4 Neraca utama:
1. Produk Domestik Bruto (PDB),
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
3. Neraca Pembayaran,
4. Neraca Moneter.
PDB (GDP)
Contoh Pengitungan
Produksi Jumlah nilai
NTB
tambah masing-masing sektor
atau nilai akhirnya saja,
biasanya disebutkan dalam Kayu= Rp 10
PDB berdasarkan lapangan Diubah jadi papan=100
usaha Diubah jadi lemari=200
PDB Menurut Lapangan
Usaha :
PDB adalah penjumlahan
Nilai Tambah Bruto (NTB) NTB = [10-0] + [100-10] +
di tiap p g p sektor lapangan
[200-100]
usaha. NTB merupakan
NTB =10 + 90+ 100
Nilai produksi Bruto (NPB)
NTB =200=Nilai Barang
dikurangi Nilai Input
Antara (NIA) Akhir
PDB Menurut Pendapatan
[Balas Jasa Faktor Produksi]
PDB Riil:
1. Menghilangkan efek harga sehingga kita mengetahui
kapasitas produksi perekonomian di tahun tertentu
2. Disebut juga sebagai PDB Harga Konstan
3. Kegunaannya mengetahui pertumbuhan ekonomi
GDP, GNP, & Net National Income
y-o-y
m-o-m
q-o-q
Rumus:
Keterbatasan Perhitungan GDP
Pertemuan I
Asistensi Perekonomian Indonesia
Pertemuan I
ICOR (Incremental Capital Output Ratio)
1.Tabungan (S) merupakan proporsi (s) dari Pendapatan atau Output (Y)
S = s.Y
ICOR Latihan
Pertemuan I
Asistensi Perekonomian Indonesia
ICOR
Pertemuan I
Tugas sehubungan dengan ICOR (1)
1.Hitunglah ICOR Indonesia 2006-2011 dan
2012-2016. Coba bandingkan dan jelaskan dari
hasil perhitungan tersebut
2. Dengan ICOR perhitungan skenario ICOR
2006-2011 dan skenario ICOR 2012-2016, coba
hitung kebutuhan investasi Indonesia jika ingin
bertumbuh 6% pada tahun 2017.
3. Coba bandingkan ICOR semua provinsi di
Pulau Jawa tahun 2012-2016. Jelaskan hal yang
menarik buat saudara
INFLATION
Biasanya perubahan
harga bahan bakar dan makanan yang tidak
dimasukkan ke dalam core inflation
Tugas sehubungan dengan inflasi (T 2)
1. Hitunglah inflasi dengan PDB deflator .Hitunglah inflasi
dengan PDB deflator
untuk data tahun 2009-2014
1 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas 181 169 972 182 992 204 184 599 615 186 100 917 187 600 634 189 096 722
2 Angkatan Kerja 125 316 991 121 872 931 128 301 588 122 380 021 127 671 869 125 443 748
a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 69,17 66,60 69,50 65,76 68,06 66,34
b. Bekerja 118 169 922 114 628 026 120 846 821 114 819 199 120 647 697 118 411 973
c. Pengangguran Terbuka *) 7 147 069 7 244 905 7 454 767 7 560 822 7 024 172 7 031 775
d. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5,70 5,94 5,81 6,18 5,50 5,61
3 Bukan Angkatan Kerja 55 852 981 61 119 273 56 298 027 63 720 896 59 928 765 63 652 974
a. Sekolah 15 899 591 16 769 494 16 514 465 16 734 963 16 245 007 15 922 029
b. Mengurus Rumah Tangga 32 853 393 36 019 249 32 488 589 38 203 701 36 158 428 39 335 203
c. Lainnya 7 099 997 8 330 530 7 294 973 8 782 232 7 525 330 8 395 742
Selanjutnya Pendapatan Dalam Negeri terdiri dari Pendapatan pajak dan bukan pajak.
Penerimaan dari Pajak terdiri dari pajak berasal dari penerimaan aktifitas dalam negeri dan
pajak perdagangan internasional.
Pajak penerimaan dari aktifitas dalam negeri meliputi PPH (Pajak Penghasilan) migas dan
non migas PPN (Pajak Pertambahan , PPN (Pajak Pertambahan
Nilai), PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), BPHTB (Biaya
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan), cukai, serta
pajak dalam negeri lainnya Pajak dari aktifitas . Pajak dari aktifitas
perdagangan internasional berupa bea masuk dan pajak
ekspor.
Neraca
Pembayaran
Pertemuan I
Asistensi Perekonomian Indonesia
Neraca
Pembayaran
Pertemuan I
Asistensi Perekonomian Indonesia
Neraca
Pembayaran
Pertemuan I
Neraca Pembayaran
Neraca Finansial terdiri dari DI (Direct Investment)
atau Investasi Langsung, Investasi
Portofolio, Investasi Derivatif, dan Investasi
Lainnya.
TRANSFORMASI STRUKTURAL
Pertemuan I
Faktor fundamental dibalik pertumbuhan ekonomi
Transformasi
Struktural
Pertemuan I
Proses Akumulasi
Proses akumulasi adalah proses pemanfaatan
sumber daya untuk meningkatkan kapasitas
produksi perekonomian seiring dengan kenaikan
pendapatan perkapita suatu negara
Variabel yang dapat merefleksikan akumulasi
sumberdaya yang meningkatkan kapasitas
(produksi) perekonomian adalah investasi
(akumulasi modal fisik), pendidikan (akumulasi
modal manusia), serta penerimaan pemerintah
(akumulasi kemampuan pemerintah untuk
membiayai pembangunan)
Proses Akumulasi
Indikator investasi modal fisik
Tabungan domestik (% PDB)
Investasi domestik(%PDB)
Aliran modal masuk (% PDB)
Kontribusi dalam PDB baik tabungan dan investasi
domestik menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendapatan perkapita keduanya semakin
meningkat sementara kontribusi aliran modal
masuk akan semakin menurun.
Proses Akumulasi
Indikator Pendidikan (investasi modal
manusia)
Belanja pemerintah untuk pendidikan (% PDB)
School enrollment ratio dasar dan menengah
Pola belanja pemerintah untuk pendidikan
dan school enrollment ratio meningkat seiring
dengan kenaikan pendapatan perkapita
Proses Akumulasi
Indikator Penerimaan Pemerintah
Mencerminkan kemampuan pemerintah
mengakumulasi tabungan yang berarti
meningkatnya kemampuan membiayai faktor
akumulasi seperti infrastruktur, pendidikan, dan
kesehatan
Total penerimaan pemerintah (%PDB)
Penerimaan pajak pemerintah (%PDB)
Pola penerimaan pemerintah dan penerimaan
pajak meningkat seiring dengan meningkatnya
pendapatan perkapita
Asistensi Perekonomian Indonesia
Pertemuan I
Proses Alokasi
Proses alokasi merupakan interaksi antara proses
akumulasi dan pergeseran pola konsumsi
masyarakat seiring dengan meningkatkan
pendapatan perkapita yang menyebabkan
perubahan dalam struktur permintaan domestik,
perdagangan internasional serta produksi.
Variabel yang mencerminkan proses alokasi dapat
dibagi ke dalam: struktur permintaan domestik,
struktur perdagangan internasional dan struktur
produksi.
Proses Alokasi
Indikator permintaan domestik
Investasi domestik (% PDB)
Konsumsi swasta (% PDB)
Konsumsi pemerintah (% PDB)
Konsumsi makanan (% PDB)
Konsumsi non makanan (% PDB)
Hanya pola konsumsi makanan yang menurun
seiring dengan meningkatnya pendapatan
perkapita, sementara investasi domestik,
konsumsi swasta, konsumsi pemerintah, dan
konsumsi non makanan meningkat.
Proses Alokasi
Indikator Perdagangan Internasional
Ekspor (%PDB)
Ekspor barang primer (%PDB)
Ekspor barang manufaktur (%PDB)
Ekspor jasa (%PDB)
Impor (%PDB)
Hanya pola ekspor barang primer yang menurun
seiring dengan peningkatan pendapatan
perkapita, sementara ekspor dan impor barang
manufaktur dan jasa meningkat.
Proses Alokasi
Indikator Produksi
Sektor primer (% PDB)
Sektor industri (% PDB)
Sektor jasa (% PDB)
Hanya pola sektor primer yang menunjukkan
penurunan seiring dengan meningkatnya
pendapatan perkapita sementara sektor
industri dan jasa meningkat.
Proses Distribusi Demografi dan
Pendapatan
Proses distribusi demografi dan pendapatan
adalah proses sosial/non ekonomi yang terjadi
seiring dengan meningkatnya pendapatan
perkapita yang mempengaruhi distribusi
demografi dan pendapatan.
Variabel yang merefleksikan proses ini adalah
alokasi tenaga kerja, urbanisasi, dan distribusi
pendapatan.
Proses Distribusi
Indikator Alokasi Tenaga Kerja
Share dari tenaga kerja primer (dari total TK)
Share dari tenaga kerja industri (dari total TK)
Share dari tenaga kerja jasa (dari total TK)
Hanya pola share dari tenaga kerja primer yang mengalami penurunan dengan
meningkatnya pendapatan perkapita, sementara TK industri dan jasa meningkat.
Indikator Urbanisasi
Share dari penduduk di perkotaan (% dari total penduduk)
Pola ini menunjukkan semakin tinggi pendapatan perkapita urbanisasi makin
meningkat sementara di pedesaan menurun.
Indikator distribusi pendapatan
Inverted U (Kuznets) curve
Pola distribusi pendapatan, dimana semakin tinggi pendapatan akan
memperburuk distribusi, namun pada suatu tingkat pendapatan tertentu akan
membaik dengan meningkatnya pendapatan.
Proses Distribusi
(Pengaruh terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan)
Distribusi pendapatan:
1. 0<gini coefficient<1
Kriteria bank dunia: KETIMPANGAN TINGGI; 40%
penduduk berpendapatan rendah menikmati kurang dari
12% pendapatan (GDP); KETIMPANGAN RENDAH ; 40%
penduduk berpendapatan rendah menikmati lebih dari
17% pendapatan (GDP)
2. Kemiskinan
Garis kemiskinan : standar minimum yang dibutuhkan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar
(makanan dan non makanan) -> kemiskinan absolut dan
kemiskinan relatif
Distribusi demografi
Persentase penduduk perkotaan
Tahun
Provinsi
2010 2015 2020 2025 2030 2035
INDONESIA 49,8 53,3 56,7 60,0 63,4 66,6
Pertemuan I
Asistensi Perekonomian Indonesia
Pertemuan I
Asistensi Perekonomian Indonesia
Pertemuan I
TRANSFORMASI STRUKTURAL
Bahan Asistensi 2
TRANSFORMASI STRUKTURAL
Transformasi struktural ditandai dengan terjadinya
perubahan dalam output dan employment dari
sektor pertanian ke sektor non-pertanian.
Peningkatan pendapatan nasional per kapita akan
mendorong terjadinya transformasi struktural melalui 4
proses yaitu:
- Proses akumulasi: pemanfaatan sumber daya
untuk meningkatkan kapasitas produksi
- Proses alokasi: penggunaan sumber daya untuk
kegiatan produksi maupun konsumsi
- Proses demografi: perkembangan kependudukan
- Proses distribusi: pemerataan pendapatan
PROSES AKUMULASI
Proses pemanfaatan sumber daya untuk
meningkatkan kapasitas produksi
perekonomian suatu negara
Sarana dan
INVESTASI Foreign
(INVESTASI/GDP) prasarana serta
FISIK Investment
pelayanan publik
Foreign Loan
45
40
35
30
25
Gross domestic savings (% of
GDP)
20
Foreign direct investment,
net inflows (% of GDP)
15
10
0
1975
2002
2008
1960
1963
1966
1969
1972
1978
1981
1984
1987
1990
1993
1996
1999
2005
2011
-5
(Education
expenditure/GDP)
1. Skill tenaga kerja
INVESTASI
2. Penguasaan teknologi
SUMBER
3. H-O: Keunggulan komparatif
DAYA
produksi barang berubah
MANUSIA
School Enrollment
Ratio
25
20
15
Public spending on education, total
(% of government expenditure)
Public spending on education, total
10 (% of GDP)
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Pemerintah semakin mampu
(Tax Revenue/GDP) membiayai investasi fisik dan
investasi pendidikan
(Govt consumption/GDP)
1. Tahap awal meningkat karena untuk
Konsumsi membiayai public services
Pemerintah 2. Selanjutnya cenderung menurun karena
GDP sudah bisa ditunjang oleh tabungan
masyarakat
90
80
70 GDP: Consumption
Expenditure (CE)
60 GDP: CE: Household
0
Nilai Tambah
Bruto 1. Demand site = % pertanian/ % GDP =
Pertanian Inelastic
terhadap
GDP
Nilai Tambah
Bruto non
Pertanian 1. Demand site = % non-pertanian/ % GDP
terhadap GDP = Elastic
35
30 GDP: Agriculture
5 GDP: Services
0
1997
1993
1994
1995
1996
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
STRUKTUR
PERDAGANGAN
LN
1. % EKSPOR/ % GDP
% IMPOR/ % GDP 1. Tidak bisa menyediakan Import
2. STRUKTUR EKSPOR consumption goods; bisa menyediakan
IMPOR import substitution (Fase1)
2. Impor bahan baku dan bahan penolong
meningkat karena demand input dari
manufaktur. Jika manufaktur sudah kuat
maka dapat dilakukan import substitution
(Fase 2)
Hanya pola ekspor barang 3. Impor barang modal meningkat (Fase 3)
primer yang menurun seiring
dengan peningkatan pendapatan
per kapita, sementara ekspor
impor barang manufaktur dan
jasa meningkat.
60
50
40
20
10
0
1963
1960
1966
1969
1972
1975
1978
1981
1984
1987
1990
1993
1996
1999
2002
2005
2008
2011
PENUTUP QUICK REVIEW
PENUTUP QUICK REVIEW
PENUTUP QUICK REVIEW
PROSES DEMOGRAFI
perubahan proporsi tenaga kerja sektoral
perekonomian
STATUS PEKERJAAN:
Ketenagakerjaan 1. Berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain (IF)
2. Berusaha dengan dibantu pekerja keluarga
dan atau karyawan tidak tetap (IF)
3. Berusaha dengan karyawan tetap (F)
4. Karyawan dengan upah dan gaji (F)
5. Pekerja Keluarga (IF)
JENIS PEKERJAAN
0/1 tenaga profesional, teknisi, dan sejenisnya (white
colar)
GNP per kapita meningkat 2 tenaga ketatalaksanaan atau manajer (white colar)
NTB sektor pertanian menurun 3 tenaga administrasi (white colar)
proporsi pekerja pertanian 4 tenaga penjualan (grey colar)
menurun status pekerjaan: 5 tenaga usaha jasa (grey colar)
Formal (4) meningkat jenis 6 petani (blue colar)
pekerjaan: proporsi white colar 7/8/9 operator alat pengangkutan, tenaga kasar dan
meningkat (untuk pengelolaan tenaga yang langsung dengan kegiatan produksi (blue
usaha yang division of labor) colar)
60
50
40
20
10
0
1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010
Kota VS Desa
Tempat Tinggal Proporsi penduduk kota meningkat:
Penduduk Desa berubah jadi kota (urbanisasi) adanya aglomerasi
industri; Perpindahan penduduk dari desa ke kota
(push dan pull factors)
Kemiskinan
Garis Kemiskinan: standar minimum yang dibutuhkan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar
(makanan dan non-makanan) kemiskinan absolut vs
kemiskinan relatif
Simon Kuznetz: tahap awal ketimpangan akibat industrialisasi
dan urbanisasi terkonsentrasi di sektor modern
Profil Kemiskinan