Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

STRATEGI KOMUNIKASI KELOMPOK 1

JUDUL
IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA ANAK

Disusun Oleh:
Juni Astaty N
Arum Puspitasari
Lena Morita Br Sembiring
Febrina Sintari Caniago
Ardi Haryadi
Nurul Iman

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
DIKLAT KOMUNIKASI PUBLIK ANGKATAN XXIV
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………………………3
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH………………………………………………………………….4
1.2.1 ANALISIS SITUASI……………………………………………………………….4
1.2.2 ANALISIS ORGANISASI…………………………………………………………4
1.2.3 ANALISIS PUBLIK………………………………………………………………..7
1.3 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………………...7
1.4 TUJUAN KEGIATAN………………………………………………………………………...7
1.5 MANFAAT KEGIATAN………………………………………………………………………7

BAB 2 STRATEGI KOMUNIKASI


2.1 TUJUAN DAN SASARAN HUMAS………………………………………………………..8
2.2 FORMULASI STRATEGI AKSI DAN RESPON………………………………………….9
2.3 PENGGUNAAN KOMUNIKASI EFEKTIF……………………………………………….11
2.4 BUDGETING & TIME LINE KEGIATAN SELAMA 3 BULAN………………………….12

BAB 3 TAKTIK KOMUNIKASI


3.1 PENERAPAN MODEL PESO…………………………………………………………….13
3.2 TAKTIK ORGANISASI MEDIA……………………………………………………………13
3.3 TAKTIK MEDIA BERITA…………………………………………………………………..13
3.4 TAKTIK MEDIA PERIKLANAN…………………………………………………………...13
3.5 PENGEMASAN TAKTIK KOMUNIKASI (KEY MESSAGE DAN PESAN).................13
3.6 IMPLEMENTASI TAKTIK KOMUNIKASI………………………………………………..14

BAB 4 EVALUASI
4.1 EVALUASI RENCANA EVALUASI………………………………………………………15
4.2 KUESIONER DAN PERTANYAAN WAWANCARA……………………………………15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Imunisasi merupakan salah satu tindakan paling efektif dalam mengendalikan


dan memberantas penyakit menular yang berbahaya dan mematikan. Imunisasi
bermanfaat terutama bagi anak-anak sebagai metode pencegahan dini dari
berbagai risiko kesehatan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) periode 2019- 2024 Indonesia telah menetapkan target bahwa 90% anak
berusia 12-23 bulan dan 80% bayi berusia 0-11 bulan di 488 kabupaten/kota akan
memperoleh imunisasi dasar lengkap di tahun 2024.

Untuk mencapai target tersebut, Indonesia melaksanakan program


imunisasi nasional yang terintegrasi dengan fokus pada layanan imunisasi dasar
lengkap pada anak dibawah dua tahun (imunisasi rutin). Kegiatan imunisasi
merupakan kegiatan yang kompleks, dan cakupan layanannya banyak dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari penyedia layanan (sisi pasokan)
maupun pengguna layanan (sisi permintaan). Oleh karena itu diperlukan
penguatan di sisi pasokan dalam memastikan bahwa layanan imunisasi anak
diberikan secara tepat melalui pelayanan sistem kesehatan yang prima, dan
secara bersamaan perlu dilakukan upaya menumbuhkan minat masyarakat serta
menjaga agar permintaan imunisasi selalu tinggi, melalui berbagai pendekatan
komunikasi strategis. lebih komprehensif, yang menekankan pada penguatan
permintaan yang digerakkan oleh masyarakat (people-driven demand generation).
Hal ini sejalan dengan strategi global dalam Immunization Agenda 2030 atau IA
2030 dengan visi untuk menciptakan “Dunia di mana setiap orang di manapun
pada segala usia mendapatkan manfaat imunisasi untuk kesehatan dan
kesejahteraan hidupnya.”
Dalam aplikasinya terhadap strategi komunikasi nasional, IA 2030 juga
menekankan pentingnya strategi peningkatan permintaan (demand generation)
disusun dengan mempertimbangkan empat (4) prinsip utama, yaitu: 1) fokus pada
masyarakat sebagai aktor utamanya; 2) pemangku kebijakan sebagai pendorong
untuk memastikan semua pihak mendapatkan standar kesehatan tertinggi dan
terlindungi dari PD3I (penyakit dapat dicegah dengan imunisasi); 3) berbasis
kemitraan untuk meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kepercayaan
masyarakat terhadap imunisasi; dan 4) berbasis bukti terkini yang berkaitan dengan
faktor-faktor perilaku dan sosial yang mempengaruhi imunisasi agar dapat disusun
intervensi yang relevan. Dengan demikian, Strategi Komunikasi Imunisasi ini
disusun sebagai acuan bagi kegiatan komunikasi di daerah, terutama dalam
penyebarluasan informasi tentang imunisasi rutin secara tepat waktu, akurat, dan
transparan guna meredakan kekhawatiran terhadap berbagai isu terkait imunisasi,
serta menaikkan tingkat penerimaan dan pemanfaatan layanan imunisasi rutin oleh
masyarakat. Strategi ini didesain untuk membangun kepercayaan masyarakat
terhadap program imunisasi rutin melalui komunikasi yang transparan sekaligus
meluruskan informasi yang salah dan berbagai rumor yang beredar. Strategi
Komunikasi ini memiliki tujuan untuk mendukung dan mendorong pemanfaatan
layanan imunisasi rutin secara tepat dengan:

