Anda di halaman 1dari 14

TEORI AKUNTANSI

CHAPTER 6
ACCOUNTING MEASUREMENT SYSTEMS
Dosen Pengampu : Ari Kuncara Widagdo, S.E, MBA., P.hD. Ak

Disusun Oleh :
Kelompok 4 / Kelas C
1. Claudia Frilianeta

(F1315025)

2. Goris Suhendra

(F1315045)

3.

Yuliana Aisiyah

(F1315097)

4.

Zulfa Nur Rohmah

(F1315099)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2016

I.

THREE MAIN INCOME AND CAPITAL MEASUREMENT SYSTEMS


System akuntansi untuk pertama kali diperkenalkan oleh Pacioli pada abad ke 15, yaitu

system akuntansi double-entry. Sejak saat itu teknik dasar akuntansi tidak berubah secara
signifikan. Bersamaan dengan revolusi industry, khususnya setelah jatuhnya wall street pada
tahun 1929, system akuntansi tradisional berdasarkan historical cost system muncul dan
memimpin sebagai fundamental accounting system. Kemudian pada tahun 1960-an beberapa
alternative dasar system akuntansi lainnya muncul dan mulai berkembang, yaitu current cost
accounting dan current selling prices (exit prices). Current cost accounting juga dianggap
sebagai metode pertama yang mempresentasikan fair value accounting system.
II.

HISTORICAL COST ACCOUNTING


A. Objective of Accounting
Berkembangnya perusahaan membuat akuntansi memiliki peran yang sangat
signifikan sebagai sumber informasi mengenai perusahaan, dimana pemilik dan
pengendali perusahaan merupakan dua pihak yang berbeda. Absentee owners yang tidak
berperan dalam operasional perusahaan tidak memiliki pengetahuan mengenai
operasional dan kondisi perusahaan. Mereka sangat bergantung kepada laporan akuntansi
untuk mendapatkan informasi. Perusahaan yang besar juga harus membuat sebuah
laporan mengenai kondisi perusahaan secara jelas kepada pemilik (investor), kreditor
dan stakeholder yang berkepentingan lainnya. Disinilah stewardship function dari
manager memfocuskan perhatian kepada pelaporan akuntansi untuk para stakeholder,
dan sebaliknya owner dan kreditor menaruh perhatian utama pada apa yang dilakukan
management dengan modal (dana) yang dipercayakan padanya. Akuntabilitas, kemudian
menjadi objek yang sangat kritis dari fungsi ini.
Historical cost accounting menekankan pada dua objek kritis tersebut, yaitu
stewardship dan accountability. Tujuan penggunaan historical cost menekankan
hubungan kontraktual yang konservatis antara perusahaan dan pihak yang
menyediakan sumber dana, dan membuat management bertanggungjawab atas
penggunaan asset dalam operasi perusahaan, hasil profit/output dari operasional
tersebut dan dampaknya terhadap nilai tambah ekuitas. Maka income statement adalah
kunci komunikasi yang tepat dari mekanisme ini.
Dalam pandangan historical cost accounting perubahan nilai asset dan kewajiban
pada dasarnya diabaikan, sampai asset tersebut dijual atau dilepaskan atau dihapuskan.
Dalam historical cost theory informasi mengenai nilai sisa bersih dari perusahaan tidak
begitu penting, namun yang terpenting adalah profit.

Berdasarkan akuntansi konvensional net worth adlaah pengukuran yang tidak tepat
relevan pemilik perusahaan hanya ingin mengetahui hasil investasi mereka pad
aperuahaan. Maka fungsi akuntansi yang paling pentng adalah bukanlah menunjukkan
net worth pemilik melainkan menunjukkan profit.
B. Capital and Profit
Dalam historical cost system, pencatatan akuntansi harus menjaga nilai capital
(assets dikurangi kewajiban) memiliki nilai yang sama dengan nilai pada periode awal,
dimana semua asset dan kewajiban dinilai sesuai dengan nilai saat pembelian. Income
menunjukkan hasil dari perusahaan selama periode tertentu, expenses merupakan sumber
daya yang dibelanjakan dan profit menunjukkan keefektifan sebuah perusahaan dalam
beroperasi.
Income statement adalah bagian yang paling penting dalam laporan keuangan,
dimana menunjukkan hasil dari kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan balance
sheet dianggap bukan merupakan bagian yang signifikan. FASB menggunakan istilah
revenue-expense view dan asset-liability view. Terdapat dua konsep dasar dalam
historical cost revenue-expense viewpoint yaitu matching of cost dan conservatism.
C. Matching of Costs Theory
Akuntan harus melacak aliran biaya yang keluar, terutama karena biaya yang
melekat pada pendapatan cost attach. Akuntan mencatat setiap transaksi biaya dan
men-trasir-nya kepada pendapatan yang diterima dari biaya tersebut. Akuntan
memutuskan biaya yang bisa diakui expired untuk kemudian dilekatkan (matching)
pada pendapatan di income statement, dan biaya yang belum dapat diakui unexpired
akan dilaporkan di balance sheet (unmatched assets). Hal

ini merupakan konsep

matching cost against revenue yang merupakan konsep penting dalam historical cost
accounting.
D. Conservatism
Biaya harus segera diakui sesegera mungkin, sedangkan pendapatan hanya dapat
diakui jika terdapat keyakinan yang tinggi (high probability) bahwa pendapatan
tersebut akan diterima. Konsep konservatis ini menyebabkan perlakuan yang bias antara
pengakuan biaya dibandingkan dengan pengakuan pendapatan. Konsep konservatis
lainnya mengatakan peningkatan nilai asset tidak boleh diakui, tapi penurunan nilai harus
diakui the lower of cost or market rule.

Konsep konversative menggunakan system akuntansi dengan pendekatan transaksi


(transaksi dibuktikan adanya kredit atau cash) dan tidak mengakui sebuah kejadian yang
tidak dihasilkan dari adanya transaksi (misalnya peningkatan harga).
E. Arguments of Historical Cost Accounting
Historical cost accounting banyak diserang, terutama banyak dikritik karena tidak
mampu melaporkan kondisi sebenarnya atau tidak dapat menyediakan nilai up-to-date
dari net-worth. Atas hal tersebut defender memiliki argumen-argumen berikut ini :
1. Relevant in making economic decisions
Managers membuat keputusan mengenai komitmen masa depan membutuhkan
data transaksi masa lalu. Mereka harus dapat mereview upaya masa lalu dan
ukuran dari upaya ini adalah biaya historis.
2. Historical cost didasarkan pada transaksi yang actual bukan hanya transaksi
yang mungkin atau belum terjadi.
3. Financial

statement

berdasarkan biaya

histori,

sehingga memudahkan

menemukan data dan lebih bermanfaat.


4. Konsep yang terbaik dalam memahami konsep profit, dimana kelebihan nilai
harga jual dibadingkan dengan harga perolehan.
5. Akuntan dapat menjaga integritasnya dengan menjaga data berdasarkan nilai
historis dibandingkan dengan modifikasi internal. Banyak yang berpendapat
bahw historical cost system mengurangi praktik manipulasi dibandingkan
current cost system ataupun selling price system.
6. Informasi mengenai profit yang disajik an oleh system alternative yang lain
(current cos dan selling price) tidak bermanfaat.
7. Perubahan dalam harga pasar dapat disajkan dan diungkapkan oleh data
pendukung atau tambahan.
8. Tidak ada bukti yang cukup untuk menolak terhadap historical cost accounting.
F. Criticisms of Historical Cost Accounting
1. Objective of Accounting
Menyediakan informasi dalam rangka melaksanakan stewardship function
dari management merupakan interprestasi yang terllau sempit atas tujuan
akuntansi
Pelaporan sebagai fungsi stewardship walaupun penting namun hanya
merupakan tujuan kedua dari akuntansi. Pada sejarahnya tujuan utama akuntansi

adalah untuk memenuhi kebutuhan pengambilan keputusan para pengguna


informasi (users). Pendekatan decision-usefullness membutuhkan posisi
forward-looking yang dapat memberikan informasi yang relevan dibandingkan
hanya menyajikan informasi masa lalu. Investor juga tertarik mengetahui
kenaikan dan penurunan nilai dari investasi mereka yang dipresentasikan oleh
net assets perusahaan. Dan historical cost system gagal memenuhi tujuan ini.
Kritik terhadap historical cost system berulang-ulang berargumen bahwa
system gagal menjamin terpenuhinya tujuan penyediaan informasi yang
objektif. Sangat banyak keputusan yang berhubungan dengan pencatatan,
pengukuran dan pelaporan informasi, namun historical cost system sangat jauh
dari objektif dan justru membuka terjadinya manipulasi.
2. Information of Decision Making
Akuntansi biaya historis meskupin bermanfaat namun tidak cukup untuk
mnegevaluasi keputusan-keputusan bisnis. Pernyataan biaya historis yang
mnegaitkan pada assets (cost attach theory) hanyalah fiksi
Biaya historis memang mempunyai manfaat tetapi tidak cukup untuk
mengevaluasi keputusan bisnis. Ketika asset diperoleh biaya historis adalah
tepat karena nilainya mengacu pada kejadian saat ini (saat itu up to date). Akan
tetapi segera setelah periode akuisi lewat, nilai ini tidak lagi up to date dan oleh
karena nya tidak lagi logis untuk dijadikan dasar untuk mengevaluasi keputusan
bisnis.
Modal (capital) sangat beguna dalam pengambilan keputusan, capital
dapat didefinisikan sebagai kemampuan beroperasinya perusahaan (kemampuan
perusahaan untuk tetap berproduksi), atau menunjukkan purchasing power
perusahaan (kemampuan perusahaan untuk bertransaksi di pasar).
Jika modal adalah kemampuan operating perusahaan, maka laba merupakan
perubahan dalam kemampuan tersebut dalam suatu periode tertentu yang
diperoleh setelah memelihara modal fisik perusahaan. Informasi ini sangat
berguna dalam keputusan yang focus pad akemampuan perusahaan untuk
menjaga produksi dan untuk bersaing dengan yang lain dalam industry di masa
depan.
Jika laba adalah perubahan dalam kemampuan membeli (purchasing
power), konsep modal yang sedang dipertahankan merupakan modal financial
yang diukur pad aharga saat ini (current prices). Lagi, informasi ini berguna

dalam menghasilkan informasi yang memperhatikan perubahan dalam kapasitas


perusahaan di masa depan utntuk bertransaksi di masa depan.
Kritikus berargumen bahwa profit yang dilaporkan historical cost system
tidak memiliki interprestasi prospective melainkan retrospective. Capital
hanya dianggap sebagai nominal dollar yang diinvestasikan pada perusahaan
bukan sebagai daya beli (purchasing power). Setelah tahun akusisi, biaya
historis tidak menghubungkan kejadian pada tahun tersebut dan setelahnya.
Akuntansi menciptakan sebuah kenyataan yg fiksi yang harus dipercayai bahwa
biaya historis berhubungan dengan operasi saat ini.
Historical cost system akan menyajikan laba terlalu tinggi saat harga-harga
naik karena meng-offset biaya perolehan historis (yang rendah) dengan
pendapatan sekarang yang tinggi (inflasi). Hal tersebut tanpa disadari dapat
mengarah pada pengurangan capital dimana capital didefinisikan sebagai
kemampuan perusahaan untuk berproduksi, bertransaksi, atau sebaliknya untuk
beroperasi dimasa depan. Profit berdasaran historical cost juga dapat
memperdaya management lebih dalam lagi bahwa laba yang dibayarkan dapat
melebihi laba tahunan yang sesungguhnya menghilangkan basis modal.
3. Basis of Historical Cost
Basis biaya historis yaitu going concern tidaklah realistis
Salah satu pembelaan dari penggunaan biaya historis adalah adanya prinsip
going concern assumption. Dimana menggang bahwa uum perusahaan adalah
tidak dapat ditentukan jadi ekspektasi normal mengenai item non-monetary
akan terpenuhi. Inventori sepenuhnya akan terjual, dan non-current asset akan
speenuhnya digunakan dalam bisnis. Oleh karena itu nilai histori asset , atau
bagian yang dialokasikan merupakan jumlah yang tepat untuk disandingkan
dnegan pendapatan. Namun pada kenyataannya tidak ada bisnis yang
berlangsung tidak pasti ke masa depan. Semua bisnis sangat dimungkinkan
akan berhenti beroperasi. Dan akan lebih beralasan untuk mengasumsikan
penghentian daripada keberlangsungan.
4. Matching
Penggunaan konsep penandingan tidak menghasilkan informasi yang relevan
dan terpercaya
Pada faktanya dalam banyak kasus penandingan biaya dan pendapatan tidak
mungkin dipraktikkan.pepandingan adalah sebuah proses untuk keputusan acak

yang harus dibuat daripada sebuah analisis yang konsisten. Dalam matching
konsep tidak ada konsep penandingan yang pasti, tidak ada cara untuk metode
lain dalam penyandingan kecuali secara arbitrary.
Salah satu konsekuensi dari matching concept adalah meletakkan neraca
sebagai posisi kedua setelah laporan laba rugi, karena lebih memfokuskan pada
net profit. Kritikus berargumen bahwa ini bias terhadap neraca dimana laba rugi
meletakkan neraca pada posisi yang kedua.Padahal neraca memiliki
kepentingannya sendiri, neraca adalah sumber utama informasi dari posisi
keuangan perusahaan.
The Australian Accounting Standards Boards (AASB) meyatakan bahwa
penggunaan konsep matching dapat mengarah pada volatilitas dalam
menghasilkan laporan dna profit smoothing selama periode pelaporan yang
berbeda. Penggunaan konsep matching tidak menghasilkan informasi yang
relevan dan terpercaya
5. Notion of Investor Needs
Historical cost accounting system hanya memberikan ide untuk kebutuhan
investor yang tertarik pada analisa pasar bukan intelegent investor yang
tertarik pada apa yang terjadi pada perusahaan.
Historical cost accounting yang hanya memfokuskan hanya pada penentuan
net-profit

menyebabkan

penyimpangan

dan

penyembunyian

atas

pengungkapkan penting informasi perusahaan. Hal ini karena tujuan kauntansi


konvensional telah disalahartikan, dimana akuntan berpandangan sempit akan
kebutuhan investor dan menerima cara lama dalam menganalisis perusahaan dan
sahamnya. Akuntansi konvensional memandang bahwa prosedur mendasar
dalam analisis perusahaan menekankan pada profit dan dividend, dan
pendekatan tersebut adalah pendekatan yang tepat untuk semua perusahaan.
Akuntan seharusnya menyediakan informasi untuk investor yang canggih
dan pintar, yang tertarik pada apa yang sebenarnya terjadi dalam bisnis
perusahaan. Investor ini lebih tertarik pada nilai pengembalian jangka panjang.
III.

CURRENT COST ACCOUNTING


A. Objective of Accounting
Current Cost Accounting (CCA) adalah sistem akuntansi dimana Asset dinilai
berdasarkan harga beli saat ini (current market buying price), dan profit ditentukan oleh

alokasi berdasarkan biaya saat itu. Untuk memahami tujuan dari penggunaan Current
Cost Accounting terlebih dahulu kita harus memahami macam-macam keputusan yang
dihadapi oleh manajer dalam menjalankan perusahaan. Dalam hal ini kita asumsikan
terlebih dahulu bahwa tujuana dari manajer adalah mengalokasikan sumber daya
perusahaan yang tersedia dengan tujuan untuk memaksimalkan laba. Edwards dan Bell
merumuskan permasalahan ini menjadi tiga buah pertanyaan, yaitu:

Berapa jumlah aset yang harus disimpan dalam waktu tertentu

Bentuk dari aset seharusnya bagaimana

Bagaimana seharusnya aset dibiayai


Manajer membuat keputusan terhadap tiga permasalahan tersebut berdasarkan

ekspektasi tentang kejadian di masa depan. Untuk menghasilkan ekspektasi yang relatif
akurat, manajer harus mengevaluasi aktivitas masa lalu. Salah satu caranya adalah
dengan membandingkan data akuntansi antara periode tersebut dengan data ekspektasi
awal yang telah direncanakan sebelumnya. Bila perbandingan ini menunjukkan bahwa
ekspektasi itu tidak lagi akurat, maka current events atau ekspektasi harus diubah.
Contohnya apabila data akuntansi menunjukkan bahwa total biaya dari bahan baku lebih
tinggi dari yang dianggarkan karena harga bahan baku lebih tinggi dari yang sudah
direncanakan, maka perusahaan harus mengubah ekspektasinya tentang harga bahan
baku di masa depan dan berapa anggaran bahan baku yang dibutuhkan di masa depan.
Informasi akuntansi sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan sehingga peristiwa
aktual harus diukur seakurat mungkin. Menurut Edwards dan Bell perubahan harga
dalam suatu periode merupakan sesuatu yang penting untuk disadari oleh manajemen
dalam mengambil keputusan terbaik di masa depan.
Walaupun Edward dan Bell menyadari benar pentingnya informasi bagi
manajemen, mereka juga menjelaskan bahwa data tersebut juga berguna bagi pihak luar,
seperti pemegang saham dan kreditur karena mereka ingin menilai performance
perusahaan. Dari tero tersebut, informasi akuntansi memiliki dua tujuan, yaitu:

Evaluasi keputusan manajer di masa lalu untuk membuat keputusan yang terbaik

Evaluasi manajer oleh pemegang saham, kreditur, dan yang lainnya.

B. Concept of Bussiness Profit and Financial Capital

Atas nama profit manajemen sering menghadapi dua keputusan yaitu apakah akan
menahan atau membuang suatu aset atau kewajiban (1) dan bagaimana mendanai dan
menggunakan aktivitas operasi perusahaan (2).
Untuk menilai dua keputusan tersebut, Edwards dan Bell menawarkan sebuah
konsep profit yang dinamakan Bussiness Profit yang terdiri dari (1) current operating
profit dan (2) realisable cost savings. Current Operating Profit adalah selisih dari
current value dari output yang terjual dengan current cost dari aset yang dicimpan dalam
waktu tertentu. Keduanya mencakup perubahan biaya yang direalisasi dan yang belum
direalisasi. Busines profit dihitung secara real basis yaitu, elemen fiksi akibat
perubahan tingkat harga umum dihilangkan. Istilah yang kita gunakan untuk realisable
cost savings adalah holding gains / losses, yang dapat direalisasikan atau belum
direalisasi.
C. Holding Gains and Loses
Sebuah asumsi yang membawahi Business Profit adalah menggabungan antara
holding gains/loses dan operating holding/loses memmbingungkan pengambilan
keputusan manajemen dan menghalangi alokasi sumber daya dalam ekonomi. Konsep
Business Profit membolehkan pemisahan dari dua komponen tersebut. Mempertahankan
(Hold) aset dan kewajiban adalah salah satu cara manajemen untuk meningkatkan posisi
pasar perusahaan.
Apa manfaat dari pemisahan pengukuran antara holding gain and loss? Memegang
komposisi tertentu dari aset dan kewajiban adalah salah satu cara manajemen untuk
meningkatkan posisi pasar perusahaan. Manajer dan lain-lain ingin tahu apakah harapan
ini sukses. Dalam akuntansi konvensional, keuntungan dicatat hanya ketika aset tersebut
dilepaskan. Oleh karena itu, menentukan apakah harapan manajemen berhasil atau tidak
adalah hampir mustahil kecuali aset yang dibeli dan dijual dalam periode yang sama.
Juga, dalam akuntansi konvensional, ketika membandingkan perusahaan, kita dapat
disesatkan perusahaan mana yang lebih efisien. Misalkan semua perusahaan dalam suatu
industri tertentu sama-sama efisien, tetapi Perusahaan A dimulai 10 tahun lebih awal dari
yang lain. Keuntungan operasional A akan lebih besar karena beban penyusutan rendah,
sehingga memberikan kesan bahwa A lebih efisien daripada yang lain. Tapi keuntungan
yang lebih besar bukan karena efisiensi dari manajer dalam operasi perusahaan pada
tahun berjalan. Sebaliknya, itu mencerminkan efisiensi para manajer dari 10 tahun yang
lalu dalam memulai bisnis dan pembelian suatu aset pada saat itu. Oleh karena itu,

pemisahan holding gain dan operating profit memberikan kredit untuk manajer yang
tepat.
Misalkan bahwa A Perusahaan menjadi kurang efisien dan sejarah saat ini biaya
laba operasi adalah sama dengan perusahaan lain. Inefisiensi akan tersembunyi juka
memakai akuntansi konvensional karena holding gain akan dicampur dengan laba
operasional. Sebuah asumsi yang mendasari Current Cost Accounting adalah bahwa
percampuran holding gains dan operating gains membingungkan evaluasi kebijakan
manajemen dan menghalangi alokasi sumber daya dalam perekonomian. Namun,
pemisahan current operating profits dan holding gain (or losses) tidak selalu diterima
bermanfaat. Drake dan Dopuch, serta Prakash dan Sunder, menegaskan bahwa beberapa
kebijakan manajer mempengaruhi kedua komponen, sehingga dalam beberapa kasus
holding gain dan current operating profit tidak independen satu sama lain. Misalnya, aset
yang diperoleh untuk menurunkan future operating expenses (misalnya mesin baru yang
dibeli untuk menghasilkan persediaan dengan biaya yang lebih rendah). Manfaat yang
berhubungan langsung dengan aset akan tercermin dalam future operating profits
daripada perubahan dalam current cost aset saat diperoleh. Jika current cost aset
mengalami penurunan, hal itu tidak akan masuk akal untuk menyalahkan manajemen
dalam menimbulkan kerugian jika peningkatan laba usaha karena penurunan beban usaha
(HPP di contoh kita) lebih dari offset kerugian.
IV.

FINANCIAL CAPITAL VERSUS PHYSICAL CAPITAL


Pada system akuntansi dengan menggunakan penilaian pasar, perhitungan profit

didasarkan pada pengukuran modal (capital). Profit lebih didefinisakn pada perubahan modal
selama periode pelaporan dan bukan sebagai alokasi dari biaya historis yang ditentukan
dengan berbagai ketentuan akuntansi. Pada current cost accounting, terdapat dua pandangan
pokok terhadap menentukan modal awal dan modal akhir serta bagaimana profit diukur, yaitu
secara konsep financial (financial capital concept) dan konsep fisik (physical capital
concept).
Dari sudut pandang praktis, perbedaan utama diantara kedua konsep tersebut adalah ada
atau tidaknya holding gains (or lossess) dalam komponen profit. Secara kuantitaif, holding
gains (lossess) termasuk di dalam profit pada konsep financial capital dan tidak termasuk
dalam profit pada physical capital. Sebagai ilustrasi, terdapat perusahaan yang memulai
operasinya dengan kas sebesar $1000 pada tanggal 1 januari, kemudian menggunakannya
untuk membeli 100 unit dengan harga $10 per unit. Pada tanggal 31 januari, unit tersebut

dijual dengan harga $18 per unit. Harga perolehan unit tersebut pada tanggal 31 januari
meningkat menjadi $12 per unit. Jika diasumsikan profit akan digunakan untuk membayar
dividen pada akhir bulan, maka kalkulasi perhitungan profit adalah sebagai berikut:

A. In Support of Physical Capital


Pendukung physical capital concept berpendapat bahwa capital adalah unit fisik
yang menunjukkan kemampuan operasi perusahaan. Pada kasus sebelumnya, awalnya
perusahaan memiliki 100 unit maka seharusnya harus mampu membeli 100 unit pada
akhir periode. Ketika harga unit naik sebesar $2 per unit, perusahaan membutuhkan
tambahan sebesar $200 pada akhir periode untuk mempertahankan kemampuan
operasionalnya. Sehingga, $200 bukanlah merupakan holding gain, tetapi penyesuaian
terhadap pemeliharaan modal (capital maintenance adjustment).
Jika dividen membayar sebesar $800, perusahaan akan memiliki modal sebesar
$1000 pada akhir periode yang dapat digunakan untuk membeli sebanyak 83 unit pada
awal februari, sehingga tidak dapat mempertahankan kemampuan operasional pada level
yang sama seperti periode sebelumnya, yaitu 100 unit.
1. Major Features of The Physical Capacity System Capital Maintenance
Current cost system didasarkan pada konsep entitas dalam mempertahankan
kemampuan perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa dalam jumlah yang sama
secara berkelanjutan, yaitu mempertahankan kemampuan operasionalnya.
Jika tidak ada perubahan teknologi, pemeliharaan modal menunjukkan bahwa stok
fisik dari net aset dapat dipertahankan (tetap). Hal tersebut diperoleh dengan

menyamakan pemakaian sumber daya yang diukur dengan harga perolehan saat ini dan
memastikan nilai pembelian item moneter dipertahankan. Hal tersebut juga dapat
digunakan untuk mengkalkulasi harga yang harus dibayar untuk mendapatkan input serta
harga minimal penjualan output dengan asumsi continuity dan non-liquidation.
Menurut logika ekonomi, efisiensi operasi yang optimal terjadi saat jumlah output
yang diproduksi berasal dari input dengan total opportunity cost yang minimum.
Contohnya, jika upah mengalami peningkatan maka dibutuhkan metode capital-intensive
pada kegiatan produksi untuk mengurangi input labour sehingga biaya menjadi minimal.
2. Valuation Principles
a. Non-monetary Items
Item moneter dan non moneter memiliki efek dan risiko yang berbeda terhadap
inflasi. Item moneter adalah elemen yang mempunyai klaim moneter dalam jumlah yang
tetap dan tidak berubah saat inflasi harga. Sedangkan item non moneter seperti tanah dan
bangunan, akan disesuaikan harganya sesuai dengan kondisi pasar. Untuk tujuan
pelaporan, aset non moneter harus dinilai dan ditampilkan pada current cost. Penilaian
diperoleh dengan cara:

Harga pembelian saat ini di pasar, atau

Index spesifik saat harga pasar tidak tersedia, atau

Potensi servis dari barang identik atau sejenis dari aset terspesialisasi.
Pendepresiasian aset diperoleh dengan mengurangkan nilai baru aset dengan
akumulasi depresiasi. Saat aset non moneter ditentukan, dilakukan penyesuaian
pada akun current cost reserve di bagian ekuitas. Saat penurunan nilai secara
permanen menurunkan kemampuan operasional entitas, maka penyesuaian
dilakukan langsung pada laba rugi.

b. Monetary Items and Loan Capital


Kewajiban moneter dinilai sesuai jumlah yang diekspektasikan akan dibayar dan
memberikan keuntungan jika ditahan saat nilai uang kehilangan kemampuan membeli.
Keuntungan atau kerugian item moneter dikalkulasikan sesuai dengan perubahan pada
current cost dari barang atau jasa.
c. Non-Monetary Assets Bought and Sold on The Same Market
Saham dan komoditas tertentu seperti emas, perak dan aset lain yang ditahan untuk
tujuan spekulasi, dibeli dan dijual pada pasar yang sama. Aset tersebut tidak secara
langsung menambah kemampuan operasional perusahaan. Aset tersebut umumnya

digunakan sebagai profit-generating purpose atau untuk dijual kembali saat ada capital
gain.

B. Arguments for and Against Current Cost


1. Recognition Principle
Pendukung historical cost accounting berpendapat bahwa current cost accounting
melanggar prinsip konservatif bahwa keuntungan diakui pada saat non-monetary asset
dihapus. Pendukung physical capital juga berpendapat bahwa jika perusahaan berencana
menggunakan non-curent aset dibandingkan menjualnya, perubahan pada harga pasar
dari aset tersebut tidak relevan untuk dijadikan profit.
2. Objectivity of Current Cost
Pendukung

historical

cost

berpendapat

bahwa

current

cost

accounting

mencerminkan objektivitas yang rendah karena penggunaan current cost tidak didasarkan
pada transaksi perusahaan yang sebenarnya.
3. Technological Change
Current cost accounting dikritik karena mengabaikan peningkatan teknologi yang
dapat terjadi dalam jangka panjang. Ketika mesin baru mengubah biaya produksi, maka
harga dari mesin lama harus disesuaikan.
C. More Specific Criticisms
1. Advocates of Historical Cost
Pendukung historical cost menolak current cost accounting pada dasarnya
dikarenakan melanggar prinsip realisasi tradisional. Masalah terkait yaitu subjektivitas
dari penentuan peningkatan biaya. Apabila tik ada second-hand market yang reliable,
maka dasar penentuan current cost dari aset tetap perusahaan adalah aset baru yang
diekspektasikan untuk mengganti yang lama.
2. Comparison on the Result with Historical Cost
Perbedaan profit dari historical cost dan current cost dari operasional perusahaan
dikarenakan perbedaan unrealised holding gains.
3. Advocates of Exit Price

Pada teori exit price, biaya diimplikasikan pada opportunity cost atau pengorbanan
atas alternative yang lebih baik. Pada sebagian besar kasus, pengorbanan perusahaan
adalah menjual aset disbanding menggunakannya, bukan membelinya karena perusahaan
sudah memilikinya, sehingga current cost yaitu harga pembelian barang tersebut tidaklah
relevan.
Pendukung exit price menyatakan bahwa current cost accounting memiliki problem
matematis dikarenakan pada prakteknya melibatkan metode pengukuran yang bervariasi.
Chambers menentang penggunaan specific price indexes yang merupakan harga ratarata. Pendukung exit price accounting juga berpendapat bahwa informasi current cost
umumnya tidak relevan pada keputusan investasi.
Sterling mempertimbangkan penggunaan physical capital concept yang yang hanya
berlaku jika kondisi perusahaan mengganti unitnya secara terus menerus, mengalami
kenaikan harga secara terus menerus, membeli dan menjual pada pasar yang berbeda,
menginvestasikan secara penuh pada unit fisik.

Anda mungkin juga menyukai