Anda di halaman 1dari 15

NAMA: Widiya Evitasari

NIM: 222019159
MK: Pemeriksaan Akuntansi II

2.BUATLAH RINGKASAN DALAMM BENTUK WORD

PEMBAHASAN

AUDITING BIAYA DIBAYAR DI MUKA


Untuk banyak entitas, piutang dagang dan persediaan menggambarkan
sebagian besar aset lancar dalam laporan keuangan. Sebagian besar laporan
keuangan juga mencakup akun yang disebut sebagai aset lain – lain. Ketika aset –
aset tersebut memberikan manfaat ekonomi kurang dari setahun, aset – aset
tersebut diklasifikasikan sebagai aset lancar. Jenis aset lainnya adalah
biaya dibayar dimuka. Contoh biaya – biaya dibayar dimuka antara lain :
 Asuransi dibayar dimuka
 Sewa dibayar dimuka
 Bunga dibayar dimuka
Satu perbedaan utama antara akun – akun aset seperti piutang dagang atau
persediaan dan biaya dibayar dimuka adalah materialitas saldo akun. Dalam
banyak perikatan, biaya dibayar dimuka, biaya tangguhan, dan aset tidak berwujud
tidak sangat material. Oleh karena itu, prosedur analitis substantive sering kali
digunakan untuk memverifikasi saldo – saldo akun-akun
ini.
Tujuan Audit Biaya Dibayar Di Muka
a. Untuk memastikan bahwa internal control perusahaan baik
Jika auditor yakin bahwa internal control perusahaan baik, maka luasnya
pemeriksaan
dalam uji substantive dapat dipersempit. Ciri internal control yang baik adalah:
 Adanya otorisasi untuk setiap pengeluaran biaya
 Adanya bukti pembayaran untuk setiap pengeluaran biaya, misalnya polis
asuransi.
b. Untuk memeriksa apakah biaya mempunyai kegunaan untuk tahun berikutnya
sudah
dicatat sebagai biaya dibayar di muka
Dalam hal ini auditor memastikan bahwa bagian yang masih belum digunakan
benar-
benar dicatat sebagai biaya dibayar di muka, buka dicatat sebagai beban.
c. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar di muka yang mempunyai kegunaan
untuk tahun berjalan telah dicatat pada sebagai biaya.
d. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dibayar di muka disajikan sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku secara umum. Biasanya biaya dibayar di
muka yang mempunyai masa manfaat kurang dari satu tahun dicatat sebagai asset
lancer. Jika lebih dari satu tahun, dicatat sebagai asset tak lancar. Terdapat tiga
pengendalian internal untuk asuransi dibayar di muka, yaitu pengendalian atas
akuisisi dan pencatatan asuransi, pengendalian atas register asuransi, serta
pengendalian pembebanan biaya asuransi. Perusahaan memiliki jurnal entri untuk
mengklasifikasi ulang mengenai biaya dibayar di muka. Karena dokumen ini
sangat dibutuhkan untuk penyesuaian jika pada akhir tahun terdapat kesalahan
yang menunjukkan ketidakcocokan dengan saldo akhir tahun. Dalam audit biaya di
muka, auditor memperoleh jadwal dari klienyang berisi daftar untuk setiap
kebijakan berlaku:
a. Informasi mengenai polis asuransi, nomor polis, jaminan, serta besaran yang
rutin
dibayar
b. Saldo awal asuransi dibayar di muka
c. Pembayaran premi
d. Pembebanan biaya asuransi
e. Saldo akhir asuransi dibayar di muka
Penilaian Risiko Bawaan – Biaya Dibayar di Muka
Risiko bawaan untuk biaya dibayar dimuka seperti asuransi dibayar dimuka secara
umum
akan dinilai rendah karena akun – akun ini tidak melibatkan isu akuntansi apa pun
yang kompleks atau bermasalah.
Penilaian Risiko Pengendalian – Biaya Dibayar di Muka
Biaya dibayar dimuka biasanya di proses lewat proses pembelian. Biaya dibayar
dimuka secara umum meliputi asuransi dibayar dimuka, sewa dibayar dimuka,
pemeliharaan dibayar dimuka atau jasa lainnya, dan bunga dibayar dimuka.
Pembahasan selanjutnya berfokus pada akun asuransi dibayar dimuka sebagai
ilustrasi auditing biaya dibayar dimuka karena hal itu elibatkan hampir semua
perikatan. Asuransi dibayar dimuka terkait dengan polis asuransi atas bangunan
atau peralatan. Bagian dari penilaian pengendalian risiko auditor untuk transaksi
asuransi dibayar dimuka berdasarkan pada efektifitas pengendalian aktifitas dalam
proses pembelian. Contohnya aktivitas pengendalian dalam proses pembelian
harus memastikan bahwa polis asuransi baru diotorisasi dan dicatat dengan tepat.
Aktivitas pengendalian tambahan dapat digunakan untuk mengendalikan transaksi
dan informasi akuntansi. Entitas juga perlu untuk mempertahankan pengendalian
melalui alokasi sistematis dari asuransi dibayar dimuka ke biaya asuransi. Pada
setiap akhir bulan, personil klien harus mempersiapkan entri jurnal untuk melihat
porsi jatuh tempo dari asuransi dibayar dimuka yang telah berakhir. Dalam
beberapa kasus, entitas menggunakan jumlah yang diestimasi ketika mencatat
entri jurnal ini selama setahun. Pada akhir tahun, akun asuransi dibayar dimuka
disesuaikan untuk menggambarkan jumlah yang sebenarnya dari asuransi yang
belum habis waktunya.

Prosedur Substantif – Asuransi Dibayar di Muka


Dalam banyak audit, auditor dapat mengumpulkan bukti yang cukup dan tepat atas
asuransi dibayar di muka dengan melaksanakan prosedur analitis substantif.
Prosedur Analitis Substantif untuk Asuransi Dibayar di Muka Karena secara umum
beberapa transaksi dalam akun transaksi dibayar di muka dan karena jumlah yang
dilaporkan dalam laporan keuangan untuk asuransi dibayar dimuka biasanya tidak
material, prosedur analitis substantif efektif untuk memverifikasi saldo akun.
Prosedur analitis substantif berikut biasanya digunakan untuk menguji asuransi
dibayar dimuka.
 Membandingkan saldo akun tahun ini pada asuransi dibayar di muka dan biaya
asuransi dengan saldo tahun sebelumnya, memperhitungkan berbagai perubahan
dalam aktivitas
operasi.
 Menghitung rasio biaya asuransi terhadap aset atau penjualan dan
membandingkannya dengan rasio tahun sebelumnya.
 Menghitung estimasi saldo akhir than akun dibayar di muka menggunakan
premi saat ini dan waktu yang tersisa pada polis di akhir periode

AUDITING ASET TIDAK BERWUJUD


Aset tidak berwujud adalah aset-aset yang memberikan manfaat ekonomi lebih dari
setahun tetapi tidak memiliki substansi fisik. Daftar berikut merupakan contoh 5
kategori umum
aset tidak berwujud:
1) Pemasaran – Merek dagang, nama dagang, dan nama domain internet.
2) Konsumen – Daftar konsumen, jaminan pesanan dan hubungan konsumen.
3) Artistik – Komponen-komponen yang dilindungi oleh hak cipta.
4) Kontrak – Lisensi, waralaba, dan kontrak penyiaran.
5) Teknologi – teknologi yang dipatenkan dan tidak dipatenkan.
Standar akuntansi tidak mengizinkan perusahaan secara internal mencatat aset
tidak
berwujud yang dihasilkan sebagai aset dalam laporan posisi keuangan. Lebih
tepatnya aset tidak berwujud dicatat ketika aset diperoleh melalui pembelian atau
perolehan (FASB ASC Topic 350).

Tujuan Audit Aktiva Tidak Berwujud


Audit atas aktiva tidak berwujud memiliki beberapa tujuan, yang diantaranya
adalah:
 Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aktiva
tak
berwujud.
 Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan aktiva tak
berwujud
didukung oleh bukti – bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang.
 Untuk memeriksa apakah aktiva tak berwujud yang dimiliki perusahaan masih
mempunyai kegunaan dimasa yang akan datang (manfaatnya lebih dari satu tahun)
[22.36, 16/11/2021] Widiya Evitasari:  Untuk memeriksa apakah amortisasi
aktiva tak berwujud dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum (PABU).
 Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aktiva tak
berwujud sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.
 Untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tak berwujud dalam laporan
keuangan sudah dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(PABU)
Penilaian Risiko bawaan – Aset Tidak Berwujud
Sifat penilaian yang ada dalam akuntansi untuk aset tidak berwujud memunculkan
pertimbangan risiko bawaan yang serius. Aturan akuntansi merupakan sesuatu
yang kompleks dan transaksi merupakan sesuatu yang sulit diaudit. Penilaian yang
sungguh-sungguh juga dibutuhkan untuk penentuan umur manfaat untuk paten,
hak cipta, jaminan lain. Pada akhirnya, pengujian penurunan penilaian aset dan
penentuan jumlah kerugian penurunan nilai merupakan prosedur kompleks yang
melibatkan estimasi. Standar akuntansi mensyaratkan pengujian penurunan nilai
lainnya untuk golongan aset tidak berwujud yang berbeda (FASB ASC Topic 350).
Dengan penilaian dan kompleks yang terkait dengan penilaian dan estimasi aset
tidak berwujud, auditor mungkin menilai risiko bawaan tinggi.

Penilaian Risiko Pengendalian – Aset Tidak Berwujud


Manajemen bertanggungjawab membuat pengukuran nilai wajar dan
pengungkapan, sehingga harus membuat proses akuntansi dan pelaporan untuk
menentukan pengukuran nilai wajar memilih metode penilaian yang sesuai,
mengidentifikasi, dan mendukung asumsi signifikan yang digunakan dan
mempersiapkan penilaian dan pengungkapan yang berhubungan dengan PABU.
Dalam menilai risiko pengendalian auditor mempertimbangkan faktor-faktor
sebagai berikut :
 Keahlian dan pengalaman dari orang-orang yang menentukan nilai wajar aset.
 Pengendalian atas proses yang digunakan untuk menentukan pengukuran nilai
wajar
termasuk pengendalian atas data dan pemisahan tugas antara orang-orang yang
melakukan pembelian pada klien dan orang-orang yang melakukan penilaian.
 Seberapa jauh entitas berikat atau menggunakan spesialis penilaian. [22.36,
16/11/2021] Widiya Evitasari:  Untuk memeriksa apakah amortisasi aktiva tak
berwujud dilakukan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum (PABU).
 Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aktiva tak
berwujud sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.
 Untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tak berwujud dalam laporan
keuangan sudah dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(PABU) Penilaian Risiko bawaan – Aset Tidak Berwujud Sifat penilaian yang ada
dalam akuntansi untuk aset tidak berwujud memunculkan pertimbangan risiko
bawaan yang serius. Aturan akuntansi merupakan sesuatu yang kompleks dan
transaksi merupakan sesuatu yang sulit diaudit. Penilaian yang sungguh-sungguh
juga
dibutuhkan untuk penentuan umur manfaat untuk paten, hak cipta, jaminan lain.
Pada akhirnya, pengujian penurunan penilaian aset dan penentuan jumlah kerugian
penurunan nilai merupakan prosedur kompleks yang melibatkan estimasi. Standar
akuntansi mensyaratkan pengujian penurunan nilai lainnya untuk golongan aset
tidak berwujud yang berbeda (FASB ASC Topic 350). Dengan penilaian dan
kompleks yang terkait dengan penilaian dan estimasi aset tidak berwujud, auditor
mungkin menilai risiko bawaan tinggi. Penilaian Risiko Pengendalian – Aset Tidak
Berwujud Manajemen bertanggungjawab membuat pengukuran nilai wajar dan
pengungkapan, sehingga harus membuat proses akuntansi dan pelaporan untuk
menentukan pengukuran nilai wajar memilih metode penilaian yang sesuai,
mengidentifikasi, dan mendukung asumsi signifikan yang digunakan dan
mempersiapkan penilaian dan pengungkapan yang berhubungan dengan PABU.