1. Mengatasi keraguan tentang imunisasi yang mungkin timbul karena adanya


kekhawatiran tentang keamanan, dan efektivitas imunisasi akibat berbagai mitos
dan kesalahpahaman lain;

2. Memberi informasi tentang potensi risiko dan meredakan krisis yang tidak
diinginkan selama pelaksanaan program imunisasi.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH


1.2.1 ANALISIS SITUASI
Secara umum masyarakat sudah tahu imunisasi dasar lengkap namun
masih ada informasi yang tidak sepenuhnya dipahami seperti manfaat,
keamanan, jenis dan jadwal imunisasi.
Analisis situasi yang ada terkait permasalah imunisasi dasar lengkap
DKI Jakarta :
1. Imunisasi dasar lengkap DKI Jakarta 68%, tidak lengkap 30,4%
dan tidak imunisasi 1,5%
2. Jumlah anak sakit tahun 2022 di DKI Jakarta Anak Indonesia
menderita campak 30.000-40.000 (Unicef)
3. Jumlah Balita di DKI Jakarta yang belum diimunisasi tahun 2022
yaitu 8410. Target anak yang diimunisasi lengkap DKI Jakarta
173.746

1.2.2 ANALISIS ORGANISASI


Lingkungan Internal

1. Beban kerja seorang petugas kesehatan cukup banyak, dan


seringkali dalam satu waktu, seorang petugas kesehatan
bertanggung jawab untuk memberi layanan kesehatan sebagai
bagian dari profesi mereka, sekaligus mengelola program dan logistik
vaksin. Dalam satu hari yang sama, seringkali seorang petugas
kesehatan berpindah dari satu lokasi layanan ke lokasi layanan
berikutnya, sehingga beban kerja ini mempengaruhi kemampuan
mereka untuk memberi layanan imunisasi yang berkualitas, termasuk
melakukan konseling, edukasi, dan pemberian informasi bagi target
layanan. Selain itu, permasalahan rotasi juga masih banyak
ditemukan sehingga petugas kesehatan baru umumnya belum
memiliki banyak pengalaman dalam melakukan promosi kesehatan
dan konseling bagi target sasaran imunisasi.
Lingkungan Eksternal

1. Pemerintah Kota Administrasi cenderung lebih memprioritaskan


pembangunan di bidang lain daripada imunisasi. Hal ini tercermin
dalam manajemen sumber daya manusia (tenaga kesehatan dan
kader) untuk imunisasi serta terbatasnya kapasitas Pemerintah
Kota untuk mengembangkan kegiatan peningkatan permintaan
imunisasi berdasarkan situasi dan kebutuhan setempat.
Diseminasi materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE),
sumber daya dan kegiatan penguatan kapasitas a yang
penyebarannya seringkali lambat dan tidak merata ke seluruh
Indonesia semakin mengurangi kesempatan untuk melaksanakan
kegiatan peningkatan permintaan imunisasi di daerah.
2. Tingginya tingkat pergantian kader yang disebabkan oleh
pergantian pimpinan dan perubahan situasi politik ataupun
ketiadaan dana insentif atau imbalan bagi kader. Kader juga
terlibat dalam berbagai program kesehatan/pembangunan dan
memiliki peran yang beragam di wilayahnya masing-masing, di
mana kegiatan promosi imunisasi merupakan satu dari sekian
banyak kegiatan yang harus dilaksanakan oleh kader. Akibatnya
kader perlu mengelola prioritas mereka dalam melaksanakan
berbagai kegiatan program, dan promosi imunisasi seringkali tidak
sempat dilakukan karena banyaknya kegiatan yang menuntut
perhatian Kader di lapangan.
3. Kerja sama lintas sektoral penting dilakukan untuk memperkuat
program imunisasi, mengoptimalkan sumber daya dan
meningkatkan permintaan layanan. Kerja sama untuk mobilisasi
sumber daya (yaitu mobilisasi dana) masih terbatas dan perlu
ditingkatkan. Di sisi lain, kerja sama dengan sektor swasta juga
memiliki potensi besar, terutama untuk memobilisasi sumber daya
yang dapat mendukung penyediaan layanan imunisasi, kegiatan
peningkatan permintaan, dan peningkatan akses ke layanan
imunisasi. Kerja sama lain yang juga penting dibangun adalah
integrasi mekanisme monitoring dan evaluasi bagi penyedia
layanan imunisasi swasta untuk mencatat data cakupan imunisasi
secara akurat. Kerja sama dengan organisasi keagamaan dan
masyarakat telah cukup banyak dilakukan, walaupun masih belum
konsisten dilaksanakan di beberapa daerah, dan masih terutama
bersifat sesaat untuk satu kegiatan tertentu, dan belum menjadi
bagian dari koordinasi rutin program. Hal ini menunjukan bahwa
secara umum pemerintah belum menerapkan mekanisme
terstandar untuk berkolaborasi dan membangun kerja sama antar
mitra.

Persepsi Publik

1. Penilaian menunjukkan bahwa saat konseling petugas kesehatan


informasi sering memberi informasi yang tidak konsisten terkait
dengan jenis vaksin, manfaat imunisasi, dan efek samping yang
umum dialami setelah imunisasi. Petugas kesehatan seringkali
kesulitan dalam menanggapi dan mengubah pendirian orang tua
yang ragu dan tidak mengizinkan anak mereka divaksin. Ada juga
orang tua yang melaporkan bahwa petugas kesehatan tidak
memberi konseling, dan pemberian informasi bergantung pada
inisiatif orang tua untuk bertanya atau meminta informasi. Petugas
kesehatan juga perlu memiliki keterampilan khusus untuk
menjelaskan tentang imunisasi secara sederhana dengan
menggunakan istilah-istilah umum dan bahasa lokal agar orang
tua dapat dengan mudah memahami informasi yang diberikan.
Termasuk dalam menjangkau kelompok-kelompok rentan yang
terdiri atas masyarakat etnis minoritas, penyandang disabilitas,
penduduk migran, miskin kota, pengungsi dan sebagainya.
2. Kendala umum yang dihadapi di titik layanan berkaitan dengan
penyediaan sarana dan prasarana yang cukup dan layak, seperti
fasilitas gedung dan tempat duduk bagi masyarakat saat
menunggu giliran divaksin. Selain sarana prasarana, masalah
operasional seperti layanan yang tidak dimulai tepat waktu
menyebabkan masyarakat harus menunggu untuk waktu yang
cukup lama. Selain itu, anak-anak penyandang disabilitas masih
belum memperoleh akses terhadap layanan imunisasi, baik
tindakan imunisasi, maupun informasi, dan hal-hal lain yang
diperlukan agar mereka mau dan bisa mengakses layanan
imunisasi. Pengalaman yang kurang menyenangkan
menyebabkan orang tua dari anak disabilitas tidak mau membawa
anak mereka kembali ke posyandu untuk mengakses berbagai
layanan kesehatan, termasuk untuk imunisasi.

1.2.3 ANALISIS PUBLIK


Publik Internal terdiri dari Pimpinan eselon 1 dan 2 : Kepala Dinas
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Administrasi Jakarta
Pusat
Publik Eksternal terdiri dari : Masyarakat (Ibu Usia Produktif/Wanita
usia subur dengan rentang usia 20-30 tahun), Media (Media Sosial,
Berita Jakarta, Website), Mitra/CSR.

1.3 RUMUSAN MASALAH


1.3.1 Masyarakat masih banyak yang belum memahami manfaat imunisasi
dasar lengkap
1.3.2 Kompetensi SDM dalam pelaksanaan vaksinasi masih kurang

1.4 TUJUAN KEGIATAN


1.4.1 Tujuan Utama
Meningkatkan penerimaan orang tua terhadap imunisasi dengan
menyediakan informasi yang tepat dan mengatasi misinformasi, mitos
dan miskonsepsi
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai manfaat imunisasi,
keamanan imunisasi, hingga jenis dan jadwal imunisasi
b. Meningkatkan keterpaparan orang tua akan informasi akurat dan
terpecaya
c. Meningkatkan dukungan orang tua terhadap imunisasi
d. Meningkatkan keterlibatan ayah/suami dalam kegiatan imunisasi

1.5 MANFAAT KEGIATAN


a. Meningkatnya demand masyarakat untuk mendapatkan imunisasi dasar
lengkap
b. Cakupan imunisasi dasar lengkap untuk anak umur 0-24 bulan tercapai
sesuai target
c. Mengurangi keragu-raguan masyarakat terhadap imunisasi dasar lengkap
d. Mencegah berbagai risiko Kesehatan atau penyakit yang dapat dicegah
melalui imunisasi dasar lengkap
e. Manfaat jangka panjang akan meningkatkan status ekonomi masyarakat.
BAB II

STRATEGI KOMUNIKASI

2.1 TUJUAN DAN SASARAN HUMAS


Situasi Hubungan Masyarakat yang ada saat ini :
Kemampuan Merespons
1. Pesan atau informasi yang disampaikan dan disebarluaskan masih
kurang informatif dan tidak menarik
2. Masyarakat masih kurang peduli terhadap pentingnya manfaat dan
kualitas vaksin di fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah
khususnya Provinsi DKI Jakarta
3. Masyarakat masih kurang yakin terhadap pentingnya manfaat dan
kualitas vaksin di fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah
khususnya Provinsi DKI Jakarta
Pemanfaatan Teknologi Digital
Pemanfaatan teknologi digital sudah digunakan seperti Instagram,
Tiktok, Facebook, Twitter dan google business profile Dinas Kesehatan
Provinsi DKI Jakarta dan Jajarannya
Citra dan Reputasi
Citra baik dari imunisasi belum tercapai mengingat masih ditemukan banyak
tantangan dilihat adanya isu negatif tentang imunisasi seperti isu
kandungan vaksin yang halal/haram, KIPI (Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi) pada anak.
Krisis yang dihadapi
Masih kurangnya cakupan imunisasi dasar lengkap yang telah diamanatkan
kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
Kolaborasi
Kolaborasi yang sudah dilaksanakan baik instansi internal maupun eksternal
namun masih adanya misleading information ndan HOAX. Kolaborasi harus
melibatkan lebih banyak stakeholder influencer dan public figure.
Tujuan Humas :
Untuk memberikan pesan terkait manfaat imunisasi dasar lengkap pada anak
sehingga dapat diterima dan dipahami untuk mengubah sikap dan perilaku
orang tua dalam memberikan imunisasi pada anaknya.
Sasaran Humas : Ibu Usia Produktif atau usia subur dengan rentang usia 21-35
tahun yang memiliki anak usia 0-24 bulan
2.2 FORMULASI STRATEGI AKSI DAN RESPON

Advokasi
Advokasi merupakan proses pemberian edukasi dan motivasi kepada
kelompok individu yang berpengaruh sehingga mereka melakukan
berbagai tindakan spesifik guna mendukung program imunisasi.
Berbagai tindakan advokasi antara lain mencakup regulasi, kebijakan,
pembiayaan yang mendukung, atau perencanaan untuk layanan
imunisasi anak berskala besar. Advokasi akan dilaksanakan untuk
menciptakan lingkungan yang kondusif dan mendukung pelaksanaan
program imunisasi, melalui mobilisasi sumber daya dan jaringan aktor
yang potensial. Berbagai advokasi yang akan dilakukan terutama untuk
memperkuat sistem tata kelola kesehatan di seluruh jenjang
pemerintahan, meningkatkan kapasitas dan keterampilan tenaga
kesehatan dan kader, serta memobilisasi sumber daya dan dukungan
dari pemangku kepentingan yang relevan demi meningkatkan
permintaan imunisasi secara optimal.

Hubungan Masyarakat (Humas)


Upaya untuk melakukan hubungan masyarakat dilakukan dalam
rangka mengklarifikasi informasi yang salah dan tidak jelas, meluruskan
persepsi bahwa imunisasi bukan sesuatu yang mendesak, serta untuk
meniadakan keraguan terhadap efektivitas, keamanan dan efek
imunisasi yang menyebabkan semakin banyak orang tuaenggan
membawa anak mereka untuk diimunisasi. Kegiatan hubungan
masyarakat terutama difokuskan pada komunikasi krisis untuk
menangani isu tentang KIPI.

