Anda di halaman 1dari 6

LO 1 ASSET DEFINED

Meski aset adalah subyek dari beberapa standar akuntansi dan sejumlah referensi yang dibuat
untuk aset dalam hukum perusahaan, definisi autoritatif dari istilah aset tidak pernah tercetus
sampai adanya pengemangan conceptual framework di tahun 1980an. Istilah IASB (AASB)
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (paragraf 49) mendefinisikan
aset sebagai berikut: Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat
peristiwa masa lalu dan di mana ada manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan mengalir
ke entitas
Manfaat ekonomik masa yang akan datang
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomik di masa
datang yang cukup pasti. Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa karena daya
belinya atau daya tukarnya. Sumber selain kas mempunyai manfaat ekonomik karena dapat
ditukarkan dengan kas, barang, atau jasa, karena dapat digunakan untuk memproduksi barang
dan jasa, atau karena dapat digunakan untuk melunasi kewajiban.
Dikuasai atau dikendalikan entitas
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi
cukup dikuasai oleh entitas. Oleh, karena itu, konsep penguasaan atau kendali lebih penting
daripada konsep kepemilikan. Penguasaan disini berarti kemampuan entitas untuk
mendapatkan, memelihara/menahan, menukarkan, menggunakan manfaat ekonomik dan
mencegah akses pihak lain terhadap manfaat tersebut. Hal ini dilandasi oleh konsep dasar
substansi mengungguli bentuk yuridis (substance over form). Pemilikan (ownership) hanya
mempunyai makna yuridis atau legal.
Timbul akibat transaksi masa lalu
Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus sebagai kriteria
atau tes pertama (first-test) pengakuan objek sebagai aset. Aset harus timbul akibat dari
transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi. Penguasaan harus
didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik. FASB memasukkan transaksi atau kejadian
sebagai kriteria aset karena transaksi atau kejadian tersebut dapat menimbulkan (menambah)
atau meniadakan (mengurangi) aset. Misalnya perubahan tingkat bunga, punyusutan atau
kecelakaan.
Dapat dipertukarkan
Mac Neal menyatakan bahwa barang yang tidak dapat dipertukarkan berarti tidak mempunyai
nilai ekonomik, karena tidak ada pasarnya. Pemerolehan aset pada umumnya melibatkan cost
sebagai penghargaan kesepakatan. Jika cost terjadi karena pemerolehan suatu objek yang

terjadi akibat pertukaran atau pembelian, maka objek tersebut lebih kuat untuk dikategorikan
sebagai aset. Goodwill (Nilai lebih dari perusahaan) asalnya dari pengakuan perusahaan lain
berkaitan dengan proses akuisisi atau merger. Goodwill tidak bisa ditukar sehingga perlu
dipertanyakan.

LO 2 ASSET RECOGNITION
Pengakuan asset pada neraca mengakibatkan adanya kondisi yang disebut dengan
aturan pengakuan. Aturan ini dibuat karena akuntan ingin memastikan bahwa elemenelemen asset memang ada dan pencantuman di neraca memberikan informasi yang
bermanfaat dimana informasi tersebut relevan dan reliable. Beberapa aturan pengakuan
menggunakan cara konvensional, berikut dua contoh pengakuan konvensional:
1. Piutang dagang dicatat sebagai aset saat terjadi penjualan secara kredit.
2. Peralatan dicatat sebagai aset saat dibeli.
3. Contoh pedoman pengakuan secara khusus adalah pedoman pengakuan untuk lease
(sesuai paragraf 10 IAS 17 / AASB 17). Kriteria lease yang dapat dicatat sebagai
aset :
4. Transfer kepemilikan aset kepada leasee saat akhir masa sewa.
5. Leasee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga harga yang jauh lebih rendah
daripada nilai wajar pada tanggal opsi.
6. Jangka waktu sewa setara dengan sebagian besar umur ekonomis aset meskipun aset
tidak ditransfer.
7. Pada awal masa sewa, PV pembayaran sewa minimun berjumlah setidaknya
substansial dari nilai wajar aset yang disewakan.
8. Aset yang disewakan merupakan aset yang dapat digunakan oleh leasee tanpa
modifikasi.
Kriteria kerangka pengakuan asset mempertimbangkan kemungkinan manfaat
ekonomi yang akan datang dan juga aset harus dapat diukur secara handal. Kriteria
pengakuan ini telah banyak diterapkan dimasa lalu untuk membantu akuntan dalam
memutuskan kapan aset akan dicatat. Daftar berikut tidak bertujuan agar lengkap dan kriteria
ini tidak saling eksklusif.