Dalam menilai risiko pengendalian auditor mempertimbangkan faktor-faktor


sebagai berikut :
 Keahlian dan pengalaman dari orang-orang yang menentukan nilai wajar aset.
 Pengendalian atas proses yang digunakan untuk menentukan pengukuran nilai
wajar
termasuk pengendalian atas data dan pemisahan tugas antara orang-orang yang
melakukan pembelian pada klien dan orang-orang yang melakukan penilaian.
 Seberapa jauh entitas berikat atau menggunakan spesialis penilaian.
 Untuk memeriksa apakah amortisasi aktiva tak berwujud dilakukan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU).
 Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aktiva tak
berwujud sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.
 Untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tak berwujud dalam laporan
keuangan sudah dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(PABU)
Penilaian Risiko bawaan – Aset Tidak Berwujud
Sifat penilaian yang ada dalam akuntansi untuk aset tidak berwujud memunculkan
pertimbangan risiko bawaan yang serius. Aturan akuntansi merupakan sesuatu
yang kompleks dan transaksi merupakan sesuatu yang sulit diaudit. Penilaian yang
sungguh-sungguh juga dibutuhkan untuk penentuan umur manfaat untuk paten,
hak cipta, jaminan lain. Pada akhirnya, pengujian penurunan penilaian aset dan
penentuan jumlah kerugian penurunan nilai merupakan prosedur kompleks yang
melibatkan estimasi. Standar akuntansi mensyaratkan pengujian penurunan nilai
lainnya untuk golongan aset tidak berwujud yang berbeda (FASB ASC Topic 350).
Dengan penilaian dan kompleks yang terkait dengan penilaian dan estimasi aset
tidak berwujud, auditor mungkin menilai risiko bawaan tinggi.
Penilaian Risiko Pengendalian – Aset Tidak Berwujud
Manajemen bertanggungjawab membuat pengukuran nilai wajar dan
pengungkapan, sehingga harus membuat proses akuntansi dan pelaporan untuk
menentukan pengukuran nilai wajar memilih metode penilaian yang sesuai,
mengidentifikasi, dan mendukung asumsi signifikan yang digunakan dan
mempersiapkan penilaian dan pengungkapan yang berhubungan dengan PABU.

Dalam menilai risiko pengendalian auditor mempertimbangkan faktor-faktor


sebagai berikut :
 Keahlian dan pengalaman dari orang-orang yang menentukan nilai wajar aset.
 Pengendalian atas proses yang digunakan untuk menentukan pengukuran nilai
wajar
termasuk pengendalian atas data dan pemisahan tugas antara orang-orang yang
melakukan pembelian pada klien dan orang-orang yang melakukan penilaian.
 Seberapa jauh entitas berikat atau menggunakan spesialis penilaian.  Untuk
memeriksa apakah amortisasi aktiva tak berwujud dilakukan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum (PABU).
 Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aktiva tak
berwujud sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.
 Untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tak berwujud dalam laporan
keuangan sudah dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(PABU)

Penilaian Risiko bawaan – Aset Tidak Berwujud Sifat penilaian yang ada dalam
akuntansi untuk aset tidak berwujud memunculkan pertimbangan risiko bawaan
yang serius. Aturan akuntansi merupakan sesuatu yang kompleks dan transaksi
merupakan sesuatu yang sulit diaudit. Penilaian yang sungguh-sungguh juga
dibutuhkan untuk penentuan umur manfaat untuk paten, hak cipta, jaminan lain.
Pada akhirnya, pengujian penurunan penilaian aset dan penentuan jumlah kerugian
penurunan nilai merupakan prosedur kompleks yang melibatkan estimasi. Standar
akuntansi mensyaratkan pengujian penurunan nilai lainnya untuk golongan aset
tidak berwujud yang berbeda (FASB ASC Topic350). Dengan penilaian dan
kompleks yang terkait dengan penilaian dan estimasi aset tidak berwujud, auditor
mungkin menilai risiko bawaan tinggi.Penilaian Risiko Pengendalian – Aset Tidak
Berwujud Manajemen bertanggungjawab membuat pengukuran nilai wajar dan
pengungkapan, sehingga harus membuat proses akuntansi dan pelaporan untuk
menentukan pengukuran nilai wajar memilih metode penilaian yang sesuai,
mengidentifikasi, dan mendukung asumsi signifikan yang digunakan dan
mempersiapkan penilaian dan pengungkapan yang berhubungan dengan PABU.
Dalam menilai risiko pengendalian auditor mempertimbangkan faktor-faktor
sebagai berikut :
 Keahlian dan pengalaman dari orang-orang yang menentukan nilai wajar aset.
 Pengendalian atas proses yang digunakan untuk menentukan pengukuran nilai
wajar termasuk pengendalian atas data dan pemisahan tugas antara orang-orang
yang melakukan pembelian pada klien dan orang-orang yang melakukan
penilaian.
 Seberapa jauh entitas berikat atau menggunakan spesialis penilaian.  Untuk
memeriksa apakah amortisasi aktiva tak berwujud dilakukan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum (PABU).
 Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aktiva tak
berwujud sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.
 Untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tak berwujud dalam laporan
keuangan sudah dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(PABU)Penilaian Risiko bawaan – Aset Tidak Berwujud
Sifat penilaian yang ada dalam akuntansi untuk aset tidak berwujud memunculkan
pertimbangan risiko bawaan yang serius. Aturan akuntansi merupakan sesuatu
yang kompleks dan transaksi merupakan sesuatu yang sulit diaudit. Penilaian yang
sungguh-sungguh juga dibutuhkan untuk penentuan umur manfaat untuk paten,
hak cipta, jaminan lain. Pada akhirnya, pengujian penurunan penilaian aset dan
penentuan jumlah kerugian penurunan nilai merupakan prosedur kompleks yang
melibatkan estimasi. Standar akuntansi mensyaratkan pengujian penurunan nilai
lainnya untuk golongan aset tidak berwujud yang berbeda (FASB ASC Topic 350).
Dengan penilaian dan kompleks yang terkait dengan penilaian dan estimasi aset
tidak berwujud, auditor mungkin menilai risiko bawaan tinggi. Penilaian Risiko
Pengendalian – Aset Tidak Berwujud Manajemen bertanggungjawab membuat
pengukuran nilai wajar dan pengungkapan, sehingga harus membuat proses
akuntansi dan pelaporan untuk menentukan pengukuran nilai wajar memilih
metode penilaian yang sesuai, mengidentifikasi, dan mendukung asumsi signifikan
yang digunakan dan mempersiapkan penilaian dan pengungkapan yang
berhubungan
dengan PABU.

