Anda di halaman 1dari 14

TEORI AKUNTANSI (GRUP A)

BAB 6

“ SISTEM PENGUKURAN AKUNTANSI “

KELOMPOK ( 2 ) :

 Rini Rusiati (12180303)


 Euodhia Gebryllia (12180396)

Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta


1. TIGA SISTEM PENGAHSILAN DAN PENGUKURAN MODAL

Pada 1960-an beberapa sistem alternatif kemudian dikembangkan yang menantang


biaya historis sebagai sistem akuntansi mendasar .Yang pertama adalah sistem biaya
yang diperbarui yang mengusulkan untuk mengukur biaya penggunaan sumber daya
saat ini dan menilai modal dengan harga beli saat ini. System akuntansi untuk pertama
kali diperkenalkan oleh Pacioli pada abad ke 15, yaitu system akuntansi double-entry.
Sejak saat itu teknik dasar akuntansi tidak berubah secara signifikan. Bersamaan
dengan revolusi industry, khususnya setelah jatuhnya wall street pada tahun 1929,
system akuntansi trandisional berdasarkan historical cost system muncul dan
memimpin sebagai fundamental accounting system. Kemudian pada tahun 1960-an
beberapa alternative dasar system akuntansi lainnya muncul dan mulai berkembang,
yaitu current cost accounting dan current selling prices (exit prices). Current cost
accounting juga dianggap sebagai metode pertama yang mempresentasikan fair value
accounting system.

2. HISTORICAL COST ACCOUNTING

TUJUAN AKUNTANSI

Absentee owners yang tidak berperan dalam operasional perusahaan tidak memiliki
pengetahuan mengenai operasional dan kondisi perusahaan. Mereka sangat bergantung
kepada laporan akuntansi untuk mendapatkan informasi. Perusahaan yang besar juga harus
membuat sebuah laporan mengenai kondisi perusahaan secara jelas kepada pemilik
(investor), kreditor dan stakeholder yang berkepentingan lainnya. Disinilah stewardship
function dari manager memfocuskan perhatian kepada pelaporan akuntansi untuk para
stakeholder, dan sebaliknya owner dan kreditor menaruh perhatian utama pada apa yang
dilakukan management dengan modal (dana) yang dipercayakan padanya. Akuntabilitas,
kemudian menjadi objek yang sangat kritis dari fungsi ini.

Historical cost accounting menekankan pada dua objek kritis tersebut, yaitu
stewardship dan accountability. Tujuan penggunaan historical cost menekankan hubungan
“kontraktual” yang konservatis antara perusahaan dan pihak yang menyediakan sumber
dana, dan membuat management bertanggungjawab atas penggunaan asset dalam operasi
perusahaan, hasil “profit/output” dari operasional tersebut dan dampaknya terhadap nilai
tambah ekuitas. Maka income statement adalah kunci komunikasi yang tepat dari
mekanisme ini.
Dalam pandangan historical cost accounting perubahan nilai asset dan kewajiban
pada dasarnya diabaikan, sampai asset tersebut dijual atau dilepaskan atau dihapuskan.
Dalam historical cost theory informasi mengenai nilai sisa bersih dari perusahaan tidak
begitu penting, namun yang terpenting adalah profit.

Berdasarkan akuntansi konvensional ‘net worth’ adlaah pengukuran yang tidak tepat
relevan pemilik perusahaan hanya ingin mengetahui hasil investasi mereka pad aperuahaan.
Maka fungsi akuntansi yang paling pentng adalah bukanlah menunjukkan ‘net worth’
pemilik melainkan menunjukkan profit.

MODAL DAN LABA

Dalam historical cost system, pencatatan akuntansi harus menjaga nilai capital ( assets
dikurangi kewajiban) memiliki nilai yang sama dengan nilai pada periode awal, dimana
semua asset dan kewajiban dinilai sesuai dengan nilai saat pembelian. Income menunjukkan
hasil dari perusahaan selama periode tertentu, expenses merupakan sumber daya yang
dibelanjakan dan profit menunjukkan keefektifan sebuah perusahaan dalam beroperasi.

