Anda di halaman 1dari 7

Implementasi suatu kebijakan memang cukup rumit dilakukan, meskipun

demikian hal tersebut sangat penting. Tanpa implementasi kebijakan maka


keputusan kebijakan hanya akan menjadi catatan di atas meja. Sehingga,
pengetahuan mengenai model analisis implementasi kebijakan pun penting.
Keberhasilan analisis implementasi suatu kebijakan dipengaruhi oleh ketajaman
dalam menentukan fokus, permasalahan serta pertanyaan utama (subject matter).
Analisisis ini dilakukan untuk mengetahui mengapa suatu kebijakan gagal
diimplementasikan di suatu daerah? Mengapa kebijakan publik yang sama
memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda ketika diimplementasikan pada
daerah yang berbeda? Mengapa suatu kebijakan lebih mudah diimplementasikan
dibandingkan kebijakan lain? Dan mengapa perbedaan kelompok atau sasaran
kebijakan berpengaruh terhadap hasil dari suatu kebijakan? Terdapat beberapa hal
yang perlu menjadi perhatian dalam mengevaluasi suatu kebijakan diantaranya
adalah sebagai berikut:

1. Output

Output dari implementasi suatu kebijakan digunakan untuk menilai serta


mengetahui konsekuensi yang langsung dirasakan oleh sasaran ketika
kebijakan diimplementasikan. Salah satu contohnya adalah kebijakan
mengenai imunisasi dasar lengkap yang memiliki manfaat yaitu penurunan
kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), kasus polio,
difteri, dan tetanus menurun dibandingkan beberapa tahun atau berpuluh
tahun yang lalu sebelum muncul kewajiban untuk melakukan imunisasi.

2. Akses

Dalam implementasi kebijakan, akses juga menjadi faktor yang perlu


menjadi perhatian. Hal ini berkaitan dengan seberapa mudah kelompok
sasaran mendapatkan layanan dari implementasi sebuah kebijakan. Dalam
kebijakan imunisasi dasar lengkap, pemerintah telah mempermudah
masyarakat untuk mendapatkan imunisasi yaitu dengan memberikan suplai
vaksin di Puskesmas dan gratis, sehingga masyarakat dapat mendapatkan
vaksin di puskemas terdekat tanpa harus membayar. Bersama dengan
kader kesehatan desa, Puskesmas juga menjangkau masyarakat yang
memiliki jarak jauh, dan enggan melakukan imunisasi dengan mendatangi
mereka. Tindakan ini dilakukan untuk memastikan program imunisasi
dasar lengkap dapat terlaksana pada semua bayi.

3. Cakupan

Cakupan mengenai siapa saja pihak yang menjadi sasaran, perbandingan


antara kelompok sasaran yang telah mendapat paparan dari implementasi
suatu kebijakan dengan total kelompok sasaran dapat digunakan untuk
mengetahui seberapa sering kelompok sasaran mendapatkan layanan
kebijakan. Pada suatu program, minimal cakupan seringkali ditentukan
untuk menentukan apakah suatu program dianggap berhasil
diimplementasikan atau tidak. Semisal cakupan dalam imunisasi dasar
lengkap ditargetkan sebesar 95%, maka jika suatu daerah memiliki 100
bayi, program imunisasi dasar lengkap dikatakan berhasil jika terdapat 95
bayi yang mendapatkan vaksinasi.

4. Bias

Bias merupakan suatu hal yang penting dievaluasi. Hal ini dilakukan untuk
menganalisis potensi terjadinya penyimpangan atau ketidaktepatan
implementasi kebijakan. Bias dapat berhubungan juga mengenai sasaran
dan sebagainya.

5. Ketepatan layanan

Ketepatan layanan berkaitan dengan apakah pelayanan yang diberikan


dilakukan tepat waktu atau tidak.

