Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

PERENCANAAN PROGRAM PROMOSI DI PUSKESMAS DENGAN


CARA OBSERVASI

DISUSUN OLEH:

1. YUSNIA SAPUTRI (1815401119)


2. HELDA YATRI (1815401130)
3. EGIE AYU WULANDARI (1815401143)

D3 KEBIDANAN
TINGKAT II/REGULER 3
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

I
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa Kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Promosi Kesehatan
tentang Perencanaan Program Promosi Di Puskesmas Dengan Cara Observasi.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal mungkin, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Bandar Lampung, Januari 2020

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Perencanaan program promosi di puskesmas dengan cara observasi:
1. Analisa komunitas ........................................................................ 3
2. Diagnosa komunitas ..................................................................... 3
3. Penyusunan fokus program .......................................................... 5
4. Analisa target ............................................................................... 8
5. Pengembangan pelaksanaan program .......................................... 8
6. Implementasi program ................................................................ 10
7. Evaluasi program ........................................................................ 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA

SOAL SOAL

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana tertera dalam pendahuluan KepMenkes No. 128/Menkes/SKII/2004
bahwa pembangunan kesehatan merupakan bagian integra dan terpenting dari
pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan
adalah meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemauan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Puskesmas adalah
penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk tingkat pertama. Dalam
menjalankan tugas pokoknya puskesmas harus bekerja secara akuntabel, dimana
seluruh kegiatan dibuat laporan hasil kerja. Seluruh perangkat disiapkan untuk bisa
mencatat, melaporkan, bahkan menganalisa semua data atau informasi kesehatan
yang sekarang lebih dikenal dengan system informasi kesehatan (SIK), dimana hal
tersebut dapat menjadi acuan dalam memanifestasikan akuntabilitas kinerja instansi
kesehatan pemerintah Oleh karena itu, derajat kesehatan harus dapat terukur dalam
bentuk data atau informasi, yang nantinya bisa dijadikan acuan dalam bahan
evaluasi, penilaian dan perencanaan pembangunan kesehatan tahap berikutnya.
Upaya promosi kesehatan adalah pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan
strategi advokasi kesehatan, menggalang kemitraan dan membina suasana yang
kondusif bagi terwujudnya perilaku hidup sehat di masyarakat, serta menggerakan
masyarakat untuk sehat. Dari persoalan diatas, penulis tertarik untuk membuat
makalah yang berjudul “Perencanaan Program Promosi Di Puskesmas Dengan Cara
Observasi”.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Analisa komunitas dalam Perencanaan program promosi di
puskesmas dengan cara observasi?
2. Bagaimanakah Diagnose komunitas dalam Perencanaan program promosi di
puskesmas dengan cara observasi?
3. Bagaimanakah Penyusunan fokus program dalam Perencanaan program
promosi di puskesmas dengan cara observasi?
4. Bagaimanakah Analisa target dalam Perencanaan program promosi di
puskesmas dengan cara observasi?
5. Bagaimanakah Pengembangan pelaksanaan program dalam Perencanaan
program promosi di puskesmas dengan cara observasi?
6. Bagaimanakah Implementasi program dalam Perencanaan program promosi di
puskesmas dengan cara observasi?
7. Bagaimanakah Evaluasi program dalam Perencanaan program promosi di
puskesmas dengan cara observasi

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Perencanaan program promosi di puskesmas dengan cara
observasi Analisa komunitas
2. Untuk mengetahui Perencanaan program promosi di puskesmas dengan cara
observasi Diagnose komunitas
3. Untuk mengetahui Perencanaan program promosi di puskesmas dengan cara
observasi Penyusunan fokus program
4. Untuk mengetahui Perencanaan program promosi di puskesmas dengan cara
observasi Analisa target
5. Untuk mengetahui Perencanaan program promosi di puskesmas dengan cara
observasi Pengembangan pelaksanaan program
6. Untuk mengetahui Perencanaan program promosi di puskesmas dengan cara
observasi Implementasi program
7. Untuk mengetahui Perencanaan program promosi di puskesmas dengan cara
observasi Evaluasi program

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Perencanaan Program Promosi Di Puskesmas Dengan Cara Observasi:


1. Analisa Komunitas
Kegiatan ini merupakan kegiatan awal suatu perencanaan. Kegiatan ini
merupakan kegiatan untuk mengetahui dimana kita (perencana/pembuat
rencana) berada saat ini. Kegiatannya berupa pengumpulan data berupa
fakta dan informasi (objektif), termasuk opini (subjektif).
Analisis komunitas dapat berarti menelaah berbagai aspek baik berupa
unsur-unsur internal yang melekat secara khas dalam kehidupan
masyarakat, maupun unsur-unsur eksternal yang berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan kehidupan masyarakat secara umum.
Beberapa aspek yang menjadi sasaran dalam melakukan analisis komunitas,
antara lain identifikasi anggota masyarakat, batas-batas geografis,
kebutuhan-kebutuhan, kepentingan-kepentingan, aspirasi-aspirasi,
motivasi-motivasi para anggotanya dan atau efektifitas sistem pelayanan
kesehatan yang tersedia.
Secara lebih rinci tahapan-tahapan dalam melakukan analisis komunitas
adalah mengumpulkan informasi, mendefinisikan batas-batas,
mendefinisikan latar belakang, menganalisis status kesehatan masyarakat
termasuk analisis terhadap sistem perawatan kesehatan dan potensi
keikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan

2. Diagnosa Komunitas
Diagnosa komunitas merupakan upaya yang sistematis yang meliputi upaya
pemecahan masalah kesehatan keluarga sebagai unit primer komunitas.
Masyarakat adalah lokus penegakkan diagnosis komunitas. Penelitian ini
melihat prioritas masalah kesehatan dan faktor risiko masalah kesehatan.
Suatu daerah dipilih dalam penelitian karena rentan terhadap berbagai
penyakit dan masalah kesehatan lain seperti akibat dari lokasi yang dekat
pantai sehingga sering terjadi rob, sanitasi lingkungan buruk, padat

3
penduduk, pengetahuan masyarakat tentang kesehatan rendah dan tidak
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Penelitian dilakukan dengan
metode diagnosa komunitas dimulai dari persiapan, pengumpulan data,
analisis data, penetapan masalah, analisa faktor risiko dan sumber daya,
serta disain program intervensi.
Tahapan diagnosis komunitas, yaitu
a. Pendekatan problem selving
b. Analisis situasi
c. Menganalisis data sekunder, pengumpulan data sekunder
d. Pengumpulan data primer
e. Identifikasi masalah
f. Penetapan prioritas masalah dan penyebab masalah
g. Pemilihan alternative pemecahan masalah, penyusunan program kerja,
pelaksanaan, pengawasan dan monitoring serta evaluasi

Tujuan diagnosis masalah, yaitu terdiri dari tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum diagnosis masalah, yaitu mampu memahami dan
mengaplikasikan konsep konsep epidemiologi terapan untuk melakukan
diagnosis komunitas di suatu wilayah kerja tertentu, sehingga
teridentifikasi permasalahan yang mendasar dan solusi pemecahan
permasalahan disusun secara sistematis dan terstruktur secara utuh dan
benar. Tujuan khusus diagnosis masalah, yaituu
a. Komunikasi dengan keyperson dan community members untuk
kerjasama dan partisipasi dalam mengatasi permasalahan kesehatan
keluarga sebagai unit terkecil dan masyarakat atau komunitas sebagai
sasaran
b. Menyusun format yang sesuai untuk pengumpulan data komunitas
c. Menyeleksi tes – tes penyaringan yang valid dan acceptable dan
applicable
d. Mengetahui kebutuhan dan masalah yang dirasakan masyarakat
mengenai kesehatan
e. Menyeleksi sampel yang dapat mewakili komunitas dalam wilayahnya

4
f. Menyelenggarakan pengumpulan data di komunitas untuk
mendapatkan berbagai informasi yang relevan dengan pembuatan
diagnosis komunitas
g. Mendapatkan informasi epidemiologic untuk berbagai kejadian yang
ada di komunitas, termasuk masalah gizi dan gangguan yang berkaitan
dengan kesehatan
h. Menganalisis data yang dihasilkan dari survey komunitas
i. Membicarakan hasil interpretasi data dengan penduduk dan menyusun
upaya pemecahan masalah yang sesuai
j. Menialai hasil pemecahan masalah kesehatan di komunitas
k. Menyusun laporan diagnosis komunitas di sajikan dalam forum terbuka

Komponen diagnosis komunitas, yaitu


a. Demografi dan angka statistic vital penduduk yang penting
b. Berbagai sebab morbiditas dan mortalitas, berdasarkan spesifik umur,
seks dan sebagainya
c. Pemanfaatan pelayanan kesehatan setempat
d. Tahapan pemecahan masalah
e. Pola gizi, pemberian makanan dan penyapihan anak
f. Keadaan sosio-kultural dan sosio-ekonomi komunitas
g. Pola kepemimpinan dan komunikasi dalam komunitas
h. Kesehatan mental dan sebab utama gangguan stress
i. Bagaimana fasilitas hygiene lingkungan pada komunitas tersebut
j. Masalah yang terkait dengan epidemiologi deskkriptif
k. Derajat keterlibatan penduduk yang terkait dengan kesehatann
l. Sebab – sebab kegagalan program kesehatan di komunitas

3. Penyusunan Fokus Program


Ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam penyusunan fokus
program, diantaranya:
a. Menetapkan Tujuan.

5
Untuk membuat suatu program efektif (berhasil), tujuan suatu
program memiliki beberapa syarat yaitu:
1) realistik atau nyata, dalam hubungannya dengan masalah yang
dihadapi
2) layak laksana(feasible), dengan melihat ketersediaan kemampuan
dansumberdaya
3) terukur (measurable), terutama untuk proses dan hasil.
b. Mengembangkan strategi.
Strategi adalah langkah-langkah umum untuk mencapai tujuan.
Strategi ini menentukan rangkaian kegiatan yang diperlukan oleh
keseluruhan kegiatan/ program.Dalam upaya promosi kesehatan,
maka salah satu kegiatan merupakan prasyarat yaitu asessment.
Ini dilakukan karena setiap manusia dan masyarakat spesifik, dan
setiap saat perilaku manusia dan masyarakat selalu mengalami
perubahan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam merancang
program/kegiatan Promosi Kesehatan ialah peran serta sasaran
(masyarakat) dan keberlangsungan (sustainability). Kedua hal ini
harus tercermin dalam kegiatan seluruh kegiatan/program promosi
Kesehatan.
Sebagai contoh : Dalam suatu program menyuluh masyarakat
melaksanakan PSN, langkah-langkah umumnya adalah sebagai
berikut:
1) Asesmen (perilaku)
2) Lokakarya Perencanaan bersama masyarakat
3) Persiapan Bahan Promosi Kesehatan
4) Mengembangkan Jaringan Kemitraan Diseminasi Informasi
5) Melaksanakan Promosi Kesehatan
6) Evaluasi
c. Merancang Kegiatan.
Setiap strategi perlu diuraikan. Caranya dengan mendeskripsikan
berturut-turut:
1) Tujuan kegiatan (langkah 1 strategi)

6
2) Uraian kegiatan (deskripsi singkat lengkap)
3) Kebutuhan sumberdaya
4) Waktu dan Lama kegiatan
5) Penetapan personalia
6) Penyusunan Rencana Biaya.
Dalam merancang kegiatan ini perluditetapkan jenis/sifat kegiatan
promosi kesehatan yang dilaksanakan, kita mengetahui ada yang
mengarah pada “community development/pengembangan masyarakat”.
Ada yang mengarah “pemasaran social/social marketing”, ada pula
yang lebih bersifat “pengembangan keberdayaan/capacity building”.
d. Merekapitulasi Kebutuhan Sumber Daya.
Kegiatan ini dikaitkan dengan setiap strategi dan uraian kegiatannya.
Prinsip yang dianut ialah kesesuaian dengan keperluan, serta
pencegahan inefisiensi yang tidak perlu seperti tumpang tindih, dll.
e. Menyusun Jadwal Kegiatan.
Dapat dilakukan dengan 2 cara, baik network planning maupun Gantt
chart. Semakin rinci semakin baik. Jadwal yang baik ini juga dapat
menjadi alat untuk penilaian, terutama proses pelaksanaan program
dan kegiatan.
f. Menata Organisasi Penyelenggaraan.
Ada 2 macam personalia, yaitu yang sementara/terikat suatu kegiatan
atau selama kegiatan. Suatu organogram organisasi personalia
program/kegiatan secara keseluruhan perlu dibuat untuk menjaga
keserasian manajemen.
g. Menyusun Rekapitulasi Rencana Biaya.
Sesuai dengan protap yang berlaku (misalnya mengenai satuan
biaya/unit cost). Rencana-rencana biaya dari semua kegiatan
direkapitulasikan sehingga memudahkan melihat dan
mengendalikannya secara keseluruhan.

7
4. Analisa Target
Di dalam promosi kesehatan yang dimaksud dengan sasaran adalah
kelompok sasaran, yaitu individu, kelompok maupun keduanya.
Target atau sasaran membuhkan pernyataan spesifik dan harus merupakan
pernyataan yang mengaktifkan objek bekerjasama dalam pencapaina tujuan
yang dicita-citakan bersama. Target atau sasaran kemudian diarahkan untuk
diberi pendidikan, menciptakan kebiasaan yang sehat, mengacu pada
kebijakan yang terkait, dan menganalisa proses serta hasil kelingkungan.
Pendidikan target/sasaran mungkin memutuskan beberapa kategori
meliputi:
a. Level pengetahuan klien (target) bertambah, terkait dengan masalah
yang dibahas dalam promosi kesehatan
b. Affektif klien (target) mengalami perubahan menuju pola hidup lebih
sehat, yang dapat dilihat pada perubahan tingkah laku dan kepercayaan
c. Kebiasaan atau ketrampilan klien bertambah/ semakin mahir pada
kompetensi dan ketrampilan baru
Target promosi kesehatan dapat meliputi tambahan sebagai berikut:
a. Perubahan kebiasaan, meliputi perubahan gaya hidup dan peningkatan
pelayanan. Contoh: mengurangi kebiasaan merokok
b. Perubahan pada kebijakan kesehatan klien
c. Peningkatan partisipan dalam proses pelaksanaan dan kemampuan
untuk bekerjasama. Contoh: meningkatkan/menggerakkan komunitas
(partisipan) da sector dalam guna mendukung program Indonesia sehat
2010
d. Perubahan lingkungan menjadi lebih sehat, contoh membudayakan
membuang sampah pada tempatnya