Income statement adalah bagian yang paling penting dalam laporan keuangan, dimana
menunjukkan hasil dari kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan balance sheet
dianggap bukan merupakan bagian yang signifikan. FASB menggunakan istilah ‘revenue-
expense view’ dan ‘asset-liability view’. Terdapat dua konsep dasar dalam historical cost
revenue-expense viewpoint yaitu ‘matching of cost’ dan ‘conservatism’.

PENCOCOKAN TEORI BIAYA

Akuntan harus melacak aliran biaya yang keluar, terutama karena biaya yang melekat
pada pendapatan ‘cost attach’. Akuntan mencatat setiap transaksi biaya dan men-trasir-nya
kepada pendapatan yang diterima dari biaya tersebut. Akuntan memutuskan biaya yang bisa
diakui ‘expired’ untuk kemudian dilekatkan (matching) pada pendapatan di income
statement, dan biaya yang belum dapat diakui ‘unexpired’ akan dilaporkan di balance sheet
(unmatched assets). Hal ini merupakan konsep ‘matching cost against revenue’ yang
merupakan konsep penting dalam historical cost accounting.

KONSERVATISME

Konsep konservatis ini menyebabkan perlakuan yang bias antara pengakuan biaya
dibandingkan dengan pengakuan pendapatan. Konsep konservatis lainnya mengatakan
peningkatan nilai asset tidak boleh diakui, tapi penurunan nilai harus diakui –the lower of
cost or market rule. Konsep konversative menggunakan system akuntansi dengan
pendekatan transaksi (transaksi dibuktikan adanya kredit atau cash) dan tidak mengakui
sebuah kejadian yang tidak dihasilkan dari adanya transaksi (misalnya peningkatan harga).
ARGUMEN YANG MENDUKUNG BIAYA HISTORIS

1. Relevant in making economic decisions


Managers membuat keputusan mengenai komitmen masa depan membutuhkan data
transaksi masa lalu. Mereka harus dapat mereview upaya masa lalu dan ukuran dari
upaya ini adalah biaya historis.
2. Historical cost didasarkan pada transaksi yang actual bukan hanya transaksi yang
mungkin atau belum terjadi.
3. Financial statement berdasarkan biaya histori, sehingga memudahkan menemukan
data dan lebih bermanfaat.
4. Konsep yang terbaik dalam memahami konsep profit, dimana kelebihan nilai harga
jual dibadingkan dengan harga perolehan.
5. Akuntan dapat menjaga integritasnya dengan menjaga data berdasarkan nilai historis
dibandingkan dengan modifikasi internal. Banyak yang berpendapat bahw historical
cost system mengurangi praktik manipulasi dibandingkan current cost system ataupun
selling price system.
6. Informasi mengenai profit yang disajik an oleh system alternative yang lain (current
cos dan selling price) tidak bermanfaat.
7. Aperubahan dalam harga pasar dapat disajkan dan diungkapkan oleh data pendukung
atau tambahan.
8. Tidak ada bukti yang cukup untuk menolak terhadap historical cost accounting.

KRITIK TERHADAP BIAYA HISTORIS

1. Menyediakan informasi dalam rangka melaksanakan fungsi penatagunaan


(stewardship function) manajemen merupakan interprestasi yang terlalu sempit atas
tujuan akuntansi
2. Akuntansi biaya historis, meskipun bermanfaat, namun tidak cukup untuk
mengevaluasi keputusan bisnis, pernyataan biaya historis mengaitkan pada
barang/jasa (cost attach theory) hanyalah fiksi.
3. Basis biaya historis yaitu going concern tidaklah realistis
4. Penggunaan konsep penandingan tidak menghasilkan informasi yang relevan dan
terpercaya.
5. Akuntansi biaya historis hanya menduga kebutuhan investor yang tertarik pada analisa
pasar bukan intelligent investor yang tertarik pada apa yang sebenarnya terjadi pada
perusahaan
3. CURRENT COST ACCOUNTING

TUJUAN AKUNTANSI

Current Cost Accounting adalah sistem akuntansi dimana Asset dinilai berdasarkan
harga beli saat ini (current market buying price), dan profit ditentukan oleh alokasi
berdasarkan biaya saat itu. Untuk memahami tujuan dari penggunaan Current Cost
Accounting terlebih dahulu kita harus memahami macam-macam keputusan yang dihadapi
oleh manajer dalam menjalankan perusahaan. Dalam hal ini kita asumsikan terlebih dahulu
bahwa tujuana dari manajer adalah mengalokasikan sumber daya perusahaan yang tersedia
dengan tujuan untuk memaksimalkan laba. Edwards dan Bell merumuskan permasalahan ini
menjadi tiga buah pertanyaan, yaitu:

 Berapa jumlah aset yang harus disimpan dalam waktu tertentu


 Bentuk dari aset seharusnya bagaimana
 Bagaimana seharusnya aset dibiayai

Manajer membuat keputusan terhadap tiga permasalahan tersebut berdasarkan


ekspektasi tentang kejadian di masa depan. Untuk menghasilkan ekspektasi yang relatif
akurat, manajer harus mengevaluasi aktivitas masa lalu. Salah satu caranya adalah dengan
membandingkan data akuntansi antara periode tersebut dengan data ekspektasi awal yang
telah direncanakan sebelumnya. Bila perbandingan ini menunjukkan bahwa ekspektasi itu
tidak lagi akurat, maka current events atau ekspektasi harus diubah. Contohnya apabila data
akuntansi menunjukkan bahwa total biaya dari bahan baku lebih tinggi dari yang dianggarkan
karena harga bahan baku lebih tinggi dari yang sudah direncanakan, maka perusahaan harus
mengubah ekspektasinya tentang harga bahan baku di masa depan dan berapa anggaran
bahan baku yang dibutuhkan di masa depan. Informasi akuntansi sangat dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan sehingga peristiwa aktual harus diukur seakurat mungkin. Menurut
Edwards dan Bell perubahan harga dalam suatu periode merupakan sesuatu yang penting
untuk disadari oleh manajemen dalam mengambil keputusan terbaik di masa depan.

Walaupun Edward dan Bell menyadari benar pentingnya informasi bagi manajemen,
mereka juga menjelaskan bahwa data tersebut juga berguna bagi pihak luar, seperti pemegang
saham dan kreditur karena mereka ingin menilai performance perusahaan. Dari tero tersebut,
informasi akuntansi memiliki dua tujuan, yaitu:

 Evaluasi keputusan manajer di masa lalu untuk membuat keputusan yang


terbaik
 Evaluasi manajer oleh pemegang saham, kreditur, dan yang lainnya.

KONSEP LABA BISNIS DAN MODAL FINANSIAL

Atas nama profit manajemen sering menghadapi dua keputusan yaitu apakah akan
menahan atau membuang suatu aset atau kewajiban (1) dan bagaimana mendanai dan
menggunakan aktivitas operasi perusahaan (2). Untuk menilai dua keputusan tersebut,
Edwards dan Bell menawarkan sebuah konsep profit yang dinamakan ‘Bussiness Profit’ yang
terdiri dari (1) current operating profit dan (2) realisable cost savings. Current Operating
Profit adalah selisih dari current value dari output yang terjual dengan current cost dari aset
yang dicimpan dalam waktu tertentu. Keduanya mencakup perubahan biaya yang direalisasi
dan yang belum direalisasi. Busines profit dihitung secara real basis – yaitu, elemen fiksi
akibat perubahan tingkat harga umum dihilangkan. Istilah yang kita gunakan untuk realisable
cost savings adalah ‘holding gains / losses’, yang dapat direalisasikan atau belum direalisasi

HOLDING GAINS AND LOSES

Memegang keuntungan dan kerugian Asumsi yang mendasari laba bisnis adalah bahwa
pencampuran keuntungan / kerugian holding dan keuntungan / kerugian operasi
membingungkan evaluasi keputusan manajemen dan menghambat alokasi sumber daya
dalam perekonomian. Konsep laba bisnis memungkinkan pemisahan komponen-komponen
ini. Memegang komposisi aset dan liabilitas tertentu adalah salah satu cara manajemen
mencoba untuk meningkatkan posisi pasar perusahaan. Manajer dan yang lain ingin tahu
apakah kegiatan holding ini berhasil. Berdasarkan akuntansi biaya historis, keuntungan
dicatat hanya ketika aset tersebut dijual. Oleh karena itu, menentukan apakah kegiatan
holding manajemen berhasil atau tidak pada dasarnya tidak mungkin kecuali aset dibeli dan
dijual pada periode yang sama. Juga, berdasarkan akuntansi biaya historis, ketika
membandingkan perusahaan kita dapat disesatkan mengenai perusahaan mana yang lebih
efisien.

4. MODAL FINANSIAL vs MODAL FISIK

Pada system akuntansi dengan menggunakan penilaian pasar, perhitungan profit didasarkan
pada pengukuran modal (capital). Profit lebih didefinisakn pada perubahan modal selama
periode pelaporan dan bukan sebagai alokasi dari biaya historis yang ditentukan dengan
berbagai ketentuan akuntansi. Pada current cost accounting, terdapat dua pandangan pokok
terhadap menentukan modal awal dan modal akhir serta bagaimana profit diukur, yaitu secara
konsep financial (financial capital concept) dan konsep fisik (physical capital concept).

Dari sudut pandang praktis, perbedaan utama diantara kedua konsep tersebut adalah ada atau
tidaknya holding gains (or lossess) dalam komponen profit. Secara kuantitaif, holding gains
(lossess) termasuk di dalam profit pada konsep financial capital dan tidak termasuk dalam
profit pada physical capital. Sebagai ilustrasi, terdapat perusahaan yang memulai operasinya
dengan kas sebesar $1000 pada tanggal 1 januari, kemudian menggunakannya untuk membeli
100 unit dengan harga $10 per unit. Pada tanggal 31 januari, unit tersebut dijual dengan harga
$18 per unit. Harga perolehan unit tersebut pada tanggal 31 januari meningkat menjadi $12
per unit. Jika diasumsikan profit akan digunakan untuk membayar dividen pada akhir bulan,
maka kalkulasi perhitungan profit adalah sebagai berikut

A. In Support of Physical Capital

Pendukung physical capital concept berpendapat bahwa capital adalah unit fisik yang
menunjukkan kemampuan operasi perusahaan. Pada kasus sebelumnya, awalnya perusahaan
memiliki 100 unit maka seharusnya harus mampu membeli 100 unit pada akhir periode.
Ketika harga unit naik sebesar $2 per unit, perusahaan membutuhkan tambahan sebesar $200
pada akhir periode untuk mempertahankan kemampuan operasionalnya. Sehingga, $200
bukanlah merupakan holding gain, tetapi penyesuaian terhadap pemeliharaan modal (capital
maintenance adjustment). Analisis tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Sa le s Rev e n u e (1
Co st O f Sa le s (1 0
Cu re n t Op e ra tin g

Jika dividen dibayarkan sebesar $800, perusahaan akan memiliki modal sebesar
$1000 pada akhir periode yang dapat digunakan untuk membeli sebanyak 83 unit pada awal
februari, sehingga tidak dapat mempertahankan kemampuan operasional pada level yang
sama seperti periode sebelumnya, yaitu 100 unit.

