ASSETS
ASSETS DEFINED
IASB (AASB) Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (paragraf 49)
mendefinisikan aset sebagai berikut :
“An asset is a resource controlled by the entity as a result of past events and from which economic
benefits are expected to flow to the entity”
Aset merupakan sumberdaya yang dikendalikan oleh suatu badan sebagai hasil dari transaksi yang
lalu dan diharapkan memberikan manfaat ekonomis dimasa yang akan datang yang mengalir pada
badan.
Past Events
Pengendalian sebagai hasil kejadian masa lalu
Aset yang masih direncanakan tidak termasuk aset. Misalnya, mesin sudah diperoleh oleh
perusahaan adalah aset, tapi mesin yang akan diperoleh sesuai dengan anggaran bukanlah
aset sampai telah aset itu diperoleh, karena kejadian transaksi pembelian belum terjadi.
Kejadian dapat diinterpretasikan dengan cara yang berbeda-beda.
Exchangeability
Salah satu Kriteria Aset adalah dapat dipertukarkan.
Asset dapat dipisahkan dari entitas
Goodwill dikatakan sebagai asset tapi bukan merupakan upaya untuk menilai bisnis secara
keseluruhan, tetapi hanya sebuah upaya untuk mengidentifikasi dan menghargai sumber
tertentu yang memiliki manfaat masa depan untuk perusahaan.
ASSET RECOGNITION
Seberapa besar dan waktu pengakuan aset penting karena dapat menimbulkan
konsekuensi ekonomi bagi para penyusun dan pengguna laporan keuangan
Mengakui aset di neraca terikat dengan aturan pengakuan
Kriteria pengakuan ada dua, yaitu
Dimungkinkan adanya manfaat ekonomi masa depan harus
aset dapat diukur dengan andal
Contoh pedoman pengakuan asset yang resmi ditetapkan adalah pedoman yang digunakan
untuk pengakuan sewa pembiayaan sebagai aset.
Tidak semua kriteria pengakuan asset diformalkan dalam sebuah standar, misalnya:
Ketergantungan pada hokum
Pengandalian aset bukan kepemilikan hukum, yangdigunakan untuk menentukan
keberadaan asset, yang Meskipun demikian, lewat title hukum secara umum
menunjukkan adanya pengendalian dan dapat digunakan dalam menentukan kapan
mengakui keberadaan aset ini.
Substansi ekonomi
Meskipun hak hukum kepemilikan atau pengendalian dari manfaat dari penggunaan
properti yang sering digunakan sebagai kriteria pengakuan, kriteria pengakuan
utama adalah bahwa adanya substansi ekonomi daripada bentuk hukum menurut
Kerangka Konseptual. Adanya hak hukum merupakan indikator, tapi bukan kriteria
untuk pengakuan aset.
Konservatisme
Selain dalam pengakuan asset, Penggunaan konservatisme yang merupakan prinsip
kehati-hatian adalah upaya dalam mengantisipasi kerugian, tapi tidak keuntungan.
Ini digunakan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau pendapatan tidak
terlalu tinggi dan kewajiban atau beban tidak terlalu rendah. Contoh dari
konservatisme berkaitan dengan akuntansi untuk proyek-proyek konstruksi jangka
panjang.
ASSET MEASUREMENT
Ada beberapa pendekatan pengukuran yang dijadikan sebagai dasar pengukuran yang harus
diadopsi (biaya historis dan fair value)
Pengukuran pada biaya perolehan berpendapat untuk bersikap objektif dan untuk
memberikan informasi yang dapat dipercaya dan dapat diverifikasi. Di sisi lain, pengukuran
nilai wajar memberikan informasi yang relevan.
Kerangka IASB menguraikan karakteristik kualitatif infromasi keuangan namun yang belum
dapat ditentukan adalah pengukuran apa yang harus digunakan dalam mencapai
karateristik kualitatif yang diinginkan.
Tangible Assets
Pendekatan tradisional mengukur asset dengan biaya historis
IASB memperbolehkan pengukuran setelah pengakuan menggunakan beberapa
pendekatan seperti fair value (exit value atau value in use)
UK dan Australia menggunakan nilai selain nilai biaya historis selama beberapa tahun
terakhir.
Pengukuran setelah pengakuan berdasarkan biaya historis berarti bahwa aset diukur pada
biaya perolehan dikurangi penyusutan dan penurunan akumulasi biaya. Pendukung model
biaya historis berpendapat bahwa biaya akuisisi memberikan bukti objektif dan dapat
diverifikasi dari biaya aset dan bahwa penerapan penyusutan dan penurunan memastikan
bahwa nilai saat ini tercermin dalam neraca. Selain itu, konsisten dengan pendekatan
konservatif dalam melakukan pengukuran, kerugian nilai aset diakui dalam laporan
keuangan tetapi keuntungan yang tidak.
Revaluasi dapat memberikan informasi lebih lanjut saat ini tentang nilai dari biaya historis.
Namun, argumen ini kurang persuasif jika aset yang baru dibeli tidak mengikuti fluktuasi
harga pasar. Manajer dapat merevaluasi tanah pada kenaikan harga, untuk memastikan
bahwa aset tidak dinilai terlalu rendah di neraca. Sebuah nilai saat ini pada neraca mungkin
relevan untuk pengambilan keputusan.
Salah satu argumen terhadap penggunaan model pengukuran saat ini adalah bahwa
pengukuran dapat diandalkan dan subjektif karena nilai wajar mudah diamati
perubahannya. Barth dan Clinch melaporkan revaluasi aset adalah nilai yang relevan.
Mereka memberikan dukungan untuk penyusun standar dalam memperkenalkan
pengukuran nilai wajar dalam standar akuntansi. Perlakuan keuntungan dan kerugian yang
belum direalisasi yang timbul dari nilai model pengukuran saat ini adalah salah satu isu
paling kontroversial dalam akuntansi saat ini.
Intangible Assets
pengukuran menggunakan biaya pada saat akuisisi.
dimungkinkan ada penilaian kembali aset tidak berwujud.
adanya persyaratan dalam mengukur nilai wajar pada pasar yang aktif.
melarang pengakuan aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal
Salah satu cara aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal dapat muncul di neraca
adalah melalui kapitalisasi biaya pengembangan, seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Penilaian aset tidak berwujud adalah kontroversial, yang melibatkan seperti halnya
estimasi subjektif dari nilai wajar aset.
Financial Instruments
Sebenarnya, model pengukuran yang dominan digunakan adalah biaya historis. Namun
beberapa berpendapat bahwa prinsip-prinsip biaya historis tidak cocok untuk mengukur
beberapa instrumen keuangan karena ada kemungkinan terjadi perubahan harga.
Derivatif harus diukur pada nilai wajar dari pada biaya historis. Nilai wajar adalah nilai
pertukaran aset yang diperpleh dari kedua pihak yang melakukan transaksi tanpa adanya
batasan apapun. setter standar berpendapat bahwa dengan pengukuran aset keuangan
pada nilai pasar, pengguna informasi disediakan dengan informasi yang relevan tentang
nilai mereka.
Penggunaan pengukuran nilai wajar untuk instrumen keuangan adalah dalam rangka
memberikan informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan.
Keuntungan dan kerugian dari instrument keuangan harus diakui
Semua instrumen keuangan dikelompokkan ke dalam empat jenis, masing-masing dengan
metode pengukuran diperlukan.
Pada pengakuan awal, semua instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan
(yang, pada tahap ini, setara dengan nilai wajar). Dalam pengakuan selanjutnya, suatu
entitas dapat memilih untuk menghargai semua atau instrumen keuangan pada nilai wajar,
dengan perubahan nilai wajar diakui dalam pendapatan melalui laporan laba rugi.