Anda di halaman 1dari 8

TUGAS RESUME TEORI AKUNTANSI

BAB VII
ASSETS

AZHRA EDRI GEOVALDI

201670041

JURUSAN AKUNTANSI

TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT

BEKASI

2019
BAB 7
ASSETS
Klasifikasi dari kompnen-komponen yang ada di laporan keuangan
adalah hal yang paling mendasar dalam akuntansi karena akan
memengaruhi cara pengguna laporan keuangan menginterpretasikan
kondisi keuangan dan konsekuensi dari proses pengambilan keputusan.
Memengaruhinya melalui persepsi risiko dan solvabilitas perusahaan.
Oleh karena itu, perlu dibahas mengenai definisi aset, bagaimana
pengakuan dan kriteria pengakuannya, dan dampak dari perbedaan
pendekatan dalam pengukuran aset.
LO1 – Assets Defined
Tiga karakter dalam definisi aset:
 Memberikan manfaat ekonomis di masa depan
 Dikendalikan oleh sebuah entitas
 Didapat dari kejadian masa lampau
 Dapat dipertukarkan  pendukung
Manfaat ekonomi di masa depan (future economic benefit)
Manfaat ekonomis di masa depan di dalam aset adalah potensi yang
dapat dikontribusikan secara langsung maupun tidak langsung yang
mengalir ke kas entitas. Dapat juga disebut sebagai manfaat yang
membantu entitas untuk mencapai tujuannya.
Dari berbagai pendapat, jika disimpulkan, maka aset adalah sesuatu yang
ada saat ini, dan memiliki kapabilitas memberikan jasa atau manfaat saat
ini dan juga di masa yang akan datang.
Konsep aset ini membedakan antara objek dengan manfaat yang
diwujudkan di dalamnya. Saat gedung dinyatakan sebagai aset, pada
dasarnya aset yang dimaksudkan adalah manfaat tempat pada gedung
itu, bukan batu bata dan semen yang membangung gedung tersebut.
Dikendalikan oleh sebuah entitas (controlled by an entity)
Mengontrol kadang tidak sama dengan memiliki. Misalnya, suatu
perusahaan memiliki aset, tapi ada peraturan pemerintah yang melarang
penggunaanya, sehingga perusahaan kehilangan kontrol atas aset yang
sebenarnya dimilikinya itu.
Secara teknis, aset sebenarnya adalah hak untuk menggunakan aset,
bukan secara fisik. Perusahaan memiliki hak untuk menadapatkan
manfaat dari aset tersebut dan bisa mengontrolnya. Misalnya truk yang
dibayar dengan kredit, meskipun selama mencicil belum memiliki bukti
sah kepemilikan, tapi sudah boleh mengambil manfaat dari truk tersebut.
Didapat dari kejadian masa lampau (past event)
Syarat ini untuk menegaskan bahwa aset yang baru direncanakan tidak
dimasukkan dalam pelaporan. Contohnya aset yang ada dalam anggaran.
Perdebatan sering timbul dalam hal seperti wholly executory contract.
Dapat dipertukarkan (exchageability) pendukung
Beberapa peneliti berpendapat bahwa definisi dari aset harus
mengikutsertakan kondisi bahwa aset itu harus dapat dipertukarkan,
artinya suatu item terpisah dari entitas dan nilai penghapusan terpisah
dari nilai entitas. Suatu barang yang tidak memiliki exchageability
pastilah tidak memiliki nilai ekonomi (MacNael).
Namun, goodwill menjadi dipertanyakan dengan adanya syarat ini
karena goodwill tidak bisa dipertukarkan apabila tidak melekat pada
suatu barang. Chambers berpendapat agar goodwil dipisahkan dari aset
karena sangat rawan terhadap variasi yang tidak memiliki kualitas
jangka panjang. Chambers juga berpendapat bahwa dalam penentuan
neraca diperlukan pengukuran terhadap aset dan kewajiban, tapi
goodwill menggunakan evaluasi bukan pengukuran. Nilai yang
ditetapkan dari goodwill tidak sama dengan jenis nilai aset dan
kewajiban lain.
Untuk yang menentang syarat ini berpendapat bahwa exchangeability
hanyalah cara satu arah untuk mendapatkan benefit dari aset. Contohnya
persediaan. Namun, sebagaian besar aset benefitnya didapatkan selama
masa penggunaan, seperti mesin dan gedung. Sehingga tidak
terpengaruh apakah aset dapat dipertukarkan atau tidak.
Nilai ekonomis juga berdasarkan pada kelangkaan, bukan dapat
dipertukarkan. Pertukaran tidak menciptakan nilai, hanya
mengungkapkannya (Moonitz).
Pengikutsertaan aset tidak nyata sebagai aset tidak dapat menilai bisnis
secara keseluruhan, melainkan hanya untuk mengidentifikasi nilai dari
sumber-sumber khusus benefit di masa yang akan datang bagi
perusahaan.
LO 2 – Asset Recognition
Pengakuan melibatkan aturan pengakuan, ada yang formal maupun
informal. Contoh informal adalah pengakuan piutang ketika penjualan
secara kredit terjadi. Contoh formal adalah pengakuan financial leases
sebagai aset.
Framework recognition criteria (kriteria-kriteria dalam pengakuan):
a. Peluang dari keuntungan ekonomis yagn akan datang
b. Aset harus dapat diukur dengan andal (reliably measured)
Past recognition criteria yang tidak harus semuanya dipenuhi dan tidak
mutually exclusive:
a. Kepercayaan pada hukum (reliance on the law)
Pengakuan aset bergantung pada konsept legal/sah aset tersebut.
Contoh: pembelian aset tetap
b. Penentuan substansi ekonomis pada transaksi atau kejadian
Substabsi ekonomis dari transaksi berhubungan dengan tujuan
pelaporan informal yang relevan dan dapat diandalkan.
c. Penggunaan konservatisme: antisipasi kerugian, tapi tidak pada
keuntungan
Beberapa standar yang membatasi pengakuan aset: IAS 38.AASB 138
intangible assets paragraf 48 melarang pengakuan goodwill yang
dihasilkan secara internal.
LO 3 – Asset Measurement
Tangible Asset
Terdapat dua jenis pengkuran yang dikenal, yaitu historical cost dan fair
value. Untuk historical cost, aset diukur pada saat akuisisi dan dikurangi
akumulasi depresiasi dan penurunan nilai. Pendukung model ini
berpendapat bahwa biaya pada saat akuisisi ini menyediakan tujuan dan
bukti-bukti bahwa pengukuran depresiasi dan penurunan nilai yang telah
dihitung merefleksikan nilai yang sesungguhnya dalam balance sheet.
Sementara itu, revaluasi aset menyediakan informasi yang relevan untuk
para pengguna laporan keuangan. Namun, beberapa berpendapat bahwa
pengukuran ini tidak handal dan subjektif apabila penetuan nilainya
diestimasi padahal seharusnya diobservasi. Dikatakan subjektif karena
niali yang didapat berasal dari perhitungan manajemen sendiri.
Intangible Asset
Karena intangible asset tidak memiliki pasar, maka yang biasa yang
digunakan adalah cost (dikurangi oleh akumulasi amortisasi dan
impairment). IAS 38 melarang pengakuan atas internally generated
intangible asset karena hanya dapat dimunculkan di balance sheet hanya
atas capitalization of development cost nya saja.
Financial Instrument
Model pengukuran yang paling dominan adalah historical cost. Namun,
banyak yang menentang karena tidak relevan. Contohnya derivatif yang
telah diatur untuk diukur dalam fair value. Sehingga, meskipun harga
pasar lebih dianjurkan, namun perkiraan manajemen juga boleh
digunakan (untuk fair value).
Untuk membuat standar yang baku, IASB telah menetapkan penggunaan
fair value guna menyediakan informasi yang relevan bagi pengguna
laporan keuangan. Beberapa pihak menentang karena akan
menghasilkan laproan yang tidak relevan, tidak dapat diantdalkan, diak
dapat dimengerti, dan tidak dapat dibandingkan.
Pengukuran ini sangat konpleks. Belum ada sebuah model pengukuran
yang disetujui oleh pembuat standar di IAS 39. Financial instrument
kemudian dibagi menjadi 4 tipe dengan pengukuran yang berbeda-beda.
Tipe aset finansial Metode pengukuran
Original (pinjaman dan piutang) Amortized cost
Originated loans and receivables Aset tidak dipengaruhi oleh niat
untuk menjual atau hold to
maturity.
Hold-to-maturity investment Amortized cost, subject to review
for impairment in value.
Perusahaan tidak diperbolehkan
menggunakan klasifikasi HTM
apabila aset dijual atau ditransfer
lebih dari sebagian kecil
Available for sale securities Fair value.
Gain atau loss dari
remeasurement diakui di ekuitas.
Financial asset held for trading, or Fair value.
classified as fair value through Dengan profit atau loss atas
profit and loss, and derivatives remeasurement diakui sebagai
profit dan loss.
Semua financial intstrument yang
berdasarkan amoritzed cost dan
AFS harus dinilai impairment nya
setiap tanggal pelaporan.
LO 4 – Challenges for Standard Setters
Which measurement model?
Terdapat dukungan dari IASB dan FASB untuk penggunaan nilai wajar
yang lebih luas dan menjadi fokus beberapa bagian dalam komunitas
keuangan.
How to calculate fair value measurement?
Dalam SFAS 157 terdapat contoh dari teknik penilaian yang digunakan
untuk memperkirakan niali wajar, termasuk di dalamnya:
a. Pendekatan pasar
Penggunaan dari harga observasi dan informasi dari transaksi
aktual untuk aset dan kewajiban yang identik, mirip, atau
sebanding.
b. Pendekatan pendapatan
Konversi dari nilai masa depan ke nilai sekarang.
c. Pendekatan biaya
Nilai yang dibutuhkan untuk mengganti kapasitas dari sebuah jasa.
Tiga kategori untuk input yang digunakan untuk estimasi nilai wajar
1. Tingkat 1
Menggunakan harga terpilih untuk aset dan kewajiban yang identik
di pasar yang aktif yang direkomendasikan kapan pun informasi
tersebut tersedia. Harga tersebut tidak perlu disesuaikan.
2. Tingkat 2
Jika harga terpilih untuk aset dan kewajiban yang identik di pasar
yang aktif yang direkomendasikan tidak tersedia, maka nilai wajar
harus diestimasikan berdasarkan harga yang terpilih untuk aset dan
kewajiban yang hampir sama di pasar aktif. Dibutuhkan adanya
penyesuaian pada beberapa perbedaan.

3. Tingkat 3
Jika tingkat 1 dan 2 tidak tersedia, atau jika perbedaan antara set
dan kewajiba yang hampir sama tidak dapat ditentukan secara
objektif, maka nilai wajar dapat diestimasi menggunakan beberapa
teknik penilaian yang konsisten dengan pendekatan pasar,
pendapatan dan biaya.
LO 5 – Issues for Auditors
Mengaudit fair value menimbulkan kesulitan pada auditor karena
membutuhkan penerapan dari model valuasi dan ahli dari valuasi itu
sendiri. Untuk menciptakan pendekatan audit yang efektif, auditor
memiliki peranan penting untuk memastikan pengukuran yang dilakukan
telah sesuai dan tidak terpengaruhi berlebihan oleh insentif manajer.
Auditor harus mengetahui proses dari perusahaan kliennya dan
pengendalian dalam pengukuran fair value, dan auditor harus membuat
penilai an apakah metodae pengukuran dan asumsi yang diguankan dari
perusahaan kliennya tersebut sudah sesuai dan memberikna landasa
yang kuat dalam pengukuran fair value. Ada potensi auditor dikenakan
tuntutan legal apabila gagal untuk mealkukan pendekatan atas audit nilai
wajar untuk aset secara sesuai. Mayoritas masalah yang ditemukan
terkait dengan pengujian nilai aset menggunakan model biaya historis.
Situasi spesifik yang mengharusskan penggunaan nilai wajar untuk
berbagai macam tipe aset adalah dalam kombinasi bisnis.

Anda mungkin juga menyukai