5. Pengembangan Pelaksanaan Program


a. Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE);
b. Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat
c. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

8
Dari masing-masing kegiatan pokok tersebut mempunyai rincian kegiatan
yang dapat mendukung kegiatan pokok tersebut.
Pengembangan media promosi kesehatan dan tehnologi komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) terdiri dari rincian kegiatan :
a. Mengembangkan media dan sarana promosi kesehatan.
b. Mengembangkan pendekatan dan tehnologi promosi kesehatan.
c. Mengembangkan Model promosi kesehatan melalui pendekatan lokal
spesifik

Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat terdiri dari rincian


kegiatan :
a. Pemberdayaan / Penggerakan masyarakat dalam upaya kesehatan
b. Peningkatan kelembagaan upaya kesehatan bersumber masyarakat

Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat, terdiri dari rincian


kegiatan :
a. Menyusun kerangka kebijakan promkes dan materi kebijakan promosi
kesehatan
b. Meningkatkan kemampuan tenaga pengelola program promosi
kesehatan
c. Peningkatan kemitraan dengan LP, LS, LSM dan Swasta.
d. Menyelenggarakan penyebarluasan informasi kesehatan melalui
berbagai saluran media
e. Menyusun rencana dan pelaksanaan evaluasi program promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
f. Menyusun dan mengembangkan petunjuk pelaksanaan, teknis dan
pedoman promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
g. Dukungan administrasi dan operasional program.

9
6. Implementasi Program
Merupakan tahap yang penting untuk selalu diperhatikan mengenai hal yang
harus dan tidak harus dilakukan, sehingga tidak terjadi masalah yang tidak
diharapkan. Pelaksanaan atau implementasi promosi kesehatan perlu
direncanakan supaya dalam kenyataannya partisipan diharapkan mampu
menyerap atau menerima, mengerti, memahami dan mau serta mampu
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga diperoleh perubahan
perilaku menjadi lebih sehat. hasil atau out-put yang ditunujukkan oleh
partisipan setelah dilaksanakan promosi keehatan menjadi bahan dalam
penusunan evaluasi.
Tahap implementasi atau pelaksanaan adalah tindakan penyelesaian yang
diperlukan untuk memenuhi tujuan yakni untuk mencapai kesehatan yang
optimal, implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana perawatan
terhadap perilaku yang digambarkan dalam hasil individu yang diusulkan.
Pemilihan intervensi keperawatan tergantung pada beberapa faktor:
a. hasil yang diinginkan klien
b. karakteristik dari diagnosa keperawatan
c. penelitian yang berkaitan dengan intervensi
d. kelayakan pelaksanaan intervensi
e. penerimaan intervensi oleh individu
f. kemampuan perawat (Carpenito-Moyet, 2003).

7. Evaluasi Program
Evaluasi secara umum meliputi langkah-langkah berikut:
a. Menentukan apa yang akan dievaluasi.
Ini karena apa saja dapat dievaluasi. Apakah itu rencananya,
sumberdaya, proses pelaksanaan, keluaran, efek atau bahkan dampak
suatu kegiatan, serta pengaruh terhadap lingkungan yang luas.
b. Mengembangkan kerangka dan batasan.
Di tahap ini dilakukan asumsi-asumsi mengenai hasil evaluasi serta
pembatasan ruang lingkup evaluasi serta batasan-batasan yang dipakai
agar objektif dan focus

10
c. Merancang desain (metode).
Karena biasanya evaluasi terfokus pada satu atau beberapa aspek,
maka dilakukan perancangan desain, yang sebenarnya mengikuti
rancangan desain riset walaupun tidak harus kaku seperti riset
umumnya dalam penerapannya. Rancangan riset ini sangat bervariasi
mulai dari yang amat sederhana sampai dengan yang sangat rumit
begantung pada tujuan dan klepentingan evaluasi itu sendiri.
d. Menyusun instrumen dan rencana pelaksanaan.
Selanjutnya ialah mengembangkan instrument pengamatan atau
pengukuran serta rencana analisis dan membuat rencana pelaksanaan
evaluasi.
e. Melakukan pengamatan, pengukuran dan analisis.
Selanjutnya ialah melakukan pengumpulan data hasil pengamatan,
melakukan pengukuran serta mengolah informasi dan mengkajinya
sesuai tujuan evaluasi
f. Membuat kesimpulan dan pelaporan.
Informasi yang dihasilkan dari proses evaluasi ini di sajikan dalam
bentuk laporan sesuai dengan kebutuhan atau permintaan. Lain pihak
menginginkan bentuk penyajian atau pelaporan yang berbeda.
Keenam langkah evaluasi di atas dapat dipadatkan menjadi 2 langkah
terpenting, yaitu:
a. Menetapkan apa yang dievaluasi.
Disebut juga menentukan fokus evaluasi. Langkah ini merupakan
langkah terpenting dalam melakukanevaluasi. Ada beberapa cara
menentukan fokus evaluasi, tetapi yang paling penting dan paling
sederhana adalah hal berikut ini:
1) membahas dan membuat kesepakatan dengan pihak yang
meminta evaluasi. Ini bila orang yang terlibat berjumlah kecil
sehingga dapat dengan mudah berbagai pendapat. Bila jumlah
yang terlibat besar sekali, untuk memutuskan sering digunakan
cara Delphi. Cara ini merupakan cara membuat keputusan
berdasarkan konsensus suara terbanyak. Pilihan-pilihan terakhir

11
diajukan dan setiap orang diminta menulis pilihannya dan
memasukkan kedalam amplop tertutup. Kemudian secara
objektif dan transparan amplop dibuka dan dilakukan
penghitungan. Pilihan terbanyak merupakan pilihan yang
disepakati.
2) Mengkaji secara sistem, yaitu dengan menguraikan proses
suatu kegiatan atau intervensi menurut unsur-unsur sistem,
yaitu (a) masukan (input), (b) proses (process), (c) keluaran
(output), (d) efek (outcome), (e) dampak (impact), (f) umpan
balik (feed back) serta (g) lingkungan (environment).
b. Memilih atau merancang desain evaluasi
Banyak rancangan desain (riset) yang dapat dipakai dalam
melakukan evaluasi. Tergantung tujuan dan sumber daya yang
dimiliki desain evaluasi dapat sederhana, dapat pula sangat canggih
(sophisticated). Michael Ibrahim membuat urutan desain menurut
kekuatan kesimpulan dari hasil evaluasinya. Beliau membagi cara
evaluasi menurut yang non-riset, riset non-eksperimental dan riset
eksperimental. Termasuk yang non-riset adalah, lelucon (anecdote),
cerita-cerita hikayat (story), dan pendapat-pendapat ahli maupun
orang awam. Sedangkan termasuk riset non-eksperimental adalah
survey sederhana sampai canggih, studi kasus-kelola (case control
study) dan studi kohor (cohort study). Riset yang bersifat
eksperimental, mulai dari desain eksperimen lapangan
(masyarakat) sampai dengan laboratorium.
Stephen Isaac dan William B. Michael (1981) mengemukakan 9
bentuk desain evaluasi, yaitu:
1) Historikal,dengan merekonstruksi kejadian di masa lalu secara
objektif dan tepat dikaitkan dengan hipotesis atau asumsi.
2) Deskriptif,melakaukan enjelasan secara sistemati suatu situasi
atau hal yang menjadi perhatian secara factual dantepat.
3) Studi perkembangan (developmental study), menyelidik pola dan
urutan perkembangan atau perubahan menurut waktu.

12
4) Studi kasus atau lapangan (case atau field study), menelitisecra
intensif latar belakang status sekaang, dan interaksi lingkungan
dari suatu unit sosial, baik perorangan, kelompok, lembaga
atau masyarakat.
5) Studi korelasional (corelational study), meneliti sejauh mana
variasi dari satu faktor berkaitan dengan variasi dari satu atau
lebih faktor lain berdasarkan koefisien tertentu
6) Studi sebab akibat (causal comparative study), yang menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan mengamati
beberbagai konsekuensi yang ada dan meng-galinya kembali
melalui data untuk faktor menjelaskan penyebabnya.
7) Eksperimen murni (true experimental), yang menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan membuat satu
kelompok percobaan atau lebih terpapar akan suatu perlakuan
atau kondisidan membandingkan hasilnya dengan satu atau
lebih kelompok control yang tidak menerima perlakukan atau
kondisi. Pemiliha kelompok-kelompok secara sebarang (random)
sangat penting.
8) Eksperimen semu (quasi experimental), merupakan cara yang
mendekati eksperimen, tetapi dimana control tidak ada dan
manipulasi tidak bisa dilakukan.
9) Riset aksi (action research), bertujuan mengembangkan
pengalaman baru melalui aplikasi langsung di berbagai
kesempatan.
Tahap evaluasi pada promosi kesehatan pada dasarnya memiliki kesamaan
dengan tahap evaluasi pada proses keperawatan secara umum.. Didalam
tahapan evaluasi hal penting yang harus diperhatikan adalah standar ukuran
yang digunakan untuk dijadikan suatu pedoman evaluasi. Standar ini
diperoleh dari tujuan dan hasil yang diharapkan diadakannya suatu kegiatan
tersebut. Kedua standar ini selalu dirumuskan ketika kegiatan ataupun
tindakan keperawatan belum diberikan. Selain itu, dalam tahapan evaluasi
juga dilakukan pengkajian lagi yang lebih dipusatkan pada pengkajian

13
objektif dan subjektif klien atau objek kegiatan setelah dilakukan tindakan
promosi kesehatan. Tujuan evaluasi diantarnya adalah sebagai berikut:
Tujuan umum :
a. Menjamin asuhan keperawatan secara optimal
b. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Tujuan khusus :
a. Mengakhiri rencana tindakan program promosi kesehatan
b. Menyatakan apakah tujuan program promosi kesehatan telah tercapai
atau belum
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan terkait program promosi
d. Memodifikasi rencana tindakan promosi
e. Dapat menentukan penyebab apabila tujuan promosi kesehatan belum
tercapai.

