Prodi: Manajemen/III
NPM: 20120023
RINGKASAN BAB 1
1. Pengertian Sosiologi
Pada dasarnya, sangat banyak pengertian sosiologi berdasarkan pendapat para ahli
dan berbagai definisi lainnya. Akan tetapi, sosiologi biasanya dihubungkan dengan
filsafat, sejarah, dan politik, karena pada dasarnya sosiologi akan mempelajari
mengenai gejala hubungan antarmanusia, di mana secara etimologis istilah sosiologi
terdiri dari ‘socius’ dan ‘logos’.
‘Socius’ memiliki arti ‘teman’, sementara ‘logos’ memiliki arti ilmu. Jadi, sosiologi
merupakan ilmu yang hendak memahami dan menjelaskan mengenai tindakan-
tindakan sosial dari manusia yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat
(Weber). Artinya, implikasinya adalah tindakan sosial tersebut harus membawa
pengaruh pada masyarakat. Sehingga pada akhirnya seorang individu yang hidup
secara asing bukan termasuk pada bidang kajian sosiologi, melainkan lebih ke bidang
psikologi.Dalam hal ini, masyarakat yang dipengaruhi oleh masyarakat dalam
pembentukan kepribadian dan individu akan mempengaruhi masyarakat. Artinya,
manusia selain sebagai hasil pendidikan tetapi juga berpikir dan memberi kesimpulan.
Sementara itu, politik di dalam sosiologi politik merupakan ilmu yang usianya bisa
dibilang masih muda daripada ilmu lainnya. Ilmu politik ini lahir pada akhir abad ke-
19 yang mengalami perkembangan pesat, sama seperti ilmu lainnya, misalnya sosiologi,
antropologi, dan psikologi.
Jika dikaji lebih luas lagi, politik merupakan berbagai aspek yang terdapat di dalam
negara. Kehidupan politik juga sering disebut sebagai kehidupan politik yang mana
berhubungan dengan ilmu filsafat. Ilmu politik umumnya melihat ke masa depan dan
menjadikan sejarah sebagai bahan untuk menemukan pola ulangan yang dapat
membantu untuk menentukan proyeksi masa depan.
Di dalam ilmu politik ini, masalah etika menjadi pokok permasalahan utama yang juga
berhubungan dengan ilmu filsafat yang berhubungan dengan norma baik atau buruk,
tindakan baik atau buruk, adil atau tidak adil. Politik merupakan sifat sistem
pemerintah yang terbaik untuk mencapai tujuan dan bagaimana seorang pemimpin
harus bertindak untuk keselamatan masyarakatnya.
Sebenarnya, ilmu politik ini memiliki pengertian yang sangat luas. Namun biasanya
ilmu politik berhubungan dengan berbagai kegiatan dalam suatu sistem politik maupun
di dalam suatu negara yang sedang mencapai atau sedang berupaya untuk menetapkan
pelaksanaan negara dan mengambil keputusan mengenai tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang dicapai tersebut berkaitan dengan seleksi antara berbagai alternatif untuk
menyusun skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih, dalam rangka
menentukan dan melaksanakan tujuan yang memerlukan adanya kebijakan-kebijakan
yang mengatur tentang alokasi sumber-sumber yang ada.
Berangkat dari definisi di atas, maka dalam menjalankan proses politik diperlukan
seperangkat kekuasaan dan kewenangan sebagai alat untuk membina kerja sama
maupun menyelesaikan konflik yang mungkin timbul selama proses.
Penggunaan kekuasaan dapat dilaksanakan secara persuasif maupun koersif atau
paksaan untuk dapat tercapainya tujuan, tidak hanya dari rangkaian kalimat tetapi
juga aplikasinya.
Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi
yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Negara memiliki dua tugas, yaitu (1)
mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang asosial dan (2)
mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan kelompok menuju
tercapainya tujuan negara.
Definisi dari kekuasaan merupakan tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai
dengan keinginan pelaku. Kekuasaan pada umumnya berbentuk hubungan antara
pihak yang memerintah dan yang diperintah. Tidak ada persamaan martabat di antara
keduanya karena satu lebih tinggi dari yang lain.
Kekuasaan merupakan inti dari politik, karena semua kegiatan dalam politik berkaitan
dengan perebutan atau mempertahankan kekuasaan yang juga dikaitkan dengan
perjuangan kekuasaan yang memiliki tujuan untuk memperjuangkan kepentingan
masyarakat.
Seperangkat keputusan yang telah diambil seseorang atau kelompok yang merupakan
bagian dari proses memilih alternatif tujuan dan cara yang hendak dicapai melalui
suatu kebijaksanaan dengan maksud membangun masyarakat yang lebih terarah
melalui pemakaian kekuasaan.
e. Pembagian atau distribution
Artinya pembagian atau pengalokasian nilai secara mengikat yang seringkali tidak
dilaksanakan secara merata sehingga menyebabkan konflik, berkaitan dengan
kekuasaan dan kebijaksanaan pemerintah.
Setelah memahami mengenai pengertian sosiologi dan pengertian politik, kini dibahas
mengenai apa pengertian dari sosiologi politik itu. Sosiologi politik merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari keteraturan kekuasaan secara khusus, lembaga negara,
pemerintahan, otoritas, dan hal lainnya yang menyangkut kehidupan masyarakat.
