Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh
tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan
dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden), yaitu beban
masalah penyakit menular dan penyakit degeneratif. Pemberantasan penyakit menular sangat sulit karena
penyebarannya tidak mengenal batas wilayah administrasi. Imunisasi merupakan salah satu tindakan
pencegahan penyebaran penyakit ke wilayah lai
n yang terbukti sangat cost effective. Dengan imunisasi, penyakit cacar telah berhasil dibasmi, dan Indonesia
dinyatakan bebas dari penyakit cacar pada tahun 1974.
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, imunisasi merupakan salah satu upaya
untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian
Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millennium Development
Goals (MDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak.
Kegiatan imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977 kegiatan imunisasi
diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap
beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis,
Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B.
Beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan komitmen global yang wajib diikuti
oleh semua negara adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi campak – pengendalian rubella (EC-PR) dan
Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE).
Cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata di seluruh wilayah. Hal ini bertujuan untuk
menghindarkan terjadinya daerah kantong yang akan mempermudah terjadinya kejadian luar biasa (KLB).
Untuk mendeteksi dini terjadinya peningkatan kasus penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, imunisasi
perlu didukung oleh upaya surveilans epidemiologi
Masalah lain yang harus dihadapi adalah munculnya kembali PD3I yang sebelumnya telah berhasil ditekan
(Reemerging diseases), timbulnya penyakit-penyakit menular baru (Emerging Infectious Diseases) serta
penyakit infeksi yang betul-betul baru (new diseases) yaitu penyakit-penyakit yang tadinya tidak dikenal
(memang belum ada, atau sudah ada tetapi penyebarannya sangat terbatas; atau sudah ada tetapi tidak
menimbulkan gangguan kesehatan yang serius pada manusia). Penyakit yang tergolong ke dalam penyakit baru
adalah penyakit-penyakit yang mencuat, yaitu penyakit yang angka kejadiannya meningkat dalam dua dekade
terakhir ini, atau mempunyai kecenderungan untuk meningkat dalam waktu dekat, penyakit yang area

1
geografis penyebarannya meluas, dan penyakit yang tadinya mudah dikontrol dengan obat-obatan namun kini
menjadi resisten.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas program imunisasi melalui penerapan pengelolaan vaksin dan rantai vaksin
yang memenuhi standard yang telah ditetapkan.
2. Tujuan Khusus
Sebagai pedoman bagi petugas pengelola program imunisasi dan pelaksana imunisasi dalam :
a) Perencanaan program Imunisasi (penentuan sasaran, perencanaan logistik, dan pendanaan)
b) Melaksanakan pemantauan serta pengawasan terhadap seluruh proses pengelolaan vaksin, mulai
dari perencanaan, penerimaan, pendistribusian, penyimpanan dan penggunaan vaksin
c) Pelaksanaan pelayanan imunisasi di puskesmas.

C. Visi, Misi, Tujuan, Dan Tata Nilai


1. VISI PUSKESMAS TARIK:
Terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu, aman, memuaskan, profesional dan komunikatif
untuk mencapai masyarakat sehat di wilayah Kecamatan Tarik
2. MISI PUSKESMAS :
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, merata, aman, memuaskan,
profesional, komunikatif dan terjangkau
b. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperan aktif dalam membudayakan perilaku
hidup bersih dan sehat
c. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia puskesmas
d. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan
(SDG’s)
e. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperan aktif dalam program BPJS Kesehatan
dalam rangka universal coverage di tahun 2019
3. TUJUAN PUSKESMAS :
a. Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, merata, aman, memuaskan,
profesional, komunikatif dan terjangkau
b. Meningkatkan kualitas hidup (quality of life) dan lingkungan hidup yang sehat dan produktif
(environmental health and productivity)
c. Tersedianya SDM puskesmas sesuai standar pelayanan minimal
d. Tercapainya pembangunan berkelanjutan di wilayah Tarik
e. Tercapainya kepesertaan jaminan kesehatan nasional di wilayah Tarik
4. TATA NILAI PUSKESMAS :
MANTAP
a. Kerjasama
b. Ikhlas
c. Ankuntabel
d. Integritas

2
e. Profesionalisme

D. Sasaran
1. Bayi usia 0-12 bulan
2. Batita usia 18-36 bulan
3. Anak sekolah SD/MI kelas 1,2, dan 3
4. Wanita Usia Subur (WUS)

E. Ruang Lingkup Pedoman


1. Pelayanan Imunisasi di dalam gedung
2. Pelayanan Imunisasi di luar gedung

F. Batasan Operasional
1. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
2. Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang
sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat
sekitarnya dari penyakit menular tertentu
3. Imunisasi dasar adalah imunisasi yang diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun
4. Imunisasi lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi imunisasi dasar pada
bayi yang diberikan kepada anak Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS)
termasuk ibu hamil.
5. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
Merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara serentak di suatu negara dalam waktu
yang singkat. PIN bertujuan untuk memutuskan mata rantai penyebaran suatu penyakit
(misalnya polio). Imunisasi yang diberikan pada PIN diberikan tanpa memandang status
imunisasi sebelumnya
6. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang selanjutnya disingkat KIPI adalah kejadian medik yang
berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek simpang, toksisitas,
reaksi sensitifitas, efek farmakologis maupun kesalahan program, koinsidens, reaksi suntikan
atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.
7. Komite Daerah Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang
selanjutnya disebut Komda PP KIPI adalah komite independen yang melakukan pengkajian
dan penetapan kasus KIPI di daerah secara klasifikasi lapangan dan kausalitas bila
memungkinkan

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Untuk terselenggaranya pelayanan imunisasi dan surveilans KIPI, maka setiap jenjang administrasi dan
unit pelayanan harus memiliki jumlah dan jenis ketenagaan yang sesuai dengan standar, yaitu memenuhi
persyaratan kewenangan profesi dan mendapatkan pelatihan kompetensi.
Jenis dan jumlah ketenagaan minimal yang harus tersedia di Tingkat Daerah adalah sebagai berikut :
a. Puskesmas Induk
1) 1 orang koordinator imunisasi dan surveilans KIPI
2) 1 atau lebih pelaksana imunisasi (vaksinator)
3) 1 orang petugas pengelola vaksin
b. Puskesmas Pembantu
1 orang pelaksana imunisasi
c. Polindes/Poskesdes di desa siaga
1 orang pelaksana imunisasi

B. Distribusi Ketenagaan
a. Puskesmas Induk
1 orang penanggung jawab imunisasi dan pengelola vaksin
1 orang surveilans KIPI
b. Polindes/Ponkesdes
20 Bidan desa dan 10 perawat ponkesdes

4
C. Jadwal Kegiatan

SUMBER PELAKSANA PENANGGUNG KET/Indikator Hasil


WAKTU TEMPAT
NO PROGRAM/KEGIATAN DANA JAWAB Pencapaian
PELAKSANAAN PELAKSANAAN
KEGIATAN

1 Imunisasi bayi di posyandu Januari – Desember 2016 Posyandu BOK Bidan Desa Imunisasi Terlaksananya
pelayanan Imunisasi
bagi bayi di
posyandu
2 Imunisasi Batita di Posyandu Januari – Desember 2016 Posyandu BOK Bidan Desa Imunisasi Terlaksananya
pelayanan Imunisasi
bagi batita di
posyandu
3 PIN POLIO 2016 8 – 18Maret 2016 POS PIN/ Desa BOK/APBD Bidan Desa Imunisasi Tercapainya
eradikasi polio.
4 Imunisasi TT pada WUS dan Ibu Hamil Januari – Desember 2016 Puskesmas, - Bidan Desa Imunisasi Terlaksananya
Polindes pelayanan Imunisasi
Ponkesdes TT WUS
5 BIAS Campak Oktober 2016 SD/MI BOK Bidan Desa Imunisasi Menurunkan angka
PD3I (kesakitan
campak) pada anak
6 BIAS DT dan Td Desember 2016 SD/MI BOK Bidan Desa Imunisasi Menurunkan angka
PD3I (kesakitan
Difteri) pada anak
7 Back Log Fighting (BLF) Januari – Desember 2016 Desa BOK Bidan Desa Imunisasi Bayi dibawah 1
tahun telah
mendapatkan
Imunisasi Dasar
Lengkap
8 Pelacakan KIPI Januari – Desember 2016 Desa - Bidan Desa dan SE Terlacaknya
SE Kemungkinan
Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi.

5
B A B III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang P2 Imunisasi

almari
U

Meja Imunisasi
Meja DBD/HIV

almari

Kulkas
vaksin
Kulkas
coolpack

B. Standard Fasilitas Program Imunisasi


Ketersediaan peralatan kesehatan sangat menentukan terselenggaranya pelayanan
kesehatan yang optimal,efektif dan efisien di Puskesmas, berdasarkan Pedoman
Peralatan kesehatan Puskesmas dari dirjen bina upay a kesehatan kementerian
kesehatan RI tahun 2013, standar sarana dan peralatan pelayanan imunisasi di
Puskesmas Tarik adalah sebagai berikut:
No Jenis Peralatan Standard Puskesmas

1 Pinset 4 buah Tidak ada

2 Boks pendingin, tahan dingin 7 hari 1 buah Tidak ada

3 Termos khusus, tahan dingin 12 jam 4 buah Tidak ada

4 Termos vaksin, tahan dingin 3 hari 3 buah Tidak ada

5 Vaksin carier 4 buah 23 buah

6 Lemari es biasa ( alat pembuat cool pack) 1 buah 1 buah

7 Cool pack 10 buah 40 buah

8 Lemari es penyimpan vaksin standar WHO 1 buah 1 buah


/UNICEF atau lemari es minyak tanah(tipe
absorbsi) untuk daerah terpencil/kepulauan

9 Termometer pada lemari es 1 buah 1 buah

10 Freeze tag (alat pemantau suhu beku di lemari es) 1 buah 1 buah

11 Termometer Muller (untuk pemantauan suhu dalam 1 buah Tidak ada


kulkas)

12 ADS (AutoDistruct Syringe) 0.05 ml, 0.5 ml, 5.0 m Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

13 Kapas Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

6
No Jenis Peralatan Standard Puskesmas

14 DPT-HB Combo Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

15 HB uniject Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

16 Polio Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

17 BCG Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

18 Pelarut BCG Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

19 Campak Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

20 Pelarut campak Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

21 DT Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

22 Td Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

23 TT (Tetanus Toxoid) Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

24 Safety box volume 5 liter Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

7
B A B IV
TATA LAKSANA PELAYANAN IMUNISASI

A. Pelayanan imunisasi di dalam gedung


Pelayanan imunisasi di dalam gedung dilaksanakan di puskesmas. Adapun jenis layanan
imunisasi di puskesmas meliputi:
1. Imunisasi pada bayi (Imunisasi dasar) dengan jadwal sebagai berikut :
Umur Jenis Imunisasi
0-7 hari Hepatitis B
1bulan BCG, Polio 1
2bulan DPT/HB/Hib 1, Polio 2
3bulan DPT/HB/Hib 2, Polio 3
4bulan DPT/HB/Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak

2. Imunisasi lanjutan pada batita dengan jadwal sebagai berikut :


Umur Jenis Imunisasi
18- 36 bulan DPT/HB/Hib
24-36 bulan Campak

3. Imunisasi TT pada WUS hamil dan non hamil.


B. Pelayanan Imunisasi di luar gedung
Pelayanan imunisasi di luar gedung dilaksanakan di posyandu, sekolah, dan kunjungan
rumah . Adapun jenis layanan imunisasi di luar gedung meliputi:

1. Imunisasi pada bayi (Imunisasi dasar) dengan jadwal sebagai berikut :


Umur Jenis Imunisasi
0-7 hari Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/HB/Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT/HB/Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT/HB/Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak

2. Imunisasi lanjutan pada batita dengan jadwal sebagai berikut :


Umur Jenis Imunisasi
18- 36 bulan DPT/HB/Hib
24-36 bulan Campak

8
3. BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah)
Kelas Jenis Imunisasi
1 SD/MI Campak
DT

2 dan 3 SD/MI Td

9
BABV
LOGISTIK
Logistik  imunisasi  terdiri dari vaksin, Auto Disable Syringe dan Safety Box. Ketiga kebutuhan
tersebut harus direncanakan secara bersamaan dan dalam jumlah yang berimbang.
1. Perencanaan Vaksin
Dalam menghitung jumlah kebutuhan vaksin, harus diperhatikan beberapa hal yaitu jumlah
sasaran, jumlah pemberian, target cakupan dan indeks pemakaian vaksin dengan
memperhatikan stok sebelumnya

Kebutuhan Vaksin = ( Jumlah sasaran x Jumlah pemberian x Target cakupan)


IP Vaksin
Indeks pemakaian vaksin (IP Vaksin) adalah rata – rata pemakaian tiap kemasan vaksin.

2. Perencanaan Auto Disable Syringe


Alat suntik yang dipergunakan dalam program imunisasi adalah alat suntik sekali pakai
(Auto Disable Syringe / ADS), ukuran ADS beserta penggunaannya berdasarkan tabel berikut :

Ukuran ADS Penggunaan


0,05 ml Pemberian imunisasi BCG

0,5 ml Pemberian imunisasi DPT/HB/hib,


TT, Td, DT, Campak
5 ml Melarutkan vaksin campak dan BCG

3. Perencanaan safety box


Safety box digunakan untuk menampung alat suntik yang sudah dipakai sebelum dimusnahkan.
Safety box ukuran 2,5 liter bisa menampung 50 alat suntik bekas. Safety box ukuran 5 liter bisa
menampung 100 alat suntik bekas.
4. Penyimpanan Vaksin
Semua vaksin disimpan pada lemari es khusus vaksin (Ice Lined Refrigerator) pada
suhu antara 20- 80C. Vaksin yang lebih dahulu diterima sebaiknya dikeluarkan terlebih dahulu
(First In First Out), dua vaksin dengan VVM sama maka vaksin yang masa kadaluasanya lebih
pendek digunakan terlebih dahulu (Early Expire First Out)
Vaksin   sisa   pada   pelayanan   statis bisa digunakan pada pelayanan hari berikutnya.
Beberapa  persyaratan  yang  harus  dipenuhi  adalah:
1) Disimpan  pada  suhu  2  0C  s.d.  8  0C
2) VVM  dalam  kondisi  A  atau  B
3) Belum  kadaluwarsa

10
4) Tidak  terendam  air  selama  penyimpanan
5) Belum  melampaui  masa  pemakaian.
5. Pendistribusian Vaksin
Pendistribusian vaksin menggunakan vaccine carrier dengan cool pack di dalamnya.

11
B A B VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Keselamatan sasaran adalah reduksi dan meminimalkan tindakan yang tidak aman dalam
sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui pratik yang terbaik untuk mencapai luaran yang
optimum, keselamatan sasaran menghindarkan sasaran dari potensi masal ah dalam
pelayanan Imunisasi.
Tujuan keselamatan sasaran adalah terci ptanya budaya keselamatan
s a s a r a n p e l a y a n a n i m u n i s a s i di Puskesmas Tarik, meningkatnya akuntabilitas, tanggung
jawab, petugas pelaksana imunisasi t e r h a d a p sasaran,mengurangi kemungkinan
terjadinya KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi), serta terlaksananya program
– p r o g r a m pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (kejadian tidak diharapkan).
Sasaran keselamatan sasaran pelayanan imunisasi sebagaimana dimaksud meliputi
tercapainya hal-hal sebagai berikut:
1) Ketepatan identifikasi sasaran imunisasi
2) Interval pemberian vaksin harus sesuai
3) Lokasi penyuntikan harus sesuai
4) Memperhatikan kontaindikasi vaksin.
Gejala  KIPI  dan  tindakan  yang  harus  dilakukan
NO KIPI Gejala Tindakan Keterangan
1 VAKSIN

