Anda di halaman 1dari 18

TEORI AKUNTANSI

RANGKUMAN
BAB 10 : LABA (INCOME)

Disusun Oleh
KELOMPOK 3
Anggota:
1. Salomina. Romrainy (202086014)
2. Lidia H. Malwewan (202086007)
3. Fandy. Mauday (202086021)
4. Bastian. Mehmorliay (202086018)
5. Aprisianus A. Rayani (202086004)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PATIMURA AMBON 2023

BAB 10 LABA (INCOME)

Makna income dalam konteks perpajakan dapat berbeda atau bahkan berbeda dengan
makna income dalam akuntansi atau pelaporan keuangan. Dalam perpajakan, income
dimaknai sebagai jumlah kotor sehingga diterjemahkan sebagai penghasilan sebagaimana
digunakan dalam Standar Akuntansi Keuangan.
Dalam buku-buku teks akuntansi (khususnya teori akuntansi, istilah income pada
umumnya dimaknai sebagai jumlah bersih sehingga istilah laba lebih menggambarkan apa
yang dimaksud income dalam buku-buku tersebut. Laba komprehensif dimaknai sebagai
kenaikan aset bersih selain yang berasal dari transaksi pemilik.

Tujuan Pelaporan Laba


Laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain
sebagai:
1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi.
2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
3. Dasar penentuan besarnya penggunaan pajak.
4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.
5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik.
6. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
9. Dasar pembagian dividen.
Dengan berbagai kebutuhan di atas, digunakan dua pendekatan dalam akuntansi laba yaitu:
1. Satu laba untuk berbagai tujuan.
Pendekatan ini berusaha untuk memformulasi konsep laba tunggal dan
menyajikannya untuk memenuhi berbagai tujuan secara umum, maka hal ini yang
ingin dicapai melalui perekayasaan pelaporan keuangan umum.
2. Beda tujuan beda laba.
Pendekatan ini menggunakan berbagai konsep laba dan menyajikannya secara jelas
berbagai konsep laba tersebut secara khusus yang dapat dilayani dengan menyertai
statemen keuangan umum dengan berbagai laporan pelengkap.

Konsep Laba Konvensional


Hendriksen dan Van Breda ( 1992 ) mengemukakan bahwa laba akuntansi yang sekarang
berjalan ( konvensional ) masih problematik secara teoritis. Laba akuntansi mempunyai
beberapa kelemahan berikut ( hlm. 309 ) :
a. Laba akuntansi belum didefinisi secara semantik dan jelas sehingga laba tersebut
secara intutif dan ekonomik bermakna.
b. Penyajian dan pengukuran laba masih difokuskan pada pemegang saham biasa atau
residual.
c. Prinsip akuntansi berterima umum ( PABU ) sebagai pedoman pengukuran laba
masih memberi peluang untuk terjadinya ketaktaatsasan ( inkonsistensi )
antarperusahaan.
d. Karena didasarkan pada konsep kos historis, laba akuntansi secara umum belum
memperhitungkan pengaruh perubahan daya beli dan harga.
e. Dalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, investor dan kreditor
memandang informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat atau bahkan lebih
bermanfaat sehingga ketepatan laba akuntansi belum menjadi tuntutan yang
mendesak.

Konsep Laba Dalam Tataran Semantik


Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa yang harus
dilekatkan oleh perekayasaan pelaporan pada simbol atau elemen laba sehingga laba
bermanfaat dan bermakna sebagai informasi.

Pengukur Kinerja
Daya melaba merupakan informasi semantik yang diharpkan dibawa oleh informasi
akuntansi melalui statemen keuangan yaitu objek, ukuran, dan hubungan. Jadi untuk
menentukan daya melaba, tiga komponen harus diketahui yaitu laba, perioda, dan tingkat
sumber daya ( investasi ). Jadi, laba dapat merepresentasi kinerja efisiensi karena laba
menentukan ROI, ROA, dan ROL sebagai pengukur efisiensi.
Konfirmasi Harapan Investor
Perekayasa pelaporan juga berusaha menyediakan informasi untuk meyakinkan bahwa
harapan-harapan investor atau pemakai lainnya di masa lalu tentang kinerja perusahaan
memang terrealisasi. Dengan demikian, laba dapat diinterpretasi sebagai sarana untuk
mengkonfirmasi harapan-harapan tersebut. Asumsinya adalah para investor telah
menggunakan segala informasi yang tersedia secara publik sebagai basis keputusan
investasinya melalui prediksi laba.

Estimator Laba Ekonomik


Laba akuntansi adalah laba dari kaca mata perekayasa akuntansi atau kesatuan usaha
karena keperluan untuk menyajikan informasi secara objektif dan terandalkan. Oleh karena
itu, laba akuntansi didasarkan pada data yang telah terjadi bukannya data hipotesis yang
dapat berupa kos kesempatan.
Pengertian ekonomik dari segi akuntansi adalah kelayakan ekonomik jangka panjang dan
bukan penilaian ekonomik jangka pendek. Oleh karena itu, depresiasi dalam akuntansi
merupakan proses alokasi dan bukan proses penilaian.

Makna Laba
Pemaknaan laba sebagai pengukur efisiensi, konfirmasi harapan investor, dan estimator
laba ekonomik merupakan gagasan-gagasan untuk menemukan definisi ( konsep atau
makna ) laba yang tepat untuk tujuan akuntansi. Dari pengertian laba tersebut, dapat
disimpulkan bahwa laba secara konseptual mempunyai karakteristik umum sebagai berikut
:
a. Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas.
b. Perubahan terjadi dalam suatu kurun waktu ( perioda ) sehingga harus diidentifikasi
kemakmuran awal dan kemakmuran akhir.
c. Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang menguasai
kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.

Laba dan Kapital


Kapital dapat diasosiasi dengan sediaan atau potensi jasa. Jadi kapital dapat dipandang
sebagai sediaan kemakmuran pada saat tertentu. Sementara itu, laba dapat diasosiasi
dengan aliran kemakmuran. Jadi, laba adalah aliran potensial jasa yang dapat dinimati
dalam kurun waktu tertentu dengan tetap mempertahankan tingkat potensi jasa mula-mula.
Konsep Pemertahanan Kapital
Konsep ini dilanadasi oleh gagasan bahwa entitas ( perusahaan atau investor ) berhak
mendapatkan kembalian/imbalan atau return dan menikmatinya setelah kapital ( investasi )
dipertahankan keutuhannya atau pulih seperti sedia kala. Konsep ini mempunyai arti
penting atau konsekuensi dalam beberapa hal yang saling berkaitan sebagao berikut :
a. Membedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi.
b. Memisahkan dan membedakan transaksi operasi dalam arti luas dengan transaksi
pendanaan dari pemilik.
c. Menjamin agar laba yang dapat didistribusikan tidak mengandung pengembalian
investasi.
d. Memungkinkan penentuan jumlah penyesuaian kapital untuk mempertahankan
kemampuan ekonomik awal perioda akibat perubahan harga dan daya beli sehingga
laba ekonomik akat terukur pula.
e. Memungkinkan penggunaan berbagai dasar penilaian untuk menentukan tingkat
kapital pada saat tertentu ( awal dan akhir ).
f. Memungkinkan penerapan pendekatan aset-kewajiban secara penuh dalam
pemaknaan laba sehingga angka laba akuntansi akan mendekati angka laba
ekonomik.

Konsep Laba Dalam Tataran Sintaktik


Salah satu bentuk penjabaran makna laba secara sintaktik adalah mendefinisi laba
sebagai selisih pengukuran dan penandingan antara pendapatan dan biaya. Pengukuran
dalam arti luas yang meliputi pengakuan, saat pengakuan, dan prosedur pengakuan
ditambah cara mengungkapkan merupakan masalah pada tataran sintaktik. Bila laba
didefinisi sebagai pendapatan dikurangi biaya, masalahnya adalah kapan laba timbul
sehingga harus diukur dan diakui ?

Pendekatan Transaksi
Dengan pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi yang
kemudian terakumulasi sampai sakhir periode. Oleh karena itu, pengukuran dan
pengakuan laba juga akan parallel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya.
Dengan demikian, pengakuan laba atas dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan
pendapatan atas dasar kriteria terealisasi dan sama dengan pengakuan biaya atas dasar
kriteria konsumsi manfaat.
Karena laba melekat pada pendapatan, dengan pendekatan transaksi dapat
dikatakan bahwa laba timbul dan diakui pada saat penjualan atau pertukaran terjadi. Laba
akan terhitung setelah biaya yang diperkirakan mendatangkan pendapatan juga diakui.
Beberapa keuntungan pendekatan transaksi bagi akuntansi :
• Komponen pembentuk laba bersih dapat dirinci dengan berbagai basis
• Laba yang berasal dari berbagai sumber/jenis transaksi dapat dipisahkan dan
dilaporkan untuk kepentingan eksternal
• Perubahan asset dan kewajiban merupakan perubahan nilai yang diakui secara
objektif pada saat perubahan terjadi akibat transaksi penualan dan biaya dengan
pihak eksternal
• Jumah rupiah serta jenis asset dan kewajiban secara otomatis tersedia pada akhir
periode.
• Karena perubahan nilai asset pasar tidak diakui, artikulasi antarstatemen keuangan
dapat dipertahankan. Ini berarti, pendapatan dikurangi biaya akan sama denga
perubahan ekuitas pemegang saham

Pendekatan Kegiatan
Dengan pendekatan ini, laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya
kegiatan atau kejadian bukan sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu. Pendekatan
ini parallel dengan konsep penghimpunan atau pembentukan pendapatan sebagai basis
pengakuan pendapatan. Dengan konsep ini, pendaapatan dapat dinyatakan telah terbentuk
bersamaan dengan telah dilakukannya kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas.
Pendekatan ini mempunyai keunggulan dalam membantu manajemen melakukan
analisis internal. Berbagai konsep laba dapat diciptakan untuk mengukur efisiensi dan
profitabilitas tiap kegiatan/bagian operasi, mengendalikan perilaku manajer divisi dengan
system pengendalian manajemen, dan menentukan kompensasi. Dalam penerapannya,
kedua pendekatan diatas tidak berdiri sendiri melainkan saling melengkapi.

Pendekatan Pemertahanan Kapital


Dengan konsep pemertahanan kapital, laba merupakan konsekuensi dari
pengukuran kapital pada dua titik waktu yang berbeda. Dengan konsep ini, elemen
statemen keuangan diukur atas dasar pendekatan asset-kewajiban. Jadi dapat dikatakan
bahwa laba adalah perbedaan nilai kapital pada dua saat yang berbeda.

Pengukuran dan Penilaian Kapital


Pengukuran kapital pada dua titik waktu menimbulkan masalah konseptual karena
dengan berjalannya waktu beberapa hal yang bersifat ekonomik berubah dan harus
dipertimbangkan yaitu unit atau skala penguku dan dasar pengukuran. Hal lain yang
menentukan cara menilai kapital adalah jenis kapital

Jenis Kapital
1. Kapital Finansial
Kapital Finansial adalah klaim dipandang dari jumlah rupiah atau nilai yang
melekat padanya tanpa memperthatikan wujud fisis klaim tersebut. Dalam anilisis
statemen keuangan tradisional, tingkat kembalian atas kapital finansial ini
dinyatakan sebagai tingkat kembalian atau asset total (ROA) yang dirumuskan :
ROA= Laba Bersih+Biaya BungaAset total Rata-rata
Dari sudut pandang kreditor, kapital finansial adalah jumah pinjaman yang
tertanam diperusahaan. Jumlah rupiah pinjaman ditambah bunga yang menjadi hak
kreditor selama periode merupakan laba kreditor.
2. Kapital Fisis
Adalah sumber ekonomik yang dikuasai oleh entitas yang dipandang atau dimaknai
sebagai kapasitas produksi fisis yaitu kemampuan menghasilkan barang dan jasa.
Kapital fisis secara umum tidak relevan dari sudut pandang investor dan kreditor.
Dengan konsep ini, laba atau kembalian atas kapital fisis akan timbul bila kapasitas
produksi fisis pada akhir suatu peride melebihi kapasitas produksi fisis pada awal
periode. Yang harus diperhatikan dalam menetukan laba adalah kapasitas produksi
fisis. Laba akhirnya harus dinyatakan dalam jumlah rupiah. Oleh karena itu,
kapasitas produksi fisis akhirnya harus dinyatakan dalam jumah rupiah.

Skala Pengukuran
1. Skala Nominal
Skala rupiah nominal adalah satuan rupiah sebagaimana telah terjadi tanpa
memperthatikan perubahan daya beli dengan berjalannya waktu akibat perubahan
kondisi ekonomik. Dengan kata lain, jumlah rupiah untuk waktu yang berbeda
dianggap homogenus atau berdaya beli sama sehingga dapat saling dijumlahkan
atau dikurangkan. Pengukuran dengan skala nominal lebih menitiberatkan pada
jumlah unit rupiah daripada jumlah unit daya beli.
2. Skala Daya Beli
Skala daya beli merupakanskala untuk mengatasi kelemahan skala nominal rupiah.
Dengan skala ini skala nominal rupiahdinyatakan kembali atau dihomogenuskan
dalam bentuk rupiah daya beli atas dasar indeks harga tertentu. Perubahan skala
pengukuran dari nominal rupiah ke daya beli secara substantive tidak berpengaruh
terhadap laba sebagai perubahan nilai ekonomik kapital, yang berubah adalah skala
pengukurnya sebagaimana tambahan berat seseorang dalam suatu periode tidak
akan berubah karena pengukurnya di ubah dari kilogram menjadi pon.

Dasar atau Atribut Pengukuran


1. Kos Historis
Kos historis merupakan jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukarann yang telah
tercatat dalam system pembukuan. Masalah kos historis hendaknya dibedakan
dengan skala rupiah nominal. Kos historis berkaitan dengan masalah pilihan jumlah
rupiah mana yang akan dilekatkan pada elemen statemen keuangan sedangkan
skala nominal berkaitan dengan pilihan unit pengukur yang akan digunakan.
2. Kos Sekarang
Kos sekarang menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang
diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh asset yang sama jenis dan
kondisinya atau penggantinya yang setara. Harga pertukaran harus ditentukan dari
pasar barang yang sekarang digunakan kesatuan usaha.
Selisih anatara kos historis dengan kos sekarang harus dibedakan dengan selisisih
akibat dijabarkannya rupiah nominal menjadi rupiah daya beli. Kos sekarang
berbeda dengan kos historis bukan karena perubahan harga umum tetapi karena
perubahan selera, tekhnologi, dan fungsi.

Pengukuran Laba dengan Mempertahankan Kapital


Berbagai pendekatan penilaian kapital dibahas dan disarankan oleh banyak penulis. Oleh
karena itu terdapat juga berbagai pengukuran laba sebagai hasil penilaian kapital pada dua
waktu yang berbeda. Berbagai pendekatan itu antara lain :
1. Kapitalisasi Aliran Kas dan Harapan
Konsep laba ini mendekati konsep laba ekonomik. Dengan konsep ini akan
ditentukan nilai kapitalisasian investasi pemegang saham pada awal dan akhir
periode. Nilai kapitalisasian adalah nilai diskonan atau nilai sekarang seua aliran
kas ke masa dating dari investasi selama periode yang diharapkan investor. Bila
tidak ada pembagian dividen, aliran kas adalah kas yang akan diterima seandainya
sebagia investasi dijual secara periodic sebanyak kenaikan nilai investasi.
Walaupun konsep kapitalisasi mempunya keunggulan dalam pengukuran laba yang
mendekati laba ekonomik, system pembukuan perusahaan mungkin tidak
mendukung pengoprasian kosnep ini. Dengan kata lain konsep ini tidak praktis dan
operasional. Beberapa keberatan yang diajukan terhadap konsep ini antara lain :
• Tarif kapitalisasi yang digunakan dimata perusahaan tidak selalu sama
dengan tariff menurut persepsi investor
• Angka laba yang dihasilkan tidak intuitif karena komponen-komponen
pembentuknya tidak tampak
• Konsep ini terlalu menekankan pada nilai waktu uang dan aliran kas dan
mengabaikan factor-faktor ekonomik yang lain.
• Informasi tentang operasi dan efisiensi manajemen perusahaan tidak dapat
terungkap melalui laporan laba rugi.
• Informasi yang disajikan kurang mempunyai daya konfirmasi terhadap
harapan-harapan masa yang lalu.
• Karena semua informasi yang digunakan dalam menghitung laba
didasarkan pada prediksi yang sering tidak konsisten dari periode ke
periode, informasi laba tidak dapat diverivikasi sehingga kurang dapat
diandalkan.
2. Penilaian Pasar atau Perusahaan
Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital finansial. Penilaian ini merupakan
alternative kapitalisasi aliran kas. Kapital diukur atas dasar berapa jumlah rupiah
yang investor bersedia membayar untuk seleuruh kekayaan perusahaan dikurangi
kewajiban. Walaupun demikian, subjektivitas investor tetap berperan sehingga
hasil penilaian dapat berbias.
3. Setara Kas Sekarang
Dasar pengukurannya adalah gunggungan semua jumlah rupiah setara tunai pos
asset dikurangi jumlah rupiah secara tunai semua utang. Jumlah rupiah setara tunai
ini didadasarkan atas harga pasar penjualan pos asset secara individual yang
dimiliki/dikuasai perusahaan. Walupun penilaian ini objektif, pasar bebas untuk
tiap jenis asset tidak selalu ada sehingga harga pasar akhirnya juga tidak lebih dari
sekedar taksiran karena tidak ada barang yang setara dipasar sebagai pembanding.
4. Harga Masukan Historis
Penilaian ini merupakan salah satu pendekatan penilaian dengan nilai masukan.
Penilaian atas dasar harga masukan dilandasi gagasan bahwa kapital dapat
dikatakan telah dipertahankan apabila asset pada akhir periode sama dengan aaset
pada awal periode. Walaupun berbasis harga masukan, beberapa komponen asset
pada akhir periode mungkin merefleksi harga keluaran.
5. Harga Masukan Sekarang
Penilaian ini pada dasarnya sama dengan harga masukan historis kecuali bahwa
dalam pendekatan ini menilai kompone-komponen kapital awal dan akhir dengan
kos masukan sekarang atau kos pengganti pada saat itu. Kos pengganti suatu asset
adalah jumlah rupiah yang harus dikorbankan seandainya suatu entitas tidak
menguasai asset bersangkutan. Dengan cara ini, untung atau rugi penahanan asset
akan teridentifikasi dan masuk dalam perhitungan laba.
6. Pemertahanan Daya Beli Konstan
Secara umum dapat dikatakan bahwa penentuan laba atas dasar konsep
pemertahanan kapita memerlukan penilaian atas kapital baik fisis maupun finansial
pada awal dan akhir suatu periode.