Standar evaluasi pada promosi kesehatan yang mencakup tujuan serta hasil
yang diharapakan selalu dibuat berdasarkan latar belakang kegiatan. Tujuan
dari kegiatan promosi kesehatan selalu ditetapkan berdasarkan apa yang
hendak dicapai dengan kegiatan promosi kesehatan. Hal ini menjadi penting
karena segala tujuan dari kegiatan promosi kesehatan memiliki aspek yang
sangat penting dari suatu kegiatan promosi kesehatan.
Tahapan evaluasi dalam kegiatan promosi kesehatan dapat dilakukan dalam
berbagai tinjauan. Hal ini meliputi
a. Evaluasi terhadap input
Tahap evaluasi promosi kesehatan dalam hal ini mencakup evaluasi
terhadap segala input untuk mendukung terlaksananya kegiatan promosi
kesehatan. Evaluasi pada komponen input sangat penting karena input
itu sendiri mencakup:
1) jumlah ketersediaan sumber daya manusia sebagai pelaksana
kegiatan promosi kesehatan
2) banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan atau
melaksanakan kegiatan

14
3) banyaknya materi dan juga uang yang digunakan untuk mendanai
kegiatan.
Segala komponen input tersebut dapat diibaratkan sebagai bahan bakar
dalam kegiatan. Oleh karena itu evaluasi pada aspek ini sangat perlu karena
baik buruknya suatu kegiatan promosi kesehatan sangat ditentukan seberapa
besar input yang ada.
b. Evaluasi terhadap proses
Evaluasi terhadap proses penyelenggaraan promosi kesehatan meliputi:
1) Seberapa banyak orang yang memiliki komitmen tinggi untuk
melakukan kegiatan promosi kesehatan
2) Teori dan konsep dalam pemberian promosi kesehatan
3) Dimana kegiatan promosi kesehatan dan dilakukan dan sasarannya
4) Media dalam pemberian promosi kesehatan
Evaluasi terhadap proses akan memberikan manfaat yang besar dalam
promosi kesehatan. Evaluasi ini akan memperlihatkan bagaimana
berjalannya proses promosi kesehatan dari awal hingga akhir. Dari
evaluasi ini diharapkan akan diketahui sejauh mana keberhasilan dan
kendala dalam suatu kegiatan promosi kesehatan.
c. Evaluasi terhadap hasil dari kegiatan
Evaluasi terhhadap hasil dari suatu kegiatan promosi kesehatan lebih
dipusatkan pada pengamatan pada obkjek kegiatan. Dalam hal ini,
evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa berhasilkah promosi
kesehatan terhadap pengetahuan, tingkah laku, dan sikap klien dalam
menjalankan pola hidup sehat. Evaluasi hasil juga dapat digunakan
sebagai sarana untuk mengetahui seberapa jauh tujuan diadakannnya
promosi kesehatan dapat tercapai.
d. Impact evaluation
Evaluasi terhadap dampak kegiatan promosi kesehatan meliputi
melakukan pengkajian terhadap seberapa berhasilkah penyelenggara
promosi kesehatan mempengaruhi klien. Selain itu, dengan evaluasi
terhadap dampak kegiatan promosi kesehatan kita akan mengetahui
seberapa besar dampak suatu kegiatan dilakukan.

15
Selain itu tindakan evaluasi dapat dilakuak melalui 2 cara yaitu:
a. Evaluasi formatif
1) Hasil observasi dan analisa promotor terhadap respon segera pada
saat / setelah dilakukan tindakan keperawatan atau promosi
kesehatan
2) Ditulis pada catatan perawatan
3) Contoh: membantu pasien dudukajarkan klien pencucian tangan
yang benar dan latihan senam hamil.
b. Evaluasi Sumatif
1) Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan
2) Ditulis pada catatan perkembangan
Dari evaluasi kegiatan atau tindakan evaluasi yang dilakukan baik formati
maupun sumatif. Promotor dapat mengindikasikan apakah evaluasi bersifat
posistif (hasil yang diinginkan terpenuhi) atau negatif (hasil yang tiadak
diinginkan menandakan bahwa masalah tidak terpecahkan atau terdapat
masalah potensial yang belum diketahui) dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah rumusan masalah (diagnosa keperawatan) dan masalah-masalah
kolaboratif akurat?
b. Apakah masyarakat mencapai hasil yang diharapkan?
c. Apakah masyarakat menunjukkan perubahan perilaku dan peningkatan
kesadaran berdasarkan kegiatan promosi yang dijalankan?
d. Apakah masalah-masalah yang dijadikan sebagai diagnosa sudah dapat
teratasi?
e. Apakah kebutuhan masyarakat terkait program promosi kesehatan sudah
dipenuhi?
f. Apakah intervensi yang dilaksanakan harus dipertahankan, diubah atau
dihentikan?
g. Apakah ada masalah yang timbul dimana intervensi yang belum
direncanakan atau diimplementasikan?