Reaksi  lokal    Nyeri,  eritema,  bengkak     Kompres  hangat   Pengobatan  dapat  


 ringan didaerah  bekas  suntikan    Jika  nyeri  mengganggu dilakukan oleh  
 <  1  cm. dapat diberikan guru  UKS  atau  
  Timbul  <  48  jam  setelah parasetamol  10  mg/kgBB orang tua
imunisasi /kali pemberian.  Berikan  pengertian 
<  6  bln :  60  mg/kali   kepada ibu
pemberian Keluarga bahwa  
6 -12  bl:90  mg/kali
hal ini dapat  
pemberian
sembuh  sendiri
1  –  3  th :  120  mg/kali
walaupun  tanpa  
pemberian
obat
Reaksi  lokal    Eritema/indurasi  >  8  cm     Kompres  hangat Jika  tidak  ada  
berat  Nyeri,  bengkak  dan       Parasetamol perubahan hubungi  
(jarang  terjadi Manifestasi sistemik Puskesmas  terdekat.
)
Reaksi  Arthus  Nyeri,  bengkak,  indurasi       Kompres  hangat
dan edema     Parasetamol
 Terjadi  akibat  reimunisasi       Dirujuk  dan  dirawat  
pada pasien  dengan  kadar   di RS
antibodi yang  masih  tinggi
 Timbul  beberapa  jam  
dengan puncaknya
   12-36  jam  setelah imunisasi
Reaksi  umum Demam,  lesu,  nyeri  otot,  nyeri   Berikan  minum  hangat

12
(sistemik) kepala,  dan  menggigil dan  selimut
  Parasetamol
NO KIPI Gejala Tindakan Keterangan

Kolaps /  keada  Episode  hipotonik     Rangsang  dengan


an hiporesponsif wangian  atau   bauan
seperti  syok  Anak  tetap  sadar  tetapi   yang  merangsang.
tidak bereaksi  terhadap      Bila  belum  dapat
  rangsangan. diatasi  dalam  waktu  30
 Pada  pemeriksaan  frekuensi, menit  segera rujuk 
amplitudo  nadi  serta  tekanan ke Puskesmas 
darah  tetap  dalam  batas  terdekat
  normal.
Reaksi  Khusu  Lumpuh  layu,  simetris,
s    Sindrom  asendens  (menjalar  ke  atas)
Rujuk  segera  ke  RS  
biasanya  tungkai  bawah Perlu  untuk  survei  A
Guillain untuk perawatan  dan FP
 Ataksia
Barre   (jarang  Penurunan  refleksi  tendon
terjadi) pemeriksaan  lebih  lanjut
 Gangguan  menelan
 Gangguan  pernafasan
 Parestesi
 Meningismus
 Tidak  demam
 Peningkatan  protein  dalam
cairan  serebrospinal  tanpa
pleositosis
 Terjadi  antara  5  hari  sd  6
minggu  setelah  imunisasi.
 Perjalanan  penyakit  dari  1  
s/d3-4  hr
 Prognosis  umumnya  baik.
 Neuritis     Nyeri  dalam  terus  menerus   Parasetamol
brakialis pada daerah  bahu  dan    Bila  gejala  menetap
(Neuropati lengan  atas rujuk  ke  RS  untuk
pleksus    Terjadi   7  jam  sd   3  mingg fisioterapi.
brakialis) u
setelah  imunisasi
 Syok     Terjadi  mendadak    Suntikan  adrenalin Setiap  petugas  yang  
anafilaktik   Gejala  klasik:  kemerahanme 1:1.000,  dosis  0,1-0.3 berangkat ke  
rata,  edem ml,  sk/im. lapangan  harus  mem
  Urtikaria,  sembab  pada     Jika  pasien  membaik bawa emergency   kit 
  kelopak mata,  sesak,   dan  stabil  dilanjutkan yang  berisi:
nafas  berbunyi dengan  suntikan epinephrine,
  Jantung  berdebar  kencang deksametason  (1 dexamethason
  Tekanan  darah  menurun ampul) secara dan  antihistamine
  Anak  pingsan/tidak  sadar intravena/intramuskular
  Dapat  pula  terjadi  langsung   Segera  pasang  infus
berupa  tekanan  darah   NaCl   0,9%   12
pingsan  tanpa didahului tetes/menit
oleh  gejala  lain   Rujuk  ke  RS  terdekat
2 TATA LAKSANA PROGRAM

Abses  dingin   Bengkak  dan  keras,  nyeri       Kompres  hangat Jika  tidak  ada  


daerah     Parasetamol Perubahan hubungi  
bekas  suntikan. Terjadi   Puskesmas  terdekat
karena vaksin  disuntikkan 
  masih  dingin
Pembengkakan    Bengkak  di  sekitar  suntikan Kompres  hangat Jika  tidak  ada  
   Terjadi  karena  penyuntikan Perubahan hubungi  
kurang  dalam Puskesmas  terdekat

13
Sepsis   Bengkak  di  sekitar  bekas    Kompres  hangat
suntikan    Parasetamol
  Demam    Rujuk  ke  RS  terdekat
  Terjadi  karena  jarum  suntik
tidak  steril
  Gejala  timbul  1  minggu  atau
lebih  setelah penyuntikan
Tetanus Kejang,   dapat  disertai  dengan Rujuk  ke  RS  terdekat
demam,  anak  tetap  sadar
Kelumpuhan/  Lengan  sebelah  (daerah  yang Rujuk  ke  RS  terdekat
kelemahan otot disuntik)  tidak  bisa  digerakkan untuk  di  fisioterapi
.
 Terjadi  karena  daerah
penyuntikan   salah  (bukan
pertengahan  muskulus  deltoid)
3 FAKTOR  PENERIMA/PEJAMU

Alergi  Pembengkakan  bibir  dan Suntikan  dexametason  1 Tanyakan  pada  


tenggorokan,  sesak  nafas, ampul  im/ivJika   orang  tua adakah  
eritema,  papula,  terasa  gatal berlanjut pasang  infus penyakit  alergi
 Tekanan  darah  menurun NaCl  0,9%
Faktor    Ketakutan Tenangkan  penderita Sebelum  
psikologis penyuntikkan  
guru sekolah  dapat  
memberikan
pengertian  
dan  menenangkan
murid
 Berteriak Beri  minum  air  hangat

 Pingsan   Beri  wewangian/alkohol Bila  berlanjut  


  Setelah  sadar  beri hubungi
minum  teh  manis Puskesmas
hangat
4 KOINSIDEN  (FAKTOR  KEBETULAN)
  Gejala  penyakit  terjadi  secara  Tangani  penderita
kebetulan  bersamaan  dengan sesuai  gejala
waktu  imunisasi  Cari  informasi  di  
  Gejala  dapat  berupa  salah   sekitar anak  apakah  
satugejala  KIPI  tersebut  ada  kasus lain  yg  
di  atas  ataubentuk  lain mirip   tetapi anak  
tidak  diimunisasi.
 Kirim  ke  RS  untuk
pemeriksaan  lebih lanjut

14
B A B VII
KESELAMATAN KERJA

dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23


dinyatakan bahwa upaya kesehatan dan keselamatan kerja ,(K3) harus dilaksanakan di semua
tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai karyawan sedikitnya 10 orang jika memperhatikan dari isi pasal
diatas, maka jelaslah bahwa Puskesmas termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para
pelakulangsung yang bekerja di Puskesmas, tetapi juga terhadap pasien maupun pengunjung
Puskesmas.
Risk assesment melakukan identifikasi potensi bahaya atau faktor risiko dan dampak atau
akibatnya, dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkinmeniadakannya, Penyelenggaraan kesehatan kerja petugas
pelayanan Imunisasidi Puskesmastarik adalah sebagai berikut:

Sistem keselamatan kerja Pelayanan Imunisasi adalah sebagai berikut :


N LOKASI RESIKO DAMPAK PENGENDALIAN
O SASARAN
1 Di dalam gedung Terjadinya KIPI serius Tingkat kepercayaan Memberikan imunaiasi dengan
masyarakat menurun pada baik dan benar ( dosis, jenis
program imunisasi vaksin dan interval minimal
sesuai petunjuk)
Tertusuk jarum bekas Terjadinya infeksi silang Setiap jarum bekas Imunisasi
imunisasi (cross infection) langsung dimasukkan kedalam
safety box sebelum
dimusnahkan
Fisik (dinding, lantai, -,sakit akibat tersandung, -,pemantauan berkala
pencahayaan, suhu, terpeleset bangunan
kebisingan -,kepanasan, pengap -,rambu peringatan
2 Luar gedung Terjadinya KIPI serius Tingkat kepercayaan Memberikan imunaiasi dengan
masyarakat menurun pada baik dan benar ( dosis, jenis
program imunisasi vaksin dan interval minimal
sesuai petunjuk)
Tertusuk jarum bekas Terjadinya infeksi silang Setiap jarum bekas Imunisasi
imunisasi (cross infection) langsung dimasukkan kedalam
safety box sebelum
dimusnahkan
Transportasi menuju Kecelakaan lalu lintas  Pengunaan APD
lokasi imunisasi waktu perjalanan
 Pemeliharaan
kendaraan
operasional secara
rutin
Beban kerja  Mengantuk  Membangun

15
 Pusing komitmen bersama
 Lela  Pengorganisasian
 Bosan kerja
 Refresing
 reward

B A B VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu, Kuality Kontrol, dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan teknisyang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk
atau jasa yang diberikan kepada sasaran, Pengendalian mutu pada pelayanan Imunisasidi
Puskesmas Tarik diperlukan agar terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat
sebagai sasaran, Penjaminan mutu pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan melalui
berbagai model manajemen kendali mutu, Salah satu model manajemen yang dapat digunakan
adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan pengembangan
berkelanjutan (continuous improvement) atau kajian mutu pelayanan Imunisasi.
Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya mengacu pada upaya
peningkatan mutu. P a d a p e l a y a n a n I m u n i s a s i d i P u s k e s m a s T a r i k k e g i a t a n p e l a y a n a n
I m u n i s a s i dimulai dari pendataan sasaran dan kebutuhan sasaran, penyusuna n rencana
pelaksanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, penyusunan dokumen pelaporan kegiatan, monitoring
dan evaluasi pelaksanaan dan hasil kegiatan, dan penyusunan rencana tindak lanjut hasil
evaluasi kegiatan. Pada setiap tahap kegiatan disusun standar operasional prosedur (SOP) untuk
menjamin pelaksanaan kegiatan yang sesuai standar pelayanan, evaluasi dan rencana tindak lanjut
dilaksanakan untuk mengatasi adanya kesenjangan antara perencanaan dan hasil kegiatan, hasil
kegiatan didokumentasikan secara periodik.
No Jenis Kegiatan Target Cakupan
1 Imunisasi Hb0 pada bayi 95%
2 Imunisasi BCG pada bayi 95%
3 Imunisasi DPT/HB/Hib 1 pada bayi 95%
4 Imunisasi DPT/HB/Hib 3 pada bayi 90%
5 Imunisasi Campak pada bayi 91,5%
6 Drop out DPT/HB/Hib 1 - Campak ≤+ 5%
7 Drop out DPT/HB/Hib 1 -DPT/HB/Hib 3 ≤+ 5%
8 UCI Desa 90%
9 Imunisasi DT pada anak kelas 1 SD 95%
10 Imunisasi Campak pada anak kelas 1 SD 95%
11 Imunisasi Td pada anak SDkelas 2 dan 3 95%
12 Imunisasi TT5 Pada WUS 85%
13 Imunisasi TT2 plus bumil 100%

16
14 Grafik pemantauan suhu lemari es 100%
15 Ketersediaan stok vaksin per bulan 100%
16 Pemantauan KIPI per bulan 100%

B A B IX
PENUTUP

Program imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling cost
effective dan telah diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Dengan program ini,
Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Selain itu dengan
diperluasnya program imunisasi menjadi program pengembangan imunisasi sejak tahun 1977,
berbagai PD3I sudah dapat ditekan.
Upaya imunisasi perlu ditingkatkan untuk merncapai tingkat herd immunity yang tinggi
sehingga PD3I dapat dibasmi, dieliminasi atau dikendalikan. Dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif, bermutu dan efisien.

17
PEDOMAN INTERNAL
PELAYANAN IMUNISASI DI PUSKESMAS TARIK

DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO


PUSKESMAS TARIK
TAHUN 2016

18
19

Anda mungkin juga menyukai