Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

LATAR BELAKANG

Dewasa ini promosi kesehatan (health promotion) telah menjadi bidang yang
semakin penting dari tahun ke tahun. Dalam tiga dekade terakhir, telah terjadi
perkembangan yang signifikan dalam hal perhatian dunia mengenai masalah promosi
kesehatan. Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan
berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan
lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari
pemikiran

bahwa

promosi

kesehatan

adalah

suatu

filosofi

umum

yang

menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha individu
sekaligus kolektif (Taylor, 2003). Praktisi medis termasuk perawat dapat mengajarkan
kepada masyarakat mengenai gaya hidup yang sehat dan membantu mereka
memantau atau menangani risiko masalah kesehatan tertentu.
Para pembuat kebijakan melakukan pendekatan secara umum lewat
penyediaan informasi-informasi yang diperlukan masyarakat untuk memelihara dan
mengembangkan gaya hidup sehat, serta penyediaan sarana-sarana dan fasilitas yang
diperlukan untuk mengubah kebiasaan buruk masyarakat. Berikutnya, perumus
perundang-undangan dapat menerapkan aturan-aturan tertentu untuk menurunkan
risiko kecelakaan seperti misalnya aturan penggunaan sabuk pengaman di kendaraan
(Taylor, 2003).
Promosi kesehatan mencakup baik kegiatan promosi (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), pengobatan (kuratif), maupun rehabilitasi. Dalam hal ini, orangorang yang sehat maupun mereka yang terkena penyakit, semuanya merupakan
sasaran kegiatan promosi kesehatan. Kemudian, promosi kesehatan dapat dilakukan
di berbagai ruang kehidupan, dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat-tempat
umum, dan tentu saja kantor-kantor pelayanan kesehatan. Dalam melaksanakan
program promosi kesehatan diperlukan suatu tahapan yang sistematis guna
pencapaian tujuan program yang ditetapkan. Tahapan promosi kesehatan meliputi
tahap pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi hasil.
1

BAB 2
KONSEP TEORI
1.1

Media dan alat peraga promosi kesehatan

Promosi kesehatan masyarakat dapat diberikan kepada sasaran baik secara


langsung maupun melalui media tertentu. dalam situasi di mana pendidik ( sumber)
tidak dapat bertemu langsung dengan sasaran. Media pendidikan sangat diperlukan.
Media promosi kesehatan adalah saluran komunikasi yang dipakai untuk
mengirimkan pesan kesehatan. Media yang dapat dipergunakan adalah sebagai
berikut :
1. Media Elektronik : radio, televisi, internet, telepon, telepon genggam
(handphone), teleconference
2. Media Cetak : majalah, koran, selebaran ( leaflet dan flyer ), booklet, papan
besar (billboard), spanduk, poster, flamnelgraph, bulletin board
3. Media Lain : surat
Beberapa media promosi kesehatan dapat juga dipergunakan sebagai alat
peraga jika pendidik kesehatan bertemu langsung dengan partisipan dalam proses
promosi kesehatan. Media poster dapat dianggap sebagai alat peraga berupa gambar,
demikian juga dengan billboard dan sebagainya. Berikut ini adalah media dan alat
peraga yang dapat dipergunakan dalam promosi kesehatan.
1. Leaflet dan pamflet
Merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah
khusus untuk sasaran yang dapat membaca. Leaflet terdiri atas 200-400 kata dan
berisi gambar, berukutan 20 x 30 cm, dan biasanya disajukan dalam bentuk
terlipat.
2. Booklet
Media ini berbentuk buku kecil yang berisi tulisan atau gambar atau keduanya.

3. Flayer
Selebaran berbentuk leaflet, tetapi tidak berlipat.
4. Billboard
Berbentuk papan besar berukuran 2 x 2 m yang berisi tulisan dan atau gambar
yang ditempatkan di pinggir jalan besar yang dapat dibaca atau dilihat oleh
pemakai jalan.
5. Poster
Merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar. Ukuran berkisar 50 x 60 cm.
Karena ukuran yang terbatas, maka tema dalam poster tidak perlu terlalu banyak.
Kata-kata dalam poster tidak lebih dari 7 kata dam hurufnya dapat di baca oleh
orang yang lewat dari jarak 6 meter.
6. Flannelgraph
Merupakan guntingan-guntingan gambar atau tulisan yang dibelakangnya diberi
kertas amril. Keuntungan menggunakan flannelgraph adalah peserta dapat
mendekat dan memilih sendiri gambar atau kata yang diinginkan untuk
ditempelkan pada tempat yang ia inginkan
7. Bulletin board
Berupa papan berukuran 90 x 120 cm yang biasanya dipasang didinding fasilitas
umum. Pada papan ini dapat ditempelkan gambar-gambar leaflet, poster atau
media lain yang mengandung informasi penting yang secara berkala diganti
dengan topik-topik lain.
8. Lembar balik
Merupakan alat peraga yang menyerupai kalender balik bergambar. Lembar balik
mempunyai dua ukuran : ukuran besar terdiri atas lembaran-lembaran yang
berukuran kurang lebih 50x75 cm, sedangkan ukuran kecil kurang lebih 38 x 50
3

cm. Lembar balik digunakan untuk pertemuan kelompok dengan jumlaj maksimal
peserta 30 orang. Flip book biasa dipergunakan untuk pendidikan individu atau
kelompok yang lebih kecil (kirang dari 5 orang).
9. Flashcard
Merupakan sejumlah kartu bergambar berukuran 25 x 30 cm. Flashcrad
dipergunakan untuk sasaran berjumlah kurang dari 30 orang. Apabila pendidik
kesehatan ingin membuat sendiri media yang akan dipergunakannya, maka
langkah-langkah berikut ini perli diterapkan :

1.2

Membuat konsep (draft) pesan yang berisi materi pendidikan kesehatan.