Mobilisasi Sosial dan Pelibatan Masyarakat

Mobilisasi sosial dan pelibatan masyarakat mencakup kegiatan untuk


meningkatkan keterlibatan dan keaktifan dari institusi, jaringan
masyarakat, serta organisasi sosial/masyarakat sipil dalam upaya
mengubah sikap, struktur dan norma ke tujuan yang diinginkan, yaitu
mendukung imunisasi anak. Komunikasi antar pribadi untuk perubahan
perilaku dilakukan dan diukur di tingkat rumah tangga dan di skala yang
lebih luas melalui pertemuan tatap muka atau menggunakan sarana
teknologi. Berbagai pesan kunci yang disesuaikan dengan kebutuhan
kelompok sasaran akan disebarluaskan melalui pos pelayanan terpadu
(Posyandu), kelas ibu balita, kelas ibu hamil, pembinaan ketahanan
keluarga (Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Lansia), kunjungan
rumah, dan pertemuan informal lainnya (pengajian, persekutuan doa,
arisan). Untuk mendorong perubahan perilaku melalui komunikasi antar
pribadi, strategi komunikasi juga mempertimbangkan situasi sosial
budaya dari kelompok sasaran, dengan menggunakan alat bantu
implementasi yang sesuai, seperti buku panduan konseling, mekanisme
koordinasi, dll.

Kampanye di Media Massa dan Media Sosial


Kampanye di media massa dan media sosial seperti Instagram,
Facebook, Youtube, Blogger (dengan poster, infografis, video pendek)
membantu memperluas jangkauan guna memperoleh dampak
semaksimal mungkin. Informasi tentang imunisasi anak akan terus
disebarluaskan oleh individu yang berpengaruh dan terpercaya seperti
pejabat pemerintah atau Key Opinion Leaders (para ahli seperti dokter,
peneliti, atau pakar lainnya yang memiliki kapasitas keilmuan yang
mumpuni) untuk menyeimbangkan segala informasi yang salah dan
meyakinkan masyarakat tentang imunisasi anak. Orang tua/pengasuh
dari anak-anak yang telah diimunisasi juga dapat menjadi agen
perubahan dan turut membantu dalam proses persuasi terutama melalui
media sosial. Serta melibatkan influencer untuk menyampaikan
informasi.

Pengembangan Kapasitas
Kapasitas dan keterampilan tenaga kesehatan dan kader akan
dikuatkan, khususnya untuk melakukan komunikasi adaptif serta
memiliki nilai-nilai yang inklusif, agar dapat memberi layanan imunisasi
dan menyebarkan informasi yang berkualitas untuk meningkatkan
permintaan imunisasi. Selain kapasitas komunikasi, penguatan
kapasitas manajemen waktu atau prioritas juga perlu dilakukan agar
tenaga Kesehatan dan kader mampu mengelola isu tugas dan tanggung
jawab yang terlalu banyak serta peran ganda. Khusus bagi tenaga
kesehatan, materi tentang vaksin baru juga dapat disisipkan agar
meningkatkan pengetahuan dan sikap positif tenaga kesehatan sebagai
sumber informasi imunisasi yang utama dan terpercaya bagi
masyarakat. Pelatihan komunikasi akan dilengkap dengan modul
pelatihan yang disusun untuk memberikan panduan dalam
merencanakan dan melaksanakan komunikasi di semua jenjang.
Berbagai mekanisme dan kanal pelatihan yang tepat dan disesuaikan
dengan kondisi daerah akan diterapkan untuk menjangkau berbagai
petugas garda terdepan, seperti tenaga kesehatan, kader berbasis
masyarakat, relawan, influencer, dan pemangku kepentingan lain di
wilayah pelosok dan terpencil. Hal ini guna memastikan pengembangan
kapasitas yang dibutuhkan untuk meningkatkan permintaan imunisasi
tidak hanya dilakukan bagi wilayah perkotaan, namun juga bagi petugas
kesehatan dan kader yang ada di seluruh Indonesia.

Tujuan Perubahan :
1. Cognitive Device : Kesadaran Muncul dan wawasan bertambah
dengan metode materi yang berisi Defenisi, manfaat, jadwal imunisasi,
dampak negatif tidak imunisasai, efek samping imunisasi.
2. Affective Device : Sikap setuju , Persepsi Sesuai dan citra baik
terhadap program imunisasi dasar lengkap pada anak
3. Connative Device : Masyarakat sudah aktif dan adanya perilaku
mendukung, berperan serta aktif dalam kegiatan imunisasi pada
posyandu. Lintas sektor (RT,RW, Lurah, Camat) ikut serta aktif dalam
kegiatan imunisasi. Adanya ibu yang menjadi agent of change di
lingkungannya untuk menyebarkan pesan kunci imunisasi dasar
lengkap pada anak. Ibu-ibu yang memiliki anak 0-24 bulan di wilayah
DKI Jakarta membawa anaknya ke fasilitas pelayanan kesehatan
maupun posyandu untuk dilakukan penyuntikan imunisasi dasar
lengkap sesuai jadwal vaksinasi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.