6. Akuntabilitas
Akuntabilitas menilai mengenai aspek pertanggungjawaban dalam suatu
implementasi kebijakan kesehatan. Dalam program imunisasi pada anak
sekolah dalam Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), pihak Dinas
Kesehatan merupakan pihak yang bertanggungjawab dalam terlaksananya
program tersebut. Meskipun demikian, dalam mendukung keberhasilan
program tidak menutup kemungkinan pihak lain seperti Dinas Pendidikan,
Tokoh masyarakat, Kepolisian, Kementrian Agama juga ikut membantu
dalam menyukseskan program tersebut. g. Kesesuaian program dengan
kebutuhan Dalam aspek ini perlu dilihat apakah kebijakan atau program
yang diimplementasikan telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau
tidak. Program yang kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
memerlukan perhatian dan tenaga yang ekstra dalam
pengimplementasiannya.

7. Outcome

Outcome merupakan dampak lanjutan dari output. Dalam mengukur


outcome diperlukan waktu yang tidak singkat. Semisal dalam
implementasi program imunisasi didapatkan outcome jumlah PD3I
menurun, penurunan morbiditas anak dan sebagainya. Dalam melakukan
analisis implementasi kebijakan, analis perlu mengenali dan menganalisis
kebijakan yang rawan menghadapi permasalahan dalam implementasinya.

Menurut Winarno (2014), kebijakan yang rawan memunculkan masalah


adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan baru

Dalam implementasi kebijakan yang baru seringkali ditemukan


permasalahan. Seperti tujuan dari kebijakan yang masih kurang jelas,
petunjuk teknis yang masih minim, keterbatasasn sumber dana dan sumber
daya manusia, mendapat perhatian serta prioritas yang rendah dari
pelaksana, memunculkan tindakan yang tidak atau belum pernah dilakukan
sebelumnya, serta kebijakan baru masih dapat diubah oleh pelaksana dan
disesuaikan dengan cara lama. Salah satu penerapan implementasi
kebijakan yang baru dalam bidang kesehatan adalah program Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Tujuan dan
petunjuk teknis dari program tersebut seringkali masih menjadi kendala.
Selain itu sumber dana dan pelaksana yang terbatas membuat program
atau kebijakan PIS-PK mengalami berbagai kendala dalam
pelaksanaannya.

2. Kebijakan yang diidesentralisasikan

Kebijakan yang diserahkan maupun dikelola oleh unit yang lebih kecil
seringkali melibatkan lebih banyak orang. Semakin banyak yang terlibat,
rantai birokrasi akan semakin panjang dan memungkinkan terjadi distorsi
informasi. Salah satu conrohnya adalah kebijakan dalam pengelolaan dana
SILPA kapitasi pada puskesmas BLU yang menimbulkan kendala. Belum
jelasnya petunjuk teknis seringkali menjadi permasalahan dalam
pelaksanannya.

3. Kebijakan kontroversial

Kebijakan yang lahir dari perdebatan dan pro-kontra yang besar


memerlukan suatu kompromi yang besar pula, terlebih jika kebijakan
tersebut mempengaruhi pihak yang lebih luas. Kebijakan yang
kontroversial akan mendorong pihak yang berseberangan dalam proses
implementasinya sehingga tujuan dari kebijakan tidak dapat
diimplementasikan dengan maksimal. Kebijakan mengenai tipe dan
klasiifikasi rumah sakit yang dikeluarkan pada tahun 2019 menjadi hal
yang diperdebatkan dan menjadi kontroversial. Hal tersebut kemudian
menjadikan Kementrian Kesehatan menarik kembali kebijakan tersebut
dan merevisinya.
4. Kebijakan yang kompleks

Semakin rumit dan kompleks suatu kebijakan, maka akan berpengaruh


pula terhadap keberhasilan kebijakan itu sendiri. Kebijakan yang rumit
akan menimbulkan kesulitan penerapan oleh aktor pelaksana.

5. Kebijakan yang berhubungan dengan krisis

Dalam keadaan krisis, tindakan cepat dan fleksibel seringkali


memunculkan potensi penolakan terhadap kebijakan. Keterbatasan waktu
dan sumber daya juga menjadi permasalahan dalam proses implementasi.

6. Kebijakan yang ditetapkan oleh pengadilan

Pengadilan seringkali memutuskan pernyataan normatif yang


membutuhkan interpretasi mendalam. Hal tersebut seringkali
menimbulkan interpretasi yang berbeda dan memunculkan kekeliruan
dalam memahami dan melaksanakan kebijakan.

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan berdasarkan Surat


Bersama Menkeu No.S-692/MK/02/2020 dan Menteri PPN/Kepala Bappenas
No.B.636/M.PPN/D.8/KU/.01.01/08/2020 tentang Pagu Anggaran K/L dan
Penyelesaian RKA K/L Tahun Anggaran 2021, maka Kementerian Kesehatan
mendapatkan alokasi pagu indikatif tahun 2021 sebesar Rp. 84.300.366.580.000.

Selain itu, Kementerian Kesehatan juga mendapatkan anggaran untuk pos


pemulihan ekonomi sebesar Rp. 25,40 triliun yang digunakan untuk pengadaan
vaksin COVID-19, imunisasi, sarana dan prasarana dan penelitian dan
pengembangan kesehatan serta cadangan bantuan iuran BPJS untuk PBPU/BP.

“Pagu anggaran Kementerian Kesehatan tahun 2021 sebesar Rp. 84,3


triliun ini diluar dari tambahan sekitar Rp 25,4 triliun untuk penyiapan vaksin dan
untuk ketahanan kesehatan nasional,” kata Menkes dalam Konferensi Pers Nota
Keuangan dan RUU APBN 2021 yang dilaksanakan secara daring dan luring pada
Jumat sore (14/8) di Kementerian Keuangan, Jakarta.

Menkes menjelaskan dari pagu tersebut, sumber dana terbesar berasal dari
Rupiah Murni (RM) anggarannya sebesar 82,42% atau Rp 69.47 triliun digunakan
untuk PBI sebesar 70,22% atau Rp 48,8 triliun, untuk gaji dan operasional sebesar
11% atau Rp. 7,3 triliun dan kegiatan tupoksi seperi pengadaan PMT, obat dan
vaksin, penempatan Nusantara Sehat, surveilans, serta pelaksanaan program
lainnya sebesar 19,27% atau Rp. 13,4 triliun.

Sementara itu, alokasi terbesar kedua yakni BLU sebesar 16,56% atau Rp.
13,96 triliun digunakan untuk peningkatan pelayanan RS dan Poltekkes, PLN
sebesar 0.53% atau Rp. 450 miliar digunakan untuk pembangunan RS vertikal di
Indonesia Timur serta PNBP sebesar 0,49% atau Rp. 409 miliar.

Menkes menjabarkan anggaran tersebut akan diprioritaskan untuk


penanganan enam masalah kesehatan di tahun 2021 yang kemudian disebut
sebagai Program Nasional. Adapun keenam kegiatan prioritas tersebut diantaranya
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB), pencegahan stunting, peningkatan pengendalian
penyakit baik menular maupun tidak menular serta penguatan health security
untuk penanganan pandemi, penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) serta peningkatan sistem kesehatan nasional.

“Kementerian Kesehatan memiliki komitmen untuk melaksanakan


program dan kegiatan prioritas untuk mendukung pencapaian visi dan misi Bapak
Presiden terutama dalam pencegahan dan pengendalian penyakt termasuk TB dan
COVID-19 serta penguatan health security” terangnya.

Dengan dukungan anggaran tersebut, pihaknya berharap prioritas kegiatan


tersebut dapat terwujud sebagai investasi untuk pembangunan Sumber Daya
Manusia yang unggul dan sehat, sehingga dapat membantu meningkatkan
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Indonesia.

“Semoga dari Kementerian Kesehatan bisa melaksanakan semua hal


strategis ini dan kami akan jalankan dengan sungguh-sungguh yang berdampak
langsung pada kepentingan rakyat dan mampu memberikan dukungan pada
peningkatan sektor ekonomi nasional,” pungkasnya.

Anda mungkin juga menyukai