A.LATAR BELAKANG
Mengacu pada capaian RPJMN 2015-2019 beberapa indikator terkait Penyakit
Tidak Menular (PTM) menunjukkan angka capaian target yang dikelompokkan dalam
indikator yang sulit dicapai, meskipun indikator Rencana Strategis PTM 2015 - 2019
telah tercapai. Sebagai contoh pada indikator RPJMN tentang Penurunan Prevalensi
Merokok < 18 tahun pada tahun 2018 adalah 9,1%, sementara capaian tahun 2013
sebesar 7,2%. Hal ini disebabkan belum optimalnya peran dan dukungan dari pihak
lain di luar Kementerian Kesehatan yang mempunyai kewenangan terhadap tembakau
terutama dalam peredaran, iklan luar ruang maupun yang ditayangkan di media
penyiaran dan media sosial serta masih kurangnya komitmen kepedulian kepala
daerah dalam penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di wilayahnya.
kondisi transisi teknologi yang terjadi dimana segala kemudahan dapat dijangkau
melalui alat komunikasi seperti kemudahan mengakses makanan dan minuman siap saji
dan transportasi yang berdampak pada konsumsi gula, garam dan lemak berlebihan
serta penurunan aktifitas fisik. Selain itu transisi demografi juga ikut mempengaruhi,
usia harapan hidup orang Indonesia semakin tinggi maka potensi untuk terkena PTM
juga bertambah. Penyakit PTM dapat dikendalikan atau dikontrol sepanjang penderita
patuh minum obat sesuai anjuran dokter, Hal yang sangat mungkin untuk mencegah PTM
adalah dengan melakukan intervensi pada faktor risiko yang meliputi perilaku
merokok, konsumsi gula, garam dan lemak berlebihan, kurangnya aktifitas fisik serta
obesit.
Program PTM tahun 2020-2024 lebih fokus pada pencegahan dan pengendalian
faktor risiko PTM dan deteksi dini. Dalam pelaksanaan program 2020-2024 diharapkan
kerjasama pengelola program diperluas ke seluruh elemen masyarakat meliputi
institusi pemerintah maupun swasta, sekolah dan kampus serta komunitas melalui
pemberdayaan dan pembentukan agen perubahan perilaku pencegahan PTM sehingga
mening- katkan kepedulian masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan
dirinya. Sangat diharapkan inisiatif pencegahan faktor risiko PTM melalui
pemberdayaan masyarakat yaitu timbul dan dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat
itu sendiri.
B TUJUAN PEDOMAN
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
C SASARAN PEDOMAN
Masyarakat Usia 15 Tahun s/d 59 Tahun
a. Melakukan deteksi dini dan diagnosa dini PTM (Penyakit Tidak Menular)
E.BATASAN OPERASIONAL
Berkaitan dengan progam penanggulangan penyakit, maka puskesmas bertugas
mengembangkan segala potensi yang ada untuk menjalin kemitraan dan kerjasama
dengan semua pihak yang terkait. Pelaksanaan manajemen progam penanggulangan
penyakit meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta
mengupayakan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).
Selain itu dalam mengatasi hambatan yang dihadapi dan dengan
menyesuaikan tugas pokok dan fungsi uraian kegiatan progam PTM, maka strategi
operasional yang dilakukan dalam penanggulangan pemberantasan penyakit
diantaranya melalui :
1. Peningkatan mutu pelayanan di semua unit pelayanan kesehatan baik
pemerintah maupun swasta.
2. Penggalanagn kemitraan dengan organisasi profesi, lintas sektoral, institusi
pendidikan, dan lain-lain.
3. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka mendorong kemandiriannya untuk
pelaksanaan Deteksi Dini di Posbindu
Kegiatan yang dilakukan progam PTM di Puskesmas adalah :
1. Meningkatkan upaya pelayanan Usia Produktif di dalam dan luar gedung
Puskesmas.
2. Meningkatkan upaya pelayanan Hipertensi.
Beberapa ketentuan perundang - undangan yang digunakan sebagai dasar
Penyelenggaraan Upaya Pencegahan Penyakit Tidak Menular di Puskesmas
adalah sebagai berikut
Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 158 ayat 1 yang
menyatakan bahwa pemerintah daerah, dan masyarakat melakukan upaya
pencegahan, pengendalian, dan penanganan PTM beserta akibat yang ditimbulkan.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penanggulangan
Penyakit Tidak Menular
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadualan Koordinator PTM di puskesmas dikoordinir oleh
Penanggung jawab masing-masing program sesuai dengan kesepakatan.
Lantai 2
B. Standar Fasilitas
B.Standar Fasilitas
a. Panduan bagi setiap pemegang program: 1 buah
b. Kit POSBINDU:
Tensi
Timbangan
Matlin
Bodifat
Alat Cek Laborat Sederhana
Tinggi Badan
Bahan Habis Pakai
c. Kit Penyuluhan Kesehatan Masyarakat : 1 kit
d. Kit audiovisual , yang terdiri dari:
Wireless system/Amplifier dan Wireless Microphone 1 Unit
Microphone: 2 buah
Speaker: 1 buah
Laptop
LCD projector
BAB IV
A. Lingkup Kegiatan
Berikut uraian rincian kegiatan program PTM :
1. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas meliputi :
a. Melakukan deteksi dini dan diagnosa dini PTM (Penyakit Tidak Menular)
b. Melakukan Pemeriksaan Kangker Payudara Dan Kangker leher rahim ( IVA Test
2. Kegiatan di luar gedung Puskesmas meliputi :
a. Deteksi Dini Faktor Resiko PTM di Posbindu
b. Pelaksanaan Gervasa ( Gerakan IVA ke Desa )
B. Metode
Metode dalam program pengendalian penyakit tidak menular dan factor resikonya
melalui beberapa kegiatan yaitu:
1. Deteksi Dini Faktor Resiko PTM dg Metode 5 Meja
2. Pemeriksaan klinis, fisik, laboratorium dan penegakan diagnosa
C. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Diseminasi informasi pengendalian penyakit tidak menular dan faktor
resikonya tingkat Kecamatan dan pihak lain yang terkait.
b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan tingkat Kecamatan
2. Perencanaan
3. Pelaksanaan
a. Menetapkan mekanisme koordinasi antar sektor terkait dengan leading
sektor dari Puskesmas (penanggung jawab program PIM )
b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan kegiatan
program PTM di tingkat Kecamatan.
4. Melaksanaan kegiatan program PTM sesuai dengan jadual yang telah disusun.
5. Monitoring dan evaluasi
a. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat
b. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
BAB V
LOGISTIK
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak,
baik resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang
terjadi pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus
diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja
melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya. Tahapan – tahapan
dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain:
1. Identifikasi Resiko.
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi
resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak
membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang
ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran
harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak
dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau
dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini
dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan evaluasi
Monitorng adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah berjalan sesuai
dengan perencanaan, apakah ada kesenjangan atau ketidaksesuaian pelaksanaan
dengan perencanaan. sehingga dengan segera dapat direncanakan tindak lanjutnya.
Tahap yang terakhir adalah melakukan Evaluasi kegiatan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah tujuan sudah tercapai.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan
aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk
menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan
keluaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator
sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang ditemukan
dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.
BAB IX
PENUTUP
dr ……..
Nip ………….