MENYADANDARKAN KEPADA
EMPIRIS HONORATIONERES
Hukum itu sangat kental dengan muatan politik baik dalam tahap
proses pembuatan penetapan isi hukum di Parlemen sangat
tergantung pada konfigurasi politik, maupun
penerapan/penegakkan hukum menghadapi suatu kasus dengan
mewujudkan aturan-aturan umum sebagai keputusan konkret
oleh lembaga yang berwenang.
Hukum berwatak politik karena hukum dapat digunakan untuk
mempromosikan berbagai kepentingan yang beraneka ragam dan
merupakan alat untuk merealisasikan berbagai maksud politik
yang berbeda-beda.
3 fungsi keluaran;
e. pembuatan peraturan;
f. penerapan peraturan
g. pengawasan peraturan.
Struktur Politik Formal dan Non Formal
Fungsi-fungsi masukan dijalankan oleh sub-
sub sistem non-pemerintah, masyarakat dan
lingkungan umum, sementara fungsi
keluaran merupakan fungsi yg dijalankan
pemerintah.
Fungsi yg terakhir itu merupakan fungsi yg
dijalankan oleh institusi pemerintah dlm
bentuk tradisional yaitu legislatif ( rule
making); eksekutif (rule application) dan
yudikatif (rule adjudication).
fungsi masukan lah yg dianggap sebagai
sangat berarti, sedangkan fungsi-fungsi
keluaran kurang penting mendpat perhatian.
Suatu sistem politik
==suatu sistem terbuka, dan secara tetap dipengaruhi oleh lingkungan-
lingkungan sosial, budaya dan ekonomi, ...>>> sistem politik bekerja di
bawahnya.
EXTERNAL
INTERNASIONAL
LEGISLATIF
IN-PUT EKSEKUTIF OUT-PUT
JUDIKATIF
1) hukum repressif
2) hukum otonom
3) hukum responsif
(Law and Society :1978).
1) Tatanan hukum yag repressif diperlukan
utk memecahkan berbagai masalah
fundamental dlm mendirikan tatanan
politik yg merupakan prasyarat bagi
sistem hukum dan sistem politik untuk
mencapai sasaran yang lebih besar.
Sangat terinci,
Umum dan meluas Subordinasi prinsip-
mengikat
Sifat tetapi hanya prinsip keadilan dan
pemerintah yang
mengikat kebijakan
Peraturan mengatur dan
pemerintah secara
masyarakat yang
lemah
diatur
Mengikatkan diri
Bertujuan utk
Ad hoc , sesuai secara ketat kepada
kepentingan
dengan keperluan otoritas hukum,
Penalaran/ masyarakat,
dan berlaku pada peka terhadap
Reasoning perpaduan kemauan
hal-hal spesifik formalisme dan
politis dan otoritas
legisme
Diperluas
Diskressi/ Dibatasi oleh namun tetap dapat
Penyimpangan Merata, peraturan-peraturan dipertanggung
opportunistik delegasi sangat jawabkan untuk
terbatas kepentiangan
umum
Moralitas
Moralitas: kelembagaan,
Moralitas komunal, hukum memperhatikan Moralitas sivil,
dan pengendalian integrasi proses moralitas
hukum kerjasama
Demokrasi
1945 - Liberal
1959 Demokratis Responsif Responsif Responsif
1998- Demokrasi
konstitusion Demokratis Responsif Responsif Responsif
sekrng al Reformasi
Konfigurasi Politik dan Karakter Produk Hukumnya :
PERIODE
KONFIGURASI POLA HUBUNGAN
PRODUK HUKUM
POLITIK KEKUASAAN
SENTRALISTIK,DEKON PENPRES
OTORITER
1959 – 1966 SENTRATIF No.6/1959UU
No.18/1965
TAP MPRS
OTONOMI LUAS,
DEMOKRATIS No.XXI/1966TAP MPR
1966 – 1971 DESENTRALISASI
No.IV/1973
• Abad 21 Globalisasi,
Transpormasi, Post Modern =
Hukum dipengaruhi masyarakat
dunia.(Demokrasi, HAM…)
SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM
DI INDONESIA
Hk Adat
Hk Islam
Yang dihasilkan:
- UU MA No. 90 Th 1950
- UU No. 1/Drt/1951
- Unifikasi Peradilan “Hakim dapat melakukan
penemuan hukum yg dikembangkan jadi Hk
Nasional – Tapi terdoktrinasi Civil Law
PERIODE ORDE LAMA
• Dekrit Presiden 1959 (Bebas dari
kolonial, Kembali ke UUD’45
• Langkah dilakukan:
1. Mengganti simbol hukum dari “Dewi Justitia”
menjadi “Pohon Beringin” (perubahan fungsi
hukum dari pemberi keadilan/kepastian hukum
menjadi pengayoman, kembali ke dasar filosofis
bangsa Indonesia)
2. TAP MPRS No.2 Th 1960 (Untuk kesatuan
hukum harus perhatikan realitas Indo, Asas hk
harus sesuai GBHN dan H. Adat)
3. UU No. 5 Th ‘60 “Mencabut sebagian besar
Buku II KUHPd”
4. Mengaktifkan Lembaga Pembinaan Hukum
Nasional yang berkedudukan di bawah
Menkeh
Tugas:
1. Menjabarkan asas pembangunan hukum yg
digariskan TAP MPRS No II/1960
2. Merancang berbagai UU yang akan
mengganti Hukum Kolonial
Pokok dan Asas Hukum Nasional: