Dosen Pengampu :
Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si., Ak.
OLEH :
KELOMPOK 4
1
mendorong penyajian fund statement dengan menggunakan format yang menunjukkan
perubahan modal kerja. Konsep ini berhasil dan banyak dipakai. Pada tahun 1963,
Acounting Principle Board menerbitkan opinion no.3 merekomendasikan setiap
perusahaan menyusun fund statement dengan nama "Statement of source and aplication
funds" bersama dengan neraca dan laporan laba rugi. Pada tahun 1971 diterbitkan APB
opinion no. 19, mengharuskan setiap perusahaan menyusun fund statement dengan nama
"Statement of Changes in Financial Position" bersama dengan neraca dan laporan laba rugi.
Konsep dana yang dapat digunakan yaitu modal kerja dan ekuivalen kas. Tahun 1971
konsep modal kerja menjadi dominan sedangkan ekuivalen kas menjadi dominan sejak
tahun 1980. Pergeseran dari format modal kerja menjadi kas, dimulai sejak tahun 1973,
AICPA menerbitkan "Report of study group on objective of financial statement"
menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang
bermanfaat bagi para investor dan kreditur dalam rangka melakukan prediksi,
pembandingan, dan evaluasi aliran kas potensial untuk kepentingannya. Tahun 1978,
FASB menerbitkan “statement of business enterprise" menekankan pentingnya konsep
kas untuk kepentingan para investor dan kreditur. Tahun 1980 FASB menerbitkan
Discuission Memorandum dengan judul "Reporting Funds Flows, Liquidity, and Financial
Flexibility", melaporkan bahwa banyak responden memilih fund statement dengan format kas.
Pada tahun 1984 FASB menerbitkan SFAC no.5 "Recognition and Measurument in Financial
Statement of Business Enterprise" merekomondasikan bahwa suatu laporan keuangan yang
lengkap harus menyajikan arus kas selama periode tersebut. Tahun 1984 FASB menerbitkan
exposure draft dengan judul Proposed Statement of Financial Accounting Standards
"Statement of Cash Flow". Exposure draft ini diikuti dengan FASB Statement No.95 tahun
1987 "Statement of Cash Flow” yang menggantikan APB Opinion No. 19 tanggal 1 Oktober
1994. Kemudian Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan.
Salah satu isinya adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.2 tentang
Laporan Arus Kas, yang mengharuskan perusahaan menyusun laporan arus kas sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan
keuangan.
2
C. Persyaratan Laporan Arus Kas
Perusahaan dalam menyajikan laporan arus kas harus mempertimbangkan kebutuhan
informasi pemakai. Untuk itu, dalam laporan arus kas sebaiknya memenuhi kaidah atau
persyaratan yang berlaku. Laporan arus kas disajikan dalam laporan keuangan pada suatu
periode tertentu berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum diantaranya standar
akuntansi keuangan. Agar mudah dipahami sebagai informasi dirasa perlu untuk
mengklasifikasikan transaksi arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Pengklasifikasian tersebut akan memberikan informasi bagi pengguna laporan keuangan untuk
menilai pengaruh tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan. Berdasarkan PSAK No.2
(2004:2.4) Laporan arus kas diklasifikasikan menjadi aktivitas, penjelasan ketiganya sebagai
berikut:
1. Aktivitas Operasi
Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasilan
pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari
transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih.
2. Aktivitas Investasi
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan
sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan
dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa
depan.
3. Aktivitas Pendanaan
Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan
sebab berguna untuk memprediksi terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok
modal perudahaan.
3
tersebut akan menjadi perusahaan terbuka, perusahaan tidak akan menerima pendapat tidak
wajar dari auditornya. Oleh karena itu hal ini sangatlah penting.
Menurut PSAK No.2 (2004:2.5), perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi
menggunakan salah satu dari kedua metode berikut ini:
1. Metode Langsung: kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas
bruto diungkapkan.
2. Metode Tidak Langsung: laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi
pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (defferal) atau akrual dari penerimaan
atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan
atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan”.
Dalam Penyusunan laporan arus kas perusahaan diperbolehkan untuk memilih
mempergunakan metode penyususunan laporan arus kas ini.
1. Latar Belakang
Terdapat masalah utama dalam mengukur hasil operasional yaitu mengenai asset yang
digunakan lebih dari satu periode, namun biaya untuk setiap asetnya harus diklasifikasikan
sebagai beban periode penggunaannya. Para pengguna laporan keuangan mengungkapkan
lebih memilih untuk menggunakan arus kas karena lebih bermanfaat pengukurannya
dibandingkan dengan akuntansi akrual.
Fenomena
a. Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang diatas, akuntansi akrual kurang
diminati oleh para pengguna laporan keuangan yang disebabkan karena akuntansi
akrual ini tidak memengaruhi aliran kas secara terus-menerus kecuali telah adanya
suatu perjanjian.
b. Tingkat pengembalian arus kas untuk kegiatan investasi sulit digunakan untk
pengukuran kinerja.
4
c. Aliran kas juga dapat digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap investasi dan
dilakukan perhitungan NPV ( Net Present Value ).
d. Accrual earnings dan NPV merupakan perhitungan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi permasalahan pengukuran kinerja.
2. Landasan Teori
Evaluasi yang dilakukan terhadap investasi dapat menggunakan arus kas karena arus kas
merupakan input yang digunakan dalam perhitungan NPV (Net Present Value). Hal
tersebut dapat dilihat bahwa earning dapat menjadi suatu indikasi mengenai bagaimana
keadaan investasi yang terjadi pada setiap tahunnya.
Jika investasi setiap tahunnya tumbuh dengan rate yang sama atau bahkan kurang dari IRR
investasi, maka equilibriumnya akan dicapai ketika kondisi ROI tahunan sama dengan IRR
aset. Namun apabila investasi tumbuh dengan rate yang lebih cepat dari IRR, maka
equilibriumnya tidak semudah kondisiyang sebelumnya karena hasil dari ROI akan
tergantung pada metode penyusutan yang digunakan. Sedangkan apabila kita
menggunakan pengukuran kinerja, maka ROI akan menawarkan hasil yang lebih mudah
dimengerti daripada ROI berbasis arus kas yang sama dengan arus kas periode dibagi
investasinya. Transaksi - transaksi berikut yang dianggap mempengaruhi aliran kas yaitu :
a. Penjualan suatu aset pada nilai buku secara kas.
d. Penagihan piutang.
e. Pembayaran utang.
Namun transaki-transaksi yang ddi atas tidak ada satupun yang dapat mempengaruhi
pengukuran kinerja manajemen dalam menentukan kompensasi.
3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitan deskriptif, yaitu metode
yang meneliti suatu obyek, atau kondisi, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
5
Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, atau gambaran secara sistematis,dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Tujuan
metode deskriptif pada penelitian ini untuk mempelajari dan menemukan fenomena dalam
praktik akuntansi atas penggunaan accrual accounting earnings serta arus kas sehingga
diharapkan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi termasuk juga dalam
pengambilan keputusan investasi dan pengukuran kinerja suatu perusahaan.
Metode pengumpulan dalam penelitian adalah dengan melakukan dokumentasi atau
kepustakaan yang didapat melalui studi atau penelitian-penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskripsi kasus-kasus yang diambil melalui penelitian pihak lain kemudian dilakukan
dengan pembahasan dan keterkaitannya antara satu sama lain dalam topik mengenai
akuntansi akrual dan arus kas.
4. Hasil Penelitian
Beberapa hasil yang di peroleh dalam penelitian ini antara lain :
Tidak ada riset yang ditemukan sampai saat ini mampu menerapkan nilai dari
akuntansi akrual serta hasil pendapatan dari akuntansi akrual dalam mengukur hasil
operasi suatu perusahaan pada saat tertentu. Namun hal ini tidak berarti bahwa
semua pengukuran pendapatan untuk seluruh periode pada semua perusahaan dapat
dipercaya.
laba akrual suatu perusahaan harus disesuaikan dengan perhitungan net present
value yang akan dipakai dasar untuk membuat keputusan investasi. Hal tersebut
membuat kita harus dapat mempertimbangkan fakta antara lain proyeksi arus kas
untuk membuat keputusan investasi dalam perusahaan, ukuran kinerja untuk tujuan
manajerial untuk kedua investasi secara individu dan bagi perusahaan (atau sub unit
nya), dan arus kas dan proyeksi pendapatan untuk menilai suatu perusahaan oleh
investor di pasar modal.
5. Kesimpulan
Didapat adanya dua langkah penting untuk perbaikan accrual accounting earnings yaitu
dengan cara mengakui bahwa akuntansi depresiasi akan membawa pada suatu hubungan
6
untuk mengurangi nilai asset dan membebanan semua modal yang digunakan pada suatu
pengukuran pendapatan untuk merefleksikan lebih tepat tentang kinerja manajemen.
6. Saran
Saran yang diberikan oleh peneliti antara lain :
Pengukuran income accounting harus dikembangkan sehingga dapat mengatasi
permasalah-permasalah yang sering terjadi.seperti apakah perusahaan memiliki
profitabilitas yang baik dalam jangka pendek.
Mengevaluasi kinerja suatu perusahaan pada suatu periode diperlukan perhitungan
arus kas yang obyektif.
Penelitian selanjutnya diharapkan mampu membahas lebih dalam menggunakan
studi kasus terkait accrual accounting earnings dan pengukuran menggunakan arus
kas terkait dengan keputusan investasi.
REFERENSI
Bierman, Harold. 1988. Extending the Useulness o Accrual Accounting. Accounting
Horizons, pp: 10-14.