Prediktor Aliran Kas ke Investor


Dalam FASB, telah dinyatakan tujuan pelaporan keuangan sebagai berikut:
“Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para investor dan
kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam menilai jumlah, saat
terjadi, dan ketakpastian penerimaan kas mendatang dari dividen atau bunga dan
pemerolehan kas mendatang dari penjualan, penebusan, atau jatuh temponya sekuritas atau
pinjaman.”
Penjelasan tersebut memberi isyarat bahwa harus ada hubungan logis antara laba dan
aliran kas ke investor dan kreditor yang akan membantu dalam mengembangkan model
untuk memprediksi aliran kas ke mereka guna menilai investasi atau kapitalnya.
Aliran kas yang diterima investor akan memengaruhi kemampuan perusahaan untuk
membayar semua kewajiban pada saatnya, mendanai keperluan operasi, reinvestasi,
membayar bunga, dan membayar dividen.

Perkontrakan Efisien
Teori perkontrakan efisien merupakan bagian atau turunan dari teori keagenan. Hubungan
keagenan adalah hubungan antara prinsipal dan agen yang di dalamnya agen bertindak atas
nama dan untuk kepentingan prinsipal dan atas tindakannya tersebut agen mendapatkan
imbalan tertentu. Kontrak efisien adalah kontrak yang tidak banyak menimbulkan
persengketaan dan yang mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan apa yang
diperjanjikan.

Pengendalian Manajemen
Laba mempunyai peran penting dalam suatu sistem pengendalian manajemen. Sistem ini
dirancang untuk mengarahkan perilaku para manajer agar mereka memaksimumkan
kepentingan dirinya atau divisinya tetapi pada saat yang sama kepentingan perusahaan
secara keseluruhan juga tercapai. Bila hal ini tercapai, terjadilah apa yang disebut
keselarasan tujuan.

Teori Pasar Efisien


Efisiensi pasar harus dikaitkan dengan sistem informasi yaitu mekanisma penyediaan
informasi dengan segala regulasi yang berlaku dalam lingkup beroperasinya pasar modal.
Sistem informasi menghasilkan sehimpunan informasi bagi pelaku pasar untuk
menentukan harga saham. Pasar dikatakan efisien dalam kaitan dengan informasi atau
signal tertentu hanya jika harga saham berperilaku seakan-akan semua pelaku pasar
menangkap signal tersebut dan segera merevisi harga saham harapannya kemudian
mengambil strategi investasi sehingga terjadi ekuilibrium baru.

Bentuk Efisiensi Pasar


Karena efisiensi pasar hanya dapat dikaitkan dengan informasi atau signal tertentu dalam
suatu kemanisma penyediaan informasi, terdapat tiga bentuk efisiensi:
Bentuk Lemah. Pasar adalah efisien bentuk lemah jika harga sekuritas merefleksi secara
penuh informasi harga dan volume sekuritas masa lalu.
Bentuk Semi-kuat. Pasar adalah efisien dalam bentuk semi-kuat jika harga sekuritas
merefleksi secara penuh semua informasi yang tersedia secara publik termasuk data
statemen keuangan.
Bentuk Kuat. Pasar adalah efisien dalam bentuk kuat jika harga sekuritas merefleksi
secara penuh semua informasi termasuk informasi privat atau dalam yang tidak
dipublikasi.

Laba Sebagai Signal


Laba akuntansi yang diumumkan via statemen keuangan merupakan salah satu signal dari
himpunan informasi yang tersedia bagi pasar modal. Walaupun hipotesis pasar efisien
mengisyaratkan bahwa tidak seorangpun akan memeroleh return lebih hanya atas
pengetahuannya terhadap data laba, penelitian empiris menunjukkan bahwa laba per saham
yang diumumkan via statemen keuangan mempunyai dampak terhadap harga saham. Oleh
karena itu, data laba juga sangat diperlukan oleh investor untuk memprediksi laba dan
harga masa datang.

Pengujian Kandungan Informasi Laba


Apakah laba mengandung informasi dapat ditunjukkan oleh reaksi pasar terhadap
pengumuman laba sebagai suatu peristiwa. Bila angka laba mengandung informasi,
diteorikan bahwa pasar akan bereaksi terhadap pengumuman laba. Pada saat diumumkan,
pasar telah mempunyai harapan tentang berapa besarnya laba perusahaan atas dasar semua
informasi yang tersedia secara publik.
Return atau kembalian adalah apa yang diperoleh investor dari investasinya daam suatu
periode yang dalam hal saham dapat berupa dividen dan untung kapital yaitu kenaikan
nilai investasi. Return umumnya dinyatakan dalam persen perubahan. Oleh karena itu,
return saham suatu perusahaan dapat dinyatakan sebagai berikut.
Return=R= Dividen per saham+(Harga akhir-Harga awal)Harga awal

Laba dan Teori Entitas


Laba adalah kenaikan kemakmuran suatu entitas yang dapat dikonsumsi tanpa
mempengaruhi kapital semula. Teori entitas berkaitan dengan penentuan siapa yang
dianggap paling berkepentingan dengan suatu kegiatan ekonomik sehingga pihak tersebut
berhak untuk menikmati laba. Karena berkaitan dengan siapa yang berhak atas laba, teori
entitas sering disebut pula dengan teori ekuitas. Teori entitas atau ekuitas yang banyak
dibahas dalam literatur teori akuntansi adalah.
1. Entitas usaha bersama
2. Entitas usaha atau bisnis
3. Entitas investor
4. Entitas pemilik
5. Entitas pemilik residual
6. Entitas pengendali
7. Entitas dana
Teori entitas selalu dikaitkan dengan partisipan dalam kegiatan ekonomik yaitu manajer,
karyawan, invest, kreditor, pemerintah, dan entitas lain yang terlibat. Teori entitas juga
mempunyai implikasi tentang tujuan pelaporan keuangan dan bentuk atau susunan
statemen laba-rugi.

Laba dan Teori Entitas


Teori entitas atau ekuitas yang banyak dibahas dalam literatur teori akuntansi adalah:
1. Entitas usaha bersama
2. Entitas usaha atau bisnis
3. Entitas investor
4. Entitas pemilik
5. Entitas pemilik residual
6. Entitas pengendali
7. Entitas dana

• Entitas Usaha Bersama


Yang menjadi pusat perhatian akuntansi adalah kegiatan bersama yang melibatkan
berbagai pihak sebagai bagian dari kegiatan ekonomi. Semua pelaku ekonomi
menanggung usaha bersama sehingga mereka disebut secara bersama sebagai
pemegang pancang (stakeholders) dan perusahaan berfungsi sebagai alat pengikat,
pancang, atau pusat (nexus). Sudut pandang ini dilandasi gagasan bahwa perusahaan
yang besar memiliki fungsi institusi sosial yang mempengaruhi ekonomi yang luas
dan kompleks sehingga darinya dituntut pertanggungjawaban sosial.
Sebagai institusi sosial, perusahaan harus menunjukkan kontribusi ekonomi terhadap
masyarakat luas. Semua pelaku ekonomi memiliki peran dalam menciptakan nilai
tambah (value added atau added value) akibat kegiatan usaha tersebut. Para
stakeholder berhak mendapatkan bagian dari nilai tambah tersebut. Dari sudut
pandang tersebut, laba diartikan sebagai seluruh jumlah nilai tambahan (kenaikan
kemakmuran) yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi secara bersama dikurangi cost
material dan mesin/peralatan (bahan baku, overhead nontenaga kerja dan depriasi).
Jumlah rupiah yang dibayarkan kepada pelaku ekonomi bukan merupakan biaya
tetapi merupakan distribusi laba (nilai tambah) atau pembagian laba dan statemen
laba-rugi harus disusun dengan pendekatan nilai-tambahan untuk mencerminkan
karakteristik perusahaan sebagai institusi sosial. Untuk mengukur laba,jumlah rupiah
penjualan dikurangi dengan cost bahan baku dan overhead nontenaga kerja karena
keduanya merupakan nilai-tambahan yang timbul oleh institusi sosial lainnya yang di
transfer ke kesatuan usaha bersama.
Makna depresiasi memunculkan masalah teoritis karena ada perbedaan mengenai
perlakuan depresiasi yaitu sebagai barang transfer (mengurangi nilai-tambahan) atau
sebagai reinvestasi (distribusi nilai-tambahan). Pendukung depresiasi sebagai
pengurangan nilai tambahan berpendapat depresiasi harus dimasukkan dari
perhitungan nilai-tambahan karena nilai-tambahan tercipta dengan kontrisbusi fasilitas
fisik yang dibeli dari kesatuan lain (plant and equipment) sehingga depresiasinya
harus dikurangkan terhadap penjualan untuk menunjukkan nilai-tambahan bersih oleh
kesatuan usaha bersama yang bersangkutan. Pengurangan depresiasi untuk nilai-
tambahan juga sesuai asas akrual dan konsep dasar perbandingan.
Sedangkan pendapat lainnya berpendapat pengurangan depresiasi untuk mendapat
nilai-tambahan mengurangi makna sebenarnya dari nilai-tambahan. Selain itu nilai-
tambahan juga akan kehilangan objektivitasnya karena depresiasi adalah angka
taksiran. Depresiasi tidak dikurangkan karena jumlah rupiah pembelian fasilitas fisik
dari kesatuan lain telah diakui sebagai nilai-tambahan oleh kesatuan lain tersebut. Oleh
karena itu, depresiasi harus dianggap sebagai distribusi laba untuk mempertahankan
kapasitas produktif aset yang dikuasi oleh kesatuan usaha bersama dan untuk
membatasi jumlah yang dapat didistribusi kepada para stakeholder.