Objek kajian pada sosiologi politik ini sangat penting yakni manusia. Mengingat
seluruh segmen kehidupan manusia memerlukan proses politik sejak lahir hingga
menjelang meninggal dunia. Selain itu juga dipahami sebagai sejauh mana stratifikasi
sosial, misalnya dipengaruhi atau mempengaruhi keputusan kebijaksanaan serta corak
dan sifat keabsahan politik.
Keterkaitan antara keduanya terlihat di dalam konsep negara, yang artinya sosiologi
melihat bagaimana negara sebagai sebuah institusi yang melakukan kontrol sosial, baik
secara sederhana maupun kompleks, sementara politik adalah suatu konsep negara
berdasarkan kekuasaannya.
Disiplin ilmu sosiologi politik yang mempelajari hubungan antara negara dan
masyarakat ini menggunakan sejarah komparatif untuk menganalisis tren sosio-politik
yang sedang terjadi saat ini.
Selain pengertian secara umum, pengertian mengenai sosiologi politik ini juga
dipahami sebagai makna yang berbeda-beda dari para ahli. Berikut ini adalah
pendapat para ahli mengenai pengertian sosiologi politik menurut pandangannya
masing-masing.
1. Damsar
3. Philo C. Wasburn
4. Soerjono Soekanto
Menurutnya, ilmu politik mempelajari suatu aspek khusus dari kehidupan masyarakat
yaitu kekuasaan, upaya untuk mempertahankan kekuasaan, serta penggunaan
kekuasaan. Sedangkan sosiologi memusatkan perhatiannya pada segi masyarakat yang
bersifat umum dan berusaha mendapatkan pola-pola umumnya.
Maka sosiologi secara politik secara tidak langsung akan mempelajari antara lain
tentang upaya-upaya untuk mendapatkan kekuasaan yang oleh sosiologi digambarkan
dalam bentuk persaingan atau competitive atau bahkan pertikaian atau conflict.
5. Maurice Duverger
8. Tom Bottomor
Menurutnya, sosiologi politik adalah kajian mengenai demokrasi, kelas sosial, gerakan
sosial, partai politik, aksi politik, perubahan politik, dan konflik, negara, nasionalisme,
pembangunan dan politik global.
Sosiologi politik memiliki ruang lingkup kajian seperti yang akan dijelaskan di bawah
ini.
1. Studi Tentang Negara
Studi tentang negara termasuk di dalam ruang lingkup sosiologi politik yang khususnya
dalam tanggapan masyarakat yang ada di dalamnya serta kebijakan yang harus
diambil untuk melangsungkan dan mensejahterakan masyarakat.
Ruang lingkup yang kedua merupakan studi tentang kekuasaan yang dalam
peranannya sosiologi juga digunakan sebagai alat untuk mencapai kekuasaan yang
langgeng dengan cara-cara yang baik. Kekuasaan ini diperoleh melalui kajian dalam
sosiologi politik, terutama dalam menarik partisipasi masyarakat untuk dapat
memberikan kepercayaan.
Konsep yang terdapat pada kajian sosiologi politik adalah sebagai berikut.
Wasburn menuturkan, setidaknya ada tiga manfaat yang terdapat pada ilmu sosiologi
politik, yaitu (1) manfaat analitis, (2) manfaat praktis, dan (3) manfaat moral.
1. Manfaat analitis
Manfaat ini di dalamnya menawarkan berbagai macam teori dan metodologi yang
dapat digunakan untuk membaca fenomena politik yang nyata dan berkembang di
dalam masyarakat, termasuk di dalamnya merupakan sosialisasi politik, partisipasi
politik, komunikasi politik, dan gerakan politik.
2. Manfaat praktis
Sementara itu manfaat praktisnya karena ilmu ini membahas berbagai macam strategi
untuk mencapai tujuan politik. Dari berbagai strategi yang dilaksanakan, ada yang
efektif dan efisien untuk menjawab kepentingan bersama, meski ada pula yang secara
potensial menghadirkan konflik berkepanjangan.
3. Manfaat moral
Artinya di dalam ilmu ini kita mampu memahami berbagai teori dan metodologi yang
berkembang di dalam sosiologi politik serta berbagai strategi yang tergolong efektif dan
efisien dalam usaha memenuhi kepentingan politik atau mencapai tujuan politik
sebagai upaya meningkatkan komitmen kerakyatan.
RINGKASAN BAB 2
• Negara
1. Pengertian Negara
a) Perspektif State Centered
Salah seorang ahli yang menganut perspektif state centered adalah Stephen Krasner.
Menurut Krasner (1978: 10) merumuskan negara sebagai sejumlah peran dan institusi
yang memiliki dorongan dan tujuan khusus yang berbeda dari kepentingan kelompok
tertentu mana pun dalam masyarakat.Oleh sebab itu, Krasner tidak sependapat
dengan ahli yang menyebut tujuan dari negara sebagai kumpulan dari keinginan-
keinginan individuindividu atau kelompokkelompok, sebab tujuan negara sebenarnya
adalah merujuk pada kegunaan (utility) dari masyarakat dan dapat disebut sebagai
kepenting
an umum masyarakat atau kepentingan nasional. Dalam perspektif state centered juga
tumbuh rumusan yang berbeda dari pendapat Stephen Krasner, yaitu Theda
Skocpol. Adapun batasan tentang negara menurut Skocpol (1995: 28), adalah: Di satu
sisi, negara dapat dilihat sebagai organisasi melaluimana aparat kolektif mengejar
tujuan tertentu dan secara efektif merealisasikannya dengan sedikit banyak menggu
nakan sumber negara yang tersedia dalam hubungannya dengan setting sosial
(kapasitas negara). Di sisi lain, negara dapat dilihat secara lebih makroskopis sebagai
konfigurasi dari organisasi dan tindakan yang memengaruhi arti dan metode politik
dari semua kelompok dan kelas dalam masyarakat (otonomi negara).
b) Perspektif Society Centered
Berbeda dengan perspektif state centered, perspektif society centered melihat
bahwa negara merupakan agenda kepentingan pribadi, baik sebagai
kepentingan individu maupun kepentingan kelas. Perspektif society centered
mempunyai beberapa pemikiran berbeda, yaitu:
1. Pendekatan utilitarian melihat negara sebagai refleksi dari kepentingan
pribadipribadi. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang eksponen pendekatan
ini, yaitu Eric Nordlinger dalam bukunya On the Autonomy of the Democratic
State (1981: 11) melihat negara sebagai semua individu yang memegang jabatan
di mana jabatan tersebut memberikan kewenangan kepada individuindividu
untuk membuat dan menjalankan keputusankeputusan yang dapat mengikat
pada sebagian atau keseluruhan dari segmensegmen dalam masyarakat. Dari
definisi tersebut dapat dimengerti bahwa negara terdiri dari beberapa individu
yang memegang jabatan, yang memiliki konstituen untuk dipertimbangkannya
pilihanpilihan mereka dalam bentuk implementasi kebijakan publik. Otonomi
negara, dalam pendekatan ini, merupakan kemampuan dari pejabat negara
untuk melaksanakan pilihanpilihan mereka ke dalam kebijakan publik,
yang dimungkinkan sejalan atau berlainan arah dengan pilihanpilihan dari
orang lain yang bukan pejabat negara. Dari versi pluralis, negara dipandang
sebagai arena pertarungan sekaligus sebagai wasit.
3. Pendekatan Marxian memandang negara pada awalnya
Sebagai bentuk dari kepentingan pribadi dari para kapitalis yang berfungsi sebagai
instrumen untuk meraih Tujuan tertentu. Dengan demikian, negara dipandang sebagai
pelaksana dari kepentingan kelas tertentu.
• Kekuasaan
Kekuasaan merupakan suatu kemampuan untuk menguasai atau memengaruhi
orang lain Untuk melakukan sesuatu atau kemampuan untuk meng atasi
Perlawanan dari orang lain dalam mencapai tujuan, khususNya untuk
memengaruhi perilaku orang lain. Sementara pakSaan adalah kemampuan
untuk menguasai atau memengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu atau
kemampuan untuk mengatasi perlawanan dari orang lain dalam mencapai
Tujuan melalui cara yang tidak sah atau tidak memiliki leGitimasi. Sedangkan
otoritas (kewenangan) merupakan suatu Legitimasi (hak) atas dasar suatu
kepercayaan untuk memengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu. Jadi,
kewenangan Merupakan suatu bentuk kekuasaan yang sah atau memiliki
Legitimasi. Pandangan tersebut merupakan gagasan Weber tentang konsep
kekuasaan, otoritas, dan paksaan.
• Pembagian (Distribution)
DISTRIBUSI KEKUASAAN
Dalam bagian ini terdapat beberapa topik yang didiskusikan antara lain konsep
distribusi kekuasaan, stratifikasi sosial sebagai suatu fenomena distribusi kekuasaan,
dan proses dalam distribusi kekuasaan.
Sebelum diskusi tentang distribusi kekuasaan, ada baiknya terlebih dahulu kita
membicarakan konsep distribusi. Distribusi berakar dari bahasa Inggris distribution,
yang berarti penyaluran. Sedangkan kata dasarnya to distribute, berdasarkan Kamus
Inggris Indonesia John M. Echols dan HassaShadily, bermakna membagikan,
menyalurkan, menyebarkan, mendistribusikan, dan mengageni. Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, distribusi dimaksudkan sebagai penyaluran
(pembagian, pengiriman) kepada beberapa atau ke beberapa tempat. Jadi,
berdasarkan rujukan di, distribusi dapat dimengerti sebagai proses penyaluran barang
atau jasa kepada pihak lain. Distribusi dapat dipahami sebagai suatu perangkat
hubungan sosial yang melaluinya orang mengalokasikan barang dan jasa yang
dihasilkan. Distribusi juga menunjuk suatu proses alokasi dari produksi barang dan
jasa sampai ke tangan konsumen atau proses konsumsi. Dengan demikian, distribusi,
secara sosiologis, merupakan suatu perangkat hubungan sosial yang melaluinya terjadi
proses yang mengantarai produksi barang dan jasa dengan proses konsumsinya.
3. Stratifikasi Sosial sebagai Suatu Fenomena
Distribusi Kekuasaan
Distribusi kekuasaan dalam masyarakat dapat dilihat meLalui stratifikasi sosial
(Lenski, 1966 dan Kartono, 2007). Berikut be
Berapa pandangan ahli tentang konsep stratifikasi sosial:
1. James M. Henslin (2007: 178): stratifikasi sosial merupaKan suatu sistem di
mana kelompok manusia terbagi daLam lapisanlapisan sesuai dengan
kekuasaan, kepemiLikan, dan prestise relatif mereka. Stratifikasi sosial
meRupakan cara untuk menggolongkan sejumlah besar kelOmpok manusia
ke dalam suatu hirarki sesuai denga Hakhak istimewa relatif mereka. Oleh
sebab itu, stratiFikasi sosial tidak merujuk pada individu.
2. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1989: 1): jika diGunakan sebagai kata
benda, maka stratifikasi sosial berArti sistem perbedaan status yang berlaku
dalam suatu Masyarakat. Jika digunakan sebagai kata kerja, maka
Stratifikasi sosial adalah proses penyambungan dan peRubahasn sistem
perbedaan status.
3. Kamanto Sunarto (2004: 83): pembedaan anggota maSyarakat berdasarkan
status yang dimilikinya dinamaKan stratifikasi sosial. Status yang dimiliki
bisa berupa Kekuasaan, kekayaan, penghasilan, prestise atau yang Lain.
BAB 3
TIGA PILAR KEKUASAAN
Tiga pilar kekuasaan yang mengatu kehidupan manusia, yaitu state (negara),
market(pasar) dan civil society
1. NEGARA
a. Pengertian Negara
Menurut prespektif state cantero, defenisi negara menurut krasner dan skocpol, yaitu
bahwa otonomi negara atau kepentingan negara berbeda dengan kepentingan pribadi
dari individu dalam masyarakat, karena negaralah yang mempunyai dan membuat
tujuan serta mencapai tujuan itu sendiri.
Sedangkan menurut prespektif society centered bahwa negara adalah agenda
kepentingan pribadi , baik kepentingan individu maupun kepentingan kelas.
Menurut henslin bahwa nagera terbentuk di mulai dari dahulu kala saat masyarakat
hanya sekelompok kecil yang tinggal tersebar yang tidak memerlukan sistem politik,
lama kelamaan, kelompok tersebut membesar dan semakin bertambah lalu berubah
seperti di kota-kota yunani kuno yang di pimpin oleh raja adan ratu yang mereka
menginginkan perluasan wilayahnya dan akhirnya saling bertikai dan yang
memenangkan peperangan itulah yang memiliki kekuasaan negara tunggal.
Sedangkan menurut Morton Fried terdapat 2 tipe dari suatu negara yaitu :
1. Negara pristin yaitu negara yang terbentuk karena tidak ada negara sebelumnya
2. Negara sekunder yaitu negara yang terbentuk tapi ada negara atau beberapa
negara sebelumnya.
Teori fungsionalis
2. Suku (tribes) yaitu sudah ada kepala suku yang memiliki kekuasaandan bisa
memerintah orang, biasanya kepala suku memiliki kekuatan magis.
Menurut karl marx negara hanya di kuasai oleh penguasa , negara adalahsebagai alat
untuk menindas yang lemah. Sanderson menyimpulkan asal usul negara dari teori
marxian yaitu bahwa ada sebuah konflik antar kelas yang tidak dapat di damaikan
yang mengancam tatanan sosial, tatanan sosial hanya dapat memenuhui kepentingan
kelas tertentu, maka dari itu negara sebagai sarana untuk memepertahankan tatanan
sosial hanya dapat membela kepentingan kelas tertentu dam membiarkan ada kelas
yang tertindas.
Teori ekoligis
Negara terbentuk karena melimpahnya sumber daya alam tetapi tidak semua tempat
terdapat sumber daya alam yang melimpah, jadi banyak orang yang menempati daerah
yang memiliki SDA yang banyak lalu terjadilah pertumbuhan penduduk dan
stratifikasi sosial berkembang pesat serta terjadilah perang dan penaklukan politik
untuk dapat mempertahankan hidup lalu lahirnya sebuah negara pristis.
c. Kegagalam Negara
Faktor kegagalan negara adalah individu-individu atau oknum pejabat negara yang
tidak bertanggung jawab yang mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya
sehingga melakukan tugas yang mengatas namakan negara padahal untuk kepentingan
pribadi seperti melakukan korupsi. Bukannya menjalankan tugas untuk
mensahjeterakan negara tetapi malahan memakan uang rakyat dan membuat rakyat
menderita.
2. PASAR
a. Pengertian Pasar
Pasar berasal dari bahasa latin yaitu “marcatus” yang bermakna berdagang atau
tempat berdagang. Sosiolog memandang pasar sebagai fenomenasosial yang kompleks
dengan berbagai macam perangkatnya. Pasar merupakan suatru struktur yang padat
dengan jaringan sosial atau yang penuh dengan konflik dan persaingan.
Namun berbeda dengan pandangan polanyi bahwa perdagangan terjadi di mulai dari
eksternal, yaitu perdagangan muncul saat orang berusaha untuk mencari barang di
luar daerahnya.
Yaitu pasar tidak di atur atau tidak di kontrol oleh negara, peran negara dalam pasar
sangat kecil hanya untuk supaya individu dengan rasionalitasnya dapat mengejar
kepentingan pribadi tetap terjaga . pasar di biarkan bebas dan mengatur hidupnya
karna pasar tau apa yang di inginkannya dengan begitu kesejateraan masyarakat akan
terjamin apabila individu di dorong oleh keinginanan pribadi tanpa campur tangan
negara.
Menurut polanyi (1957:68) ekonomi pasar adalah suatu sistem ekonomi yang di
kontrol, diatur, dan di arahkan oleh pasar itu sendiri dan tempat penyediaan barang
dan jasa.
Pasar mengatur dirinya sendiri dengan mekanisme produksi dan distribusi yang telah
di kontrol oleh harga. Pasar mengatur kehidupan sosial secara otomatis yaitu jika
memenuhi kebutuhan pribadi maka secara otomatis juga memenuhi kebutuhan publik.
Kegagalan Pasar
Menurut J.B Say dan Davit Ricardo tidak mempercayai adanya kegagalan pasar
karena orang tidak akan memproduksi suatu barang secara terus menerus jika tidak di
inginkan orang banyak. Yang terjadi hanya kegagalan individu yang di
perdagangkannya tidak laku. Dan pasar akan terus berkembang karena adanya
mekanisme pasar yang mengatur dirinya sendiri.
Kegalan pasar di sebabkan oleh faktor eksternal pasar , menurut penganut ekonomi
neoklasik yaitu :
2. Kegagalan yang berkenaan dengan barang publik. Barang publik adalah barang
milik bersama ada yang bersifat non-ekslusif yaitu barang dapat di nikmati publik baik
bagi yang membayar maupun yang tidak membayar. Dan bersifat non-rival
mengkonsumsi barang tersebut dapat dilakukan bersama-sama seperti: udara bersih,
keamanan berlalu lintas, pertahanan negara dsb. Yang tidak dapat di peroleh melalui
pasar mencerminkan kegagalan pasar.
3. Kegagalan pasar yang bersumber dari monopoli dan oligopoli. Monopoli adalah
adanya satu perusahaan yang mengendalikan sebagian besar pasar atau aset pasar
untuk sektor tertentu, sedangkan oligopoli adalah hanya segelintir perusahaan yang
mengaendalikan sebagian besar pasar aset pasar untuk sektor tertentu. Sehingga pasar
persaingan sempurna tidak terjadi.
3. CIVIL SOCIETY
Civil society dalam bahasa indonesia di pahami dalam 3 arti yaitu masyarakat sipil,
masyarakat warga/kewargaan, dan masyarakat madani.
Di konsepsikan secara teoritis bahwa yang di sebut dengan civil society adalah
masyarakat yang bebas dari ketergantungan terhadap negara dan pasar, percaya diri,
swasembada, sukarela, dan taat nilai dan norma yang berlaku.
Menurut prespektif ekonomi klasik asal mula terbentuknya civil society di karenakan
adanya sistem pemenuhan kebutuhan pribadi, yang pertama di miliki manusia adalah
sistem subsistensi yaitu pemenuhan kebutahan diproduksi dan di gunakan oleh sebuah
kelompok kerabat. Didasarkan pada pola pembagian kerja keluarga.
Ketika bidang ekonomi terlepas dari bidang non ekonomi dimana individu melakukan
produksi untuk meraih keuntungan pribadi. Di sinilah muncul masyarakat civil society
di mana sistem kebutuhan tidak di atur oleh institusi keluarga atau negara, namun di
atur dan dipicu kepentingan pribadi.
Gerakan sosial merupakan suatu usaha bersama (kolektif) untuk melakukan atau
menentang suatu perubahan dalam masyarakat
Gerakan perpindahan yaitu: arus perpindahan penduduk ke suatu tempat yang baru
Gerakan ekspresi yaitu: gerakan yang merubah ekspresi, sikap atau reaksi terhadap
kenyataan seperti musik, drama, lelucon dsb
Gerakan utopia yaitu: gerakan untuk menciptakan masyarakat sejahtera dalam skala
terbatas
Gerakan repolusioner yaitu: gerakan yang di bangun untuk menggantikan sistem yang
ada dengan sistem yang baru.
Sedangkan menurut David F. Aberley menemukan 4 tipe dari gerakan sosial yaitu :
Gerkan sosial alternatif yaitu gerakan merubah perilaku tertentu dalam diri individu
Gerakan sosial redemtif yaitu gerakan sosial yang bertujuan mengubah keseluruhan
perilaku individu
Gerkan sosial reformatif yaitu gerakan perubahan pada segi atau bagian tertentu dari
masyarakat.
Ada dua cara gerakan sosial yaitu kekerasan dan non-kekerasan. Kekerasan, meliputi
demonstrasi anarkis, pembajakan, penandraan, penculikan, pembunuhan, teror fisik,
fsikis dan budaya serta perang. Non-kekerasan meliputi mogok, demonstrasi damai,
advokasi, dsb
1. Tahap kerusuhan dan agitatif. Bermulah dari orang yang terganggu dan hendak
mengubahnya
HUBUNGAN KE 3 PILAR
Karena itulah perlu adanya intervensi dari negara atau negara menyesuaikan
peraturanya dengan pasar.
Negara dapat melakukan intervensi secara efektif terhadap pasar melekat dalam pasar
dan struktur sosial, intervensi yang menyesuaikan dengan masyarakat, intervensi tidak
semuanya buruk seperti contohnya negara singapura dan jerman negara mereka tetap
maju.
Yaitu dengan cara, bagaimana pandangan pasar terhadap partai politik peserta
pemilu, jika pasar memiliki pandangan positif terhadap partai politik,berarti pasar
menganggap bahwa partai politik itu di anggap dapat menyalurkan kepentingan
pribadi mereka , dan begitu juga sebaliknya.
Pasar tidak netral dalam relasinya dengan kekuasaan politik, kegagalan pasar bisa
menyebabkan tumbangnya pemerintahan dari suatu negara.
Hubungan kolaborasi antara negara dan pasar yaitu antara pemerintah elite politik
dengan pemimpin perusahaan raksasa saling bekerja sama untuk menentukan
kebijakannasional, mereka saling memeperhatikan kepentingan masing-masing agar
terpenuhi. Dan dari sinilah terjadinya KKN.
Negara dapat melakukan hubungan kooptatif dan hegemonik terhadap civil society.
Intervensi negara seperti negara mampu membuat kebijakan semaunya tanpa ada
tanggung jawab publik dan pengontrolan pihak lain. Tetapi kemudan hak itu di hapus
dengan adanya institusi baru untuk menyelenggarakan negara yang bersih dan sehat.
Hubungan antara pasar dan civil societi bersifat saling menguatkan karna
adnya ciri-ciri sdan sifat yang sama yaitu otonomi bebas dan mandiri.
Ketika pasar di pandang terlalu serahkah dan menimbulkan efek negatif terhadap
kesahjeteraan umat manusia, civil society dapat bersipat menentang pasar.
Setiap pilar kekuasaan tidak boleh memiliki kekuasaan mutlak dan kebebasan tanpa
batas, yaitu ekonomi secara dominan di pengaruhi oleh pasar, namun negara juga
harus bertindak sebagai penengah yang adil ketika terjadi monopoli atau terjadi
eksploitasi terhadap buruh oleh pengusaha.
Sinergisitas antara negara, pasar dan civil society dalam meraih kesahjeteraan,
demokrasi, pembangunan ekonomi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup sehat dan
berkelanjuta secara optimal dengan melalui jalan ketiga dengan karateristik ketiga
pilar kekuasaan yang haruis di milik adalah:
a. Negara,
b. Pasar
Pasar harus memiliki ciri : suatu ekonomi harus berbasis kemitraan antara
pemerintah, pelaku bisnis dan civil society.
c. Civil society
BAB 4
Sosiologi Politik
Sosiologi politik merupakan dua istilah yang menjadi satu, yaitu istilah sosiologi dan
politik. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang definisi masyarakat dan akibat
daripada apa yang dilakukan masyarakat. Artinya sosiologi disini adalah ilmu yang
mengajarkan serta meneliti dalam tindakan yang ada dalam masyarakat. Sedangkan
definisi politik yaitu ilmu pengetahuan yang menuntaskan berbagai konflik dalam
kehidupan manusia, khususnya dalam membuat keputusan melalui kebijakan-
kebijakan tertentu yang dipengaruhi oleh aturan, nilai dan norma yang ada dalam
masyarakat.
Pengertian sosiologi politik secara umum adalah cabang ilmu pengetahuan dalam
sosiologi yang mengajarkan tentang pengertian fenomena sosial sebagai akibat dari
hubungan antara kekuasaan lembaga sosial dan masyarakat.
Ciri Sosiologi Politik
Adapun salah satu ciri dari sosiologi politik adalah sebagai berikut;
Empiris
Artinya ilmu sosiologi politik tidak diahasilkan dari prasangka atau sikap menduga-
duga dengan keadaan sosial.
Teoritis
Dalam pandangan ini ciri sosiologi politik sebagai ilmu pengetahuan adalah
berdasarkan kajian teori yang ada dalam sosiologi dan ilmu politik.
Logis
Ciri ini mengindikasikan bahwa kajian yang ada dalam ilmu sosiologi politik dapat
ditangkap dengan akal sehat.
Komulatif
Artinya terjadi hubungan yang baik dalam sosiologi politik, misalnya hubungan antara
teori satu dengan lainnya atau bahkan bantahan yang disusun dalam teori sebelumnya.
Nonetis
Artinya dalam pandangan ilmu sosiologi politik tidaklah mempersoalkan baik dan
buruk akan tetapi lebih mendeskripsikan pada tujuan yang ingin dijelaskan sesuai
kapastitas dalam sosiologi politik.
Adapun ruang lingkup dalam kajian sosiologi politik adalah sebagai berikut:
Kajian dalam sosiologi politik yang pertama adalah spesifik dalam negara, khususnya
dalam tanggapan masyarakat yang ada di dalamnya serta kebijakan yang mesti
diambil untuk melangsungkan dan mensejahterakan masyarakat.
Dalam hal ini contoh yang bisa dilakukan adalah Kebijakan Program Indonesia Pintar
atau Program Indonesia Sehat yang dilakukan dalam upaya menyambul Bonus
Demografi di Indonesia. Kebijakan ini diambil oleh negara berdasarkan pada kajian
sosiologi politik.
Selaian sebagai studi tentang negara dalam peranannya sosiologi politik juga
dipergunakan dalam menggapi keuasaan yang langgeng dengan cara-cara yang baik.
Kekuasaan ini dipereoleh melalui kajian dalam sosiologi politik terutama dalam
menarik partisipasi masyarakat untuk dapat memeberikan kepercayaan.
Contoh: yang bisa diberikan misalnya saja adalah disaat kamapanye politik yang
banyak membutuhkan peran serta masyarakat Indonesia agar memeperoleh dukungan.
BAB 5
Pengertian sistem politik secara umum adalah semua kegiatan politik dalam sebuah
negara atau masyarakat yang berupa proses alokasi nilai-nilai dasar kepada
masyarakat dan menunjukkan pola hubungan yang fungsional di antara kegiatan-
kegiatan politik tersebut.
David Easton
Sistem politik merupakan sistem interaksi dalam masyarakat yang diambil dari seluruh
perilaku sosial dan dialokasikan secara otoritatif kepada seluruh lapisan masyarakat.
Rusadi Kantaprawira
Sistem politik merupakan berbagai macam kegiatan dan fungsi yang bekerja dalam
suatu unit dan kesatuan yang berupa negara atau masyarakat.
Jack C. Plano
Sistem politik mencakup dua hal, yaitu pola hubungan yang tetap antarmanusia dan
melibatkan sesuatu yang luas tentang kekuasaan, aturan, serta kewenangan.
Perbedaan sistem politik tradisional transisi dan modern : Sistem politik modern juga
mempunyai beberapa ciri yangmembedakannya dengan sistem tradisional atau
pramodern. Antara lain, individu dan masyarakat tidaklah merupakan objek, tetapi
subjek yang turut menentukan arah kehidupan. Berkaitan dengan itu, masyarakat
modern ditandai oleh partisipasi masyarakat yang luas dalam proses politik. Sistem
politiknya, yakni nilai-nilai dasar dan instrumental, organisasi, mekanisme dan
prosedur, bersifat terbuka dan dapat diikuti oleh siapa pun. Sistem politik modern
berlandaskan aturan-aturan dasar yang disepakati bersama, yang disebut konstitusi,
dan kehidupan diselenggarakan berdasarkan aturan-aturan yang ditetapkan bersama
pula dan berlaku buat semua secara adil. Oleh karena itu, negara modern senantiasa
adalah negara yang berdasarkan hukum. Rakyat adalah yang berdaulat, dengan
mekanisme yang menunjukkan kedaulatan itu, yang diwujudkan melalui
perwakilan.Proses itu berjalan secara terbuka dan menjamin hak setiap warga untuk
turut serta di dalamnya, dengan demikian dilengkapi oleh mekanisme komunikasi
sosial yang efektif. Penyelenggara negara tunduk kepada kedaulatan rakyat dan
hukum, seperti juga semua warga negara. Penyelenggara negara terbentuk tidak atas
dasar keturunan, ras, agama, kesetiaan perorangan,tetapi atas dasar kecakapan,
integritas, dan kesetiaan kepada tugas dan tujuan organisasi. Sistem politik yang
modern mampu mewadahi perbedaan paham dan pandangan, dan mengatasinya
dengan cara yang adab dan damai, dalam aturan yang disepakati bersama (hukum).
Dalam masyarakat modern ada penampilan individu (individuation) yang nyata
(distinct), sehingga manusia berwajah, berkepribadian, bermartabat, dan bukan hanya
bagian dari masyarakat. Di pihak lain, dalam masyarakat modern betapa pun
bebasnya individu, kebebasan itu tidak mutlak, karena dibatasi oleh hak individu yang
lain, hak masyarakat, dan kepentingan masyarakat. Namun, pembatasannya itu diatur
pula secara jelas dan berlaku buat semua. Dan akhirnya sistem politik modern, lebih
terdesentralisasi, dengan diferensiasi struktural dan spesifikasi fungsi-fungsi, tetapi
dengan derajat integrasi dan koordinasi yang tinggi.Memang ciri-ciri tersebut di atas
bisa dirinci lebih lanjut, namun pada pokoknya sistem politik modern mengandung tiga
unsur, Yaitu ;
(1) demokratis,
Dalam masyarakat modern, hubungan primer antarindividu telah jauh berkurang dan
hubungan sekunder yang lebih bersifat impersonal menjadi lebih predominan.Dalam
masyarakat tradisional atau pramodern, status, hubungan dan keterkaitan sosiallebih
didasarkan pada apa atau siapa seseorang; latar belakang keluarga atau keturunan,
suku atau ras, jender (pria atau wanita), dan usia (yang antara lain melahirkan
paternalisme). Dalammasyarakat tradisional, di samping pertimbangan-pertimbangan
itu, memang ada juga pertimbangan kemampuan (capability), tetapi lebih bersifat fisik
(jagoan, misalnya) atau magis (paranormal). Dalam masyarakat modern apa dan siapa
bukannya sama sekali diabaikan, tetapi bobotnya kurang dibandingkan dengan
prestasi yang telah dicapai dan potensi yang dapat dicapai.Penghargaan terhadap
kemampuan fisik tidak juga diabaikan seperti pahlawan-pahlawan olahraga, tetapi
penghargaan lebih besar diberikan kepada kemampuan intelektual. Sukses seseorang
karena prestasinya sendiri dihargai tinggi dalam masyarakat modern (contoh:
penghargaan kepada Bill Gates padahal ia adalah seorang yang putus sekolah).
Manusia modern ingin memperoleh pengakuan sebagai individu selain sebagai anggota
masyarakat. Juga ia senantiasa berupaya untuk terus maju, tidak statis, dan berusaha
menam-pilkan dan mencari yang terbaik. Karena itu, profesionalisme adalah cirinya
manusia modern. Pada umumnya ciri personalitas manusia modern adalah manusia
yang mampu membimbing dirinya sendiri, mampu mengambil keputusan sendiri
(menetapkan pilihan-pilihan) dan mampu menghadapi perubahan.8Struktur
Sosial.Struktur yang mewarnai suatu masyarakat tradisional berintikankekerabatan,
kesukuan, atau keagamaan. Struktur yang bersifat primordial itu tertutup bagi yang
lain di luar hubungan-hubungan itu dan tidak bersifat sukarela. Dalam masyarakat
modern,struktur sosial bersifat terbuka dan bersifat sukarela. Jadi, yang berkembang
dan menjadi tiang-tiang masyarakat adalah organisasi politik, organisasi ekonomi,
organisasi sosial, termasukorganisasi profesional dan fungsional. Dalam masyarakat
tradisional atau pramodern, organisasi-organisasi serupa itu sekalipun sudah ada,
dasarnya masih tetap lebih bersifat primordial dan masih lebih tertutup. Namun,
apabila kita berbicara mengenai struktur sosial, ada ciri-ciri yang nyata dalam
masyarakat modern, yaitu:
(1) Sebagian besar anggota masyarakat berada pada lapisan menengah; lapisan atas
dan bawah adalah minoritas. Pada masyarakat tradisional dan pramodern,
sebagian besar masyarakat berada di lapisan bawah.
(2) Dalam masyarakat modern tidak tampak batas pemisah (diskontinuitas), tetapi
stratanya
BAB 7
SOSIALISASI POLITIK
Pendidikan politik
Indoktrinasi politik
Orang tua dan keluarga adalah agen utama sosialisasi politik seorang anak. Anak akan
mengadopsi pandangan politik yang dimiliki oleh orang tuanya. Orang tua yang aktif
berpartisipasi politik biasanya memiliki anak yang juga tertarik dalam bidang politik
dan memiliki pemahaman politik yang baik.
Sekolah
Sekolah merupakan agen penting dalam sosialisasi politik. Dilansir dari Oxford
Handbooks Online, pendidikan sangat berkolerasi dengan pengetahuan politik, minat,
jumlah pemilih, dan bentuk partisipasi politik lainnya.
Rekan
Rekan dalam peer group maupun teman pergaulan yang sebaya merupakan agen
sosialisasi politik yang efektif. Kesadaran politik akan tumbuh dilingkungan teman
sebaya yang juga menyukai diskusi tentang politik serta pemerintahan. Rekan dan
teman sebaya sangatlah penting dalam hubungan sosial dan penerapan norma sosial
dalam kehidupan seseorang.
Media Massa
Pada jaman modernisasi dan globalisasi ini, hampir semua orang menggunakan dan
menghabiskan waktunya pada media massa ataupun media sosial. Sehingga media
massa menjadi agen penting dalam sosialisasi politik. Media massa harus bisa
menayangkan pemberitaan maupun sosialisasi politik dalam segala bentuk dengan
efektif dan tidak tertutup oleh konten hiburan. Sehingga masyarakat lebih paham
terhadap sistem politik pemerintahan, tidak hanya melihat hiburan semata.
BAB 9
PARTISIPASI POLITIK
Partisipasi politik menandakan sikap dan peran masyarakat untuk ikut serta
dalam kegiatan politik.
Pengertian dan teori partisipasi politik
Menurut Ramlan Surbakti dalam buku Memahami Ilmu Politik (2005),
partisipasi politik adalah segala bentuk keikutsertaan atau keterlibatan warga
negara biasa (yang tidak memiliki wewenang) dalam menentukan keputusan
yang dapat mempengaruhi hidupnya.
Dikutip dari buku Partisipasi Politik Masyarakat: Teori dan Praktik (2016)
karya Rahmawati Halim dan Muhlin Lalongan, partisipasi poliitk bisa
dilakukan secara individual ataupun kolektif. Partisipasi politik bisa diartikan
sebagai peran warga negara dalam proses pemerintahan. Bentuk partisipasi ini
dapat mempengaruhi jalannya pemerintahan, sehingga secara langsung atau
tidak, memang berpengaruh bagi kehidupan masyarakat suatu negara.
Partisipasi politik lebih berfokus pada kegiatan yang dilakukan, dan bukan
terfokus pada sikap politiknya. Partisipasi politik memiliki dua pendekatan,
yaitu pendekatan politik kelompok dan hak-hak politik.
Jenis partisipasi ini bisa diselenggarakan dan dilakukan lewat berbagai cara.
Adanya partisipasi politik dapat mengubah masyarakat yang semula apatis
menjadi aktif.
Partisipasi pasif
Adalah bentuk partisipasi politik yang dilakukan dengan menaati, menerima, serta
melaksanakan saja seluruh keputusan pemerintah. Artinya masyarakat hanya
sekadar menerima dan mengikuti saja, tanpa menyatakan pengajuan usul ataupun
kritik.
Selain dua jenis tersebut, partisipasi politik juga dapat dibedakan lagi menjadi tiga,
yakni:
Apatis: artinya masyarakat menolak dan menarik diri dari proses politik.
Spectator: artinya masyarakat setidaknya pernah ikut serta dalam pemilihan umum.
Gladiator: artinya masyarakat terlibat aktif dalam proses politik, misalnya menjadi
anggota partai, pekerja kampanye, serta aktivis masyarakat.