Dalam menilai risiko pengendalian auditor mempertimbangkan faktor-faktor


sebagai berikut :
 Keahlian dan pengalaman dari orang-orang yang menentukan nilai wajar aset.
 Pengendalian atas proses yang digunakan untuk menentukan pengukuran nilai
wajar
termasuk pengendalian atas data dan pemisahan tugas antara orang-orang yang
melakukan pembelian pada klien dan orang-orang yang melakukan penilaian.
 Seberapa jauh entitas berikat atau menggunakan spesialis penilaian.  Untuk
memeriksa apakah amortisasi aktiva tak berwujud dilakukan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum (PABU).
 Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aktiva tak
berwujud sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.
 Untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tak berwujud dalam laporan
keuangan sudah dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(PABU)
Penilaian Risiko bawaan – Aset Tidak Berwujud Sifat penilaian yang ada dalam
akuntansi untuk aset tidak berwujud memunculkan pertimbangan risiko bawaan
yang serius. Aturan akuntansi merupakan sesuatu yang kompleks dan transaksi
merupakan sesuatu yang sulit diaudit. Penilaian yang sungguh-sungguh juga
dibutuhkan untuk penentuan umur manfaat untuk paten, hak cipta, jaminan lain.
Pada akhirnya, pengujian penurunan penilaian aset dan penentuan jumlah kerugian
penurunan nilai merupakan prosedur kompleks yang melibatkan estimasi. Standar
akuntansi mensyaratkan pengujian nilai lainnya untuk golongan aset tidak
berwujud yang berbeda (FASB ASC Topic350). Dengan penilaian dan kompleks
yang terkait dengan penilaian dan estimasi aset tidak berwujud, auditor mungkin
menilai risiko bawaan tinggi.Penilaian Risiko Pengendalian – Aset Tidak
BerwujudManajemen bertanggungjawab membuat pengukuran nilai wajar dan
pengungkapan, sehingga harus membuat proses akuntansi dan pelaporan untuk
menentukan pengukuran nilai wajar memilih metode penilaian yang sesuai,
mengidentifikasi, dan mendukung asumsi signifikan yang digunakan dan
mempersiapkan penilaian dan pengungkapan yang berhubungan dengan PABU.

Dalam menilai risiko pengendalian auditor mempertimbangkan faktor-faktor


sebagai berikut :
 Keahlian dan pengalaman dari orang-orang yang menentukan nilai wajar aset.
 Pengendalian atas proses yang digunakan untuk menentukan pengukuran nilai
wajar termasuk pengendalian atas data dan pemisahan tugas antara orang-orang
yang melakukan pembelian pada klien dan orang-orang yang melakukan
penilaian.
 Seberapa jauh entitas berikat atau menggunakan spesialis penilaian.

KESIMPULAN
Biaya dibayar dimuka dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang akan
digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang. Contoh biaya – biaya
dibayar dimuka antara lain : asuransi dibayar dimuka, sewa dibayar dimuka, dan
bunga dibayar dimuka. Terdapat tiga pengendalian internal untuk asuransi dibayar
di muka, yaitu pengendalian atas akuisisi dan pencatatan asuransi, pengendalian
atas register asuransi, serta pengendalian pembebanan biaya asuransi. Aset tidak
berwujud adalah aset-aset yang memberikan manfaat ekonomi lebih dari setahun
tetapi tidak memiliki substansi fisik. Contoh aset tidak berwujud: merek dagang,
hak cipta, lisensi, waralaba, dan teknologi yang dipatenkan dan tidak dipatenkan.
Dalam menilai risiko pengendalian auditor mempertimbangkan faktor-faktor
sebagai berikut : keahlian dan pengalaman dari orang-orang yang menentukan
nilai wajar aset, pengendalian atas proses yang digunakan untuk menentukan
pengukuran nilai wajar termasuk pengendalian atas data dan pemisahan tugas
antara orang-orang yang melakukan pembelian pada klien dan orang-orang yang
melakukan penilaian, seberapa jauh entitas berikat atau menggunakan spesialis
penilaian, asumsi-asumsi manajemen yang signifikan yang digunakan dalam
menentukan nilai wajar, dan integritas atas pengendalian perubahan dan prosedur
keamanan untuk model penilaian dan sistem informasi yang relevan, termasuk
proses persetujuan

AUDIT OF THE SALES AND COLLECTIONS CYCLE: TOC


ANDSUBSTANTIVE TEST OF TRANSACTIONS

 Kelompok transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan


1.Penjualan (tunai/kredit)
2.Penerimaan kas
3.Retur penjualan dan pengurangan harga
4.Penghapusan piutang tak tertagih
5.Estimasi beban piutang tak tertagih

 Fungsi-fungsi bisnis dalam siklus penjualan dan penagihan serta dokmendan


satatan yang terkait
1.PenjualanAkun : penjualan dan piutang dagangFungsi : pemrosesan pesanan
pelanggan, pemberian kredit, pengiriman barang, penagihan pelanggan dan
mencatat penjualanDokumen/catatan : permintaan pelanggan, pesanan penjualan,
pesanan pelanggan, dokumen pengiriman, faktur penjualan, arsip transaksi
penjualan,daftar penjualan, arsip utama piutang dagang, neraca saldo piutang
dagang,laporan penagihan bulanan.2.

2.Penerimaan kasAkun : kas di bank (debit dari penerimaan kas), piutang


dagangFungsi : pemrosesandan pencatatan penerimaan kasDokumen/catatan : slip
pembayaran, daftar awal penerimaan kas, arsiptransaksi penerimaan kas,
daftar/jurnal penerimaan kas3.

3.Retur penjualan dan pengurangan hargaAkun : retur penjualan dan pengurangan


harga, piutang dagangFungsi : pemrosesan dan pencatatan retur penjualan dan
pengurangan hargaDokumen/catatan : memo kredit, jurnal retur penjualan dan
penguangan harga
4.penghapusan piutang tak tertagih
5.beban piutang tak tertagih
\
KASUS:

Contoh kasus: Kasus SNP Finance, Sri Mulyani resmi jatuhkan sanksi ke Deloitte :
Kementerian Keuangan Republik Indonesia menjatuhkan sanksi administratif
kepada masing-masing Akuntan Publik Marlinna, Akuntan Publik Merliyana
Syamsul, dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Satrio Bing, Eny & Rekan (Deloitte
Indonesia). Sanksi ini diberlakukan sehubungan dengan pengaduan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) yang menginformasikan adanya pelanggaran prosedur audit oleh
KAP. Mengutip pengumuman di website Kementerian Keuangan (28/8), Pusat
Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) telah melakukan analisis pokok
permasalahan dan menyimpulkan bahwa terdapat indikasi pelanggaran terhadap
standar profesi akuntan. Hal ini terkait dengan audit yang dilakukan oleh kedua
akuntan publik atas laporan keuangan PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP
Finance) tahun buku 2012 hingga 2016. Untuk memastikan hal tersebut, PPPK
melakukan pemeriksaan terhadap KAP dan dua akuntan publik dimaksud.?

JAWAB:
Hasil pemeriksaan menyimpulkan bahwa Akuntan Publik Marlinna dan Merliyana
Syamsul belum sepenuhnya mematuhi Standar Audit-Standar Profesional Akuntan
Publik dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan SNP Finance.
Hal-hal yang belum sepenuhnya terpenuhi adalah pemahaman pengendalian sistem
informasi terkait data nasabah dan akurasi jurnal piutang pembiayaan,
pemerolehan bukti audit yang cukup dan tepat atas akun Piutang Pembiayaan
Konsumen.
Selain itu PPPK juga mencatat belum adanya kewajaran asersi keterjadian dan
asersi pisah batas akun pendapatan pembiayaan, pelaksanaan prosedur yang
memadai terkait proses deteksi risiko kecurangan serta respons atas risiko
kecurangan, dan skeptisisme profesional dalam perencanaan dan pelaksanaan
audit.

Selain hal tersebut, sistem pengendalian mutu yang dimiliki oleh KAP
mengandung kelemahan karena belum dapat melakukan pencegahan yang tepat
atas ancaman kedekatan.

KASUS II

Perusahaan-perusahaan apa saja yang dapat melakukan kegiatan pembiayaan


tersebut?

Jawab Melalui KEPRES NO.61 tahun 1988/ tentang LembagaPembiayaan dibuka


peluang kegiatan usaha, yakni sewa guna usaha (Leasing), modal ventura,
Perdagangan surat berharga, anjak Piutang, saha !artu !redit, dan Pembiayaan
konsumen.diberikan kepada 3 badan usaha, yaitu a)bank b)Lembaga keuangan
bukan bank badan usaha yang melakukan kegiatan dibidang keuangan yang setara
langsung atau tidak langsung menghimpun dana dengan cara mengeluarkan surat
berharga dan menyalurkannya kedalam masyarakat gunamembiayai investasi
berbagai perusahaan

Anda mungkin juga menyukai