Anda di halaman 1dari 12

Auditing Proses Pembiayaan/Investasi:

Biaya Dibayar Dimuka dan Aset Tidak Berwujud

Tugas Mata Kuliah


Auditing II

Disusun Oleh:
1. Irsa Azizah Afkarina (150810301016)
2. Heldyanita Subhan (150810301067)
3. Siti Ayu Pujining Tyas (150810301123)
4. Siska Rofita Sari (150810301125)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember
2017
PENDAHULUAN

Tugas ini berisi tentang ringkasan materi mengenai Auditing Proses


Pembiayaan/Investasi: Biaya Dibayar Dimuka dan Aset Tidak Berwujud. Dalam pembahasan
kali ini, akan disebutkan poin - poin penting dari tiap - tiap materi.
Tugas ini dibahas agar mahasiswa mengetahui berbagai jenis biaya dibayar dimuka, biaya
yang ditangguhkan, dan aset tidak berwujud, dan memahami pendekatan auditor untuk auditing
asuransi dibayar dimuka, dan aset tidak berwujud.
Maka dari itu, materi ini diharapkan dapat menjadi pedoman serta pengetahuan tambahan
untuk mahasiswa calon akuntan mengenai hal hal yang khususnya berkaitan dengan Auditing
Proses Pembiayaan/Investasi: Biaya Dibayar Dimuka dan Aset Tidak Berwujud.
PEMBAHASAN

AUDITING BIAYA DIBAYAR DI MUKA

Untuk banyak entitas, piutang dagang dan persediaan menggambarkan sebagian besar
aset lancar dalam laporan keuangan. Sebagian besar laporan keuangan juga mencakup akun yang
disebut sebagai aset lain lain. Ketika aset aset tersebut memberikan manfaat ekonomi kurang
dari setahun, aset aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset lancar. Jenis aset lainnya adalah
biaya dibayar dimuka. Contoh biaya biaya dibayar dimuka antara lain :
Asuransi dibayar dimuka
Sewa dibayar dimuka
Bunga dibayar dimuka
Satu perbedaan utama antara akun akun aset seperti piutang dagang atau persediaan dan
biaya dibayar dimuka adalah materialitas saldo akun. Dalam banyak perikatan, biaya dibayar
dimuka, biaya tangguhan, dan aset tidak berwujud tidak sangat material. Oleh karena itu,
prosedur analitis substantive sering kali digunakan untuk memverifikasi saldo saldo akun-akun
ini.

Tujuan Audit Biaya Dibayar Di Muka


a. Untuk memastikan bahwa internal control perusahaan baik
Jika auditor yakin bahwa internal control perusahaan baik, maka luasnya pemeriksaan
dalam uji substantive dapat dipersempit. Ciri internal control yang baik adalah:
Adanya otorisasi untuk setiap pengeluaran biaya
Adanya bukti pembayaran untuk setiap pengeluaran biaya, misalnya polis
asuransi.
b. Untuk memeriksa apakah biaya mempunyai kegunaan untuk tahun berikutnya sudah
dicatat sebagai biaya dibayar di muka
Dalam hal ini auditor memastikan bahwa bagian yang masih belum digunakan benar-
benar dicatat sebagai biaya dibayar di muka, buka dicatat sebagai beban.
c. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar di muka yang mempunyai kegunaan untuk tahun
berjalan telah dicatat pada sebagai biaya.
d. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dibayar di muka disajikan sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku secara umum.
Biasanya biaya dibayar di muka yang mempunyai masa manfaat kurang dari satu tahun
dicatat sebagai asset lancer. Jika lebih dari satu tahun, dicatat sebagai asset tak lancar.

Terdapat tiga pengendalian internal untuk asuransi dibayar di muka, yaitu pengendalian atas
akuisisi dan pencatatan asuransi, pengendalian atas register asuransi, serta pengendalian
pembebanan biaya asuransi.

Perusahaan memiliki jurnal entri untuk mengklasifikasi ulang mengenai biaya dibayar di muka.
Karena dokumen ini sangat dibutuhkan untuk penyesuaian jika pada akhir tahun terdapat
kesalahan yang menunjukkan ketidakcocokan dengan saldo akhir tahun.

Dalam audit biaya di muka, auditor memperoleh jadwal dari klienyang berisi daftar
untuk setiap kebijakan berlaku:
a. Informasi mengenai polis asuransi, nomor polis, jaminan, serta besaran yang rutin
dibayar
b. Saldo awal asuransi dibayar di muka
c. Pembayaran premi
d. Pembebanan biaya asuransi
e. Saldo akhir asuransi dibayar di muka

Penilaian Risiko Bawaan Biaya Dibayar di Muka


Risiko bawaan untuk biaya dibayar dimuka seperti asuransi dibayar dimuka secara umum
akan dinilai rendah karena akun akun ini tidak melibatkan isu akuntansi apa pun yang
kompleks atau bermasalah.

Penilaian Risiko Pengendalian Biaya Dibayar di Muka


Biaya dibayar dimuka biasanya di proses lewat proses pembelian. Biaya dibayar dimuka
secara umum meliputi asuransi dibayar dimuka, sewa dibayar dimuka, pemeliharaan dibayar
dimuka atau jasa lainnya, dan bunga dibayar dimuka. Pembahasan selanjutnya berfokus pada
akun asuransi dibayar dimuka sebagai ilustrasi auditing biaya dibayar dimuka karena hal itu
melibatkan hampir semua perikatan. Asuransi dibayar dimuka terkait dengan polis asuransi atas
bangunan atau peralatan.
Bagian dari penilaian pengendalian risiko auditor untuk transaksi asuransi dibayar
dimuka berdasarkan pada efektifitas pengendalian aktifitas dalam proses pembelian. Contohnya
aktivitas pengendalian dalam proses pembelian harus memastikan bahwa polis asuransi baru
diotorisasi dan dicatat dengan tepat. Aktivitas pengendalian tambahan dapat digunakan untuk
mengendalikan transaksi dan informasi akuntansi.
Entitas juga perlu untuk mempertahankan pengendalian melalui alokasi sistematis dari
asuransi dibayar dimuka ke biaya asuransi. Pada setiap akhir bulan, personil klien harus
mempersiapkan entri jurnal untuk melihat porsi jatuh tempo dari asuransi dibayar dimuka yang
telah berakhir. Dalam beberapa kasus, entitas menggunakan jumlah yang diestimasi ketika
mencatat entri jurnal ini selama setahun. Pada akhir tahun, akun asuransi dibayar dimuka
disesuaikan untuk menggambarkan jumlah yang sebenarnya dari asuransi yang belum habis
waktunya.

Prosedur Substantif Asuransi Dibayar di Muka


Dalam banyak audit, auditor dapat mengumpulkan bukti yang cukup dan tepat atas
asuransi dibayar di muka dengan melaksanakan prosedur analitis substantif.
Prosedur Analitis Substantif untuk Asuransi Dibayar di Muka
Karena secara umum beberapa transaksi dalam akun transaksi dibayar di muka dan
karena jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan untuk asuransi dibayar dimuka biasanya
tidak material, prosedur analitis substantif efektif untuk memverifikasi saldo akun. Prosedur
analitis substantif berikut biasanya digunakan untuk menguji asuransi dibayar dimuka.
Membandingkan saldo akun tahun ini pada asuransi dibayar di muka dan biaya asuransi
dengan saldo tahun sebelumnya, memperhitungkan berbagai perubahan dalam aktivitas
operasi.
Menghitung rasio biaya asuransi terhadap aset atau penjualan dan membandingkannya
dengan rasio tahun sebelumnya.
Menghitung estimasi saldo akhir than akun dibayar di muka menggunakan premi saat ini
dan waktu yang tersisa pada polis di akhir periode.
Pengujian Rinci atas Asuransi Dibayar di Muka
Pengujian rinci atas saldo untuk asuransi dibayar dimuka dan biaya asuransi mungkin
diperlukan ketika auditor mencurigai salah saji berdasarkan audit tahun lalu atau ketika prosedur
analitis substantive mengindikasikan bahwa saldo akun mungkin salah saji. Auditor mulai
menguji saldo akun asuransi dibayar dimuka dengan memperoleh skedul dari klien yang berisi
analisis rinci atas polisi yang termasuk dalam akun asuransi dibayar dimuka.

Keberadaan dan Kelengkapan


Auditor dapat menguji keberadaan dan kelengkapan polis asuransi yang termasuk dalam
analisis akun dengan mengirimkan konfirmasi untuk broker asuransi entitas, meminta informasi
terkait nomor, jaminan, tanggal jatuh tempo, dan premi polis. Ini merupakan cara yang efektif
dan efisien dalam mencari bukti dari dua asersi ini. Dua pendekatan alternatif adalah pengujian
yang mendasari dokumen pendukung seperti tagihan asuransi dan kebijakan. Auditor juga dapat
memperoleh bukti terkait kelengkapan dengan membandingkan kebijakan rinci pada register
asuransi tahun ini dengan polis polis yang terdapat pada register asuransi tahun sebelumnya.

Hak dan Kewajiban


Ahli waris polis dapat diidentifikasi dengan meminta informasi tersebut pada konfirmasi
yang dikirim ke broker asuransi atau dengan menguji polis asuransi. Jika ahli warisnya adalah
seseorang selain klien, ini dapat mengindikasikan liabilitas yang tidak tercatat atau pihak lain
memiliki klaim terhadap aset yang diasuransikan.

Penilaian
Auditor memperhatikan apakah porsi yang belum jatuh tempo atas asuransi dibayar
dimuka, dan biaya asuransi dinilai dengan tepat. Bukti terkait penilaian yang dapat dengan
mudah diperoleh dengan menghitung ulang porsi yang belum jatuh tempo asuransi setelah
mempertimbangkan premi yang dibayar dan jangka waktu atas polis. Dengan memverifikasi
porsi yang belum jatuh tempo atas asuransi dibayar dimuka, auditor juga memverifikasi jumlah
total biaya asuransi.
Klasifikasi
Perhatian auditor terkait klasifikasi adalah bahwa jenis jenis asuransi yang berbeda
dialokasikan secara tepat ke berbagai akun biaya asuransi. Biasanya, pengujian jaminan polis
asuransi mengindikasikan sifat asuransi. Contohnya, asuransi kebakaran pada fasilitas produksi
dan administratif yang utama sebaiknya dibebankan baik pada akun biaya asuransi overhead
produksi maupun pada akun biaya asuransi umum dan administratif.

AUDITING ASET TIDAK BERWUJUD


Aset tidak berwujud adalah aset-aset yang memberikan manfaat ekonomi lebih dari
setahun tetapi tidak memiliki substansi fisik. Daftar berikut merupakan contoh 5 kategori umum
aset tidak berwujud:
1) Pemasaran Merek dagang, nama dagang, dan nama domain internet.
2) Konsumen Daftar konsumen, jaminan pesanan dan hubungan konsumen.
3) Artistik Komponen-komponen yang dilindungi oleh hak cipta.
4) Kontrak Lisensi, waralaba, dan kontrak penyiaran.
5) Teknologi teknologi yang dipatenkan dan tidak dipatenkan.
Standar akuntansi tidak mengizinkan perusahaan secara internal mencatat aset tidak
berwujud yang dihasilkan sebagai aset dalam laporan posisi keuangan. Lebih tepatnya aset tidak
berwujud dicatat ketika aset diperoleh melalui pembelian atau perolehan (FASB ASC Topic
350).

Tujuan Audit Aktiva Tidak Berwujud


Audit atas aktiva tidak berwujud memiliki beberapa tujuan, yang diantaranya adalah:
Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aktiva tak
berwujud.
Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan aktiva tak berwujud
didukung oleh bukti bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang.
Untuk memeriksa apakah aktiva tak berwujud yang dimiliki perusahaan masih
mempunyai kegunaan dimasa yang akan datang (manfaatnya lebih dari satu tahun)
Untuk memeriksa apakah amortisasi aktiva tak berwujud dilakukan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum (PABU).
Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aktiva tak berwujud sudah
dicatat dan diterima oleh perusahaan.
Untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tak berwujud dalam laporan keuangan sudah
dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU)

Penilaian Risiko bawaan Aset Tidak Berwujud


Sifat penilaian yang ada dalam akuntansi untuk aset tidak berwujud memunculkan
pertimbangan risiko bawaan yang serius. Aturan akuntansi merupakan sesuatu yang kompleks
dan transaksi merupakan sesuatu yang sulit diaudit. Penilaian yang sungguh-sungguh juga
dibutuhkan untuk penentuan umur manfaat untuk paten, hak cipta, jaminan lain. Pada akhirnya,
pengujian penurunan penilaian aset dan penentuan jumlah kerugian penurunan nilai merupakan
prosedur kompleks yang melibatkan estimasi. Standar akuntansi mensyaratkan pengujian
penurunan nilai lainnya untuk golongan aset tidak berwujud yang berbeda (FASB ASC Topic
350). Dengan penilaian dan kompleks yang terkait dengan penilaian dan estimasi aset tidak
berwujud, auditor mungkin menilai risiko bawaan tinggi.

Penilaian Risiko Pengendalian Aset Tidak Berwujud


Manajemen bertanggungjawab membuat pengukuran nilai wajar dan pengungkapan,
sehingga harus membuat proses akuntansi dan pelaporan untuk menentukan pengukuran nilai
wajar memilih metode penilaian yang sesuai, mengidentifikasi, dan mendukung asumsi
signifikan yang digunakan dan mempersiapkan penilaian dan pengungkapan yang berhubungan
dengan PABU.
Dalam menilai risiko pengendalian auditor mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :
Keahlian dan pengalaman dari orang-orang yang menentukan nilai wajar aset.
Pengendalian atas proses yang digunakan untuk menentukan pengukuran nilai wajar
termasuk pengendalian atas data dan pemisahan tugas antara orang-orang yang
melakukan pembelian pada klien dan orang-orang yang melakukan penilaian.
Seberapa jauh entitas berikat atau menggunakan spesialis penilaian.
Asumsi-asumsi manajemen yang signifikan yang digunakan dalam menentukan nilai
wajar.
Integritas atas pengendalian perubahan dan prosedur keamanan untuk model penilaian
dan sistem informasi yang relevan, termasuk proses persetujuan.

Audit Prosedur atas Aktiva Tak Berwujud


1. Mempelajari dan mengevaluasi pengendalian internal perusahaan atas asset tak berwujud.
Dilakukan dengan menggunakan kuesinior pengendalian internal. Jika auditor
menyimpulkan bahwa pengendalian internal perusahaan atas aktiva tak berwujud baik
maka ruang lingkup pemeriksaan dapat dipersempit.
2. Meminta rincian aktiva tak berwjud pertanggal neraca (saldo awal, penambahan,
amortiosasi, dan penghapusan saldo akhir).
3. Mencocokkan saldo awal dan saldo akhir ke buku besar.
4. Memeriksa penambahan aktiva tak berwujud.
5. Memeriksa amortisasi dan penghapsan aktiva tak berwujud.
6. Memeriksa perjanjian yang dibuat perusahaan dengan pihak ketiga yang ingin
menggunakan hak paten, hak cipta, dan francise yang dimiliki perusahaan.
Perjanjian untuk penjualan atau sewa hak paten kepada pihak ketiga biasanya dilakukan
dihadapan notaris, oleh karena itu auditor perlu meminta copy perjanjian tersebut. Selain
itu auditor juga memeriksa buku penerimaan kas apakah pendapatan dari penjualan atau
sewa tersebut sudah diterima dan dicatat.
7. Memeriksa apakah penyajian aktiva tak berwujud dalam laporan keuangan telah sesuai
dengan PABU.

Prosedur Substantif Aset Tidak Berwujud


Pengujian Rinci Substantif
Pengujian Rinci atas Aset Tidak berwujud
Pengujian rinci terkait dengan penilaian dan penurunan nilai aset tidak berwujud sering
kali dibutuhkan karena kompleksitas dan derajat penilaian meningkatkan risiko salah saji
material. Lebih lanjut lagi, standar auditing membutuhkan beberapa bukti substantif untuk semua
akun signifikan dan seperti yang dijelaskan di atas, prosedur analitis substantif mungkin tidak
memberikan bukti yang cukup dan tepat untuk transaksi signifikan yang melibatkan aset tidak
berwujud.
Keberadaan dan Kelengkapan
Auditor umumnya menguji keberadaan aset tidak berwujud pada saat aset-aset tersebut
diperoleh .untuk aset-aset seperti paten, hak cipta, lisensi, hak penyiaran, dan merek dagang
auditor akan menguji dokumentasi legal yang mendukung validitas aset. Perhatian utama auditor
terkait asersi kelengkapan untuk aset tidak berwujud adalah untuk memastikan bahwa prosedur
pengujian penurunan nilai mencakup aset tidak tetap. Untuk menguji asersi ini auditor akan
memperoleh salinan dari daftar rinci aset tidak berwujud klien yang harus sesuai dengan jumlah
total aset tidak berwujud yang dilaporkan dalam saldo laporan posisi keuangan klien. Auditor
juga akan menguji pendokumentasian penurunan nilai klien untuk memastikan setiap aset
merupakan subjek untuk pengujian penurunan nilai yang sesuai dengan PABU.

Penilaian
Penilaian adalah asersi yang paling penting terkait dengan aset tidak berwujud. Penilaian
awal aset umumnya melibatkan alokasi harga pembelian yang sebanding dengan nilai wajar.
Ketika aset tidak berwujud ditetapkan untuk diturunkan nilainya, nilai wajar saat itu harus
ditentukan untuk menghitung kerugian penurunan nilai. Ketika da harga pasar untuk aset tidak
berwujud, masalah penilaian relatif lancar. Namun, pada sebagian besar situasi yang melibatkan
penilaian aset tidak berwujud, ketentuan harga pasar tidak tersedia.
Hak dan kewajiban
Litigasi terkait hak yang berhubungan dengan aset tidak berwujud seperti merek dagang,
paten, hak cipta, lisensi, dan alamat domain internet relatif umum. Auditor biasanya menguji
dokumen pendukung legal dan kontraktual untuk memverifikasi hak hukum klien terhadap aset-
aset ini. Auditor juga membaca notulen rapat dewan direksi dan berkomunikasi dengan
pengacara klien untuk menentukan apakah ada litigasi yang tertunda yang terkait dengan hak
hukum. Auditor perlu memahami dan menguji proses akuisisi bisnis klien dan juga alokasi harga
pembelian klien untuk berbagai aset tidak berwujud.
Klasifikasi
Perhatian auditor terkait klasifikasi adalah bahwa perbedaan jenis aset tidak berwujud
diidentifikasi secara tepat dan dihitung secara terpisah. Klasifikasi aset tidak berwujud biasanya
dilakukan pada waktu klien membeli kepentingan bisnis lainnya. Beberapa aset tidak berwujud
umumnya diperoleh secara bersamaan dalam satu pembelian.
KESIMPULAN

Biaya dibayar dimuka dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang akan
digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang. Contoh biaya biaya dibayar dimuka
antara lain : asuransi dibayar dimuka, sewa dibayar dimuka, dan bunga dibayar dimuka. Terdapat
tiga pengendalian internal untuk asuransi dibayar di muka, yaitu pengendalian atas akuisisi dan
pencatatan asuransi, pengendalian atas register asuransi, serta pengendalian pembebanan biaya
asuransi.

Aset tidak berwujud adalah aset-aset yang memberikan manfaat ekonomi lebih dari
setahun tetapi tidak memiliki substansi fisik. Contoh aset tidak berwujud: merek dagang, hak
cipta, lisensi, waralaba, dan teknologi yang dipatenkan dan tidak dipatenkan. Dalam menilai
risiko pengendalian auditor mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut : keahlian dan
pengalaman dari orang-orang yang menentukan nilai wajar aset, pengendalian atas proses yang
digunakan untuk menentukan pengukuran nilai wajar termasuk pengendalian atas data dan
pemisahan tugas antara orang-orang yang melakukan pembelian pada klien dan orang-orang
yang melakukan penilaian, seberapa jauh entitas berikat atau menggunakan spesialis penilaian,
asumsi-asumsi manajemen yang signifikan yang digunakan dalam menentukan nilai wajar, dan
integritas atas pengendalian perubahan dan prosedur keamanan untuk model penilaian dan sistem
informasi yang relevan, termasuk proses persetujuan.

REFERENSI
Agoes, Sukrisno, 1996, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik, Edisi 2: Buku 1dan 2, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Arens, Alvin A, Randal J. Elder, and Marks S. Beasley, Auditing And Assurance Services:
An Integrated Approach, 15th ed. England: Pearson Education Limited 2014 (E-book
Version)
Messier, William F, Glover, Steven M., and Prawitt, Douglas F. (2014), Jasa Audit dan
Assuranc:, Pendekatan Sistematis (Auditing and Assurance Services: A Systematic
Approach), Edisi 8: Buku 2, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai