Anda di halaman 1dari 6

CHAPTER 7

ASSETS

ASSETS DEFINED
IASB (AASB) Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (paragraf 49)
mendefinisikan aset sebagai berikut :
“An asset is a resource controlled by the entity as a result of past events and from which economic
benefits are expected to flow to the entity”
Aset merupakan sumberdaya yang dikendalikan oleh suatu badan sebagai hasil dari transaksi yang
lalu dan diharapkan memberikan manfaat ekonomis dimasa yang akan datang yang mengalir pada
badan.

Tiga karakteristik penting yang berhubungan dengan asset:


 Manfaat ekonomi masa depan
 Kontrol oleh entitas
 Peristiwa masa lalu
Dibahas pula tentang exchangeability dan recognition rules

Future Economic Benefits


 Benefit/manfaat bagi badan usaha nirlaba berhubungan aktivitas yang menghasilkan
keuntungan.
 Aset mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak
langsung, dalam memberikan arus kas atau yang ekuivalen dengan kas pada badan usaha.
Bentuknya:
 Dari kegiatan operasi yang menghasilkan pendapatan dari entitas, atau
 Dari kemampuan untuk mengurangi pengeluaran kas seperti mengurangi biaya
produksi.
 Gagasan manfaat ekonomi masa depan berkaitan dengan sumber daya ekonomi. Ada dua
karakteristik utama dari sumber daya ekonomi: kelangkaan dan utilitas.
Jika ada kekurangan pasokan komoditas tertentu, dan jika komoditas itu memiliki utilitas
yang diinginkan atau dituntut oleh orang, maka itu dikatakan memiliki nilai ekonomi. Oleh
karena itu, semua sumber daya ekonomi memiliki nilai.
 aset adalah sesuatu yang ada sekarang dan memiliki kemampuan memberikan jasa atau
manfaat saat ini atau di masa depan. 'Hal' yang ada disebut sebagai properti, atau hak milik,
atau sumber daya ekonomi, atau 'perwujudan' atau 'penyimpanan layanan masa depan.
Control By Entity
 Untuk memenuhi syarat sebagai asset, manfaat ekonomi harus dikendalikan oleh entitas
yang bersangkutan.
 Kepemilikan hanyalah hak untuk menggunakan atau mengontrol asset.
 Kontrol pemilik memiliki properti itu tidaklah mutlak dimana ruang lingkup kepentingan
pribadi selalu tunduk pada hak-hak umum negara.
 Kepemilikan biasanya sesuai dengan pengendalian, tetapi ini bukan merupakan
karakteristik aset yang penting. Sebagai contoh adanya agen yang mempunyai kewajiban
menjual barang milik prinsipal. Barang tersebut bukan aset dari agen tetapi aset prinsipal.
Tapi karena agen yang mengendalikan, maka itu adalah kepemilikan agen.
 Tidak bergantung pada penegakan hukum

Past Events
 Pengendalian sebagai hasil kejadian masa lalu
 Aset yang masih direncanakan tidak termasuk aset. Misalnya, mesin sudah diperoleh oleh
perusahaan adalah aset, tapi mesin yang akan diperoleh sesuai dengan anggaran bukanlah
aset sampai telah aset itu diperoleh, karena kejadian transaksi pembelian belum terjadi.
 Kejadian dapat diinterpretasikan dengan cara yang berbeda-beda.

Exchangeability
 Salah satu Kriteria Aset adalah dapat dipertukarkan.
 Asset dapat dipisahkan dari entitas
 Goodwill dikatakan sebagai asset tapi bukan merupakan upaya untuk menilai bisnis secara
keseluruhan, tetapi hanya sebuah upaya untuk mengidentifikasi dan menghargai sumber
tertentu yang memiliki manfaat masa depan untuk perusahaan.

ASSET RECOGNITION
 Seberapa besar dan waktu pengakuan aset penting karena dapat menimbulkan
konsekuensi ekonomi bagi para penyusun dan pengguna laporan keuangan
 Mengakui aset di neraca terikat dengan aturan pengakuan
 Kriteria pengakuan ada dua, yaitu
 Dimungkinkan adanya manfaat ekonomi masa depan harus
 aset dapat diukur dengan andal
 Contoh pedoman pengakuan asset yang resmi ditetapkan adalah pedoman yang digunakan
untuk pengakuan sewa pembiayaan sebagai aset.
 Tidak semua kriteria pengakuan asset diformalkan dalam sebuah standar, misalnya:
 Ketergantungan pada hokum
Pengandalian aset bukan kepemilikan hukum, yangdigunakan untuk menentukan
keberadaan asset, yang Meskipun demikian, lewat title hukum secara umum
menunjukkan adanya pengendalian dan dapat digunakan dalam menentukan kapan
mengakui keberadaan aset ini.