1. Major Features of The Physical Capacity System – Capital Maintenance


Current cost system didasarkan pada konsep entitas dalam mempertahankan
kemampuan perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa dalam jumlah yang sama
secara berkelanjutan, yaitu mempertahankan kemampuan operasionalnya.
Jika tidak ada perubahan teknologi, pemeliharaan modal menunjukkan bahwa stok
fisik dari net aset dapat dipertahankan (tetap). Hal tersebut diperoleh dengan
menyamakan pemakaian sumber daya yang diukur dengan harga perolehan saat ini
dan memastikan nilai pembelian item moneter dipertahankan. Hal tersebut juga dapat
digunakan untuk mengkalkulasi harga yang harus dibayar untuk mendapatkan input
serta harga minimal penjualan output dengan asumsi continuity dan non-liquidation.
Menurut logika ekonomi, efisiensi operasi yang optimal terjadi saat jumlah output
yang diproduksi berasal dari input dengan total opportunity cost yang minimum.
Contohnya, jika upah mengalami peningkatan maka dibutuhkan metode capital-
intensive pada kegiatan produksi untuk mengurangi input labour sehingga biaya
menjadi minimal.
2. Valuation Principles
a. Non-monetary Items
Item moneter dan non moneter memiliki efek dan risiko yang berbeda terhadap
inflasi. Item moneter adalah elemen yang mempunyai klaim moneter dalam jumlah
yang tetap dan tidak berubah saat inflasi harga. Sedangkan item non moneter seperti
tanah dan bangunan, akan disesuaikan harganya sesuai dengan kondisi pasar. Untuk
tujuan pelaporan, aset non moneter harus dinilai dan ditampilkan pada current cost.
Penilaian diperoleh dengan cara:
 Harga pembelian saat ini di pasar, atau
 Index spesifik saat harga pasar tidak tersedia, atau
 Potensi servis dari barang identik atau sejenis dari aset terspesialisasi.
Pendepresiasian aset diperoleh dengan mengurangkan nilai baru aset dengan
akumulasi depresiasi. Saat aset non moneter ditentukan, dilakukan penyesuaian pada
akun current cost reserve di bagian ekuitas. Saat penurunan nilai secara permanen
menurunkan kemampuan operasional entitas, maka penyesuaian dilakukan langsung
pada laba rugi.
b. Monetary Items and Loan Capital
Kewajiban moneter dinilai sesuai jumlah yang diekspektasikan akan dibayar dan
memberikan keuntungan jika ditahan saat nilai uang kehilangan kemampuan
membeli. Keuntungan atau kerugian item moneter dikalkulasikan sesuai dengan
perubahan pada current cost dari barang atau jasa.
c. Non-Monetary Assets Bought and Sold on The Same Market

Saham dan komoditas tertentu seperti emas, perak dan aset lain yang ditahan untuk tujuan
spekulasi, dibeli dan dijual pada pasar yang sama. Aset tersebut tidak secara langsung
menambah kemampuan operasional perusahaan. Aset tersebut umumnya digunakan sebagai
profit-generating purpose atau untuk dijual kembali saat ada capital gain.

B. Arguments for and Against Current Cost


1. Recognition Principle
Pendukung historical cost accounting berpendapat bahwa current cost accounting
melanggar prinsip konservatif bahwa keuntungan diakui pada saat non-monetary asset
dihapus. Pendukung physical capital juga berpendapat bahwa jika perusahaan
berencana menggunakan non-curent aset dibandingkan menjualnya, perubahan pada
harga pasar dari aset tersebut tidak relevan untuk dijadikan profit.
2. Objectivity of Current Cost
Pendukung historical cost berpendapat bahwa current cost accounting mencerminkan
objektivitas yang rendah karena penggunaan current cost tidak didasarkan pada
transaksi perusahaan yang sebenarnya.
3. Technological Change
Current cost accounting dikritik karena mengabaikan peningkatan teknologi yang dapat
terjadi dalam jangka panjang. Ketika mesin baru mengubah biaya produksi, maka harga
dari mesin lama harus disesuaikan.

C. More Specific Criticisms


1. Advocates of Historical Cost
Pendukung historical cost menolak current cost accounting pada dasarnya
dikarenakan melanggar prinsip realisasi tradisional. Masalah terkait yaitu subjektivitas
dari penentuan peningkatan biaya. Apabila tik ada second-hand market yang reliable,
maka dasar penentuan current cost dari aset tetap perusahaan adalah aset baru yang
diekspektasikan untuk mengganti yang lama.
2. Comparison on the Result with Historical Cost
Perbedaan profit dari historical cost dan current cost dari operasional perusahaan
dikarenakan perbedaan unrealised holding gains.
3. Advocates of Exit Price
Pada teori exit price, biaya diimplikasikan pada opportunity cost atau pengorbanan
atas alternative yang lebih baik. Pada sebagian besar kasus, pengorbanan perusahaan
adalah menjual aset disbanding menggunakannya, bukan membelinya karena
perusahaan sudah memilikinya, sehingga current cost yaitu harga pembelian barang
tersebut tidaklah relevan.
Pendukung exit price menyatakan bahwa current cost accounting memiliki problem
matematis dikarenakan pada prakteknya melibatkan metode pengukuran yang
bervariasi. Chambers menentang penggunaan specific price indexes yang merupakan
harga rata-rata. Pendukung exit price accounting juga berpendapat bahwa informasi
current cost umumnya tidak relevan pada keputusan investasi.
Sterling mempertimbangkan penggunaan physical capital concept yang yang hanya
berlaku jika kondisi perusahaan mengganti unitnya secara terus menerus, mengalami
kenaikan harga secara terus menerus, membeli dan menjual pada pasar yang berbeda,
menginvestasikan secara penuh pada unit fisik.

5. EXIT PRICE ACCOUNTING

PENDAPATAN DAN MODAL

Exit price accounting adalah sistem akuntansi dimana menggunakan harga jual pasar untuk
mengukur posisi finansial beserta performa perusahaan. Terdapat dua perbedaan yang
mendasar dengan perhitungan historical cost pada akuntansi:

 Nilai dari aset non moneter yang disesuaikan berdasarkan harga pasar berfungsi
untuk mengukur aset tersebut dan jika terdapat income dianggap sebagai unrealized
gains.
 Perubahan dalam kekuatan daya beli uang secara umum yang dipertimbangkan ketika
mengukur modal keuangan dan hasil dari operasi
Jadi aset yang tercatat pada neraca disajikan kembali pada exit values (harga jual), sehingga
laporan yang ada menggambarkan nilai wajar pasar pada perusahaan, bukan saat situasi fire-
sale (ambigu). Laporan laba rugi menggambarkan profit atau losses dari hasil operasi yang
disesuaikan dengan keuntungan dalam memegang aset. Bagaimanapun, profit diukur dalam
konsep comprehensive dimana dalam konsep ini mengukur secara total perubahan riil dalam
nilai daripada elemen ekuitas yang telah di akui
TUJUAN AKUNTANSI (PENGAMBILAN KEPUTUSAN ADAPTIF)

Ketika perusahaan membeli aset tidak lancar, maka akan merubah kemampuannya
dalam beradaptasi. Misal, jika aset tersebut dibeli secara cash maka saldo kas perusahaan
akan turun dan membatasi perusahaan untuk mengeluarkan kas untuk investasi lain.
Sebaliknya, jika perusahaan membelinya secara kredit, maka akan mengurangi kemampuan
pengambilan kredit perusahaan di masa datang. Konsep perilaku adatif melihat perusahaan
untuk siap dalam tindakan untuk membuang aset, jika tindakan ini memberikan keuntungan
terbaik bagi perusahaan. Perusahaan akan menjaga aset tidak lancarnya hanya jika nilai
sekarang dari arus kas masa depan dari penggunaan aset lebih besar dari nilai sekarang dari
arus kas masa depan jika ada alternatif investasi lain. Chamber mengakui bahwa setiap aset
yang dimiliki pada prinsipnya adalah nilai dari pertukaran (exit value) dan nilai pakai (value
in use). Nilai pakai (Nilai saat ini) pada dasarnya adalah sejumlah nilai yang dihitung dari
harapan saaat ini, dan hal itu merupakan keyakinan atas masa depan, bukan fakta pada saat
ini.

ARGUMEN YANG MENDUKUNG EXIT PRICE

1. Menyediakan informasi yang berguna

Prinsip-prinsip Akuntansi yang Konvensional yang didasari Historical Cost berpotensi


menghasilkan laporan keuangan yang salah dan menyesatkan serta tidak berorientasi pada
keputusan pemilik saham. Solusi ideal untuk akuntan adalah melaporkan semua keuntungan
dan kerugian seperti nilai seperti yang ditentukan dalam pasar yang kompetitif. Namun, tidak
semua aset memiliki nilai pasar. Oleh karena itu MacNeal mengusulkan penerapan penilaian:

 Aset yang dapat dipasarkan pada harga pasar (exit price)


 Aset tidak tidak dapat dipasarkan yang dapat direproduksi pada biaya pengganti.
 Aset tidak dapat dipasarkan yang tidak dapat direproduksi pada biaya historis.

2. Informasi yang relevan dan dapat dipercaya

Exit price dianggap lebih relevan bagi pemegang saham karena menunjukkan nilai
investasinya sesuai dengan harga yang ada di pasar.
3. Additivity
Additif ini karena seluruh elemen laporan keuangan dinilai secara setara pada exit price, tidak
berbeda-beda sehingga secara logis dapat ditambahkan bersama-sama.
4. Alokasi

Thomas mengeluhkan fakta bahwa dalam sistem akuntansi biaya (historical dan current)
sangat bergantung pada alokasi untuk valuasi aset dan menentukan profit. Positifnyadari exit
price accounting bahwa laporan keuangan dialokasikan secara bebas. Profit menggambarkan
jumlah dari perubahan dari daya beli yang rill dari aset bersih, terkecuali tambahan investasi
dari atau didistribusikan oleh owner.

5. Kenyaataan (Reality)
Exit price berdasar pada harga pasar yang nyata ada.

6. Obyektivitas
Banyak yang mengatakan bahwa harga pasar tidak objektif, namun pada kenyataannya nilai
pasar adalah nilai yang mencerminkan kenyataan pada saat ini. Parker melakukan penelitian
relative dan objektivitas untuk exit price dengan historical cost. Parket menunjukkan bahwa
exit price mengungkapkan dispersi dari jumlah tercatat. Penyebab utamanya adalah
perbedaan estimasi masa manfaat dan nilai sisa.

7. Ukuran Risiko
Untuk memungkinkan para pengguna laporan keuangan dalam mengevaluasi berbagai risiko
dan kinerja dalam risiko finansial yang signifikan akan membutuhkan:
 deskripsi dari setiap risiko keuangan yang signifikan dan tujuan perusahaan serta
kebijakan untuk mengelola risiko tersebut.
 Informasi mengenai dampak risiko terhadap neraca dan laporan kinerja keuangan
 Informasi mengenai metode dan asumsi utama yang digunakan dalam mengestimasi nilai
wajar instrument keuangan

KRITIK EXIT PRICE


1. Profit Concept
Seperti yang diketahui, bahwa keuntungan adalah ukuran aktivitas kinerja dari perusahaan
dalam menjalankan kegiatan operasional mereka dalam menggunakan sumber daya yang
telah ada. Ketika evaluasi telah dibuat, maka perusahaan dapat memutuskan apakah
melanjutkan dalam pemakaian aset atau menjual asset dan menggunakan hasil yang ada pada
alternative yang lain.
2. Additivity
Pendukung exit price mengklaim bahwa pengukuran akuntansi, jika berpikir objektif, harus
didasarkan hanya pada nilai masa lalu dan masa kini. Perhitungan antisipasi tidak dapat
ditambahkan bersama-sama dengan angka saat ini. Pengkritik berpikir bahwa arus kas yang
setara aset ditentukan berdasarkan asumsi likuidasi bertahap dan teratur. Jika itu terjadi maka
peristiwa masa depan harus diasumsikan dengan menggunakan dan tercatat sesuai tanggal
neraca.
3. The Valuation of Liabilities
Chambers berpendapat bahwa hutang obligasi secara efektif berbentuk modal dan harus
dinyatakan sebesar nilai nominal bukan, nilai pasar. Oleh karena itu terdapat inkosistensi
karena obligasi sebagai aktiva harus dinyatakan dengan harga pasar.
4. Current Cost vs Exit Price
Ada satu pertanyaan yang krusial dalam memutuskan apakah menggunakan current cost atau
exit price: pada saat apa siklus operasi harus menggunakan exit price atas penilaian sebuah
aset? Current cost berpendapat bahwa metode penilaian normal lebih baik, diantaranya
karena:
 Exit Price mengarah pada revaluasi anomali, dimana setelah pembelian harga akan
jatuh dan kurang dari harga perolehan
 Exit Price menyiratkan pada pendekatan jangka pendek, karena fokus terhadap
likuidasi dan disposal
 Exit price pada persediaan barang jadi merupakan bentuk antisipasi terhadap laba
operasi karena persediaan dinilai lebih dari biaya saat ini

6. VALUE IN USE VERSUS VALUE IN EXCHANGE

Pendekatan Value in use menggunakan investor external atau entitas yang berorientasi
pada produksi sebagai benchmark yang relevan. Investor lebih tertarik pada future cash flow
perusahaan dibandingkan nilai likuidasinya yang dapat diprediksi secara akurat dengan laba
operasional dibandingkan dengan current cash flow. Sehingga yang dibutuhkan adalah
pengukuran income yang sesuai dengan current cos dari input aset terhadap output.
Pendekatan ini lebih terkonsentrasi pada perolehan hasil yang paling efisien dari
penggunaan aset dengan tidak mempertimbangkan adaptasinya.
Pada pendekatan value in exchange, sudut pandang lebih kepada manajer internal atau
kreditur yang akan membuat keputusan yang berkaitan dengan likuiditas dari perusahaan
dan current spending power yang merupakan performa jangka pendek perusahaan.
Pendekatan ini penting bagi perusahaan dengan masalah likuiditas atau perusahaan yang
berhubungan dengan tradeable goods yang operasinya dengan cepat beradaptasi pada
kondisi pasar.

7. PERSPEKTIF GLOBAL DAN STANDAR PELAPORAN KEUANGAN


INTERNASIONAL

Akuntansi biaya saat ini telah digunakan, atau direkrut untuk digunakan, pada tahap
tertentu selama tahun 1970-an dan 1980-an di Amerika Serikat, Inggris dan Australia dan
kemudian secara efektif ditinggalkan. Sebagian besar sistem didasarkan pada modal fisik
dan tidak mengakui memegang keuntungan sebagai pendapatan. Saat ini, tidak ada sistem
biaya lengkap saat ini yang mendominasi tetapi ada sistem pengukuran campuran yang
digunakan. Pemeriksaan IFRS menunjukkan bahwa sementara akuntansi biaya historis
umumnya masih berlaku ada beberapa standar akuntansi tipe nilai saat ini. Namun, metode
pengukuran tidak secara fundamental didorong oleh prinsip-prinsip yang berbeda dan
standar akuntansi IASB baru-baru ini telah mengambil pendekatan sedikit demi sedikit
untuk penilaian. Pengukuran yang berbeda telah digunakan untuk menilai aset dan liabilitas
sesuai dengan spesifikasi situasi yang umumnya diperdebatkan. Para pembuat standar telah
mengkompromikan masalah ini dengan mendukung definisi 'nilai wajar' yang tidak jelas
daripada merekomendasikan satu metode pengukuran akuntansi yang mencakup semuanya.
Ini tercermin dalam konsep pengukuran yang berbeda yang digunakan dalam standar dan
beberapa mungkin berpendapat bahwa itu mencerminkan kompromi daripada pengukuran
dari konsep teoritis pemeliharaan modal. Menurut Horton dan Macve, IASB bergerak
menuju pendekatan nilai keluar dan, pada tahun 2004, mengusulkan sistem yang
didasarkan pada akuntansi nilai wajar di mana semua kenaikan atau penurunan nilai wajar
akan dianggap sebagai bagian dari laporan laba rugi. Namun, pada tahap saat ini,
pendekatan IASB dapat digambarkan sebagai pendekatan valuasi campuran dengan
akuntansi nilai wajar kadang-kadang didefinisikan sebagai harga biaya masuk pasar saat ini
tetapi juga sebagai biaya historis, harga jual dan diskon arus kas masa depan.

8. MASALAH BAGI AUDITOR

Para Auditor membutuhkan bukti yang relevan untuk mendukung opini mereka ketika
melakukan audit atas laporan keuangan secara adil dengan dasar relevansi. Adapun beberapa
masalah yang sering didapatkan oleh Para Auditor dalam melakukan audit antara lain :

 Kebutuhan akan bukti yang memadai dan kualitas atas bukti tersebut mendukung
relevansi dan reliabilitas dalam penyajian data, mendeteksi adanya misstatements,
dalam jurnal, akun, dan pengungkapan entitas.
 Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman atas beberapa metode pengukuran
yang dikenal seta kombinasinya. Oleh karena itu, peran ahli sangat mungkin untuk
dibutuhkan dalam rangka pemeriksaan.
 Dalam hal Arm Length Transaction, dibutuhkan bukti-bukti spesifik transaksi dan
informasi pihak ketiga juga dibutuhkan untuk memastikan setiap transaksi telah
dicatat dan diungkapkan dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai