Disusun oleh :
KELOMPOK 3
1. Isnaini Handayani (06051181722007)
2. Liana Anisa Putri (06051281722019)
3. Rama Feriza (06051281722028)
4. Shania Nurizka Putri (06051281722027)
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun dengan baik dan selesai tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada Bapak Drs. Emil El Faisal, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu Politik
Hukum yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
memberikan pengalaman bagi para pembaca untuk kedepannya dan dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah ini agar lebih baik lagi.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen, demi
tercapainya makalah yang sempurna.
Penyusun
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
Daftar Isi.......................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................
5.1 Kesimpulan........................................................................................................................
5.2 Saran...................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Politik merupakan salah satu pokok bahasan yang sering kali kita konotasikan dengan
kekuasaan, hal ini tentu tidak dapat kita pungkiri sebab politik dan kekuasaan bagaikan dua
sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Akan tetapi disisi lain, masyarakat kita juga
acapkali memandang politik sebagai sesuatu yang sangat kotor dan licik. Poitik adalah
kemahiran, kemahiran tentang hal-hal yang mungkin.
Dalam dunia perpolitikan baik zaman dahulu maupun zaman sekarang, sudah barang
tentu memiliki strukturpolitik tersendiri yang semakin lama semakin kompleks. Hal ini dapat
terjadi karena sifat manusia yang sangat dinamis dan menghendaki segala sesuatunya
menjadi lebih baik. Bagaikan sebuah bangunan yang memiliki kerangka struktur tersendiri
yang digunakan sebagai acuan dalam menjaga stabilitas bangunan, agar setiap komponen
dapat bekerja secara maksimal, maka politikpun memiliki kerangka tersendiri, dimana
kerangka tersebut digunakan agar setiap komponen-komponen yang berada
didalam politik dapat saling memperngaruhi dan saling membantu.
Oleh karena itulah pada pembuatan makalah ini, selain untuk memenuhi nilai pada mata
kuliah Ilmu Politik, juga untuk mengetahui bagaimanakah struktur politik dan bagaimanakah
fungsinya dalam sebuah pemerintahan. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
berbagai informasi mengenai struktur politik secara umum.
PEMBAHASAN
Politik merupakan salah satu pokok bahasan yang sering kali kita konotasikan dengan
kekuasaan, hal ini tentu tidak dapat kita pungkiri sebab politik dan kekuasaan bagaikan dua
sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Akan tetapi disisi lain, masyarakat kita juga
acapkali memandang politik sebagai sesuatu yang sangat kotor dan licik. Poitik adalah
kemahiran, kemahiran tentang hal-hal yang mungkin.
Dalam dunia perpolitikan baik zaman dahulu maupun zaman sekarang, sudah barang
tentu memiliki strukturpolitik tersendiri yang semakin lama semakin kompleks. Hal ini dapat
terjadi karena sifat manusia yang sangat dinamis dan menghendaki segala sesuatunya
menjadi lebih baik. Bagaikan sebuah bangunan yang memiliki kerangka struktur tersendiri
yang digunakan sebagai acuan dalam menjaga stabilitas bangunan, agar setiap komponen
dapat bekerja secara maksimal, maka politikpun memiliki kerangka tersendiri, dimana
kerangka tersebut digunakan agar setiap komponen-komponen yang berada
didalam politik dapat saling memperngaruhi dan saling membantu.
Struktur politik berasal dari dua kata yaitu, struktur dan politik.Struktur berarti badan
atau organisasi, sedangkan politik berarti urusan Negara.Jadi secara harafiah struktur politik
adalah badan atau organisasi yang berkenaan dengan urusan Negara. Untuk itu struktur
politik selalu berkenan dengan alokasi nilai-nilai yang bersifat otoritatif, yaitu yang
dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan. Menurut Muhtar Afandi,
kekuasaan adalah kapasitas, kapabilitas, atau kemampuan untuk mempengaruhi, meyakinkan,
mengendalikan, menguasai dan memerintah orang lain.
Struktur Politik
Struktur politik dapat dibedakan dalam system, proses, dan aspek-aspek kebijakan. Struktur
system merujuk pada organisasi dan institusi yang memelihara atau mengubah
(maintainorchange) struktur politik, dan secara khusus struktur menampilkan fungsi-fungsi
sosialisasi politik, rekrutmen politik, dan komunikasi politik. Ketiga fungsi ini hampir selalu
ada dalam system politik.
Lembaga yang dipergunakan dalam melaksanakan fungsi sosialisasi politik ini adalah
banyak menggunakan lembaga masyarakat yang sejak awal merupakan lembaga yang
menjadi tempat beintraksinya masyarakat dalam rangka melakukan pembinaan dan
pengembangan nilai, norma, pengetahuan, teknologi serta informasi bagi masyarakat
luas. Lembaga ini adalah meliputi antara lain, Lembaga Keluarga, sekolah, Gereja, Institusi
pemerintah atau swasta, media komunikasi dan institusi lainnya.
Tujuan yang hendak dicapai dari rekruitmen politik adalah terpilihnya penyelenggara
politik (pemimpin pemerintahan negara) dari tingkat pusat hingga tingkat terbawah
(lurah/Desa) yang sesuai dengan kriteria (persyaratan) yang telah ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan atau yang ditentukan melalui konvensi (hukum tidak
tertulis) yang berlaku dalam masyarakat (rakyat) Indonesia.
Masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban menjadi obyek dalam rekruitmen
politik adalah seluruh masyarakat Indonesia yang sah sebagai warga negara Indonesia
berdasarkan UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya. Dengan kata lain setiap
WNI, baik pria mapun wanita dengan tampa membedakan suku, agama, ras, warna kulit dan
lain-lainnya, memiliki kedudukan yang sama untuk memperoleh kesempatan mengikuti
rekruitmen politik diseluruh tingkatan (hirarki) atau struktur politik yang ada
1. STRUKTUR FISKAL
Salah satu pengaruh yang menandai struktur fiskal ialah dengan mengatahui kondisi fisik,
misalnya geografis dan demografis.
(1) Struktur Geografis
“politik Negara adalah didalam geografinya”. Pameo Napoleon mengungkapkan sebuah ide
yang bisa disusur mundur sampai abad ke lima sebelum Masehi di dalam tulisan
Hippocrates Treatise on Airs, Waters, dan Places.
Kaum konservatif, fasis, liberal, Marxis- mereka mengakui bahwa politik tergantung dari
geografi, akan tetapi mereka tidak sependapat dengan tingkat ketergantungan. Bagi Maurice
Barres (1862-1923), politik didasarkan ‘pada bumi dan mayat’, yang berarti bahwa atas
geografi dan sejarah, dimana keduanya sangat bergantung pada yang pertama.
Secara umum, pengaruh geografi tidak dapat dipisahkan dari penemuan-penemuan teknologi
manusia, yang memungkinkannya mengatasi kesulitan-kesulitan dari lingkungan-lingkungan
alaminya. Bagi masyarakat primitive fenomena politik tergantung pada kondisi geografik,
sedangkan dalam Negara-negara modern ketergantungan akan kondisi geografik berkurang.
1) Iklim
Teori awal tentang hubungan antara geografi dan politik berpusat pada iklim, teori ini
berawal dari Ariestoteles sampai Montesquieu cenderung melihat bahwa pengaruh geografi
terhadap fenomena politik atas cara yang sama.
Paham-paham popular tentang pengaruh politik dari iklim memberikan sedikit perubahan dari
teori-teori tradisional. Misalnya, pada abad ke sembilanbelas seorang ahli sejarah Prancis
Jules Michelet menekankan peranan panas dan pengaruhnya pada revolusi 1789 yang mana
terjadi pada bulan Mei dan September (dalam tesisnya). Tesisnya ini dipakai untuk revolusi
1830 (Juli) dan hari-hari Juni (1848), akan tetapi itu tidak terjadi bagi pecahnya Revolusi
1848 pada bulan Februari.
Pengaruh langsung iklim terhadap fenomena politik tidak dapat disangkal secara langsung,
juga tidak gamapang dan tidak seabsolut sangkaanAriestoteles dan Montesquieu. Dalam hal-
hal tertentu, pengaruh politik terlihat dengan jelas karen ada factor – factor lain yang
diperhitungkan.
Terjadinya iklim yang berbeda-beda hapir semua tidak diperkenankan pada perkembangan
politik atau sosial.
Yang dimaksud sumber-sumber alam yaitu semua benda-benda yang disediakan bumi yang
diperlukan bagi eksistensi fiscal manusia. Macamnya sumber-sumber alam ada dua yaitu
sumber-sumber yang berasal dari binatang dan sumber-sumber yang berasal dari tumbuhan,
sedangkan sumber mineral menjadi kebutuhan pokok dengan perkembangan industry. Pada
hakikatnya, sebagaimana teori iklim, pembuatan tentang teori sumber-sumber alam sudah
lama bersifat psikologis, yang artinya sampai tingkat tertentu akan tetap hingga saat ini yang
dilakukan berdasarkan suatu kontradiksi mendasar.
Iklim dan sumber alam tidak dapat dipisahkan dari factor geografikal lain, misal tentang
ruang teritorial. Para ahli geografi semakin yakin bahwa studi tentang ruang hidup adalah
salah satu cabang yang penting. Ruang alami tempat aktivitas manusia berkembang bisa
dipelajari dari tiga tilik yaitu pembatasan masyarakat, susunan internal dari masyarakat dalam
batasan-batasan tertentu, dan lokasi masyarakat bisa terhubung alias strategis untuk
berkomunikasi.
Ruang geografi merupakan suatu bentuk besar untuk bisa dibagi-bagi atau dikecilkan
sehingga membuat ruang geografi bersifat ilusi akibat terdapat interpretasi yang berbeda
daripada aslinya. Akan tetapi pembagian-pembagian tertentu didasarkan pada factor
geografis. Contohnya pulau, ..
Pengaruh politik dari pembagian geografis senantiasa dianggap penting. Adanya rintangan
alami terhadap invasi mempunyai arti yang sama agak berkurang kepentingannya.
2) Kontak-kontak
Secara politik, kontak antar masyarakat dalam saat – saat tertentu sangatlah penting, dan
kontak ini bergantung pada sebagaian dari factor-faktor geografis.
(2) Struktur Demografis
a. Jumlah penduduk
Perbedaan antara negera-negara besar dan kecil terkenal bagi penulis-penulis purba sebelum
menjadi kabur sebelum abad Sembilan belas oleh perkembangan teori-teori hukum tentang
kedaulatan nasional dan persamaan hak. Dari sudut teoritis, bahwa hakikat fenomen apolitik
berubah menurut besarnya suatu komunitas dan perbedaan dasar yang memisahkan makro
politik darimikro politik.
Besarnya suatu komunitas tergantung pada besarnya jumlah penduduk. Sedangkan ukuran
territorial menjadi urutan kedua dalam skala kepentingan.
2) Masalah-masalah makropolitik
Kekuasaan politik yang besar dalam komunitas besar memunculkan masalah besar yaitu
mengenai birokratisasi dan desentralisasi.
Dalam birokrasi tidak terbatas pada eselon kekuasaan atas. Organisasi-organisasi politik yang
berusaha menjadi komunitas besar yang mana hubungan manusianya tidak kurang
birokratiknya. Sedangkan dalam partisipasi asli oleh para warga dalam mencapai keputusan
dibagi-bagi menjadi kelompok yang lebih kecil yang keudian inilah yang disebut
desentralisasi. Jika desentralisasi diketahui hanya mengatur suatu pemerintahan atau
sebagainya dengan pengaturan kekuasaan secara regional, desentralisasi didalam pemerintah
yang sentralis ada kebutuhan bagi kekuasaan untuk memiliki markas-markas lokalnya.
Desentralisasi telah menjadi salah satu masalah besar dalam komunitas besar.
b. Tekanan demografis
Adalah suatu paham bahwa didalam negera yang memiliki jumlah penduduk besar akan
sering terjadi kesenjangan sosial dan rawan perang. Bahkan Ariestoteles dan Plato percaya
bahwa pertumbuhan penduduk yang berlebihan akan menumbuhkankerusuhan-kerusuhan
sosial. Pada tahun 1814 dan 1914, penduduk Eropa menjadi dua kali lipat, kemudian perang-
perang besar pada pertengahan abad keduapuluh terjadi, ini merupakan sebuah bukti tentang
teori adanya tekanan demografik. Namun, teori tekanan demografik terbuka terlihat dalam
bentuknya yang simplistic. Missal, negeri – negeri dengan penduduk paling padat bukanlah
negeri yang paling bernafsu untuk perang. Contoh negaranya ialah China, Negara tersebut
memiliki penduduk yang padat dan rakyatnya hidup dengan damai selama berabad-abad.
Pertumbuhan penduduk umum bergerak pada tingkatan yang berbeda dalam setiap Negara,
Negara dengan pertumbuhan yang relative rendah terdapat di Negeri-negeri industry dan
pertumbuhan cepat terdapat pada negeri-negeri terbelakang, sehingga menempatkan negeri
tersebut pada situasi kritis.
Ekuilibrium masyarakat primitive diibaratkan sebuah komunitas yang berasal dari kombiasi
antara tingkat kelahiran dan tingkat kematian yang disebut the sturgeon
equilibrium. Sedangkan dalam masyrakat modern atau maju terdapat dua situasi yang
berbeda yaitu tentang tingkat kemajuan yang menurun tajam dan tingkat kelahiran yang
cenderung turun akibat factor biologis yang belum sepenuhnya dipahami efek-efeknya.
Situasi dalam Negara terbelakang berasal dari kenyataan bahwa keseimbangan penduduk
primitive telah terganggu sedangkan keseimbangan di Negara industry belum tercapai.
Misalnya pengenalan hukum-hukum dasar pengobatan dan higina, dan terutama pengenalan
cara-cara mudah dan murah untuk melawan penyakit menular.
Akibat dari ketidak seimbangan demografis ini terjadi ketika kebutuhan pertumbuhan
penduduk yang cepat membuatnya sangat sulit untuk menyiapkan persediaan pangan pada
tingkat biasa.
Sepanjang sejarah, para pengamat dikejutkan oleh fakta bahwa tingkat kelahiran lebih rendah
di kelas-kelas orang kaya daripada orang-orang miskin, sedangkan pendapat masa kini perasa
pesimis dengan dengan tingkat pertumbuhan penduduk lebih cepat dikalangan orang-orang
miskin. Mereka berpendapat demikian dengan pertimbangan bahwa orang-orang miskin
paling tinggi tingkat buta hurufnya dan pada umumnya kurang maju secara intelektual.
c. Komposisi penduduk
3) Distribusi geografis
Kepadatan rata-rata penduduk tidak berarti apa-apa dalam dirinya. Konsekuensi politis dari
distribusi penduduk yang tidak merata berbeda-beda tergantung dari Negara-negaranya. Pada
umumnya kemerataan yang sudah tercipta lama, tradisional tidak terlalu banyak
menghasilkan gema-gema selain melebih-lebihkan ketidakseimbangan yang ada.
2. STRUKTUR SOSIAL
Struktur sosial merupakan lawan dari struktur fisik (geografis dan demografis) yaitu buatan
manusia dan bukan alam. Seperti penemuan material (alat, mesin), sistem hubungan kolektif
(perusahaan, sistem matrimonial), dan bahkan doktrin dan kebudayaan (marxisme dan
humanism barat). Dari definisi tersebut struktur sosial dibagi menjadi tiga golongan yaitu :
1. Keterampilan teknologi
Keterampilan teknologi adalah cara-cara yang dipergunakan manusia untuk mengolah benda-
benda, alat-alat, mesin, dan seterusnya untuk menguasai alam ataupun manusia. Beberapa
penemuan satu setengah abad yang lalu, kemajuan teknologi mampu membalikan kehidupan
manusia yang menimbulkan adanya apa yang kita sebut sebagai negara-negara terbelakang
dan negara-negara maju. Hal ini dikarenakan Ketrampilan teknologi berpengaruh terhadap
pembangunan ekonomi, kultur suatu negara dan berpengaruh pula terhadap kehidupan politik
suatu negara.
Revolusi teknologi menghasilkan revolusi ekonomi yang ditandai oleh peningkatan tingkat
produksi dan konsumsi. Revolusi ekonomi ini sendiri menghasilkan revolusi kebudayaan.
Kemajuan teknologi menghapuskan perbedaan dalam geografi alami (struktur fiskal) dimana
perbedaan-perbedaan alami ini dibatasi oleh perbedaan dalam perlengkapan teknologi. Dalam
arti ini kualitas berbeda dari kondisi-kondisi geografis tidak berkurang dengan adanya
kemajuan teknologi bahkan cenderung meningkat.
Namun ada yang mengkritik kebudayaan modern karna arti fisial dan superfisial dan
mempertentangkannya dengan kebudayaan yang lebih mendalam dan otentik dari masyarakat
tradisional. Akan tetapi kultur modern jauh lebih rundimenter dan pada waktunya secara
perlahan-lahan menembusi masyarakat dan berkembang pesat.
Kelangkaan merupakan hukum umum yang menyebabkan ketidak adilan sosial, disini
kemajuan teknologi berperan untuk melemahkan efek dari ketidak adilan sosial tersebut
dengan mengurangi satu penyebab antagonisme sosial yaitu kelangkaan dari barang-barang
konsumsi.
Seperti untuk maslah politik modern, Tidaklah mungkin untuk menjelaskan kepada parlemen
atau masyarakat luas, perincian yang banyak jumlahnya dan rumit dalam membangun suatu
rencana yang komprehensif. Akan tetapi mungkin untuk mempformulasikan secara sangat
jelas opsi-opsi dasar yang bisa diperoleh dan arti masing-masingnya. Para warga dan wakil-
wakilnya dengan demikian bisa membuat pilihan dan membuatnya dengan pemahaman yang
cukup jelas tentang isu-isu yang dibahas. Demikian adalah salah satu contoh dari korelasi
antara kemajuan teknologi dan pemahaman manusia.
Kemajuan teknologi secara langsung meningkatkan kekuasaan politik negara. Misalnya dia
memungkinkan pemerintahan pusat untuk memperluas kekuasaanya terhadap seluruh negara
lebih gampang, dengan manghapus masalah jarak. Sentralisasi yang muncul sebagai
akibatnya cenderung membinasakan otonomi lokal dan kebebasan yang diberikan otonomi
semacam itu kepada rakyat. Terutama kemajuan teknologi memberikan pemerintah alat
kekerasan yang tak terlawankan. Selain itu Kemajuan teknologi juga menawarkakn cara-cara
perlawanan yang baru terhadap oposisi.
2. Lembaga-lembaga
Lembaga hanya dibatasi oleh dua unsur yaitu unsur struktural dan unsur keyakinan manusia
dan citra-citra rakyat. Struktur adalah sistem hubungan yang tidak mempunyai eksistensi riil
tanpa hubungan itu sendiri. citra-citra popular, keyakinan dan sistem nilai adalah unsur dasar
dari lembaga.
Setiap individu adalah model struktural dan koleksi citra-citra yang secara luas diterima,
kurang atau lebih distandarisir. Pada umumnya, sangat penting bagi lembaga-lembaga politik.
Keyakinan politik kurang lebih bersifat kudus, agar orang memperoleh ide tertentu bahwa
kekuasaan politik harus ada dan dikenal baik. disini kekuasaan absah bilamana dia sesuai
dengan citra popular, dengan sistem nilai masyarakat.
Lembaga merupakan penjelmaan dari berbagai peranan dan status, peran dan status ini
menjelaskan masalah dari posisi relatif individu didalam lembaga-lembaga sosial. Bagi setiap
status ada sejumlah pola tingkah laku yang diharapkan dari individu, dari yang memegang
posisi, dan serentak atribut-atribut yang harus dia miliki. Atribut-atribut tersebut diartikan
sebagai peranan sebagai akibat dari status dan perilaku yang diharapkan oleh anggota-
anggota lain dari masyarakat terhadap pemegang status. Singkatnya peranan adalah aspek
dari status.
Dilihat dari institusi dan posisi lembaga-lembaga legal (hukum) lembaga-lembaga ini dapat
dibagi menjadi dua jenis yaitu “institution by pure fact” dan“institutions by
design”.Institution by fact adalah lembaga-lembaga yang muncul secara otomatis, hampir-
hampir secara mekanis, dan boleh dikatakan permainan antara kekuatan dan peristiwa-
peristiwa. Sedangkan institution by design merupakan lembaga-lembaga yang dibentuk
dengan sengaja atau lembaga-lembaga normatif, karena mereka didasarkan pada norma-
norma. Lembaga-lembaga ini berfungsi menurut undang-undang yang dibuat terdahulu yang
mengatur rules of conducts yang harus dipatuhi oleh para anggotanya didalam tingkah
lakunya dan bersifat obligatoir. Sedangkan institution by fact pada hakikatnya bersifat
deterministik. Ada tiga jenis lembaga normative yaitu yang berdasarkan pada hukum, yang
berdasarkan pada prinsip-prinsip moral, dan yang didasarkan pada kebiasaan-kebiasaan
sosial (sosial customs).
a. Klasifikasi purba
Sampai akhir abad kesembilanbelas, pada umunya diterima sistem klasifikasi yang
diwariskan sejak zaman yunani yang membagi rezim-rezim politik kedalam monarki
(pemerintahan oleh seorang), oligarki (pemerintahan oleh beberapa orang) dan demokrasi
(pemerintahan oleh semua).
Pemusatan kekuasaan berarti bahwa semua keputusan penting diambil oleh satu organ
negara. Didalam pemerintahan-pemerintahan yang mempunyai kekuasaan dan yang
mempunyai sistem parlementer seperti pada pembagian umum yang sama antara monarki dan
republik.
Kecenderungan masa sekarang adalah pada perbedaan dasar antara rezim-rezim pluralistis
atau demokratis dan rezim-rezim Unitarian atau otokratis. Didalam rezim-rezim pluralistis
atau demokratik, pergolakan politik terjadi secara terbuka dan bebas dibawah sinar lampu
umum. Di dalam rezim-rezim Unitarian sebaliknya konflik politik secara resmi tidak terjadi,
selain dalam bentuk perjuangan individu untuk memperoleh restu sang pangeran. Inilah
perbedaan dasar dari rezim-rezim demokratik pluralistik, dimana kekuasaan tertinggi itu
sendiri ditantang pada jangka waktu yang teratur setiap empat atau lima tahun oleh
permainan bebas dan pemilihan umum.
d. Maire du palais
Dalam kategori yang besar ini rezim-rezim pluralistic atau demokratis, rezim-rezmi Unitarian
atau otokratik dan turun temurun dan kediktatoran yang berasal dari kemenagan. Yang lebih
realistik dan kurang formal adalah pemerintahan otokrasi moderat, yang menerima oposisi
tertentu terhadap rezim dan mengizinkan cara-cara legal tertentu untuk mengungkapkan
perbedaan pendapat politik secara tidak langsung, dan otokrasi totalitarian yang
menghancurkan semua oposisi dan memaksa kaum pembangkang untuk memakai kegiatan-
kegiatan gelap.
Ada dua teori besar yang bertentangan dengan masalah ini. Kaum marxis menganggap rezim-
rezim politik mencerminkan sistem produksi suatu masyarakat, yang pada hakikatnya
didefinisikan dalam sistem pemilikan. Dengan ini mereka mengingkati bahwa lembaga-
lembaga politik mempunyai otonomi. lembaga-lembaga kurang penting dalam pandangan
Marxis. Orang-orang barat sebaliknya, yang pada mulanya melebih-lebihkan independensi
politik dalam hubungannya dengan ekonomi, kini mulai mengubah teori-teoorinya yang dulu
dan menarik posisi yang semakin dekat dengan kaum marxis. Bagi analisis barat, factor yang
esensial yang menjadi alasan untuk mendirikan setiap rezim politik bukanlah sistem hak
milik, akan tetapi tingkat pengembangan teknologi.
Marxisme membedakan empat jenis negara : negara budak pada masa purba, negara feudal,
negara borjuis, dan negara sosialis, masing-masing sesuai dengan modus produksi dan sistem
pemilikan dalam jenisnya yang khusus. Setiap jenis negara dibagi-bagi menjadi beberapa
bentuk negara atau rezim politik : depotisme timur, tirani, atau republic didalam negara
budak, seignories atau monarki-monarki yang disentralisir didalam negara feudal; demokrasi
barat atau rezim fasis didalam negara-negara borjuis; sistem sofiet dan demokrasi rakyat
didalam negara-negara sosialis. Dengan demikian berbagai rezim politik sesuai dengan
perbedaan-perbedaan didalam sistem produksi dan sistem milik.
Dibangunnya diktator lebih mudah dan sering dalam masyarakat yang terbelakang dari pada
msyarakat yang sangat maju. Dalam negara-negara yang sangat maju semua bangunan sosial
berdiri atas bahu para ilmuwan, ahli teknik, dan kaum cendekiawan yang hanya bisa bekerja
dalam udara kebebasan.
3. Kultur
Kultur adalah ideology keyakinan, dan ide-ide kolektif yang pada umunya dianut dalam suatu
komunitas tertentu.
Dalam arti tertentu masyarakat adalah jumlah dari keseluruhan ide-ide dan citra-citra yang
telah dibentuk oleh anggota-anggotanya. Akan tetapi diantara ide-ide kolektif ini, beberapa
sesuai dengan kenyataan-kenyataan eksternal yang mempunyai eksistensi obyektif fisikal.
Ide-ide lain adalah hanya lukisan fikiran states of mind.
Mitos merupakan keyakinan yang kurang jelas, kurang rasional dan kurang teliti diolah
dalam pikiran dibandingkan dengan ideology. Disini ada dua macam mitos yaitu mitos yang
bisa disebut tradisional dan mitos aksi. Mitos tradisional kurang lebih pelukisan yang bersifat
fable tentang alam, dunia, manusia, dan masyrakat yang sudah direrima secara kuat untuk
memberi inspirasi kepada kehidupan dari suatu kelompok sosial.
Pada awal abad duapuluh, jurnalis perancis Georges Sorel mengembangkan suatu paham lain
tentang mitos-mythos of actionbahwa salah satu cara paling efektif untuk mempengaruhi
suatu komunitas adalah memberikannya citra-citra yang singkat dan tidak rumit tentang masa
depan yang fiktif atau masalalu yang fable, yang mempolarisir emosi-emosi dan bergerak
menuju aksi. Action mhytsini bisa menggugah gerakan-gerakan revolusioner, sebagaimana
diyakini sorel, sesiap mereka bisa menyumbangkan untuk mempertahakan ketertiban sosial.
Mitos dan ideology dasarnya memainkan peranan yang sama dalam kehidupan politik yaitu
mereka memobilisir warga negara, baik dalam oposisi terhadap kekuasaan atau
mendukungnya. Mobilisasi merupakan kamuflase agar keyakinan bisa berlaku untuk
menyembunyikan realitas agar dapat diterima. Disamping itu ideology juga bisa untuk
mengurangi ketegangan-ketegangan.
Dengan mengintegrasikan setiap pola perilaku yang khusus ini kejalan program politik yang
komprehensif, ideology bisa mempengaruihi jalanya tindakan. Konsep “kesadaran politik”
jelas-jelas menunjukkan peranan ideology. Kesadaran politik adalah produk dari sejumlah
factor, terutama ideology-ideologi mengambangkan kesadaran politik rakyat, dengan
demikian berlaku sebagai basis kelompok-kelompok ideologis.
Semua unsur yang membentuk suatu komunitas bercampurbaur dalam situasi actual,
membentuk kombinasi yang jelas berbeda yang bisa kita sebut entitas kultural. Setiap
komunitas individual merupakan milik dari suatu entitas kultural atau dirinya sendiri
merupakan entitas kultural.
Kebudayaan sebagaimana dibentuk oleh perkembangan sejarah yang unik dari setiap bangsa
atau kelompok bangsa-bangsa, diwariskan melalui mekanisme pendidikan dalam arti seluas-
luasnya. Beberapa unsurnya bekerja secara fisikal tanpa orang menyadarinya. Akan tetapi
kebayakan unsur bekerja melalui fenomena yang sadar, melalui keyakinan kolektif, citra, dan
sikap yang diwariskan dari generasi kegenerasi oleh proses pendidikan yang bukan saja
direncanakan untuk memberikan generasi yang baru dengan keterampilan yang berguna akan
tetapi juga memberikan pandangan kultural yang baru. Dalam bidang politik entitas nasional
lebih penting karena bangsa-bangsa adalah tempat duduk dari organisasi kekuasaan yang
fundamental.
Entitas kultural sangat penting secara politik, akan tetapi tidak sepenting sosio ekonomik.
Entitas kultural menempati posisi sekunder dengan faktoe sosio ekonomik yang merupakan
unsur-unsur primer.
Entitas kuktural dalam mempengaruhi politik dapat saja tidak bekerja sebagai kekuatan yang
memberikan motivasi akan tetapi ia menjadi rem atau akselerator. Di Polandia, Hongaria,
Yugoslavia faktor-faktor kultural mempercepat liberalisasi. Di Jerma faktor kultural
memperlambat evolusi menuju demokrasi barat. Di Perancis faktor-faktor kultural
mempercepat gerakankearah demokrasi liberal. Dalam hal-hal lain, faktor kultural
menentukan detail dari rezim-rezim politik.
Suprastruktur politik adalah sistem politik dalam sebuah negara dan merupakan
penggerak politik formal. Ada juga yang berpendapat bahwa sistem politik adalah
kelembagaan dari hubungan antar manusia yang berupa hubungan antara suprastruktur dan
infrastruktur politik. Sistem politik tersebut menggambarkan hubungan antara dua lembaga
yang ada di dalam Negara , yaitu lembaga supra dan infra struktur politik. AASupra struktur
politik sering disebut sebagai bangunan atas atau mesin politik resmi, atau lembaga pembuat
keputusan politik yang sah. Lembaga tersebut bertugas mengkonversikan input yang berupa
tuntutan dan dukungan yang menghasilkan suatu output berupa kebijakan publik.
Montesquieu, membagi lembaga dalam 3 kelompok :
Eksekutif
Dalam sistem politik, pemerintahan dan birokrasi merupakan struktur politik penting
karena menyangkut bagaimana pembuatan kebijakan dan implementasi kebijakan dilakukan.
Lembaga pemerintahan didukung oleh para eksekutif politik, yang mempunyai banyak nama
dan title. Beberapa eksekutif disebut sebagai presiden, tetapi berbeda dalam hal kekuasaan
yang mungkin mereka laksanakan dan fungsi-fungsi yang mereka tampilkan. Sementara yang
lainnya, disebut sebagai perdana menteri. Eksekutif politik juga mempunyai nama kolektif
seperti kabinet, dewan meneteri, politbiro, atau presidium.
Legislatif
DPR mempunyai bebrapa hak, yaitu; hak interpelasi, hak angket, hak imunitas, dan hak
menyatakan pendapat.
1. Hak interplasi
Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada Pemerintah mengenai
kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Hak angket
Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu
undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis,
dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
3. Hak imunitas
Hak imunitas adalah kekebalan hukum dimana setiap anggota DPR tidak dapat
dituntut di hadapan dan diluar pengadilan karena pernyataan, pertanyaan/pendapat yang
dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat-rapat DPR, sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib dan kode etik.
Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat atas:
Kebijakan Pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau di
dunia internasional
Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum baik
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya,
maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
Peradilan adalah salah suatu urusan di dalam rumah tangga negara yang teramat
penting. Peraturan hukum yang diciptakan di dalam suatu negara, guna menjamin
keselamatan masyarakat dan yang menuju kepada tercapainya kesejahteraan rakyat, peraturan
– peraturan itu tak akan memberikan faedah, apabila tidak ada suatu tahapan (instansi), yang
harus memberikan isi dan kekuatan kepada kaidah – kaidah hukum, yang diletakkan di dalam
undang – undang dan peraturan hukum lainnya. Karena itu harus ada pihak yang dengan
keputusannya atas dasar undang – undang dapat memaksa orang mentaati segala peraturan
negara, dan menjadi forum dimana penduduk dapat mencari keadilan serta penyelesaian
persoalan – persoalan tentang hak dan kewajibannya masing – masing menurut hukum.
Kelembagaan peradilan dapat dibedakan antara susunan horizontal dan vertical.
b. Susunan vertikal adalah susunan tingkat pertama, banding dan kasasi. Lingkungan
badan peradilan untuk perkara – perkara sederhana yang berkaitan dengan sususan vertikal,
yaitu yang berhubungan adanya banding ke pengadilan negri.
Seperti perkara – perkara di bidang kekeluargaan seperti perceraian, hak pemeliharaan anak,
pembagian kekayaan bersama, atau warisan. Untuk perkara perceraian dan hak pemeliharaan
anak tidak perlu sampai tingkat kasasi, cukup sampai pemeriksaan tingkat banding.
Kekuasaan Kehakiman Pasal 24 UUD 1945 menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hokum dan keadilan. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh:
Tugas MA adalah mengawasi jalannya undang-undang dan memberi sanksi terhadap segala
pelanggaran terhadap undang-undang.
Adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan
pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung.
f) Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.
Dalam kehidupan demokratis, struktur politik dapat dibedakan menjadi dua yaitu
yang bersifat formal dan informal. Struktur politik yang bersifat formal seperti yang telah
dijelaskan di atas terdiri dari eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Struktur informal merupakan struktur yang mampu memengaruhi cara kerja aparat
masyarakat untuk mengemukakan, menyalurkan, menerjemahkan, mengonversikan tuntutan,
dukungan, dan rnasalah tertentu yang berhubungan dengan kepentingan umum.
Struktur politik yang bersifat informal terdiri dari partai politik dan organisasi politik
diluar partai politik seperti media masa, kelompok-kelompok berbasis agama, LSM atau
NGO dan asosiasi profesi lainnya.
a.Partai Politik
Partai politik telah menjadi cirri penting politik modern. Hampir dapat dipastikan
bahwa partai – partai politik telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari suatu system politik
di suatu Negara, baik yang demokratis atau yang otoriter sekalipun. Dalam hal ini, partai
politik mengorganisasi partisipasi politik, dan system kepartaian akan sangat mempengaruhi
batas – batas sampai dimana partisipasi tersebut. Partisipasi politik yang luas dan memiliki
derajat pelembagaan yang rendah akan menimbulkan politik anomik dan kekerasan. Menurut
Huntington, apabila partisipasi politik tanpa organisasi akan menjadi gerakan masal yang
tidak terkendali. Dalam system politik demokrasi, partai politik melaksanakan empat fungsi
yaitu;
Pertama, partai sebagai sarana komunikasi politik. Partai menyalurkan aneka ragam pendapat
dan aspirasi masyarakat. Partai melakukan penggabungan kepentingan masyarakat
(interestaggregation) dan merumuskan kepentingan tersebut dalam bentuk yang teratur
(interestarticulation). Rumusan ini dibuat sebagai koreksi terhadap kebijakan penguasa atau
usulan kebijakan yang disampaikan kepada penguasa untuk dijadikan kebijakan umum yang
diterapkan pada masyarakat.
Kedua, partai sebagai sarana sosialisasi politik. Partai memberikan sikap, pandangan,
pendapat, dan orientasi terhadap fenomena (kejadian, peristiwa dan kebijakan) politik yang
terjadi di tengah masyarakat. Sosialisi politik mencakup juga proses menyampaikan norma-
norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahkan, partai politik
berusaha menciptakan image (citra) bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum
Ketiga, partai politik sebagai sarana rekrutmen politik. Partai politik berfungsi mencari dan
mengajak orang untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai.
Keempat, partai politik sebagai sarana pengatur konflik. Di tengah masyarakat terjadi
berbagai perbedaan pendapat, partai politik berupaya untuk mengatasinya. Namun,
semestinya hal ini dilakukan bukan untuk kepentingan pribadi atau partai itu sendiri
melainkan untuk kepentingan umum.
Partai politik merupakan salah satu pilar utama dalam system politik demokratis yang
harus diperkuat peran dan fungsinya dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat. Dalam
rangka meningkatkan kualitas demokrasi. Maka sistem kepartaian Indonesia yang
bersandarkan pada systemmulti partai yang diyakini sebagai system kepartaian yang tepat,
Karena dapat mengakomodirpluralism dan keberagaman warga masyarakat, baik dari segi
sosial, budaya, maupun geografis. Namun system ini juga mengandung sejumlah kelemahan,
di antaranya menciptakan banyak partai politik, Sehingga tidak dapat melahirkan partai
politik yang dapat memenangkan pemilihan umum secara mayoritas. Begitu pula dalam
proses legislasi di dewan, banyaknya fraksi fraksi berdampak makin panjangnya proses
pembahasan suatu rancangan undang undang, seperti yang terjadi saat ini dari agenda 12 UU
yang akan dikeluarkan DPR yang selesai hanya 2 UU saja.
Jika di telaah secara kritis, sistem kepartaian era reformasi dengan berbagai
kelemahannya telah mendorong terciptanya iklim yang sangat kondusif bagi partai politik
untuk mengembangkan diri sebagai organisasi yang modern, kuat dan aspiratif untuk
mengembangkan demokrasi di Indonesia. Namun budaya politik masyarakat juga para elit
politiknya- masih terpola dengan tradisi dan nilai-nilai yang primodialistik. Persoalan ini
menjadi dilemma untuk mengembangkan partai politik sebagai lokomotoif demokrasi di
Indonesia.
Secara mendasar masalah utama yang harus dilakukan partai politik kedepan untuk
membangun demokrasi di Indonesia adalahn :
1. Partai politik tidak terlalu tergantung pada figur tetapi harus mampu membangun
sistem, terutama dalam pengambilan kebijakan-kebijakan strategis.
4. Partai politik harus memiliki mekanisme intern penyelesaian konflik secara damai.
Adanya kecenderungan perpecahan atau munculnya kepengurusan ganda dalam partai politik
menunjukkan lemahnya mekanisme intern dan kemampuan elit politik dalam menyelesaikan
konflik.
5. Partai politik harus menciptakan transparansi dan akuntabilitas public dalam mengelola
organisasinya.
6. Perlunya pembatasan jumlah partai yang akan mengikuti pemilihan umum melalui
mekanisme demokratis. Ketujuh, partai politik berkewajiban menciptakan mekanisme
checkandbalances dalam system kepartaian nasional dalam rangka demokratisasi.
e. Kelompok-kelompok yang tidak terorganisir dalam satu kesatuan, yang bukan merupakan
bagian dariaparat Soviet (Rusia), atau yang mempunyai jarak dengan rezim penguasa, seperti
kelompok intelektual yang menentang rezim atau anggota sekte-sekte keagamaan tertentu.
Pada negara yang menerapkan sistem dua partai, disiplin partai baik dalam parlemen maupun
kabinetrelatif lebih ketat dan hal ini merupakan kendala tersendiri terutama untuk mendukung
sepenuhnya program-program kelompok-kelompok tertentu.
Namun pasca Orde Baru (tahun 1998) yang disebut dengan era reformasi, masyarakat
berperan aktif dalam menumbuhkan sangkar partisipasi politik “demokratisasi” setelah
selama 32 tahun dikekang dengan berbagai instrument politik dan peraturan perundangan.
Berkembangnya sistem politik di Indonesia dewasa ini tidak lepas dari peran kelompok
kepentingan yang selama Orde Baru berkuasa berseberangan, terutama dari kalangan
akademisi, politikus, lembaga swadaya masyarakat, pengusaha, dan sebagainya.
c. Organisasikepemudaan
f. Yayasan atau Badan hukum lainnya, Mereka pada umumnya dapat menjadi kelompok
penekan dengan cara mengatur orientasi tujuan-tujuannya yang secara operasional
(melakukan negosiasi) sehingga dapat mempengaruhi kebijaksanaan umum.
Dalam realitas kehidupan politik, kita mengenal berbagai kelompok penekan baik yang
sifatnya sektoral maupun regional. Tujuan dan target mereka biasanya bagaimana agar
keputusan politik berupa undang-undang atau kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
lebih menguntungkan kelompoknya (sekurang-kurangnya tidak merugikan).
Kelompok penekan, kadang-kadang muncul lebih dominan dibanding dengan partai politik,
manakala partai politik peranannya tidak bisa lagi diharapkan untuk mengangkat isu sentral
yang mereka perjuangkan. Kondisi inilah yang mendorong kelompok penekan tampil ke
depan sebagai alternative terkemuka.
Media komunikasi politik merupakan salah satu instrument politik yang dapat
berfungsi untuk menyampaikan informasi dan persuasi mengenai politik baik dari pemerintah
kepada masyarakat maupun sebaliknya. Media komunikasi seperti surat kabar, telepon, fax,
internet, televise, radio, film, dan sebagainya dapat memainkan peran penting terhadap
penyampaian informasi serta pembentukan/mengubah pendapat umum dan sikap politik
publik.
b. Masalah kekuasaan