2.3 PENGGUNAAN KOMUNIKASI EFEKTIF


Pesan kunci yang digunakan adalah : Imunisasi lengkap anak sehat, Indonesia
Hebat
Pesan kunci ini disampaikan dapat dilakukan secara verbal dan Non verbal
Komunikasi Verbal :
1. Melakukan kegiatan penyuluhan pada sesi posyandu, kelas ibu hamil, acara
pengajian/keagamaan, dan kunjungan rumah dengan menggunakan materi
KIE cetak maupun digital.
2. Melakukan konseling
3. Melakukan FGD
Komunikasi Non verbal : Memberikan Apresiasi kepada anak yang telah
diimunisasi dengan gesture tubuh, gerak isyarat, ekspresi wajah yang positif
misalnya dengan memberikan senyum dan memberikan jempol.
2.4 BUDGETING DAN TIMELINE

TIMELINE KEGIATAN

Bulan PJ Sumber
No Kegiatan
April Mei Juni Pelaksana Anggaran

1 Melakukan Rapat v Dinas APBD dan CSR


koordinasi terkait Kesehatan
edukasi dan
informasi dengan
pelibatan lintas
sektoral

2 Sosialisasi dan v Sudinkes, PKM APBD dan CSR


Publikasi dan RSUD

3 Penguatan v Sudinkes, PKM APBD dan CSR


informasi oleh dan RSUD
layanan kesehatan
dan lintas sektor
terkait

4 Evaluasi kegiatan v Sudinkes, PKM APBD dan CSR


publikasi, informasi dan RSUD
dan edukasi

5 Identifikasi v Sudinkes, PKM APBD dan CSR


keberhasilan dan RSUD
imunisasi dasar
lengkap anak

6 Evaluasi Capaian v Sudinkes, PKM APBD dan CSR


imunisasi dasar dan RSUD
lengkap anak
meningkat dari
capaian
sebelumnya
BAB III

TAKTIK KOMUNIKASI

3.1 Penerapan Model Peso


Penerapan Model Peso pada Imunisasi Dasar Lengkap, antara lain:
a. Paid
melakukan advertising imunisasi di media sosial seperti Facebook dan
Instagram Ads.
b. Earned
Melakukan Publisitas melalui media relationship, blogger relationship,
influencer, endorser
c. Shared
Melakukan Share informasi manfaat, jadwal, dampak negatif tidak imunisasi,
dan efek samping imunisasi melalui FB, IG, Twitter, Tiktok, Youtube
d. Owned
Referral Strategy (mengajak audiens untuk merekomendasikan
imunisasi kepada orang lain

3.2 Taktik Organisasi Media


1. Memiliki akun media sosial official dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta, Suku DInas Kesehatan Kota Administrasi, Puskesmas dan RSUD
2. Memiliki website dan kanal informasi dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta

3.3 Taktik Media Berita


1. Adanya new release imunisasi Jakarta yang disampaikan melalui
wawancara press conference
2. Adanya digital news paper (beritajakarta.com), televisi (RRI), radio
(Elshinta), mengenai informasi terkait imunisasi dasar lengkap pada anak

3.4 Taktik Media Periklanan


Melakukan publikasi melalui media periklanan dengan social medis paid
aids, infografis, flyer, banner, spanduk, baliho, running text pada
masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan dan instansi pemerintah.

3.5 Pengemasan Taktik Komunikasi (Key Message dan Pesan)


Menyampaikan pesan kunci pentingnya imunisasi dasar lengkap pada anak
melalui Key Message : “Imunisasi dasar lengkap, anak sehat, Indonesia
Kuat”.
3.6 Impelementasi Taktik Komunikasi
Menyelenggarakan event kegiatan Gebyar Imunisasi Nasional pada
peringatan Hari Kesehatan Nasional di lapangan Banteng dengan
menghadirkan Influencer, narasumber/pakar ahli. Dinas Kesehatan dalam
menyukseskan kegiatan tersebut bekerjasama dengan pihak swasta untuk
memberikan dukungan kegiatan berupa Souvenir kepada anak 0-24 bulan.
BAB IV
EVALUASI