 Substansi ekonomi
Meskipun hak hukum kepemilikan atau pengendalian dari manfaat dari penggunaan
properti yang sering digunakan sebagai kriteria pengakuan, kriteria pengakuan
utama adalah bahwa adanya substansi ekonomi daripada bentuk hukum menurut
Kerangka Konseptual. Adanya hak hukum merupakan indikator, tapi bukan kriteria
untuk pengakuan aset.

 Konservatisme
Selain dalam pengakuan asset, Penggunaan konservatisme yang merupakan prinsip
kehati-hatian adalah upaya dalam mengantisipasi kerugian, tapi tidak keuntungan.
Ini digunakan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau pendapatan tidak
terlalu tinggi dan kewajiban atau beban tidak terlalu rendah. Contoh dari
konservatisme berkaitan dengan akuntansi untuk proyek-proyek konstruksi jangka
panjang.

ASSET MEASUREMENT
 Ada beberapa pendekatan pengukuran yang dijadikan sebagai dasar pengukuran yang harus
diadopsi (biaya historis dan fair value)
 Pengukuran pada biaya perolehan berpendapat untuk bersikap objektif dan untuk
memberikan informasi yang dapat dipercaya dan dapat diverifikasi. Di sisi lain, pengukuran
nilai wajar memberikan informasi yang relevan.
 Kerangka IASB menguraikan karakteristik kualitatif infromasi keuangan namun yang belum
dapat ditentukan adalah pengukuran apa yang harus digunakan dalam mencapai
karateristik kualitatif yang diinginkan.
Tangible Assets
 Pendekatan tradisional mengukur asset dengan biaya historis
 IASB memperbolehkan pengukuran setelah pengakuan menggunakan beberapa
pendekatan seperti fair value (exit value atau value in use)
 UK dan Australia menggunakan nilai selain nilai biaya historis selama beberapa tahun
terakhir.
 Pengukuran setelah pengakuan berdasarkan biaya historis berarti bahwa aset diukur pada
biaya perolehan dikurangi penyusutan dan penurunan akumulasi biaya. Pendukung model
biaya historis berpendapat bahwa biaya akuisisi memberikan bukti objektif dan dapat
diverifikasi dari biaya aset dan bahwa penerapan penyusutan dan penurunan memastikan
bahwa nilai saat ini tercermin dalam neraca. Selain itu, konsisten dengan pendekatan
konservatif dalam melakukan pengukuran, kerugian nilai aset diakui dalam laporan
keuangan tetapi keuntungan yang tidak.
 Revaluasi dapat memberikan informasi lebih lanjut saat ini tentang nilai dari biaya historis.
Namun, argumen ini kurang persuasif jika aset yang baru dibeli tidak mengikuti fluktuasi
harga pasar. Manajer dapat merevaluasi tanah pada kenaikan harga, untuk memastikan
bahwa aset tidak dinilai terlalu rendah di neraca. Sebuah nilai saat ini pada neraca mungkin
relevan untuk pengambilan keputusan.
 Salah satu argumen terhadap penggunaan model pengukuran saat ini adalah bahwa
pengukuran dapat diandalkan dan subjektif karena nilai wajar mudah diamati
perubahannya. Barth dan Clinch melaporkan revaluasi aset adalah nilai yang relevan.
Mereka memberikan dukungan untuk penyusun standar dalam memperkenalkan
pengukuran nilai wajar dalam standar akuntansi. Perlakuan keuntungan dan kerugian yang
belum direalisasi yang timbul dari nilai model pengukuran saat ini adalah salah satu isu
paling kontroversial dalam akuntansi saat ini.

Intangible Assets
 pengukuran menggunakan biaya pada saat akuisisi.
 dimungkinkan ada penilaian kembali aset tidak berwujud.
 adanya persyaratan dalam mengukur nilai wajar pada pasar yang aktif.
 melarang pengakuan aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal
 Salah satu cara aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal dapat muncul di neraca
adalah melalui kapitalisasi biaya pengembangan, seperti yang dijelaskan sebelumnya.
 Penilaian aset tidak berwujud adalah kontroversial, yang melibatkan seperti halnya
estimasi subjektif dari nilai wajar aset.
Financial Instruments
 Sebenarnya, model pengukuran yang dominan digunakan adalah biaya historis. Namun
beberapa berpendapat bahwa prinsip-prinsip biaya historis tidak cocok untuk mengukur
beberapa instrumen keuangan karena ada kemungkinan terjadi perubahan harga.
 Derivatif harus diukur pada nilai wajar dari pada biaya historis. Nilai wajar adalah nilai
pertukaran aset yang diperpleh dari kedua pihak yang melakukan transaksi tanpa adanya
batasan apapun. setter standar berpendapat bahwa dengan pengukuran aset keuangan
pada nilai pasar, pengguna informasi disediakan dengan informasi yang relevan tentang
nilai mereka.
 Penggunaan pengukuran nilai wajar untuk instrumen keuangan adalah dalam rangka
memberikan informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan.
 Keuntungan dan kerugian dari instrument keuangan harus diakui
 Semua instrumen keuangan dikelompokkan ke dalam empat jenis, masing-masing dengan
metode pengukuran diperlukan.
 Pada pengakuan awal, semua instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan
(yang, pada tahap ini, setara dengan nilai wajar). Dalam pengakuan selanjutnya, suatu
entitas dapat memilih untuk menghargai semua atau instrumen keuangan pada nilai wajar,
dengan perubahan nilai wajar diakui dalam pendapatan melalui laporan laba rugi.

CHALLENGES FOR STANDARD SETTERS


 Ada dua Hal yang menjadi tantangan dalam menyusun standar yaitu model pengukuran
yang seperti apa yang akan digunakan dan bagaimana menghitung nilai wajar.

Which Measurement Model?


 Permasalahannya adalah memilih metode pengukuran apakah menggunakan harga jual
masa lalu, modifikasi dari kejadian masa lalu, harga sekarang atau harga keseimbangan
pasar, nilai guna masa depan atau harga jual masa depan
 Standard setter akan mengevaluasi dasar pengukuran melalui metode pemberian
peringkat yang diurutkan tentang sejauh mana pengukuran dapat memberikan karateristik
kualitatif informasi keuangan.
 Penggunaan pengukuran nilai wajar kian meluas. IFRS telah memperkenalkan pengukuran
nilai wajar untuk derivatif pada setiap tanggal neraca dan beberapa aset keuangan lainnya,
kewajiban, serta sebagai persyaratan untuk mengukur pembayaran berbasis saham
kepada karyawan sebesar nilai wajar
 Dukungan oleh IASB dan FASB untuk penggunaan yang lebih besar dari pengukuran nilai
wajar, misalnya untuk semua instrumen keuangan.

How to Calculate Fair Value Measurement


 beberapa teknik penilaian yang akan digunakan untuk memperkirakan nilai wajar:
 The market approach Menggunakan harga dan informasi dari transaksi yang
sesungguhnya untuk aset dan liabilitas yang sejenis dan diperbandingkan
 Income approach,Konversi dari diskonto uang yang diterima dimasa yang akan
datang
 Cost approach Sejumlah uang yang digunakan untuk memperoleh kapasitas yang
sama (current replacement cost)

ISSUES FOR AUDITORS


 Mengaudit Nilai Wajar menciptakan kesulitan bagi para auditor karena hal ini menjadi
persyaratan dari model evaluasi dan digunakan oleh ahli dalam hal evaluasi.
 Meskipun sebagai profesi, auditor telah membahas isu-isu yang berkaitan dengan
penurunan nilai, sampai saat ini, tidak ada lingkup yang luas untuk audit nilai wajar dengan
tidak adanya pasar yang siap diminta dari para auditor.
 Menilai kewajaran fair value dalam kondisi seperti itu membutuhkan ahli evaluasi yang
banyak.
 Auditor perlu memahami proses perusahaan klien dan pengendalian yang relevan untuk
menentukan nilai wajar, dan membuat opini apakah metode pengukuran perusahaan klien
dan asumsi yang digunakan sudah tepat dan telah memberikan dasar yang
memadaipengukuran fair value.
 auditor perlu memahami adanya potensi bias dan kesalahan mungkin dilakukan
manajemen dalam menerapkan model penilaian, mengidentifikasi input pasar, dan
membuat asumsi yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai