Anda di halaman 1dari 10

PEMIKIRAN POLITIK MENURUT ARISTOTELES

MATA KULIAH DASAR-DASAR ILMU POLITIK

Dosen Pengampu: Ni Wayan Radita Novi Puspita Sari,S.S.,M.A.,M.Phil

Oleh:

Maya Angesti 2212551050

Ni Gusti Ayu Putu Elina Pratiwi 2212551052

I Kadek Puja Adnyana 2212551068

Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Udayana

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
1.2 Pertanyaan Penelitian ............................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................................... 1
1.4 Metode Penelitian...................................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Politik menurut Aristoteles ................................................................................... 3
2.2 Konsep Politik yang Digunakan Aristoteles ............................................................................ 4
2.3 Prinsip-Prinsip pada politik Aristoteles .................................................................................. 5
2.4 Partisipasi Politik Aristoteles ................................................................................................... 6
BAB III ................................................................................................................................................ 7
PENUTUP ........................................................................................................................................... 7
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 8

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum, politik merupakan sebuah hal yang menjadi hak suatu individu maupun
kelompok untuk tercapainya tujuan atau kekuasaan tertentu. Namun, dewasa ini cukup sulit
untuk mewujudkan suatu sistem politik yang baik dikarenakan perlunya usaha memupuk
generasi muda mengenai politik sejak dini, yang mana hal itu membutuhkan proses yang
panjang dan memakan waktu cukup lama (Sahya Anggara, 2013). Karena seperti yang kita
ketahui bersama, saat ini tingkat ketertarikan generasi penerus bangsa terhadap politik kian hari
semakkn menurun. Sementara itu, politik dalam suatu negara mampu menjadi alat untuk
mencapai suatu tujuan. Menurut Ramlan Surbakti (2005), seorang akademisi sekaligus praktisi
Pemilu, melalui disiplin ilmu politik seluruh masyarakat dapat mengajukan pendapat dan
aspirasinya sebagai proses untuk menghasilkan keputusan politik.

Keberadaan politik tentunya menjadi sosok yang sangat penting bagi setiap bangsa dan
negara, oleh karena itu suatu negara diharuskan memiliki sistem politik guna menciptakan
sistem negara yang baik dan terstuktur. Yang mana hal tersebut tentunya memengaruhi adanya
perbedaan pandangan mengenai definisi dari politik itu sendiri, sehingga ditetapkannya
beberapa definisi paten mengenai politik oleh para ahli. Salah satu ahli yang memiliki teori
tersendiri mengenai politik yakni Aristoteles, seorang Filsuf asal Yunani. Semasa hidupnya
beliau menghabiskan waktunya dengan menulis tentang filsafat dan ilmu lainnya (fisika, etika,
biologi, psikologi, hingga politik). Pada tahun 1877 Aristoteles menerbitkan sebuah buku hasil
karyanya pada bidang politik yang berjudul “Politics by Aristotle”. Teori-teori politik
Aristoteles memiliki nuansa filsafat politik meliputi filsafat teoritis, praktek, serta produktif.

1.2 Pertanyaan Penelitian


1.2.1 Bagaimana pandangan Aristoteles mengenai Politik?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Mengetahui secara jelas dan rinci bagaimana pandangan Aristoteles mengenai
politik mulai dari definisi hingga implementasinya.

1.4 Metode Penelitian


Metode pengumpulan materi pada makalah ini adalah menggunakan pendekatan
kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong, metode penelitian kualitatif merupakan prosedur

1
penelitian mengamati suatu fenomena tentang apa yang terjadi, yang kemudian dideskripsikan
dalam bentuk kata-kata tertulis maupun bahasa lisan. Jenis penelitian ini adalah penelitian
deksriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode yang memanfaatkan data kualitatif dan
nantinya dijabarkan secara deskriptif. Jenis penelitian ini sering digunakan untuk menganalisis
fenomena atau kejadian secara sosial. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menyajikan gambaran mengenai Politik Aristoteles.

Objek pada penelitian ini adalah pemikiran politik menurut Aristoteles. Dalam hal ini,
penelitian ini mencakup bagaimana pandangan Aristoteles mengenai politik, pengertian politik
menurut Aristoteles, konsep politik yang digunakan, prinsip prinsip pada politik Aristoteles,
dan partisipasi politik menurut pandangan Aristoteles dalam kehidupan sehari- hari. Sumber
data yang digunakan pada pembahasan ini adalah sumber data sekunder yaitu sumber data yang
didapatkan secara tidak langsung, pada pengumpulan materi pembahasan ini diperoleh melalui
literatur dan jurnal terdahulu. Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini, dilakukan
sesuai dengan prosedur kualitatif dengan mencantumkan data, fakta, dan fenomena. Oleh
karena itu, kesimpulan hasil dari pembahasan ini akan didapatkan jawaban dari rumusan
masalah serta referensi dari pembahasan pada makalah ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Politik menurut Aristoteles


Menurut teori klasik Aristoteles, pengertian politik adalah usaha yang ditempuh warga
negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Adapun beberapa unsur penting yang
memengaruhi politik dalam suatu negara yakni sebagai berikut:

1. Negara adalah tujuan utama politik: Aristoteles berpendapat bahwa politik adalah
ilmu yang berkaitan dengan pengaturan masyarakat dan negara. Menurutnya, negara adalah
hasil dari kebutuhan manusia untuk hidup bersama dalam suatu komunitas yang lebih besar.
Negara bertujuan untuk mencapai kehidupan yang adil, sejahtera, dan bahagia bagi warganya.

2. Manusia adalah makhluk politik: Aristoteles memandang manusia sebagai


makhluk sosial yang secara alami terlibat dalam politik. Ia berpendapat bahwa manusia
memiliki kecenderungan untuk hidup dalam masyarakat dan terlibat dalam urusan politik.
Politik memainkan peran penting dalam pengembangan potensi manusia dan mencapai tujuan-
tujuan hidup yang lebih tinggi.

3. Keadilan sebagai prinsip dasar politik: Aristoteles menekankan pentingnya


keadilan dalam politik. Ia membedakan dua jenis keadilan, yaitu keadilan distributif dan
keadilan komutatif. Keadilan distributif berkaitan dengan pembagian sumber daya dan
keuntungan yang adil di dalam masyarakat, sedangkan keadilan komutatif berkaitan dengan
hubungan timbal balik antara individu dalam kehidupan sosial.

4. Bentuk pemerintahan yang baik: Aristoteles mengklasifikasikan bentuk-bentuk


pemerintahan berdasarkan prinsip siapa yang berkuasa dan dengan tujuan apa mereka
berkuasa. Ia mengidentifikasi tiga bentuk pemerintahan yang baik, yaitu monarki
(pemerintahan satu orang), aristokrasi (pemerintahan beberapa orang terbaik), dan politeia
(pemerintahan banyak orang yang berpartisipasi secara aktif). Aristoteles juga mengidentifikasi
bentuk-bentuk yang korup dari ketiga pemerintahan ini, yaitu tirani, oligarki, dan demokrasi.

5. Konsensus dan persatuan: Aristoteles menekankan pentingnya mencapai


konsensus dan persatuan dalam politik. Menurutnya, politik yang baik membutuhkan
partisipasi aktif warga negara dan penyelesaian konflik melalui musyawarah dan kesepakatan.
Aristoteles mengkritik pandangan Plato yang menekankan pemerintahan para filosof-rajah, dan

3
lebih menghargai kontribusi masyarakat secara keseluruhan dalam pengambilan keputusan
politik.

2.2 Konsep Politik yang Digunakan Aristoteles


1. Monarki. Monarki merupakan salah satu sistem pemerintahan yang di mana
pemimpin dipimpin oleh satu orang. Yang dalam sistem ini pula pemerintahan bersifat absolut.
Aristoteles menyetujui sistem politik monarki disebabkan karena pemimpin ini merupakan
pemimpin yang paling ideal menurutnya. Sebab dalam sistem politik. Yang pantas memimpin
adalah suatu orang sehingga mampu mengontrol banyak orang. Pemerintahan monarki bisa
mengontrol banyak orang sebab tidak dipengaruhi oleh pemimpin pemimpin yang banyak.
Pemimpin satu orang inilah yang membawa bangsa atau negara yang dipimpinnya menjadi
lebih baik lagi. Sebab menurut aristoteles. Pemimpin satu orang ini mampu untuk menjalani
kepemimpinannya disebabkan tidak terpengaruh oleh orang luar.

2. Aristokrat. Sistem pemerintahan aristokrat menurut Aristoteles adalah sistem


pemerintahan yang di mana pemimpinnya pemimpinnya beberapa orang yang harus berasal
dari orang-orang yang memiliki potensi berbakat dalam kekuasaan. Di sini Aristoteles
mengkategorikan yang pantas menjadi pemimpin dan masuk dalam pemerintahan Aristokrat
adalah para tokoh tokoh penting yang berilmu, tokoh agama, ataupun orang orang bijak yang
berada dalam wilayah tersebut. Sistem aristokrat merupakan pilihan kedua yang harus dijalani
ketika sistem pemerintah monarki tidak dijalankan di suatu negara. Sistem ini relevansi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara disebabkan kontrol suatu pemerintahan di kuasai oleh para
tokoh yang berbakat di dalam menangani kekuasaan, walaupun itu bukan seorang filsuf atau
nabi. Kemudian jika terjadinya penyimpangan dari sistem aristokrat. maka, menurut Aristoteles
sistem aristokrat akan berubah menjadi sistem oligarki. Yang di mana sistem pemerintahan ini
dipimpin oleh sebagian orang ataupun beberapa orang demi kepentingan golongan mereka
sendiri. Sistem oligarki menurut Aristoteles sangat merugikan rakyat. Karena pemimpin
pemimpinnya dipimpin oleh seberapa orang namun mereka mementingkan diri sendiri sedang
golongan. Sehingga eksistensi dari pemimpin oligarku ini akan cenderung memberikan
keuntungan kepada komunikasinya saja dan merugikan rakyat.

3. Politea. Politea merupakan sistem pemerintahan yang disahkan di dalam suatu kota
kecil. Sifatnya di mana sistem pemerintahan ini dipimpin oleh beberapa orang pula. di sini
sistem politea menyatakan bahwa sistem tersebut berbasis dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Sistem pemerintah seperti ini cenderung diutamakan bagaimana kesepakatan dari

4
rakyat di sendiri untuk memilih pemimpin. Aristoteles menyetujui sistem pemerintahan ini jika
sistem pemerintahan monarki dan aristokrat tidak dipilih. Namun dianjurkan lebih dahulu
memilih sistem pemerintahan pertama dan kedua karena itu lebih relevansi dan lebih bisa
dikontrol ketika mendapatkan konflik ataupun menyambangi keharmonisan dalam
menstabilkan bangsa. Jika pun terjadinya penyimpangan dalam sistem politea ini. Maka akan
beralih ke dalam sistem pemerintahan demokrasi. Yang sama halnya dengan pemerintahan dari
rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Namun yang berbeda ialah sistem pemerintahan ini tidak
menggunakan konstitusi sebagai landasan untuk melaksanakan pemerintahannya.

2.3 Prinsip-Prinsip pada politik Aristoteles


Dalam pandangannya Aristoteles melihat manusia sebagai makhluk politik (Zoon
Politicon) (Siregar, 2018). Zoon Politicon berarti bahwa manusia adalah makhluk masyarakat
atau makhluk negara yang dapat mencapai kesempurnaannya hanya dalam masyarakat atau
negara. Orang yang tidak memerlukan masyarakat atau negara, dianggapnya bukan sebagai
manusia, tetapi seperti hewan atau dewa. Prinsip-prinsip politik menurut Aristoteles dapat
dilihat dalam sistem penyelenggaran suatu negara, hak milik, dan bentuk negara. Berikut
merupakan prinsip politik menurut Aristoteles.
A. Negara
Dalam pandangannya Aristoteles melihat bahwa negara adalah gabungan dari bagian-
bagian, di mana urutan bagian tersebut adalah kampung, keluarga dan individu. Individu
menurut aristoteles adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri, maka ia membentuk
keluarga. Keluarga juga tidak bisa hidup sendiri, dan kemudian membentuk kampung, hingga
akhirnya terbentuklah negara.
Menurut Aristoteles kedaulatan hukum di dalam sebuah negara sangatlah penting. sebesar
apapun keahlian seorang pemimpin tidak akan mampu menggantikan hukum. Oleh karenanya
pemerintahan yang berdasarkan hukum (berkonstitusi) harus memiliki tiga unsur, yaitu,
pertama, pemerintahan untuk kepentingan umum. Kedua, pemerintahan yang berdasarkan
hukum yang dijalankan berdasarkan ketentuan umum dan tidak sewenang-wenang. Ketiga,
pemerintahan berkonstitusi, dalam hal ini merupakan pemerintahan yang dipilih oleh
masyarakatnya. Menurut Aristoteles kekayaan tidaklah memiliki hak moral terhadap
kekuasaan, karena negara bukanlah sebuah perusahaan dagang atau suatu perjanjian.
B. Hak milik
Aristoteles melihat pentingnya sebuah hak milik. Ada dua alasan Aristoteles melihat
pentingnya hak milik, yaitu pertama , dengan adanya hak milik memungkinkan seseorang lebih

5
mencurahkan perhatiannya kepada masalah masyarakat atau negara. Kedua, hak milik
merupakan salah satu sumber kebahagiaan. Bagi Aristoteles, kesempurnaan hidup manusia ada
di dalam negara, dan termasuk dalam pemuasan kebutuhan sesuai apa yang diinginkan atau
diharapkan manusia itu sendiri. Akan tetapi Aristoteles juga memberikan batasan pada harta
atau kepemilikan sebagai syarat kebahagiaan.
C. Bentuk negara
Bentuk negara yang ideal untuk diterapkan menurut Aristoteles adalah oligarki, yaitu
pemerintahan yang diisi oleh orang-orang tertentu dengan berdasarkan harta, darah atau
keturunan, kedudukan, pendidikan dan hal lainnya.
Aristoteles membagi fungsi negara menjadi tiga, yakni pembahasan, administratif dan
pengadilan. Aristoteles juga melihat bahwa hukum harus diletakkan di atas segalanya, dengan
begitu hukum juga berlaku bagi seorang penguasa. Aristoteles mengklasifikasikan negara
menjadi beberapa kategori. Apabila sebuah negara berada di tangan satu orang dan bertujuan
untuk kesejahteraan seluruh orang, maka disebut monarki. Selain itu ada pula bentuk
pemerintahan ini tirani, yaitu negara dipimpin oleh satu orang namun ditujukan untuk
kepentingan pribadi dan penguasa dapat berlaku sewenang-wenang.

2.4 Partisipasi Politik Aristoteles


Bagi Aristoteles, partisipasi politik merupakan keniscayaan karena setiap warga negara
dalam suatu cara atau lainnya terlibat aktif dalam kehidupan negara (Polis) (Koten, 2010). Oleh
karena itu setiap warga negara dibutuhkan untuk terlibat aktif dalam partisipasi politik. Setiap
warga negara memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam politik lewat mengambil bagian
dalam memerintah dan diperintah. Misalnya melalui pemilihan pemimpin negara, warga
negara berhak memberikan suaranya. Aristoteles berpendapat bahwa hanya dalam negaralah
manusia dapat mewujudkan hidup baik. Kehidupan Negara tidak bisa dipisahkan dengan
kehidupan warganya, karena warga negara adalah elemen pembentuk suatu negara (Lilijawa,
2010). Negara harus dapat menjamin kehidupan warganya.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Filsafat politik Aristoteles mengacu pada masyarakat atau warga negara itu sendiri.
Oleh karenanya Aristoteles menekankan filsafat politik pada hubungan sosial dalam
masyarakat atau negara sehingga masyarakat mengenal budi, dan menjalankan fungsinya baik
secara individu maupun sosial. Manusia merupakan makhluk sosial yang dapat membina
hubungan antar manusia atau melakukan interaksi sosial yang akan menciptakan suatu
kekuasaan yang terlembagakan dalam suatu organisasi yang disebut negara.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, S. (2013). Sistem Politik Indonesia (Vol. 1, No. 1). CV Pustaka Setia.

S Ramlan. (2005). Memahami ilmu politik. Grasindo.

Siregar, F. 2018. Pengantar Filsafat: Oleh K. Bertens, Johanis Ohoitimur, dan Mikhael Dua.
Indonesian Journal of Theology, 6(1), 110–113.
Koten, Y. K. 2010. Partisipasi Politik, sebuah Analisis atas Etika Politik Aritoteles. Ledalero:
Maumere.
Lilijawa, I. 2010. Perempuan, Media dan Politik. Maumere: Ledalero.
Losco, Joseph. 2005. Political Theory, Kajian Klasik dan Kontemporer. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Suhelmi, Ahmad. 2001. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai