Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Alif Riswan

NIM : A031181032
RMK TEORI AKUNTANSI (ASSET)

Penetapan Aset
Istilah IASB (AASB) Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
(paragraf 49) mendefinisikan aset sebagai berikut:
“Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat peristiwa
masa lalu dan di mana ada manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan
mengalir ke entitas.”
Tiga karakter dalam definisi aset:
1) Memberikan manfaat ekonomis di masa depan
2) Dikendalikan oleh sebuah entitas
3) Didapat dari kejadian masa lampau
Pengakuan Aset
Pengakuan melibatkan aturan pengakuan, ada yang formal maupun informal. Contoh
informal adalah pengakuan piutang ketika penjualan secara kredit terjadi. Contoh formal
adalah pengakuan financial leases sebagai aset.
Framework recognition criteria (kriteria-kriteria dalam pengakuan):
a. Peluang dari keuntungan ekonomis yang akan datang
b. Aset harus dapat diukur dengan andal (reliably measured)
Past recognition criteria yang tidak harus semuanya dipenuhi dan tidak mutually exclusive:
a. Kepercayaan pada hukum (reliance on the law)
Pengakuan aset bergantung pada konsep legal/sah aset tersebut. Contoh: pembelian
aset tetap
b. Penentuan substansi ekonomis pada transaksi atau kejadian
Substabsi ekonomis dari transaksi berhubungan dengan tujuan pelaporan informal
yang relevan dan dapat diandalkan.
c. Penggunaan konservatisme: antisipasi kerugian, tapi tidak pada keuntungan
Beberapa standar yang membatasi pengakuan aset: IAS 38.AASB 138 intangible assets
paragraf 48 melarang pengakuan goodwill yang dihasilkan secara internal.

Pengukuran Aset
Tangible Asset
Terdapat dua jenis pengkuran yang dikenal, yaitu historical cost dan fair value. Untuk
historical cost, aset diukur pada saat akuisisi dan dikurangi akumulasi depresiasi dan
penurunan nilai. Pendukung model ini berpendapat bahwa biaya pada saat akuisisi ini
menyediakan tujuan dan bukti-bukti bahwa pengukuran depresiasi dan penurunan nilai yang
telah dihitung merefleksikan nilai yang sesungguhnya dalam balance sheet.
Sementara itu, revaluasi aset menyediakan informasi yang relevan untuk para pengguna
laporan keuangan. Namun, beberapa berpendapat bahwa pengukuran ini tidak handal dan
subjektif apabila penetuan nilainya diestimasi padahal seharusnya diobservasi. Dikatakan
subjektif karena niali yang didapat berasal dari perhitungan manajemen sendiri.

Intangible Asset
Karena intangible asset tidak memiliki pasar, maka yang biasa yang digunakan adalah
cost (dikurangi oleh akumulasi amortisasi dan impairment). IAS 38 melarang pengakuan atas
internally generated intangible asset karena hanya dapat dimunculkan di balance sheet hanya
atas capitalization of development cost nya saja.

Isu Untuk Auditor


Mengaudit fair value menimbulkan kesulitan pada auditor karena membutuhkan
penerapan dari model valuasi dan ahli dari valuasi itu sendiri. Untuk menciptakan pendekatan
audit yang efektif, auditor memiliki peranan penting untuk memastikan pengukuran yang
dilakukan telah sesuai dan tidak terpengaruhi berlebihan oleh insentif manajer. Auditor harus
mengetahui proses dari perusahaan kliennya dan pengendalian dalam pengukuran fair value,
dan auditor harus membuat penilai an apakah metodae pengukuran dan asumsi yang
diguankan dari perusahaan kliennya tersebut sudah sesuai dan memberikna landasa yang kuat
dalam pengukuran fair value. Ada potensi auditor dikenakan tuntutan legal apabila gagal
untuk mealkukan pendekatan atas audit nilai wajar untuk aset secara sesuai. Mayoritas
masalah yang ditemukan terkait dengan pengujian nilai aset menggunakan model biaya
historis. Situasi spesifik yang mengharusskan penggunaan nilai wajar untuk berbagai macam
tipe aset adalah dalam kombinasi bisnis.

Pertanyaan :
1. Dalam pengukuran asset ada dua metode yang digunakan? Dari dua metode ini, yang
manakah yang paling sering digunakan, dan mengapa?
2. Karakteristik apa yang dimiliki oleh sesuatu sehingga bisa dikatakan sebagai suatu
asset? Jelaskan.
3. Kenapa dikatakan intangible asset tidak memiliki pasaran?

Anda mungkin juga menyukai