16
h. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pencapaian tujuan atau kurang
tercapainya tujuan?
i. Apakah prioritas yang harus disusun kembali?
j. Apakah perubahan-perubahan harus dibuat pada tujuan dan hasil yang
diperkirakan?
Pertanyaan-pertanyaan diatas bermanfaat sebagai parameter dalam :
a. Untuk menentukan perkembangan kesehatan masyarakat terkait dengan
promosi yang telah dilaksanakn
b. Untuk menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas asuhan atau
program promosi kesehatan.
c. Untuk menilai pelaksanaan asuhan promosi yang telah dilksanakan
d. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru
dalam proses keperawatan.
e. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab dalam pelaksanaan
keperawatan
Sehingga dapat diperoleh data objektif untuk menentukan rencana tindak
lanjut, apakah intervesi akan terus dilanjutkan (hasil evaluasi positif), diubah
(modifikasi tindakan berdasarkan pengkajian terhadap hambatan-hambatan
yang muncul selama proses promosi kesehatan) atau dihentikan.

17
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Promosi kesehatan adalah bertujuan untuk meningkatkan strata untuk hidup
bersih dan sehat. Sasaran dari promosi kesehatan ini adalah seluruh lapisan
masyarakat. Target dari promosi kesehatan ini rata-rata sudah tercapai, namun
dalam PHBS peningkatan angkanya dari tahun ke tahun sangatlah sedikit, salah
satu faktornya adalah merokok. Yang terjun langsung dalam program promosi
kesehatan bukan hanya seorang promotor, tetapi petugas-petugas puskesmas
yang lainnya yang berhubungan ikut turun langsung. Diadakannya promosi
kesehatan ini adalah continue dalam waktu yang tidak ditentukan. Biayanya
sendiri sudah dianggarkan dari BOP atau Biaya Operasional Puskesmas.
Melihat antusiasnya warga ketika diadakan promosi kesehatan sangat
menambah semangat para promotor untuk tetap semangat untuk meningkatkan
PHBS.

B. SARAN
Untuk jangka waktu promosi kesehatan, sebaiknya memiliki rentang waktu
yang konstan agar bisa ditinjau lebih baik hasilnya. Dan ketika promosi
kesehatan berlangsung, lebih baik jika ada bukti fisik untuk mengevaluasi
promosi kesehatan yang selanjutnya

18
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.academia.edu/19793317/Program_Perencanaan_Promkes
(Diaskses pada Sabtu, 11 Januari 2020 pukul 21.37)
2. https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/7a6d058259637c5a
a6c706abbaca7d71.pdf (Diaskses pada Sabtu, 11 Januari 2020 pukul 21.51)
3. http://promkes.kemkes.go.id/promosi-kesehatan (Diaskses pada Minggu,
12 Januari 2020 pukul 10. 10)
4. https://www.researchgate.net/publication/322592765_DIAGNOSA_KOM
UNITAS_PENENTUAN_DAN_PEMECAHAN_MASALAH_KESEHA
TAN_MASYARAKAT_KELURAHAN_KUNINGAN_SEMARANG_U
TARA (Diaskses pada Minggu,, 12 Januari 2020 pukul 11. 40)
5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Promosi Kesehatan di
Daerah Bermasalah Kesehatan: Panduan Bagi Petugas Kesehatan di
Puskesmas. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
6. Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
7. Badan Penelitian dan Pengem6angan Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI. 2013. Pokok - Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2013 Jakarta: Lembaga Penerlitan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
8. Morton, B.G.S., Greene, W.H., & Gottlieb, N.H. (2005). Introduction to
Health Education and Health Promotion (Second Edition). Waveland Press
Inc
9. Bartholomew, L.K., Parcel, G.S., Kok, G., & Gottlieb, N.H. (2005).
Planning Health Promotion Programs: An Intervention Mapping Approach.
Jossey Bass A Wiley Imprint
10. Tafal Z. Pemasaran Sosial, BKKBN, Jakarta, 2004

19
SOAL SOAL
1. Dibawah ini yang termasuk deteminan sosial berkaitan dengan promosi
kesehatan kecuali
a. Kesen/angan sosial
b. Stress
c. Lingkungan
d. Pengucilan sosial
e. Pengangguran

2. Dibawah ini yang menjadi hambatan individu dalam penyelenggaraan


promosi kesehatan adalah
a. berkaitan dengan kebiasaan dan persepsi risiko
b. membutuhkan waktu dan biaya
c. perlu studi, perencanaan yang cermat, pelaksanaan dan penilaian
kemudian tindak lanjut
d. perlu dikembangkan intervensi yg tidak hanya efektif secara pribadi, tetapi
dipolakan dikonsumsi massa
e. mendorong penyembuhan penyakit dari pada pencegahan

3. Kasus Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten X pada tahun 2013 50/1000
KH. Menurut beberapa hasil survei dan riset yang dilakukan, ternyata masih
banyak ibu bersalin yang ditolong oleh non Tenaga Kesehatan (Dukun).
Perilaku Ibu dalam memilih pertolongan persalinan pada dukun ternyata
dipengaruhi anggapan bahwa tenaga kesehatan (bidan) masih sangat muda
belum berpengalaman.
Apa strategi yang harus dilakukan agar Ibu memilih pertolongan persalinan ke
Tenaga Kesehatan?
a. Penyuluhan
b. Menyediakan Fasilitas Kesehatan
c. Mengganti Tenaga Kesehatan yang lebih tua
d. Kemitraan Nakes dan Dukun

20
e. Memberikan Sanksi ibu yang bersalin ke dukun

4. Contoh pengembangan komunitas dalam pendekatan perubahan sosial yaitu:


a. Penyuluhan
b. Pengedukasian masyarakat
c. Rumah Sakit
d. Posyandu
e. Seminar kesehatan

5. Metode promosi kesehatan digolongkan berdasarkan teknik komunikasi….


(1)Pendekatan individu
(2)Metode penyuluhan langsung
(3)Pendekatan massal
(4)Metode penyuluhan tidak langsung
a. 1, 2, dan 3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 4 saja
e. Semua benar/Semua salah

6. Penanganan permasalahan kesehatan seperti gizi buruk dari pengalaman


beberapa puskesmas yang disampaikan dalam beberapa kesempatan
pertemuan bahwa upaya bersama didaerah perbatasan sangat baik untuk
mendukung pemberdayaan kesehatan dalam mencegah gizi buruk. Salah satu
contoh usaha yang dapat dilakukan tenaga kesehatan untuk mencegah gizi
buruk tersebut adalah
a. melaksanakan posyandu secara bersama dan berkala
b. hanyaa mendata penderita gizi buruk dan melaporkannya kepada dinas
kesehatan.
c. Hanyaa mensurvey daerah perbatasan tersebut
d. Mengadakan promosi kesehatan didaerah lain
e. Mengadakan kegiatan kelas ibu hamil

21
7. konsep pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk mengoptimalkan
kesehatan yang lebih maksimal di kalangan masyarakat. untuk itu di suatu
daerah perlu adanya suatu program pemberdayaan masyarakat. Contoh
tindakan yang tepat dilakukan di suatu daerah agar terciptanya kesehatan yang
optimal adalah
a. menyalahkan masyarakat karena penyebab dari masalah kesehatan
b. Perhatikan pola makan
c. melakukan suatu tindakan yaitu menganalisa kasus kesehatan di
kalangan masyarakat dan menanggulangi hal tersebut
d. Survey kesehatan yang memakan waktu lama
e. Memindahkah tempat tinggal masyarakat dari daerah endemis penyakit

8. Mengingat dalam kasus gawat darurat pemberi pelayanan kesehatan diderah


perbatasan berkewajiban untuk memberikan pelayanan tidak memandang dari
daerah mana dan kelompok miskin atau tidak sementara sistem pembiayaan
yang mengatur sampai saat ini belum ada. Bagaimana tindakan yang bisa
dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam situasi ini
a. melakukan tindakan sebisa mungkin tanpa memungut biaya terlalu besar
b. melaksanakan suatu kegiatan sebisa mungkin seperti minimal
melakukan penyuluhan kepada masyarakat.
c. memberikan pelayanan dengan cara mengelompokan masyarakat tersebut
d. Tidak melakukan kegiatan apapun karena tanpa biaya kegiatan tidak
berjalan
e. Melakukan kegiatan jika telah mendapatkan pembiayaan

9. Merupakan upaya yang sistematis yang meliputi upaya pemecahan masalah


kesehatan keluarga sebagai unit primer komunitas. Adalah pengertian dari
a. Analisa komunitas
b. Diagnosa komunitas
c. Penyusunan fokus program
d. Analisa target

22
e. Pengembangan pelaksanaan program
10. Tujuan umum dari evaluasi adalah
a. Mengakhiri rencana tindakan program promosi kesehatan
b. Menyatakan apakah tujuan program promosi kesehatan telah tercapai atau
belum
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan terkait program promosi
d. Memodifikasi rencana tindakan promosi
e. Menjamin asuhan keperawatan secara optimal

23

Anda mungkin juga menyukai