Anda di halaman 1dari 9

LECTURE NOTES

ACCT6336
Accounting Theory

Week ke - 5

Assets

ACCT6336 - Accounting Theory


LEARNING OUTCOMES

1. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan konsep teoritis yang mendasari praktik


akuntansi.

2. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan teori akuntansi positif, pasar modal dan
memahami peran teori sebagai abstraksi realitas dan penerapannya dalam fenomena
dunia nyata.

OUTLINE MATERI :

1. Aset Didefinisikan

2. Pengakuan Aset

3. Pengukuran Aset

4. Tantangan untuk Penentu Standar

5. Masalah untuk Auditor

ACCT6336 - Accounting Theory


Assets

1. Assets Defined
IASB (AASB) Framework for the the Preparation and Presentation of Financial Statements
mendefinisikan asset sebagai berikut: “an asset is a resource controlled by the entity as a result
of past events and from which future economic benefits are expected to flow to the entity”.
Sedangkan SAC 4 mendefinisikan Aset sebagai berikut: “future economic benefits controlled by
the entity as a result of past transactions or events”.. Berdasarkan definisi dari IASB dan SAC 4
di atas, asset memiliki 3 karakteristik utama yaitu:

1. Future economic benefits


Mengacu pada definisi dari aset dan pengaplikasiannya pada entitas yang berorientasi
laba dan nirlaba jelas bahwa untuk mengkualifikasikan sebagai suatu aset, manfaat
ekonomis di masa yang akan datang mesti membantu perusahaan mencapai tujuannya,
apapun tujuan dari entitas tersebut. Khusus untuk perusahaan yang berorientasi profit
benefit disini bisa diartikan sebagai segala aktifitas yang bertujuan untuk menghasilkan
laba. Manfaat ekonomis lebih mengacu pada Scarcity dan utility yang menjadi
karakteristik utama dari suatu sumber daya ekonomi. Jika terdapat keterbatasan
penawaran atas suatu komoditas tertentu dan komoditas tersebut memiliki manfaat atau
kegunaan yang diinginkan oleh setiap orang maka bisa dikatakan bahwa komoditas
tersebut memiliki nilai ekonomi.

Aset adalah sesuatu yang ada sekarang dan mempunyai kemampuan untuk menyediakan
jasa atau service atau manfaat saat ini atau masa akan datang. Sifat dari aset adalah
mampu untuk memberikan manfaat ekonomis di masa yang akan datang. Manfaat
ekonomis dimasa yang akan datang tersebut dapat diwujudkan di dalam asset sebagai
potensi untuk memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung untuk
mengalirkan uang kas dan setara kas ke dalam perusahaan. Hal ini dapat dilakukan
dengan menciptakan pendapatan yang berasal dari aktifitas bisnis perusahaan atau dari

ACCT6336 - Accounting Theory


kemampuan untuk mengurangi arus kas keluar seperti melalui pengurangan biaya
produksi.

2. Control by entity
Manfaat ekonomis harus dikontrol oleh entitas, akan tetapi hak entitas untuk
menggunakan atau mengontrol suatu aset tidak pernah bersifat absolut. Pengertian aset
suatu entitas lebih kepada hak control yang dimiliki entitas terhadap aset tersebut
ketimbang ‘kepemilikan’ nya. Dalam akuntansi, konsep legal hanya digunakan sebagai
pedoman. Tujuan dari akuntansi tidak dicapai dengan fokus pada ketepatan konsep legal,
tetapi lebih konsentrasi pada substansi ekonomis dari transkasi dan peristiwa yang
berdampak pada posisi keuangan suatu perusahaan. Berdasarkan pandangan inilah objek
ekonomi yang disebut aset timbul.

3. Past events
Suatu aset dikatakan menjadi hak suatu entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu.
Aset yang baru direncanakan untuk dimikili atau dikontrol penggunaanya belum menjadi
aset suatu entitas karena transaksi atau peristiwa perolehannya belum terjadi.

4. Exchangeablity
Exchangeabilty adalah suatu karakteristik yang mensupport keberadaan suatu aset.Dapat
diartikan sebagai suatu item yang terpisah dari entitas dan juga nilai pelepasannya
terpisah dari nilai suatu entitas.

2. Assets Recognition
Dalam framework istilah probable tidak termasuk dalam definisi aset, akan tetapi tercakup
dalam paragraf 83 & 85 dari framework yang menyatakan aset diakui hanya jika manfaat
ekonomis dimasa akan datang ‘probable’ akan diperoleh. Jadi, probability untuk realisasi
manfaat ekonomis masa akan datang tidak penting dalam mendefinisikan aset berdasarkan
framework, tetapi merupakan titik kritis dalam menentukan apakah dicatat sebagai aset atau
tidak (recognition). Pengakuan aset dalam neraca meliputi kondisi yang disebut “recognition
rules’ dimana aset tersebut harus mempunyai suatu nilai (cost/value) yang dapat diukur secara
andal sebelum aset tersebut diakui. Penting diketahui bahwa, terdapat perbedaan antara
‘recognition rule’ yang dapat diartikan sebagai suatu aturan khusus untuk mengidentifikasikan

ACCT6336 - Accounting Theory


aset tertentu dengan ‘recognition criterion’ yang merupakan pedoman umum yang digunakan
untuk memformulasikan ‘recognition rule’ dan suatu pedoman recognition yang menyediakan
panduan ketimbang hanya sekedar prescription.

Recognition criteria:

• Reliance on the law


Dalam menentukan keberadaan suatu asset hak kendali lebih menentukan dibandingkan
dengan kepemilikan legal. Terpenuhinya legal tittle secara umum mengindikasikan
terpenuhinya control dan dapat digunakan dalam penentuan saat/ kapan pengakuan dari
suatu asset. Meskipun hak legal atau kendali atas manfaat dari penggunaan property sering
digunakan sebagai criteria pengakuan, substansi ekonomi lebih penting dibandingkan
bentuk legal digunakan dalam criteria pengakuan atas asset.
• Determination of the economic substance of the transaction or event
Penentuan substansi ekonomi atas suatu transaksi berkaitan erat dengan tujuan dari
pelaporan informasi yang relevan dan reliable. Materialitas juga menjadi salah satu factor:
jika suatu peristiwa signifikan secara ekonomi, maka penting untuk dicatat dan dilaporkan.
Suatu informasi dikatakan material jika salah saji tersebut dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi yang diambil oleh users berdasarkan laporan keuangan tersebut.
• Use of the conservatism principle; anticipate losses, but not gain
Implikasi dari prinsip conservatism adalah bahwa liabilitas dapat dicatat lebih awal
sedangkan asset tidak. Sebagai contoh, penerapan conservatism pada akuntansi long term
construction project. Jika menggunakan completed contract method, jika dalam proses
konstruksi diantisipasi ada kerugian, maka kerugian tersebut dicatat meskipun prjectnya
belum selesai. Sedangkan jika project tersebut menguntungkan maka pengakuan atas laba
ditangguhkan sampai project tersebut selesai.

3. Asset Measurement
Sekali criteria pemgakuan terpenuhi, akuntan harus memutuskan bagaimana mengukur asset
tersebut. Terdapat beberapa pendekatan pengukuran yang mungkin digunakan. Pengukuran
pada harga perolehan diperdebatkan untuk digunakan dan menyediakan informasi yang

ACCT6336 - Accounting Theory


reliable dan verifiable. Sedangkan disisi lain fair value measurement memberikan informasi
yang relevan. Praktek pengukuran saat ini untuk asset bervariasi dan mencerminkan
manager’s incentive dan praktek akuntansi masa lalu.

a. Tangible assets
Pendekatan tradisional menggunakan historical cost untuk mengukur asset. Cost model
merupakan cerminan dari conservatism approach untuk pengukuran asset. Subsequent
measurement berdasarkan historical cost berarti bahwa asset diukur pada harga perolehan
dikurangi dengan semua accumulated depreciated dan beban impairment. Akan tetapi
IASB standards mengizinkan untuk menggunakan subsequent remeasurement untuk
tangible assetnya. Standards ini menmbolehkan tetapi tidak mewajibkan penggunaan
current value measurement model. Berkaitan dengan IAS 16, perusahaan diperbolehkan
untuk menggunakan revaluation model untuk subsequent measurement. Pengukuran dapat
didasarkan pada nilai pasar yang disediakan secara professional oleh appraiser yang
qualified atau mungkin juga diestimasi oleh perusahaan berdasarkan pada pendekatan
‘income or depreciated replacement cost’
b. Intangible assets
Praktek akuntansi dalam kaitannya dengan pengukuran intangible asset, secara umum
conservatism. Seperti halnya dengan tangible assets, standards akuntansi mensyaratkan
bahwa untuk mengukur intangible assets pada awal perolehan dengan menggunakan cost
of acquition. Sedangkan current value model jarang digunakan untuk intangible assets.
IAS 38 mengizinkan untuk menggunakan revaluation model tetapi mensyaratkan bahwa
fair value ditentukan dengan referensi pada active market. Karena kebanyakan dari
intangible asset berdasarkan sifatnya tidak memiliki active market, cost (less accumulated
amortization and impairment) lebih luas digunakan sebagai metode pengukuran.
c. Financial instrument
Kategori ketiga dari assets dikenal dengan financial assets. FASB dan IASB telah sepakat
dan menyimpulkan bahwa derivative harus diukur pada fair value ketimbang cost. Dewan
standard berpendapat bahwa pengukuran financial asset dengan market value, maka
pengguna informasi akan memperoleh informasi yang lebih relevan berkaitan dengan nilai
tersebut. IASB telah berkomitmen untuk menggunakan fair value measurement untuk

ACCT6336 - Accounting Theory


financial instrument dalam rangka untuk menyediakan informasi yang relevan bagi para
pengguna laporan keuangan. Dewan standards berpendapat bahwa gain atau loss harus
diakui pada saat terjadinya dalam rangka untuk melaporkan risiko yang berkaitan dengan
financial instrument tersebut untuk membuat laporan keuangan lebih transparan.

4. Challenges for Standards Setter


FASB dan IASB cenderung untuk mengarahkan masalah pengukuran ini ke dalam conceptual
framework project. Masalah tersebut meliputi dasar pengukuran yang potensial: past entry
atau exit price, modified past amount, current entry, exit atau equilibrium price, value in use
atau future entry atau exit price. Sebagai bagian dari project, dewan akan mempertimbangkan
measurement concept, principles and terms. Mereka akan mengevaluasi dan meranking
berbagai metode pengukuran berdasarkan pada pengembangan yang mana akan memenuhi
qualitative characteristic dari informasi keuangan.

ACCT6336 - Accounting Theory


SIMPULAN

1. Definisi asset mempunyai arti penting karena mempengaruhi cara penyiapan laporan
keuangan dan juga cara orang menginterpretasikannya. Definisi assets juga mempengaruhi
perusahaan-perusahaan mematuhi perjanjian dalam kontrak.
Aset dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat memberikan manfaat ekonomis di masa
yang akan datang yang diberada di bawah kontrol entitas akibat dari peristiwa masa lalu.
Konsep ini jelas tetapi tidak selalu mudah diaplikasikan dalam prakteknya. Beberapa orang
menginterpretasikan definisi ini secara sempit dan sebagian lagi berpendapat bahwa sebuah
aset harus menjadi milik entitas terlebih dahulu sebelum dia dicatat dalam pembukuan
perusahaan. Demikian juga halnya dengan pengakuan pengukuran dari aset itu sendiri. Aset
yang baru direncanakan akan dimiliki oleh entitas dimana entitas belum mempunyai hak
kontrol atas aset tersebut tidak bisa diakui sebagai aset pada entitas yang bersangkutan. Hal
ini berkaitan dengan definisi akibat peristiwa masa lalu.

2. Jumlah dan waktu pengakuan asset adalah penting karena hal tersebut mempunyai
konsekwensi ekonomis untuk pembuat dan pengguna laporan keuangan.
3. Meskipun historical cost sudah lebih awal dan dominan digunakan sebagai metode
pengukuran dalam akuntansi, masih terdapat beberapa altenatif metode pengukuran yang
dapat digunakan dalam pelaporan keuangan.

ACCT6336 - Accounting Theory


DAFTAR PUSTAKA

1. Godfey, J., Hodgson, A., Tarca, A., Hamilton, J. & Holmes, S. (2010). Accounting
Theory 7th edition. Wiley. Brisbane. Chapter 7.

ACCT6336 - Accounting Theory

Anda mungkin juga menyukai