Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan mempunyai peran penting bagi kualitas hidup seseorang,
sehingga orang selalu berupaya memperoleh informasi kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan kognitif, afektif dan dapat diterapkan dalam perilaku
sehari-hari. Upaya ini ditujukan untuk dapat membantu proses pencegahan
penyakit, meningkatkan kualitas kesehatannya serta berperan aktif dalam setiap
upaya penyelenggaraan kesehatan. Upaya ini diwujudkan melalui promosi
kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
585/Menkes/SK/V/2007 mengenai Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan
di Puskesmas.
Promosi kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan
kemauan dan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan. Mengingat tujuan akhir promosi kesehatan bukan sekedar
masyarakat mau hidup sehat (Will-linggnes), tetapi juga mampu (ability) untuk
hidup sehat, maka promosi kesehatan bukan sekedar menyampaikan
pesanpesan, atau informasi-informasi kesehatan agar masyarakat mengetahui
dan berperilaku hidup sehat, tetapi juga bagaimana masyarakat mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta
adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit, dan perubahan gaya
hidup yang berkaitan dengan perilaku sosial budaya cenderung akan semakin
kompleks, maka untuk memperbaikinya perlu diperhatikan beberapa faktor
diantaranya adalah faktor pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ditentukan
oleh dua (2) faktor, yaitu faktor perilaku dan faktor nonperilaku (lingkungan
dan pelayanan), oleh karena itu upaya untuk memecahkan masalah kesehatan
juga ditujukan atau diarahkan kepada dua (2) faktor tersebut. Perbaikan
lingkungan fisik dan peningkatan lingkungan sosial budaya, serta peningkatan
pelayanan kesehatan merupakan pendekatan terhadap faktor non-perilaku.

1
Lingkungan sebagai akumulasi dari kondisi fisik, sosial, budaya, ekonomi
dan politik yang memengaruhi kehidupan dari komunitas tersebut. Sedangkan
kesehatan dari suatu komunitas bergantung pada integritas lingkungan fisik,
nilai kemanusiaan dalam hubungan sosial, ketersediaan sumber yang
diperlukan dalam mempertahankan hidup dan penaggulangan penyakit,
mengatasi gangguan kesehatan secara wajar, pekerjaan dan pendidikan yang
dapat tercapai, pelestarian kebudayaan dan toleransi terhadap perbedaan jenis,
akses dari garis keturunan serta rasa ingin berkuasa dan memiliki harapan.
Berbagai kasus-kasus kesehatan terjadi di masyarakat, dari kasu- yang
terjadinya perlunya dilakakukan tindakan agar kasus tersebut dapat
diminimalisir. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan kegiatan promosi
kesehatan, yang diharapakan dapat mewujudkan masyarakat yang sehat.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah contoh kasus kesehatan yang terjadi yang perlu untuk diadvokasi?
2. Apakah tujuan dari advokasi yang dilakukan?
3. Siapakah yang menjadi sasaran advokasi?
4. Bagaiman peran dan cara penyampaian advokasi?
5. Siapa saja yang perlu dijadikan mitra advokasi?

C. Tujuan
1. Untuk mencari contoh kasus kesehatan yang terjadi yang perlu untuk
diadvokasi.
2. Untuk merumuskan tujuan dari advokasi yang dilakukan.
3. Untuk menentukan sasaran advokasi.
4. Untuk mengetahui peran dan cara penyampaian advokasi.
5. Untuk menentukan siapa saja yang perlu dijadikan mitra advokasi.

2
BAB II
ISI

A. Kasus
Contoh kasus yang perlu untuk diadvokasi adalah banyaknya penderita
Deman Berdarah Dengue yang terjadi di Kecamatan Taranggong Kaler.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Tahun 2009, 2010, dan 2011 pada tahun
2009 Kecamatan Tarogong Kaler menempati posisi teratas memiliki penderita
Deman Berderah Dengua terbanyak. Pada tahun 2010 menempati posisi kedua
dan pada tahun 2011 kembali menempati posisi pertama dalam penderita
terbanyak DBD. Meskipun pada tahun 2009 sampai 2011 di Kabupaten Garut
mengalami penurunan terjadinya kasus DBD tetapi Kecamatan Taranggong
Kaler selalu memiliki penderita paling banyak.
Data Dinas Kesehatan Garut menggambarkan Kecamatan Tarogong Kaler
yang menjadi wilayah kerja Puskesmas DTP Tarogong pada Tahun 2009
sampai dengan 2011 menduduki urutan angka tertinggi ke-4 (empat) yang
anggota masyarakatnya menderita deman berdarah dengue (DBD). Hingga
Kecamatan Tarogong Kaler menjadi salah satu kecamatan yang endemis DBD
di Kabupaten Garut, yaitu kecamatan yang dalam 3 (tiga) tahun terakhir
terjangkit DBD setiap tahunnya. Kemudian hasil akreditasi Puskesmas DTP
Tarogong belum mendapatkan nilai bagus untuk bidang promosi kesehatan dan
kesehatan lingkungan pada layanan enam dasar (the basic six).
Jumlah penderita DBD di Kecamatan Taragong pada tahun 2009 adalah
sebanyak 356 jiwa, pada tahun 2010 sebanyak 196 jiwa, dan pada tahun 2011
sebanyak 121 jiwa.

B. Tujuan Advokasi
Tujuan dari kegiatan advokasi untuk kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Kecamatan Teragong Kaler sebagai berikut.

3
1. Untuk memperoleh dukungan dari pejabat keputusan di Kabupaten Garut
sehingga pemerintah/pejabat terkait dapat mengeluarkan peraturan yang
berkaitan dengan upaya pemberantasan DBD.
2. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melakukan
gerakan 3M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, dan memberikan bubuk
ABATE ke dalam bak penampungan air) sebagai upaya untuk mencegah
penularan penyakit DBD.
3. Untuk menurunkan jumlah penderita DBD di Kabapten Garut.

C. Sasaran Advokasi
Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak yang diharapkan dapat
memberikan dukungan terhadap upaya kesehatan, khususnya para pengambil
keputusan dan penentu kebijakan di pemerintah, lembaga perwakilan rakyat,
mitra di kalangan pengusaha/swasta, badan penyandang dana, media masa,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan. Semuanya bukan hanya
berpotensi mendukung, tetapi juga mentang atau berlawanan atau merugikan
kesehatan.
Sasaran dari kegiatan advokasi untuk kasus Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Kecamatan Teragong Kaler adalah pemerintah Kabupaten garut yang
berwenang untuk mengeluarkan kebijakan terkait pemberantasan DBD. Selain
pemerintah, masyarakat di Kecamatan Teranggong juga menjadi sasaran dari
advokasi ini.

D. Peran dan Cara Penyampaian Advokasi


Petugas promosi kesehatan yang berada di puskesmas sebagai ujung
tombak dalam pelaksanaan promosi kesehatan di level kecamatan. Fungsional
promosi kesehatan inilah yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat mengenai tentang pentingnya melakukan gerakan 3M plus
(Menguras, Menutup, Mengubur, dan memberikan bubuk ABATE ke dalam
bak penampungan air) agar dapat menurunkan jumlah penderita DBD.

4
Advokasi juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan terhadap
orang-orang yang dianggap mempunyai pengaruh di lingkungan atau
wilayahnya. Metode dan teknik advokasi yang dilakukan petugas promosi
kesehatan mulai dari lobi-lobi politik dengan cara berbincang secara nonformal
dengan para pejabat pemerintahan untuk menginformasikan dan membahas
upaya pemberantasan penyakit Deman Berdarah Dengue, agar diperoleh
dukungan atau komitmen dari pembuat keputusan dengan mengeluarkan
peraturan. Dukungan ini juga dapat diperoleh dari pihak yang ada di luar
pemerintahan, seperti produsen obat-obatan.
Advokasi lainnya yang dilakukan oleh UPTD Puskesmas Kecamatan
Tarogong yaitu bekerja sama dengan Surveilans. Ada program surveilans untuk
penanggulangan penyakit, seperti DBD, dan lain sebagainya. Bersama
surveilens ke lapangan untuk menyampaikan penyuluhan, berupa penyuluhan
kepada masyarakat itu bagaimana mencegah penyakit DBD melalui gerakan
3M plus.
Selain itu petugas promosi kesehatan juga menggunakan media dalam
bentuk seminar, presentasi/penyuluhan yang dihadiri oleh pejabat dari berbagai
lintas sektor serta untuk menyampaikan keinginan agar dibuatkan/diambilnya
suatu kebijakan/peraturan tentang Penyakit DBD. Juga menggunakan media
massa, misalnya memasukkan profil bidan desa Puskesmas TP Tarogong ke
Majalah Kesehatan. Salah satu kegiatan advokasi lainnya adalah membentuk
kelompok yang akan malakukan kegiatan-kegiatan yang melibatkan
masyarakat untuk mensosialisaikan gerakan 3M plus. Serta mengajak masyakat
untuk berperan aktif dalam upaya pemberantasan penyakit Deman Berdarah
Dengue.

E. Mitra Advokasi
Pihak-pihak yang dapat dijadikan mitra kerjasama untuk dapat melakukan
pendekatan kepada pemerintah atau pihak mengambil kebijakan dan untuk
menyukseskan kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat adalah dinas

5
Kesehatan, Kelurahan, PKK, surveilens, media massa, organisasi
kemasyaratan, dan tokoh masyarakat.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Contoh kasus yang perlu untuk diadvokasi adalah banyaknya penderita
Deman Berdarah Dengue yang terjadi di Kecamatan Taranggong Kaler.
2. Tujuan dari kegiatan advokasi ini adalah untuk memperoleh dukungan dari
pejabat keputusan di Kabupaten Garut, untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya melakukan gerakan 3M plus (Menguras,
Menutup, Mengubur, dan memberikan bubuk ABATE ke dalam bak
penampungan air), untuk menurunkan jumlah penderita DBD di Kabapten
Garut.
3. Sasaran dari kegiatan advokasi untuk kasus Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Kecamatan Teragong Kaler adalah pemerintah Kabupaten garut
yang berwenang untuk mengeluarkan kebijakan terkait pemberantasan
DBD. Selain pemerintah, masyarakat di Kecamatan Teranggong juga
menjadi sasaran dari advokasi ini
4. Bentuk advokasi yang dilakukan adalah seminar, presentasi/ penyuluhan
yang dihadiri oleh pejabat dari berbagai lintas sektor serta menggunakan
media massa. Juga membentuk kelompok yang akan malakukan kegiatan-
kegiatan yang melibatkan masyarakat untuk mensosialisaikan gerakan 3M
plus.
5. Mitra pada advokasi ini adalah dinas Kesehatan, Kelurahan, PKK,
surveilens, media massa, organisasi kemasyaratan, dan tokoh masyarakat.

B. Saran
Leih memperhatikan dalam menganalisa kegiatan advokasi yang tepat
digunakan terhadap kasus yang ditemukan.

Anda mungkin juga menyukai