Ketergantungan pada hukum. Banyak pengakuan aset yang bergantung pada hukum
aset. Contohnya adalah pencatatan piutang karena penjualan persedian dan pembelian
aktiva tetap. Hukum aset merupakan indikator, namun bukan kriteria untuk pengakuan
aset.

Penentuan substansi ekonomi dari transaksi atau peristiwa. Memastikan bahwa


substansi ekonomi dari transaksi aset berhubungan dengan pelaporan informasi yang

relevan dan dapat diandalkan.


Penggunaan sikap konservatif (prinsip kehati-hatian): mengantisipasi kerugian.
Kehati-hatian yang dimaksud adalah pelaksanaan penilaian dalam membuat perkiraan
yang diperlukan saat kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau pendapatan tidak
dilebih-lebihkan dan kewajiban atau beban tidak dikurang-kurangi. Sikap konservatif
disini menyiratkan bahwa beban dapat dicatat lebih awal, tetapi aset tidak. Contoh,
jika sebuah perusahaan kalah dalam gugatan, bahkan jika banding, hal tersebut akan
menjadi beban. Namun, jika perusahaan penggugat menang namun kubu yang kalah
mengajukan banding, maka tidak ada aset yang dicatat.

LO 3 ASSET MEASUREMENT
Setelah kriteria pengakuan sudah terpenuhi, akuntan harus memutuskan pengukuran
aset. Ada beberapa kriteria pengukuran yang dapat digunakan. Tetapi pengukuran yang mana
yang dapat memenuhi karakteristik kualitatif kerangka konseptual? Pengukuran pada biaya
perolehan merupakan pengukuran yang dianggap objektif dan menyediakan informasi yang
dapat diandalkan serta dapat diverifikasi. Tapi disisi lain, terdapat pengukuran nilai wajar
yang menyediakan informasi yang relevan. Konseptual IASB memberi kerangka mengenai
karakteristik kualitatif dan memberi pedoman mengenai informasi keuangan. Tetapi yang
belum terpecahkan adalah pendekatan pengukuran mana yang seharusnya digunakan untuk
memenuhi karakteristik kualitatif.
Tangible Assets
US GAAP mengukur akuisisi dan pengukuran berikutnya pada biaya historis.
Pengukuran berikutnya dengan biaya historis berarti aset diukur pada biaya historis dikurangi
dengan akumulasi depresiasi dan impairment charges. Loss dalam pengukuran asset diakui,
tetapi gain tidak diakui.
Standar IASB memungkinkan dilakukan penilaian kembali aset berwujud. Standar ini
memungkinkan tetapi tidak mengharuskan menggunakan pengukuran current value.
Contohnya di IAS 16 PPE dan IAS 40 Investment Property. Di IAS 16, pengukuran
berikutnya dapat menggunakan revaluation model. Di IAS 40, pengukuran berikutnya dapat
menggunakan cost model ataupun fair value model.

Dengan menggunakan current model, informasi keuangan akan lebih relevan tetapi
tidak dapat diandalkan dan bersifat subjektif.
Gain on remeasurement asset (IAS 16 Para 31) yang dihasilkan dari revaluasi
ditambahkan langsung kedalam equity. Aset bertambah masuk ke balance sheet, dan equity
bertambah di kredit dengan akun asset revaluation reserve. Jadi kenaikan nilai aset ini tidak
mempengaruhi gain/loss di income statement, gain/loss ini akan direalise jika aset dijual
( sesuai dengan konserfatif akunting).
Intangible Assets
Pengukuran akuntansi secara umum konservatif pada aset tidak berwujud. Menurut IAS
38 para 24, aset tidak berwujud diakui costnya pada saat terjadi kepemilikan. IAS 38 para 75
memungkinkan adanya penilaian kembali aset tak berwujud, tapi sangat jarang. Revaluation
model seperti pada IAS 16, fair value ditentukan oleh pasar yang aktif. Jika tidak ada pasar
yang aktif maka biaya (dikurangi akumulasi amortisasi dan penurunan) umumnya digunakan.
IAS 38 melarang pengakuan aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal.
Financial Instruments
IAS 39 membuat kategori terpisah untuk pengukuran aset keuangan dan liabilitas
keuangan. IAS 39 Para 9 derivatif diukur pada fair value daripada cost. IASB berkomitmen
menggunakan fair value untuk instrumen keuangan. Fair value adalah nilai pertukaran aset
yang diperoleh dari kedua pihak yang melakukan transaksi tanpa adanya batasan apapun
(arms length transaction).
Type of Financial Asset

Metode Pengukuran

Loan And Receivable

Amortised Cost

HTM Investment

Amortised Cost

AFS Securities

FV, gain/loss diakui di Equity (OCI)

Trading

FV, gain/loss diakui di Laba Rugi

LO 4 TANTANGAN BAGI PENYUSUN STANDAR


Model pengukuran yang mana?
Proyek

kerangka

konseptual

menyarankan

penyusun

standar

untuk

terbuka

mempertimbangkan rentang model pengukuran. Komentator mengklaim bahwa standar IASB

memperkenalkan penggunaan pengukuran nilai wajar secara luas, meskipun Cairns menolak
tegas klaim ini. Cairns berpendapat bahwa penggunaan luas pengukuran nilai wajar menurut
IFRS lebih persepsi dibanding realitas.
Pengukuran fair value
Contoh teknik penilaian yang digunakan untuk mengestimasikan nilai wajar FASB
SFAS 157 mengenai Pengukuran Nilai Wajar (efektif 2007).

Market Approach

Menggunakan harga dan informasi dari transaksi yang sesungguhnya untuk aset dan liabilitas
yang sejenis dan diperbandingkan.

Income Approach

Konversi dari diskonto uang yang diterima dimasa yang akan datang.

Cost Approach

Sejumlah uang yang digunakan untuk memperoleh kapasitas yang sama (current replacement
cost).
FASB juga menyediakan tingkatan nilai wajar. Yaitu, menominasikan tiga kategori atau
tingkat atas masukan yang akan digunakan untuk mengestimasi nilai wajar.

Level 1

Menggunakan harga yang ditawarkan untuk asset dan liabilities yang sama di pasar aktif saat
informasi tersedia. Harga yang ditawarkan tanpa penyesuaian.

Level 2

Jika harga yang ditawarkan untuk asset dan liabilitas yang sama di pasar aktif tidak tersedia,
nilai wajar harus diestimasikan berdasarkan harga penawaran asset dan liabilitas yang serupa,
disesuaikan dengan perbedaannya

Level 3

Jika harga penawaran untuk asset dan liabilitas yang sama atau serupa tidak tersedia, atau jika
perbedaan diantara asset dan liabilitas yang serupa tidak dapat ditentukan secara objektif,
nilai wajar harus diestimasikan menggunakan beberapa teknik penilaian konsisten dengan
pasar, pendapatan dan pendekatan biaya.

LO 5 ISSUES FOR AUDITORS

Atribut model pengukuran campuran menimbulkan banyak tantangan bagi pembuat


standar dan auditor. Kita telah melihat bahwa pengaturan tujuan standar IASB melibatkan
penghasilan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan, tujuan yang telah
menyebabkan dewan untuk menggabungkan pengukuran nilai wajar dalam standar akuntansi
untuk meningkatkan relevansi informasi yang diberikan. Namun, pendekatan dewan bukan
tanpa kritik, yang mengklaim bahwa pengukuran nilai wajar terlalu tidak dapat diandalkan
dan subjektif untuk digunakan. Dalam pengaturan ini, auditor memiliki peran penting untuk
bermain. Mereka harus yakin bahwa semua pengukuran yang tersedia di rekening perusahaan
adalah yang tepat dan tidak dipengaruhi oleh insentif. Krisis keuangan 20082009-09 telah
membawa lebih banyak perhatian untuk pengukuran aset dan peran auditor dalam
memastikan bahwa investor dan lain-lain dapat mengandalkan langkah-langkah yang
disajikan dalam akun.
Auditor perlu memahami berbagai model penilaian dan proses manajemen untuk
menentukan

input

yang

digunakan

untuk

pengukuran

yang

digunakan.

Untuk

mengembangkan pendekatan audit yang efektif, auditor perlu memahami proses dan
pengendalian penentuan nilai wajar dan melakukan pertimbangan apakah metode pengukuran
yang digunakan klien sudah memadai untuk menghasilakan pengukuran nilai wajar yang
masuk akal.

Anda mungkin juga menyukai