Melakukan pre-test terhadap konsep pesan
Memperbaiki konsep pesan.
Model-model Promosi kesehatan
Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik bermutu yang

mewakili sesuatu hal nyata.Teori dan konsep mencerminkan filosofi, nilai dan
keyakinan tentang manusia. Banyak model yang dikembangkan dapat mempengaruhi
kesehatan serta memperbaiki intervensi pencegahan dan promosi kesehatan.
Pendekatan model kesehatan terapan dapat menjadi dasar untuk kegiatan-kegiatan
promosi kesehatan seperti Health Belief Model (HBM),Transteoritical Model
(TTM),Teori Sebab Akibat, Model Transaksional Stres dan Koping, Theory of
Reasoned Action (TRA), serta Health Field Concept.
a.Model keyakinan kesehatan (Healty Belif Model)
Model Keyakinan Kesehatan (Health Belif Model-HBM) dikembangkan sejak
1950 olehn kelompok ahli psikologi sosial dalam pelayanan kesehatan masyarakat
Amerika. Model ini digunakan untuk menjelaskan kegagalan partisipasi masyarakat
secara luas dalam program pencegahan atau deteksi penyakit. Model ini juga sering
dipertimbangkan sebagai kerangka utama perilaku kesehatan yang dimulai dari
pertimbangan orang-orang tentang kesehatan. Selain itu, model keyakinan

kesehatan digunakan untuk mengidentifikasi prioritas beberapa faktor penting yang


berdampak terhadap pengambilan keputusan secara rasional dalam situasi yang
tidak menentu (Rosenstock, 1990).
Pada 1974, pendidikan kesehatan mencurahkan seluruh perhatian terhadap isu
keyakinan kesehatan dan perilaku kesehatan individu. Isu tersebut merupakan
kesimpulan dari riset keyakinan kesehatan dalam memahami alasan individu
melakukan atau tidak melakukan tindakan kesehatan, berkaitan dengan berbagai
hubungan variasi yang lebih luas. Isu tersebut juga memberikan dukungan penting
dari

Model Keyakinan Kesehatan dalam menjelaskan prilaku pencegahan dan

respns terhadap gejala atau diagnosis penyakit.


Model keyakinan kesehatan merupakan model kognitif yang digunakan untuk
meramalkan

perilaku

peningkatan kesehatan. Menurut

Model

Keyakinan

Kesehatan, tindakan pencegahan yang mungkin dilakukan seseorang dipengaruhi


secara langsung dari hasil dua keyakinan atau penilaian kesehatan antara lain
ancaman yang dirasakan setara penilaian terhadap keuntungan dan kerugian.
1. Aplikasi Model Keyakinan Kesehatan
Model keyakinan kesehatah adalah prilaku pencegahan yang berkaitan dengan
dunia medis dan mencakup berbagai perilaku seperti pemerksaan dan pencegahan
dan imunisas. Contohnya, model keyakinan kesehatan dalam imunisasi memberi
kesan bahwa orang yang mengikuti program imunisasi percaya terhadap hal-hal
berikut:

Kemungkinan terkena penyakit tinggi (rentan penyakit)


Jika terjangkit, penyakit tersebut membawa akibat serius
Imunisasi merupakan cara paling efektif untuk pencegaha penyakit
Tidak ada hambatan serius untuk imunusasi, tetapi hasil beberapa penelitan
model ini menunjukan kebalikannya.
Model keyakinan kesehatan melingkupi kebiasaan seseorang dan sifat-sifat

yang dikaitkan dengan perkembangan, termasuk gaya hidup tertentu seperti

merokok, diet, olahraga, perilaku keselamatan, penggunaan alkohol, penggunaan


kondom untuk pencegahan AIDS dan gosok gigi. Promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit telah lebih ditekankan pada kontrol resiko. Penelitian
terjadinya gejala dan respons terhadap gejala menggambarkan secara lengkap
bagaimana individu menginterpretasikan keadaan tubuh dan bagaimana berperilaku
selektif.
1. Kelemahan Model Keyakinan Kesehatan
Secara teoritis, terdapat tiga kelemahan model keyakinan kesehatan :

Model keyakinan kesehatan lebih didasarkan pada penelitian terapan

dalam permasalahan pendidikan kesehatan darioada penelitiam akademis.


Model keyakianan kesehatan didasarkan pada beberapa ansumsi yang
dapat dilakukan, seperti pemikiran bahwa setiap pilhan perilaku selalu
berdasarkan pertimbangan rasional. Selain rasionalnya diragukan, model
keyakinan kesehatan juga tidak memberikan spesifikasi yang tepat

terhadap kondisi ketika individu membuat pertimbangan tertentu.


Model keyakinan kesehatan hanya memperhatikan keyakian kesehatan.
Kenyataan nya, orang dapat membuat banayak pertimbangan tentang
perilaku yang tidak berhubungan dengan kesehatan, tetapi masih
memengaruhi kesehatan. Sebagai contoh, seseorang dapat bergabung
dengan kelompok olahraga karena kontrak sosial atau ketertarikan pada
seseorang dalam kelompok tersebut. Keputusan yang diambil tidak ada
kaitannya dengan kesehatan, tetapi memengaruhi kondisi kesehatannya.
b. Transteoritical Model (TTM)

Model tranteortical adalah suatu model yang diterapkan untuk menilai


kesiapan seorang individu untuk bertidak atas perilaku sehat yang baru dan
memberikan strategi atau proses perubahan untuk memandu setiap individu melalui
tahapan perubahan untuk bertindak dalam pemeliharaan kesehatan.
James O.Prochasta, dkk.(1977) mengembangkan TTM berdasarkan analisis

teori yang berbeda dari psikoterapi. Mode ini terdiri atas 4 fariabel, yaitu prasyarat
untuk terapi, proses perubahan, isi harus diubah dan hubungan terapeutik. Model ini
disempurnakan oleh prochasta berdasarkan penelitan yang mereka publikasikan
dalam peer review jurnal dan bukunya terdiri atas 5 konstruksi yaitu tahapan
prubahan, proses-proses perubahan, keseimbangan putusan, keberhasilan diri, dan
godaan atau percobaan.
1) Tahapan percobaan
Model perubahan ini adalah sebuah proses yang melibatkan kemajuan melalui
enam tahap:

Prekontemplasi yaitu orang tidak berniat mengambil tidakan dimasa

mendatang (biasanya diukur selama enam bulan betikutnya).


Kontemplasi yaitu orang berniat untuk berubah dalam enam bulan

mendatang
Persiapan yaitu orang yang berniat mengambil tindakan dalam waktu dekat,

biasanya diukur sebagai bulan berkutnya.


Aksi yaitu oang telah membuat modifikasi terbuka tertentu dalam gaya

hidup mereka dalam enam bulan terakhir.


Pemeliharaan yaitu orang berupaya mencegah terkambuhan, tahap yang

diperkirakan terakhir dari enam bulan sampai sekitar lima tahun.


Pemutusan yaitu individu tidak memiliki godaan dan memiliki keberhasilan
diri100%, dimana mereka yakin tidak akan kembali pada kebiasaan lama
yang tidak sehat mereka sebagai cara untuk mengatasi.
c. Teori Sebab Akibat
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi dan dalil yang saling

berhubungan secara umum teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang
satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta. Pada teori sebab akibat, apa
yang dialami manusia pasti ada penyebabnya. Pengetahuan tentang sebab akibat
mampu mendorong seseorang untuk bertindak hati-hati dan fokus terhadap akibat.
Teori ilmiah dari berbagai teori ilmiah dari bebagai lapangan ilmu secara umum
sangat bergantung pada hukum sebab akibat (kautalitas). Kautalitas terkait erat
7

dengan prinsip-prinsip sebagai berikut.

Prinsip pertama : perinsip kausalitas mengasiscayakan setiap kondisi (akibat)

pasti mempunyai sebab.


Prinsip kedua : menjelaskan bahwa akibat tidak mungkin terpisah dari sebab,

jika ada sebab maka ada akibat dan begitu sebaliknya.


Prinsip ketiga : hukum keselarasan antara sebab dan akibat yang
menganiscayakan setiap himpunan secara esensial harus selaras dengan sebab
dan akibat di alam.
Teori sebab akibat dalam promosi kesehatan tentunya akan menjadi lelas

ketika memahami hukum sebab akibat tersebut. Aplikasi sebab akibat dalam
promosi kesehatan memberi penekanan pada petugas kesehatan bahwa suatu
penyakit yang terjadi pasti ada penyebabnya.
d. Model Transaksional Stres dan Koping
Stres adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan
psikologi. Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetap lebih
mengenai kejiwaan. Banyak hal yang memicu stres, seperti : rasa khwatir, kesal,
kletihan, frustasi, perasaan tertekan, kesedihan, pekerjaan yang berlebihan, sindrom
premenstruasi (PMS), fokus yang berlebhan pada suatu hal, perasaan bingung,
berduka cita dan juga rasa takut.
Model transaksional dari stres dan koping adalah suatu kerangka kerja untuk
mengevaluasi proses mengatasi peristiwa stres. Pengalaman stres ditafsirkan
sebagai transaksi orang dengan lingkungannya. Transaksi ini bergantung pada
dampak dari stresor eksternal. Hal ini dimediasi oleh penilaian pertama orang
tentang streosor dan penilaian kedua pada sumber daya sosial atau budaya
sekitarnya. Ketika berhadapan dengan stresor, seseorang mengevaluas potensi
ancaman atau disebut dengan penilaian primer, yaitu penilaian seseorang tentang
makna dari suatu peristiwa sebagai stres, positif, terkendali, menantang, atau tidak
relevan. Penilaian kedua menghadapi stresor adalah evaluasi pengendalan stresor

dan sumber daya yang dimiliki untuk menghadapnya. Sebagai conto, penilaian
sumber daya masyarakat dalam mengatasi dan membuat sebuah pilihan seperti apa
yang dapat dilakukan tentang situasi yang terjadi (cohen, 1984).
Aplikasi ini beguna untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pengaruh stres pada orang tidak semua sama. Stres dapat menyebabkan penyakit
pengalaman negatif. Faktor penting dalam mengatasi stres adalah apakah hal itu
memengaruhi dan bagaimana orang mencarinperawatan medis atau dukungan
sosial pada orang profesional. Untuk mengatasi stres, strategi masalah berfokus
koping, emosi yang berfokus koping, dan makna berbasis koping dapat digunakan
sebab penelitian yang memfasilitasi atau menghambat praktik-praktik gaya hidup
(Glanz,dkk,2002).
2.1

Langkah-langkah Promosi Kesehatan

Dalam melakukan suatu promosi kesehatan, terdapat langkah-langkah yang


berupa:
1.

Tahap Pengkajian
Tahapan pertama dalam perencanaan promosi kesehatan adalah pengkajian

tentang apa yang dibutuhkan klien atau komunitas untuk menjadi sehat. Pengkajian
keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi
data tentang klien, baik individu maupun komunitas. Fase keperawatan ini mencakup
dua langkah yaitu pengumpulan data, dari sumber primer (klien) dan sumber
sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisa data sebagai dasar untuk diagnosa
keperawatan (Bandman dan Bandman, 1995). Pengkajian bertujuan untuk
menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang
terkait, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien.
Informasi yang terkandung dalam dasar data adalah dasar untuk menetapkan proses
asuhan keperawatan selanjutnya.

2.

Tahap Perencanaan
a.

Definisi Perencanaan Promosi Kesehatan


Tahap perencanaan penting untuk memastikan bahwa promosi kesehatan yang

akan dilakukan terfokus pada prioritas kerja yang sesuai dengan tujuan/goal yaitu
memberikan layanan keperawatan terbaik pada klien meliputi individu, kelompok
maupun masyarakat. Model perencanaan diperlukan dalam promosi kesehatan
karena perencanaan menyediakan cara untuk memandu pilihan sehingga keputusan
yang dibuat mewakili cara terbaik untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Pendekatan rasional menunjukkan bahwa seluruh jajaran atau option harus
diidentifikasi dan dipertimbangkan sebelum program komprehensif disusun. Model
perencanaan rasional (Rational planning model) memberika pedoman pilihan dalam
mengambil keputusan yang mewakili langkah terbaik untuk mencapai tujuan yang
akan dicapai. Perencanaan memiliki keuntungan supaya tujuan yang akan dicapai
jelas oleh karena itu dalam tahap perencanaan memerlukan:
1)

Pengkajian kebutuhan promosi kesehatan

2)

Penentuan tujuan mengenai apa yang akan dicapai

3)

Penentuan target berhubungan dengan tepat hasil. Target harus SMART;


Sesific, Measurable, Achieveable, Realistic, Time-limited

4)

Pemilihan metode atau strategi yang akan digunakan dalam pencapaian tujuan

5)

Evaluasi hasil

b.

Perencanaan Strategis Promosi Kesehatan


Strategis menjelaskan hasil yang diinginkan dan cara dalam pencapaian tujuan

yang akan dicapai pada hasil pelaksanaan tetapi tidak selalu masuk ke detail tentang
metode atau mengukur hasil. Perencanaan strategis mengacu pada perencanaan
sebuah kegiatan berskala besar yang melibatkan berbagai intervensi pada patner
yang berbeda dan bertahap. Pada English white paper on Public Health
disebutkan bahwa perencanaan strategis mengacu pada kebutuhan yang telah
digabungkan dan kebijakan yang terkait. Simnett (1995) menggambarkan beberapa
tingkat/taraf dalam pengembangan strategi meliputi:

10

1)

Identifikasi kegemaran patner

2) Diagnose, yaitu identifikasi kemana dan bagaimana kita menginginkan sesuatu


yang berbeda
3)

Visi, yaitu terkait dengan hasil yang diharapkan

4)

Pembangunan, kebutuhan untuk merubah permintaan sesuai dengan apa yang


dicitakan dan apakah program yang ada sejalan dengan harapan

5)

Rencana pelaksanaan, yaitu rencana mengenai apa yang akan dilakukan


selanjutnya

c.

Model Perencanaan Promosi Kesehatan


Menurut Elwes dan Simnett (1999), kerangka kerja perencanaan promosi
kesehatan dapat meliputi:
Stage 1: Identifikasi kebutuhan dan prioritas
Identifikasi kebutuhan dan prioritas memerlukan penelitian dan penyelidikan,

atau mungkin dengan menyeleksi sebagian klien dilihat dari kasus yang menjadi
problem.

Identifikasi

kebutuhan

dapat

dilakukan

dengan

melakukan

penyelidikan/penelitian secara berurutan terhadap keadaan klien, bertanya langsung


kepada klien tentang topik terkait informasi dan nasehat yang mereka perlukan.
Selain itu, identifikasi dapat juga melihat pada catatan kasus untuk dapat
mengidentifikasi topik yang bersifat umum. Contoh: tim kesehatan mungkin
mengetahui bahwa banyak orangtua bermasalah dengan pola tidurnya, oleh karena
itu pimpin atau beri arahkan kepada mereka untuk melakukan set up di klinik
masalah tidur.
Stage 2: Mementukan tujuan dan target
Tujuan mengacu pada goal dengan meningkatkan kesehatan di beberapa area,
contoh: mengurangi konsumsi alcohol karena berhubungan dengan terjadinya
gangguan kesehatan. Objek atau sasaran membutuhkan pernyataan spesifik dan
harus merupakan pernyataan yang mengaktifkan objek bekerjasama dalam
pencapaina tujuan yang dicita-citakan bersama. Objek atau sasaran kemudian
diarahkan untuk diberi pendidikan, menciptakan kebiasaan yang sehat, mengacu

11

pada kebijakan yang terkait, dan menganalisa proses serta hasil kelingkungan.
Pendidikan objek/sasaran mungkin memutuskan beberapa kategori meliputi:
1)

Level pengetahuan klien (objek) bertambah, terkait dengan masalah yang


dibahas dalam promosi kesehatan

2)

Affektif klien (objek) mengalami perubahan menuju pola hidup lebih sehat,
yang dapat dilihat pada perubahan tingkah laku dan kepercayaan

3)

Kebiasaan atau ketrampilan klien bertambah/ semakin mahir pada


kompetensi dan ketrampilan baru
Target promosi kesehatan dapat meliputi tambahan sebagai berikut:

1) Perubahan kebiasaan, meliputi perubahan gaya hidup dan peningkatan


pelayanan. Contoh: mengurangi kebiasaan merokok
2)
3)

Perubahan pada kebijakan kesehatan klien


Peningkatan partisipan dalam proses pelaksanaan dan kemampuan untuk
bekerjasama. Contoh: meningkatkan/menggerakkan komunitas (partisipan)
dan sector dalam guna mendukung program Indonesia sehat 2010

4)

Perubahan

lingkungan

menjadi

lebih

sehat,

contoh

membudayakan

membuang sampah pada tempatnya.


Stage 3: Identifikasi metode yang tepat dalam pencapaian tujuan
Pemilihan metode disesuaikan dengan tujuan promosi kesehatan yang akan
dicapai dan memperhatikan segi objek, artinya metode yang digunakan mampu
memberi reflek pada objek/target yang dituju.
Stage 4: Identifikasi sumber yang terkait
Ketika objek dan metode telah diputuskan, tingkat perencanaan selanjutnya
adalah mempertimbangkan mengenai sumber spesifik yang dibutuhakan dalam
mengimplementasi strategi pelaksanaan. Sumber dapat berupa dana, ketrampilan
dan keahlian, bahan seperti selebaran atau kotak pembelajaran, kebijakan yang
menarik, rencana, fasilitas dan pelayanan.
Stage 5: Menyusun metode rencana evaluasi
Evaluasi harus berhubungan tujuan/sasaran yang telah disusun sebelumnya
tetapi dapat diusahakan lebih dari tujuan yang telah ditapkan atau kurang dari yang

12

dicita-citakan. Evaluasi dapat kita lakukan dengan menanyakan pada partisipan


mengenai pemahaman informasi pada akhir sesi atau dapat juga dalam bentuk lebih
formal seperti dengan menbagikan kuisioner kepada peserta/partisipan untuk diisi
sesuai apa yang dipahami atau dimengerti setelah pelaksanaan promosi kesehatan.
Stage 6: Menyusun rencana pelaksanaan
Penyusunan rencana pelaksanaan merupakan tindakan yang meliputi penulisan
detail rencana pelaksanaan, seperti identifikasi topik/masalah, orang yang akan
menyampaikan informasi terkait dengan topic, sumber yang akan digunakan,
rentang waktu hingga tahap rencana evaluasi.
Stage 7: Pelaksanaan atau Implementasi dari perencanaan
Merupakan tahap yang penting untuk selalu diperhatikan mengenai hal yang
harus dan tidak harus dilakukan, sehingga tidak terjadi mapsalah yang tidak
diharapkan. Pelaksanaan atau implementasi promosi kesehatan perlu direncanakan
supaya dalam kenyataannya partisipan diharapkan mampu menyerap atau
menerima, mengerti, memahami dan mau serta mampu menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga diperoleh perubahan perilaku menjadi lebih sehat.
Hasil atau out-put yang ditunjukkan oleh partisipan setelah dilaksanakan promosi
kesehatan menjadi bahan dalam penyusunan evaluasi.
3.

Tahap Implementasi
Tahap implementasi atau pelaksanaan adalah tindakan penyelesaian yang
diperlukan untuk memenuhi tujuan yakni untuk mencapai kesehatan yang optimal,
implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana perawatan terhadap perilaku
yang digambarkan dalam hasil individu yang diusulkan. Pemilihan intervensi
keperawatan tergantung pada beberapa faktor:
a. hasil yang diinginkan klien
b. karakteristik dari diagnosa keperawatan
c. penelitian yang berkaitan dengan intervensi
d. kelayakan pelaksanaan intervensi
e. penerimaan intervensi oleh individu
13

f. kemampuan perawat
4.

Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi pada promosi kesehatan pada dasarnya memiliki kesamaan
dengan tahap evaluasi pada proses keperawatan secara umum. Di dalam tahapan
evaluasi hal penting yang harus diperhatikan adalah standar ukuran yang digunakan
untuk dijadikan suatu pedoman evaluasi. Standar ini diperoleh dari tujuan dan hasil
yang diharapkan diadakannya suatu kegiatan tersebut. Kedua standar ini selalu
dirumuskan ketika kegiatan ataupun tindakan keperawatan belum diberikan. Selain
itu, dalam tahapan evaluasi juga dilakukan pengkajian lagi yang lebih dipusatkan
pada pengkajian objektif dan subjektif klien atau objek kegiatan setelah dilakukan
tindakan promosi kesehatan.
3.1

Teknik media dan alat peraga

Metode promosi kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik komunikasi,


sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi :
1

Berdasarkan teknik komunikasi


a Metode penyuluhan langsung. Dalam hal ini para penyuluh langsung
berhadapan atau bertatapan muka dengan sasaran. Termasuk di sini antara
lain : kunjungan rumah, pertemuan diskusi (FGD), pertemuan di balai
b

desa, pertemuan di posyandu, dll.


Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung
berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan
pesannya dengan perantara (medial). Umpamanya publikasi dalam bentuk

media cetak, melalui petujukan film, dsb.


Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai
a Pendekatan perorangan
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak
langsung dengan sasaran secara perorangan, anatara lain : kunjungan
rumah, hubungan telepon, dan lain-lain.
b

Pendekatan kelompok

14

Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekelompok


sasaran, beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam kategori ini
antara lain : pertemuan, demostrasi, diskusi kelompok, pertemuan FGD,
dan lain-kain.
c

Pendekatan masal
Petugas promosi kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus
kepada sasaran yang jumlahnya banya. Beberapa metode yang masuk
dalam golongan ini adalah : pertemuan umum, pertujukan kesenia,
penyebaran tulisan / poster / media cetak lainnya, pemutaran film, dll.

Berdasarkan indera penerima


a Metode melihat / memperhatikan. Dalam hal ini pesan diterima sasaran
melalui indera penglihatan, seperti : penempelan poster, pemasangan
b

gambar / photo, pemasangan koran dinding, pemutaran film.


Metode pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui
indera pendengar, umpamanya : penyuluhan lewat radio, pidato, ceramah,

c
4

dll.
Metode kombinasi. Dalam hal ini termasuk : demostrasi cara (dilihat,

didengar, dicium, diraba, dan dicoba).


Kelebihan dan kekurangan masing-masing metode
a Kunjungan rumah adalah suatu hubungan langsung antara penyuluh
dengan masyarakat sasaran dan keluarganya di rumah ataupun ditempat
biasa mereka berkumpul. Biasanya kegiatan ini disebut anjang sono,
anjang karya, dsb.
Cara melakukan dengan mempertahtikan hal-hal seperti berikut :

Ada maksud dan tujuan tertentu.


Tepat waktunya dan tidak membuang-buang waktu.
Rencanakan beberapa kunjungan berurutan untuk menghemat waktu.
Kunjungi pula sasaran yang jauh dan terpencil.
Metode ini untuk memperkuat metode-metode lainnya atau bila
metode-metode lainnya tidak mungkin.

Selama berkunjung harus diingat hal-hal seperti :

15

Membicarakan soal-soal yang menarik perhatian.


Biarkan keluarga sasaran berbicara sebanyak-banyaknya dan jangan

memotong pembicaraannya.
Bicara bila keluarga sasaran itu ingin mendengarkannya.
Bicara dalam gaya yang menarik sasaran.
Pergunakan bahasa umum yang mudah, bicara pelanpelan dan suasana

menyenangkan.
Harus sungguhsungguh dalam pernyataan.
Jangan memperpanjang mempersilat lidah.
Biarkan keluarga sasaran merasa sebagai pemrakarsa gagasan yang

baik.
Harus jujur dalam mengajar maupun belajar.
Meninggalkan keluarga sasaran sebagai kawan.
Catat tanggal kunjungan tujuan, hasil dan janji.
Membawa surat selebaran, brosur, dsb untuk diberikan kepada
keluarga sasaran. Ini akan menjalin persahabtan.

Kelebihan metode ini adalah :

Mendapat keterangan langsung perihal masalah-masalah kesehatan.


Membina persahabatan.
Tumbuhnya kepercayaan pada penyuluh bila anjurananjurannya

diterima.
Menemukan tokoh-tokoh masyarakat yang lebih baik.
Rintangan-rintangan antara penyuluh dengan keluarga sasaran menjadi

kurang.
Mencapai juga petani yang terpencil, yang terlewat oleh metode

lainnya.
Tingkat pengadopsian terhadap perilaku kesehatan yang baru lebih
tinggi

Keterbatasannya adalah :

Jumlah kunjungan yang mungkin dilakukan adalah terbatas.


Kunjungan-kunjungan yang cocok bagi keluarga sasaran dan penyuluh
adalah terbatas sekali.

16

Kunjungan yang terlalu sering pada satu keluarga sasaran akan


menimbulkan prasangka pada keluarga lainnya.

Pertemuan umum :
Pertemuan umum adalah suatu pertemuan dengan peserta campuran
dimana disampaikan beberapa informasi tertentu tentang kesehatan untuk
dilaksanakan oleh masyarakat sasaran.
Cara melakukannya dengan perencanaan dan persiapan yang baik,
seperti :

Rundingkan dahulu dengan orang-orang yang terkait.


Konsultasikan dengan tokoh-tokoh setempat dan buatlah agenda acara

sementara.
Jaminan kedatangan para narasumber lainnya (bila diperlukan).
Usahakan ikut sertanya semua golongan di tempat itu.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

Rapat diselenggarakan ditempat yang letaknya strategis, dengan

penerangan dan udara yang segar.


Waktu yang dipilih adalah waktu luang masyarakat.
Pada siang hari, bila tempat-tempat tinggal orang berjauhan.
Tepat memulai dan mengakhiri pertemuan.
Perhatikan ditujukan kepada tujuan pertemuan dengan memberikan

kesempatan untuk berdiskusi. Hindari pertengkaran pendapat.


Anjurkan mempergunakan alat-alat peraga.
Usaha-usaha menarik perhatian, mengunggunggah hai dan mendorong

kegiatan.
Memberikan penghargaan kepada semua golongan yang hadir.
Libatkan tokoh-tokoh masyarakat setempat.
Usahakan kegiatan lanjutan (bila ada).
Berikan selembaran-selembaran yang sesuai dengan materi yang
didiskusikan.

Kelebihan metode ini adalah :

Banyak orang yang dicapai.


Menjadi tahap persiapan untuk metode lainnya.

17

Perkenalan pribadi dapat ditingkatkan.


Segala macam topik/judul dapat diajukan.
Adopsi suatu anjuran secara murah/sedikit biaya.

Kekurangan/keterbatasannya :

Tempat dan sarana pertemuan tidak sellau cukup.


Waktu untuk diskusi biasanya terbatas sekali.
Pembahasan topik sedikit lebih karena peserta yang hadir adalah

campuran.
Kejadian-kejadian di luar kekuasaan seperti cuaca buruk, dan dapat
mengurangi jumlah kehadiran.

Pertemuan diskusi (kelompok diskusi terfokus)


Pertemuan diskusi adalah untuk kelompok yang lebih kecil atau lebih
sedikit pesertanya yaitu berkisar 12-15 orang saja. Harus ada partisipasi
yang baik dari peserta yang hadir. Biasanya dipergunakan untuk
menjelaskan suatu informasi yang lebih rinci dan mendetail serta
pertukaran

pendapat

mengenai

perubahan

perilaku

kesehatan.

Keberhasilan pertemuan FGD banyak tergantung dari petugas penyuluh


untuk :

Memperkenalkan soal yang dapat perhatian para peserta.


Memelihara perhatian yang terus-menerus dari para peserta.
Memberi kesempatan kepada semua orang untuk mengemukakan

pendapatnya dan menghindari dominasi beberapa orang saja.


Membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaraan dan menyusun saran-

saran yang diajukan.


Berikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai pada
kesimpulan yang tepat.

3.2

Demonstrasi cara atau percontohan


Demonstrasi adalah memperlihatkan secara singkat kepada suatu kelompok

bagaimana melakukan suatu perilaku kesehatan baru. Metode ini lebih menekankan
pada bagaimana cara melakukannya suatu perilaku kesehatan. Kegiatan ini bukanlah
18

suatu percobaan atau pengujian, tetapi sebuah usaha pendidikan. Tujuannya adalah
untuk meyakinkan orang-orang bahwa perilaku kesehatan tertentu yang dianjurkan
itu adalah berguna dan praktis sekali bagi masyarakat. Demonstrasi ini mengajarkan
suatu keterampilan yang baru. Cara melakukannya dengan segala perencanaan dan
persiapan yang diperlukan, seperti :

Datang jauh sebelum kegiatan di mulut untuk memeriksa peralatan dan

bahan yang diperlukan.


Mengatur tempat sebaik mungkin, sehingga semua peserta dapat melihatnya

dan ikut dalam diskusi.


Demonstrasi dilakukan tahap demi tahap sambil membangkitkan keinginan

peserta untuk bertanya-tanya.


Berikan kesempatan pada wakil peserta untuk mencoba keterampilan

perilaku yang baru.


Berikan selebaran yang cepat (brosur, dll) yang bersangkutan dengan
demonstrasi itu.

Anjuran :

Pilihlah topik yang bedasarkan keperluan masyarakat.


Demonstrasi dilakukan tepat masanya.
Pengumuman yang luas sebelum waktunya untuk menarik banyak perhatian

dan peserta.
Pergunakan alat-alat yang mudah di dapat orang.
Hilangkan keraguan-raguan, tetapi hindarikan pertengkaran mulut.
Hargai cara-cara yang biasa dilakukan masyarakat.

Kelebihan / keuntungan metode ini :

Cara mengajarkan keterampilan yang efektif.


Meransang kegiatan.
Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri.

Kekurangan / keterbatasannya :

Memerlukan banyak persiapan, peralatan dan keterampilan.


Merugikan bila demonstrasi dilaksanakan dengan kualitas yang buruk.

19

3.3

Media promosi kesehatan


1

Pengertian
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai
alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba,
atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan
informasi.

Kegunaan
Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan
papan tulis dengan fhoto dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat
peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus
diperhatikan, yaitu :

Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran.


Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima
oleh sasaran.

Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungankeuntungan :

Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir.


Dengan contoh yang telah disebutkan pada bagian atas dilihat bahwa

tafsir salah pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.


Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah

ditangkap.
Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang

mengesankan.
Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang

dianjurkan.
Jenis / macam media
Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :
20

Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
Merupakan alat peraga yang paling baik karena muda serta dikenal,
mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini
kelemahannya tidak selalu mudah dibawa kemana-mana sebagai alat
bantu mengajar.
Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :

Benda sesungguhnya, misalnya tinja dikebun, lalat diatas tinja,

sdb.
Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang lebih diawetkan

seperti cacing dalam botol pengawet, dll.


Sample yaitu contoh benda sesungguhnya

untuk

diperdagangkan seperti oralit, dll.


Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya
Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam
promosi kesehatan. Hal ini karena menggunakan benda asli tidak
memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu
berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan
seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain.

Gambar / media grafis, seperti poster, leafleat, gambar karikatur,


lukisan, dll.
Poster
adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambargambar dengan sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus
jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca
pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan
pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyka dilalui orang
misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan
pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat
berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau foto. Poster
terutama

dibuat

untuk

mempengaruhi

orang

banyak,

21

memberikan pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya


harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau
satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang
mempunyai daya tinggi lama dalam ingatan orang yang

melihatnya serta mendorong untuk bertindak.


Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisikan tulisan dengan
kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan
gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan
secara

berlipat.

Leaflet

digunakan

untuk

memberikan

keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi


pengelola air di tingkat rumah tangga, deskrisi tentang diare
dan pencegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau
disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti
pertemuan FGD, pertemuan posyandu, kunjungan rumah, dan
lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan
sederhana seperti di foto copy.
4

Gambar alat optik seperti foto, slide, film, dll


a Foto
Sebagai bahan untuk alat peraga, foto digunakan dalam bentuk :
Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan,
menggambarkan

suatu

cerita,

kegiatan

dan

lain-lain.

Dikumpulkan dalam sebuah album. Album ini bisa dibawa dan


ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan topik yang
sedang di diskusikan. Misalnya album fhoto yang beisi
kegiatan-kegiatan suatu desa merubah kebiasaan. BABnya
menjadi di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan

resmi dari bupati.


Dokumentasi lepasan. Yaitu fhoto-fhoto yang berdiri sendiri
dan tidak di simpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu

22

poko persoalan atau titik perhatian. Fhoto ini digunakan


b

biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dll.


Slide
Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau
grup. Slide ini sangat efektif untuk membahas suatu topik tertentu,
dan peserta dapat mencermati setiap materi dengan cara seksama,

karena side sifatnya dapat di ulang-ulang.


Film
Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghimbur
namun bernuasa edikatif.

4.1

Strategi promosi kesehatan


Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara
global terdiri dari tiga hal, yaitu :
1 Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks
promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan
atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para
pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan.
Kegiatan advokasi ada bermacam-macam bentuk baik secara formal maupun
informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang isu
atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para pejabat yang terkait.
Kegiatan advokasi secara informal misalnya berkunjung kepada para pejabat relevan
dengan program yang diusulkan, untuk secara informal minta dukungan, baik dalam
bentuk kebijakan, atau dalam bentuk dana atau fasilitas lain.
2 Dukungan sosial (Social Support)
Strategi dukungan sosial adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan

23

sosial melalui tokoh-tokoh formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini
adalah agar tokoh masyarakat sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai
pelaksana program kesehatan dengan masyarakat penerima program kesehatan.
Bentuk kegiatan dukungan sosial antara lain pelatihan-pelatihan para tokoh
masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan
sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina
suasana adalah para tokoh masyarakat diberbagai tingkat sasaran sekunder.

3 Pemberdayaan masyarakat (Empowerment)


Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat langsung. Tujuan utama

pemberdayaan adalah mewujudkan

kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka


sendiri.
Bentuk kegiatan ini antara lain penyuluhan kesehatan, keorganisasian dan
pengembangan masyarakat dalam bentuk koperasi, pelatihan-pelatihan untuk
kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (Notoatmodjo, 2005).
5.1

Peran Dan Fungsi Perawat Komunitas Dalam Promosi


Kesehatan

Perawat di puskesmas, sebagai perawat kesehatan, minimal dapat berperan


sebagai pemberi pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan pendidik atau
penyuluh kesehatan; penemu kasus; penghubung dan koordinator; pelaksana
konseling keperawatan; dan model peran (role model).
Dua peran perawat kesehatan komunitas, yaitu sebagai pendidik dan penyuluh
kesehatan serta pelaksana konseling keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat bagian dari ruang lingkup promosi kesehatan.
Berdasarkan peran tersebut, perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat

24

mendukung individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mencapai tujuan


perubahan perilaku untuk hidup bersih dan sehat yang merupakan visi dari promosi
kesehatan.
Sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan, fungsi yang dilakukan adalah sebagai
berikut :

Mengkaji kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan


dalam penyuluhan atau pendidikan kesehatan. Dari hasil pengkajian
diharapkan dapat diketahui tingkat pengetahuan klien, informasi apa yang

diperlukan klien, dan apa yang ingin diketahui dari klien.


Meningkatkan dan memelihara kesehatan klien melalui penyuluhan atau

pendidikan kesehatan.
Melaksanakan penyuluhan atau pendidikan kesehatan untuk pemulihan
kesehatan klien antara lain tentang pengobatan, higiene, perawatan, serta

gejala dan tanda-tanda bahaya.


Menyusun program penyuluhan atau pendidikan kesehatan baik untuk topik

sehat ataupun sakit seperti nutrisi, latihan, penyakit dan pengelolaan penyakit.
Mengajarkan kepada klien informasi tentang tahapan perkembangan.
Membantu klien untuk memilih sumber informasi kesehatan dari buku, koran,
TV, teman, dan lainnya.

Sebagai pelaksana konseling keperawatan, perawat melaksanakan fungsi antara


lain sebagai berikut:

Memberikan

informasi,

mendengarkan

secara

objektif,

memberikan

dukungan, memberikan asuhan dan menjaga kepercayaan yang diberikan

klien.
Membantu klien untuk mengidetifikasi masalah serta faktor-faktor yang

memengaruhi.
Memberikan petunjuk kepada klien untuk mencari pendekatan pemecahan

masalah dan memilih cara pemecahan masalah yang tepat.


Membantu klien menentukan pemecahan masalah yang dapat dilakukan.

Fungsi keperawatan komunitas menurut Mubarak dalam Irnanda (2012)

25

diantaranya yaitu:
1

Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi


kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien

melalui asuhan keperawatan.


Agar masyarakat
mendapatkan

dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.


Memberikan asuhan keperawatan melalui

pelayanan

yang

optimal sesuai

pendekatan

pemecahan

masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta
4

masyarakat.
Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan

yang

cepat

dan pada akhirnya dapat mempercepat proses

penyembuhan.
BAB 3
KESIMPULAN
Promosi kesehatan mencakup baik kegiatan promosi (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), pengobatan (kuratif), maupun rehabilitasi. Dalam hal ini, orangorang yang sehat maupun mereka yang terkena penyakit, semuanya merupakan
sasaran kegiatan promosi kesehatan. Kemudian, promosi kesehatan dapat dilakukan
di berbagai ruang kehidupan, dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat-tempat
umum, dan tentu saja kantor-kantor pelayanan kesehatan. Dalam melaksanakan
program promosi kesehatan diperlukan suatu tahapan yang sistematis guna
pencapaian tujuan program yang ditetapkan.
Tahapan promosi kesehatan meliputi tahap pengkajian, perencanaan,
implementasi dan evaluasi hasil. Media promosi kesehatan adalah saluran komunikasi
yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan. Media yang dapat dipergunakan
adalah sebagai berikut :
1. Media Elektronik : radio, televisi, internet, telepon, telepon genggam
(handphone), teleconference
2. Media Cetak : majalah, koran, selebaran ( leaflet dan flayer ), booklet, papan
besar (billboard), spanduk, poster, flannelgraph, bulletin board
26

3. Media Lain : surat


Sebagai perawat kesehatan sebagai pemberi pelayanan kesehatan melalui
asuhan keperawatan pendidik atau penyuluh kesehatan; penemu kasus; penghubung
dan koordinator; pelaksana konseling keperawatan; dan model peran (role model).
Dua peran perawat kesehatan komunitas, yaitu sebagai pendidik dan penyuluh
kesehatan serta pelaksana konseling keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat bagian dari ruang lingkup promosi kesehatan.
Berdasarkan peran tersebut, perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat
mendukung individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mencapai tujuan
perubahan perilaku untuk hidup bersih dan sehat yang merupakan visi dari promosi
kesehatan.

27

Daftar Pustaka
Dapartemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Promosi Kesehatan Bagi
Perawat Kesehatan Masyarakat.Jakarta : Depkes RI
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pusat promosi Kesehatan, pedoman pengelola
promosi kesehatan, dalam pencapaian PHBS, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pusat promosi kesehatan, panduan pelatihan
komunikasi perubahan perilaku, untuk KIBBLA.
Departemen Kesehatan RI. Pusat promosi kesehatan, pengembangan media promosi
kesehatan, Jakarta.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Irnanda, Yuvita. 2012. Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Komunitas
pada Kader Posyandu di Wilayah Binaan Kelurahan Gedung Johor Kecamatan
Medan Johor. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Maulana H. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta. Graha Ilmu.
Taher. M. D.Taylor.. (2003). Medical ethics. Jakarta. Penerbit Gramedia Pustaka
utama
Wahit Icbal M, dkk. 2007. Promosi Kesehatan sebuah pengantar
belajar mengajar dalam pendidikan. Jakarta : Graha Ilmu.

proses

28

Anda mungkin juga menyukai