• Entitas Usaha atau Bisnis


Pada teori entitas usaha atau bisnis perusahaan dipandang sebagai orang atau badan
usaha sendiri, bertindak atas nama sendiri, serta terpisah dari investor, kreditor, dan
pihak eksternal lainnya. Perusahaan menjadi pusat perhatian akuntansi dan menjadi
subjek laporan. Laba dipandang sebagain kenaikan aset karena pendapatan dianggap
sebagai aliran masuk (kenaikan aset) dan biaya sebagai aliran keluar aset (penurunan
aset) akibat kegiatan operasi perusahaan. pemilik, kreditor, pemerintah serta pelaku
lainnya diperlukan sebagai pihak luar. Oleh karenanya jumlah rupiah yang
didistribusi ke mereka diperlakukan dengan biaya. Transaksi modal (dengan pemilik)
tidak dipisahkan dengan transaksi operasi.
Persamaan akuntansi pada teori ini adalah  Aset = Ekuitas
Karena pemegang saham memiliki kedudukan yang sama dengan kreditor, utang
merupakan keharusan kesatuan usaha kepada kreditor bukan keharusan pemegang
saham. Klaim dari pemegang saham diperlakukan sebagai keharusan kesatuan
usaha kepada pemegang saham sehingga bunga dan dividen keduanya
merupakan biaya. Statemen keuangan merupakan pertanggungjawaban entitas usaha
kepada pemegang ekuitas untuk memenuhi kewajiban hukum dan menjaga hubungan
baik karena gagasan bahwa kesatuan usaha bertindak dengan nama sendiri dan bukan
atas pemegang saham atau kreditor. Teori ini sering disebut sudut pandang entitas baru
atau kontemporer (new or contemporary view of entity).

• Entitas Investor
Investor yang dimaksud pada teori entitas investor adalah penyedia dana utama
perusahaan yaitu kreditor (jangka panjang) dan pemegang saham (preferensi dan
biasa). Pada teori ini kedua kelompok dipandang sebagai mitra manajemen
(management associates) dimana perusahaan melalui manajemen bertindak atas nama
investor. Dan oleh karenany alaporan keuangan harus dilaksanakan untuk kepentingan
kedua kelompok tersebut. Persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut:

Aset – Utang jangka pendek = Ekuitas investor

Laba diartikan sebagai jumlah yang menjadi hak investor. Sebagai konsekuensi,
bunga kepada kreditor jangka panjang dan dividen kepada pemegang
saham bukan merupakan biaya tetapi lebih merupakan distribusi laba. Pajak berstatus
sebagai biaya bagi investor. Bunga dan dividen merupakan pembagian laba bukan
biaya. Teori ini disebut juga sudut pandang entitas tradisional (traditional view of
entity).
• Entitas Pemilik
Teori entitas ini memandang pemegang saham (biasa dan istimewa) sebagai pemilik
(proprietor) dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Kreditor dianggap sebagai pihak
luar. Pemegang saham tetap menjadi mitra manajemen. Aset menjadi milik pribadi
pemegang saham sehingga utang merupakan keharusan pemegang saham. Artinya,
pemegang saham menanggung segala resiko yang berkaitan dengan utang. Dengan
sudut pandang ini, asset bersih menjadi perhatian utama bagi pemegang saham. Teori
ini dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikut ini :
Aset- Kewajiban = Ekuitas
Kreditor, pemerintah, dan pihak atau entitas lain (bahkan manajemen) dianggap
sebagai pihak luar pemilik sehingga semua kos yang dikorbankan yang bersangkutan
dengan pihak tersebut (misalnya gaji, bunga, dan pajak) akan dianggap sebagai biaya
bukannya distribusi laba. Laba dalam teori entitas ini adalah selisih pendapatan dan
biaya yang menjadi hak akhir pemilik.
• Entitas Pemilik Residual
Konsep entitas ini memandang pemegang saham biasa sebagai pusat perhatian
akuntansi. Dalam pendekatan ini, pemilik adalah pemegang saham biasa. Pemegang
saham istimewa dianggap sebagai pihak luar sehingga dividen untuk mereka
dipandang sebagai biaya. Teori ini dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi
berikut ini :

Aset- Ekuitas spesifik = Ekuitas Residual

Dalam persamaan tersebut, ekuitas spesifik adalah utang dan ekuitas saham istimewa.
Teori ini dilandasi oleh pemikiran bahwa pemegang saham biasa adalah pihak yang
akhirnya menanggung resiko ketidakpastian masa datang tetapi juga menikmati segala
pengembalian setelah pihak yang lain terpenuhi haknya. Laba dan laba persaham untuk
pemegang saham biasa menjadi informasi penting yang harus disajikan dalam
statement laba-rugi.
• Entitas Pengendali
Konsep ini tidak secara langsung berkaitan dengan makna laba tetapi lebih berkaitan
dengan penyajian data akuntansi secara keseluruhan. Teori ini menitiberatkan
pandangannya kepada pihak yang mengendalikan sumber ekonomi perusahaan tanpa
memperhatikan pemilikan seperti konsep kesatuan yang lain. Pengendalian hanya
dapat dilakukan oleh manusia dan oleh karenanya siapa yang mengendalikan harus
diidentifikasi dan kemudian akuntansi memusatkan perhatiaanya pada para pengendali.
Implikasi konsep ini hampir sama dengan implikasi konsep kesatuan usaha. Dengan
teori ini, sudut pandang akuntansi adalah manajemen puncak sebagai pengendali bukan
pemilik sehingga neraca dipandang sebagai statement tentang sumber dan penggunaan
dana yang menunjukan pertanggungjawaban manajemen.

Statement laba-rugi dipandang sebagai penjelasan atas kegiatan manajemen dari sudut
pandang manajemen sehingga statement laba-rugi harus menunjukkan hasil (laba)
untuk tiap kegiatan yang dapat berupa projek, produk, atau segmen bisnis lainnya.
Meskipun demikian, manajemen juga menyiapkan statemen laba rugi untuk
menunjukkan kinerja kesatuan usaha secara keseluruhan.
• Entitas Dana
Dana (fund) mempunyai dua pengertian yang saling diracukan. Dana dapat diartikan
sebagai kas (uang), aset likuid, atau sumber keuangan (financial resources) yang dapat
digunakan untuk menandai suatu kegiatan, program, atau projek dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang
dapat berupa kegiatan, program, atau projek yang didanai dengan aset likuid tersebut.
Teori entitas dana dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ini :

Aset = Pembatasan penggunaan asset

Konsep ini berpaut dengan organisasi nonprofit khususnya organisasi kepemerintahan.


Untuk unit organisasi kepemerintahan, interpretasi terhadap persamaan di atas
bergantung apakah unit tersebut mengelola aset (keuangan negara) yang dipisahkan
dari Anggaran pendapatan dana belanja negara.
Penyajian Laba
Masalah konseptual yang erat kaitannya dengan penyajian adalah pemisahan pelaporan
pos-pos transaksi operasi dan pos-pos transaksi dengan pemilik (transasi modal). Pos-pos
operasi dalam arti luas (termasuk nonpemilik) pada umumnya dilaporkan melalui statemen
laba rugi sedangkan pos-pos yang jelas merupakan transaksi modal dilaporkan melalui
statemen laba ditahan atau atau statemen perubahan ekuitas.

Anda mungkin juga menyukai