Masa orde baru yang represif membuat kita tidak pernah mendiskusikan hal hal yang

sensitif ini dengan alasan SARA. Politik orde baru mematikan semua bentuk pemikiran kritis,

kreatif dan inovatif dalam upaya upaya merajut damai. Semua orang dibungkam untuk tidak

membicarakan isu SARA demi keamanan dan kestabilan nasional yang ternyata semu itu.

B. KELUARGA BERENCANA

Di era orde baru program KB sangat berjaya karena mendapat dukungan langsung dari

Presiden Soeharto. Pada waktu itu, seluruh jajaran Departemen/kementrian hingga Gubernur,

Bupati/Walikota, Camat dan Lurah, serta TNI sangat berkomitmen dalam melaksanakan

program keluarga berencana. Tak hanya dukungan dari dalam negeri, dukungan dana dari

luar negeri dan Bank Dunia sangat besar. Selama masa itu, promosi program KB berhasil

menggugah seluruh masyarakat hingga ke pelosok-pelosok Indonesia.

Pada tahun 1970 hingga 1980, penyelenggaraan program KB Nasional dikenal dengan

sebutan “Management for the People”. Pada periode ini,pemerintah lebih banyak berinisiatif
dan partisipasi masyarakat sangat rendah. Pasalnya, program ini sangat berorientasi target

dan implementasinya sehingga terkesan kurang demokratis dengan hadirnya TNI dan Polisi

pada pelaksanaan kegiatan seperti KB massal. Seiring berjalannya waktu, implementasi

program yang bersifat “top-down approach” ini berubah menjadi Gerakan Keluarga

Berencana di tahun 1980-an. Pola kebijakan program KB Nasional berubah menjadi

“Management with the People”. Unsur pemaksaan dikurangi dan masyarakat dibebaskan

untuk memilih kontrasepsi yang ingin dipakainya. Program KB di era Orde Baru ini berhasil

mencapai target nasional.Keberhasilannya juga diakui oleh dunia internasional dengan

diperolehnya penghargaan United Nation (UN) Population Award oleh UNFPA pada tahun

1989.

C. PENDIDIKAN

Pendidikan pada masa orde baru terdiri dari pendidikan pancasila, pendidikan agama dan

pendidikan kewarganegaraan. Kurikulum pada masa orde baru terdiri dari kurikulum 1968

berisi kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar dan kecakapan khusus,

penekananya hanya dalam segi intelektual lalu ada kurikulum 1975 ditekankan agar lebih

efektif dan efisien berdasarkan MBO (Management by objective) selanjutnya kurikulum 1984

berisi process skill approach model CBSA (cara belajar siswa aktif) atau SAL (Student

Active Learning), kurikulum 1994 berisi muatan nasional dan muatan lokal. Jenis pendidikan

pada masa orde baru terdiri atas pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non

formal. Jalur pendidikan pada masa orde baru terdapat jalur sekolah dan jalur luar sekolah.

Jenjang pendidikan pada masa orde baru terdiri dari jenjang pra sekolah, jenjang pendidikan

dasar, jenjang pendidikan menengah dan jenjang pendidikan tinggi. Sistem pendidikan pada

masa orde baru terdapat perubahan dari orde lama pada pelaksanaannya kegiatan pendidikan

pada era ini difungsikan sebagai instrumen pembangunan ekonomi nasional, kebijakan
pendidikan semuanya terpusat, pendidikan diselenggarakan dengan otorita kekuasaan

administratif birokratis dan penyeragaman kurikulum juga diikuti dengan penyeragaman

metode mengajar dan sistem evaluasi, yaitu Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

D. KRITIK TERHADAP ORDE BARU

Pemerintah Orde Baru sangat berkuasa untuk mengatur dan mengendalikan

kehidupan pers. Demikian perkasanya pemerintah Orde Baru sehingga pers

tidak mampu secara maksimal memberikan kritik-kritik soal sebagai fungsi

utama yang harus diemban pers. Bagi pers yang berani mengkritik pemerintah, resiko

pembredelan dan peringatan menjadi kenyataan yang tak terbantahkan. Dalam kondisi yang

demikian pers pada masa Orde Baru benar-benar “tiarap” dan mencari modus operandi baru

tentang cara menyampaikan kritik sosial yang luwes namun kena sasaran. Penelitian ini

berhasil merekam kritik-kritik sosial yang dilakukan pers pada masa Orde Baru dalam

peristiwa-peristiwa tertentu. Peristiwa-peristiwa yang dimaksud adalah masa konsolidasi

Orde Baru (1966-1974), pemilihan umum (PEMILU) tahun 1971, malapetaka 15 Januari

(MALARI) tahun 1974, kasus Tanjung Priok tahun 1984, Petisi 50 tahun 1980-an, dan kasus

KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) di tubuh BAPINDO (Bank Pembangunan Indonesia)

pada tahun 1990-an. Dengan melakukan analisis isi terhadap beberapa surat kabar, di

antaranya adalah Mahasiswa Indonesia dan Pikiran Rakyat di Bandung, serta Kompas,

Indonesia Raya, Merdeka, Pelita, dan Republika di Jakarta, penelitian ini menunjukkan

bahwa kritik-kritik sosial yang dilakukan pers pada masa Orde Baru itu tetap ada betapapun

dengan menggunakan bahasa yang samar-samar dan kritik itu disampaikan dengan cara

berputar-putar, tidak langsung ke sasaran. Ada juga kritik yang keras, seperti yang

disampaikan oleh mingguan Mahasiswa Indonesia di Bandung dan harian Indonesia Raya di
Jakarta, namun nasib pers dengan kritik yang seperti itu justru tragis karena tidak diberi hak

hidup oleh pemerintah Orde Baru.

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

Tekad awal Orde Baru pada awal kemunculannya pada tahun 1966 adalah akan

melaksanakan Pancasila & UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam tatanan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

B.Saran

kita sebagai masyarakat Indonesia khususnya para generasi muda yang akan yang akan

membangun bangsa kedepan, harus mengetahui perkembangan kehidupan masyarakat baik

dari segi kehidupan sosial ekonomi maupun dari segi kehidupan sosial budaya. Karena itu

dapat memperkuat jati diri kita sebagai generasi penerus demi membangun suatu Bangsa dan

Negara.

Anda mungkin juga menyukai