4.1 Rencana Evaluasi


1. Survei Kepuasan Orangtua/Pengasuh dengan menggunakan barcode yang
disertakan pada media spanduk, banner, flyer ataupun infograsi yang
disebarluaskan ke masyarakat
2. Wawancara langsung/tatap muka dengan orang tua/pengasuh dan kader
masyarakat dengan bertanya langsung menggunakan instrumen
3. FGD (Focus Group Discussion)
Kriteria evaluasi terdiri dari :
1. Awareness dapat dilihat dari persentase akses masyarakat dalam
menggunakan
● TV, Radio (15%)
● Media Relationship, Blogger Relationship, influencer, endorser (25%)
● Medsos FB, Instagram, twitter, Tiktok, Youtube (50%)
● Referral Strategy (10%)
2. Acceptance
Orangtua/pengasuh sudah paham dan menerima anaknya yang berumur
0-24 bulan untuk dilakukan imunisasi dasar lengkap sesuai dengan jenis dan
jadwal imunisasi yang telah ditetapkan pemerintah yang tercatat pada lembar
KMS dan Buku KIA
3. Action
Orangtua/pengasuh membawa anaknya yang berumur 0-24 bulan untuk
memperoleh imunisasi dasar lengkap baik ke fasilitas pelayanan kesehatan
maupun ke posyandu sehingga capaian/target anak yang berusia 0-24 bulan
imunisasi dasar lengkap tercapai 100%
4.2 Kuesioner dan Pertanyaan Wawancara

KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU
MENGIKUTI PROGRAM IMUNISASI DASAR LENGKAP

No. Responden :

Nama Posyandu : ………………………………

Petunjuk :
Silahkan silang / isi titik di bawah ini dengan benar..!!!

I. Data Umum Responden


Nama Ibu : …………………………………..
Umu Ibu : …………………………………..
Nama Anak : …………………………………..
Tgl. Lahir Anak : …………………………………..
Pendidikan Ibu : 1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Akademi/Perguruan Tinggi
5. Lainnya…………………………..

Pekerjaan Ibu : 1. IRT


2. Bekerja
Tuliskan …………………………..

II. Pengetahuan ibu


Petunjuk :
Silahkan jawab pertanyaan di bawah ini dengan benar..!!!

1. Apakah yang dimaksud dengan imunisasi?


a. Adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan pada tubuh bayi
terhadap penyakit
b. Adalah suatu cara untuk meberikan bayi penyakit
c. Adalah suatu cara yang yang menjadikan anak pintar
2. Menurut ibu, menyuntikkan virus atau bakteri yang sudah dilemahkan dengan
dosis tertentu disebut?
a. Menyebarkan penyakit
b. Mengobati penyakit
c. Imunisasi
3. Menurut ibu apakah tujuan dari pemberian imunisasi?
a. Supaya anak lebih pintar
b. Untuk mencegah dari penyakit menular
c. Supaya anak terhindar dari demam
4. Menurut ibu apakah jadikan jika bayi tidak diberikan imunisasi secara lengkap?
a. Bayi akan mudah terkena penyakit
b. Biasa-biasa saja
c. Bayi akan kebal dari berbagai penyakit
5. Menurut ibu apakah manfaat diberikannya imunisasi pada bayi?
a. Sebagai pencegahan terhadap penyakit
b. Sebagai pengobatan penyakit degeneratif
c. Supaya menambah nafsu makan pada anak
6. Menurut ibu sejak umur berapa bayi boleh di imunisasi?
a. Sejak umur 0 bulan
b. Sejak umur > 1 tahun
c. 2 tahun
7. Menurut ibu dimanakah imuniasi bisa didapatkan ?
a. Rumah sakit, puskesmas, posyandu,

b. Dirumah

c. Di rumah kader
8. Apakah ibu, mengetahui jenis imunisasi apa yang harus diberikan kepada bayi
baru lahir?
a. HB 0
b. Campak
c. Polio
9. Menurut ibu, jenis imunisasi apa saja yang harus diberikan kepada bayi kurang
dari satu tahun?
a. DPT, BCG, Polio
b. Hepatitis B, Campak
c. TT
10. Menurut ibu, imunisasi apa yang diberikan untuk mencegah penyakit Hepatitis
B?
a. Hepatitis B
b. BCG
c. Polio
11. Bagaimanakah cara pemberian imunisasi Hepatitis B?
a. Suntik
b. Tetes
c. Diminum
12. Menurut ibu, berapa kali imunisasi Hepatitis B diberikan?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kalI
13. Menurut ibu imunisasi campak diberikan untuk mencegah penyakit apa?
a. DPT
b. Campak
c. Polio
14. Apakah ibu mengetahui, umur berapa bayi harus diberi imunisasi campak?
a. 2 bulan
b. 5 bulan
c. 9–11 bulan
15. Menurut ibu, berapa kali bayi harus diberi imunisasi campak?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
16. Apakah ibu mengetahui, bagaimana cara pemberian imunisasi campak?
a. Ditetes
b. Disuntik
c. Diminum
17. Menurut ibu penyakit tuberculosis dapat dicegah dengan memberikan
imunisasi ?
a. BCG
b. Campak
c. Polio
18. Apakah ibu mengetahui, berapa kali bayi diberi imunisasi BCG?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
19. Menurut ibu imunisasi DPT untuk mencegah penyakit apa?
a. Tipus
b. Difteri, tetanus, pertusis
c. Polio
20. Apakah ibu mengetahui, berapa kali bayi diberi imunisasi DPT?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
21. Menurut ibu imunisasi polio untuk mencegah penyakit apa?
a. TBC
b. Tipus
c. Polio
22. Apakah ibu mengetahui, berapa kali bayi diberi imunisasi polio?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
23. Menurut ibu, bagaimana cara pemberian imunisasi Polio?
a. Disuntik
b. Ditetes
c. Diminum
24. Menurut ibu, imunisasi apa yang diberikan terakhir kali?
a. DPT
b. Campak
c. Polio
25. Menurut ibu penyakit apasajakah dibawah ini yang bisa dicegah dengan
memberikan imunisasi pada bayi ?
a. Polio, campak, hepatitis B, TBC, difteri, tetanus, danpertusis
b. Imunoglobulin
c. Malnutrisi
III. Sikap ibu Mengikuti Program Imunisasi di Posyandu
Petunjuk :
Beri tanda “√” pada kotak SS, S, RG, TS atas STS, sesuai dengan jawab yang anda anggap
benar..!!!
Ket :

SS : Sangat setuju
S : Setuju
RG : Ragu-ragu
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju

No Pernyataan SS S RG TS STS

1 Ibu memberi anak imunisasi BCG


segera setelah lahir

2 Ketika bayi ibu berusia 1 bulan, ibu


membawa bayi ke posyandu untuk
mendapatkani imunisasi Hepatitis B

3 Ibu memberi bayinya imunisasi DPT


pada saat berumur > 6 minggu

4 Ibu memberi bayi imunisasi Polio


ketika bayi ibu berumur 2 bulan
5 Ketika bayi ibu berusia 3-6 bulan ibu
membawa bayi ibu untuk lanjutan
imunisasi Hepatitis B

6 Ibu membawa anak imunisasi Polio


selanjutnya ketika bayi ibu berumur 4
bulan dan 6 bulan

7 Ibu memberikan imunisasi campak


pada bayi ibu saat berumur 9 bulan

8 Ibu membawa anaknya ibu untuk


ulangan imunisasi DPT pada umur 18
bulan dan 5 tahun

9 Ketika anak ibu mengalami demam


setelah mendapatkan imunisasi
apakah ibu masih tetap melanjutkan
imunisasi berikutnya

10 Apakah ibu melaksanakan semua


jenis imunisasi dasar pada anaknya

IV. Dukungan Suami


1. Apakah suami ibu selalu mengingatkan, apabila jadwal buka posyandu untuk
membawa anak ke posyandu untuk diimunisasi?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah suami ibu pernah memberi informasi bahwa penting untuk
mengimunisasikan anak ke Posyandu supaya anak mendapat kekebalan dari
penyakit sesuai dengan umur anak ibu?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah suami ibu ada memotivasi ibu untuk mengimunisasi anak di
Posyandu?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah suami ibu ada perhatian dengan kesehatan anak ibu untuk mencegah
berbagai penyakit dengan cara imunisasi
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah pada hari kegiatan posyandu, suami ibu bersedia mengantar ibu dan
anak ke posyandu untuk mengimunisasi anak di posyandu?
a. Ya
b. Tidak
6. Jika pada hari kegiatan posyandu ibu berhalangan datang, apakah suami ibu
bersedia mengantar anak ke posyandu untuk diimunisasi?
a. Ya
b. Tidak
V. Perilaku ibu mengikuti program imunisasi di posyandu
Kehadiran ibu ke Posyandu dengan melihat buku KIA dan Buku Register Posyandu
pada kader atau bidan. (beri tanda √ pada kolom jenis imunisasi sesuai dengan umur
balita pada saat imunisasi)

Umur Jenis Imunisasi


balita
HB BCG DPT Polio Campak ………. ………

0-7 hari

1 bulan

2 bulan

3 bulan

4 bulan

9 bulan

………….

………….

Anda mungkin juga menyukai