Anda di halaman 1dari 3

Nama : Samuel Wendyfal Samban

NIM : A031171534
KERANGKA KERJA KONSEPTUAL
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai :
"Sistem yang koheren dari tujuan dan fundamental yang saling terkait yang diharapkan mengarah
pada standar yang konsisten dan yang menentukan sifat, fungsi, dan batasan akuntansi dan
pelaporan keuangan".
Peran Kerangka Kerja Konseptual
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang
terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi
penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari akuntansi
keuangan dan laporan keuangan. Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan.
Sedangkan fundamentals (kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang mendasarai
akuntansi keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-
keadaan yang harus dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta
mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep
lainnya mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi berulang-
ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi keuangan dan
pelaporan.
Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual :
1. Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai
laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan komparabilitas antar
laporan keuangan perusahaan.
2. Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu pada
kerangka teori yang telah ada
Tujuan Kerangka Kerja Konseptual
IASB dan FASB mempertimbangkan kerangka tujuan utama pelaporan keuangan adalah
untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pengguna. informasi tersebut akan dipilih
salah satu dasar kegunaannya dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
Tujuan ini terlihat ingin dicapai akan pelaporan yaitu:
1. berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi
2. berguna dalam menilai prospek arus kas
3. tentang sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya dan perubahan di dalamnya.
Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual
Perkembangan dari rerangka konseptual dipengaruhi oleh dua isu seperti yang akan di bahas
berikut :
1. Pengaturan standar dengan pendekatan berbasis prinsip (Principles-Based) dan berbasis aturan
(Rule-Based).
Pengaturan standar ada yang dipengaruhi prinsip dan ada yang dipengaruhi aturan dari
lingkungan pengambilan keputusan.
Perbedaan Principles-Based dan Rule-Based :
Principles-Based
 Standar berdasar prinsip – prinsip akuntansi
 Baku dan berlaku umum
 Prinsip adalah keyakinan yang kuat dan tidak dapat diubah
 Dampaknya harus membuat estimasi misalnya : Jika terjadi banjir maka rumahnya akan
digenangi sehingga harus pindah rumah ( mengungsi )
Rule-Based
 Standar berdasar aturan/ persyaratan rinci
 Lingkupnya hanya untuk kelompok tertentu dimana akuntansi dilaksanakan
 Konsisten
 Akurat (siapapun yang mengukur hasilnya sama sehingga informasinya netral )
 Ada adjusment karena lingkungan para stakeholdernya berbeda – beda
 Dipengaruhi politik ( pihak yang dominan seperti pada teori Private Interst )
Contoh Principle based : IFRS termasuk principle karena digunakan semua negara (standarnya
berlaku secara internasional)
Contoh Rules Based : seperti PSAK di Indonesia atau USGAAP di Amerika
2. Informasi untuk pembuatan keputusan dan pendekatan teori keputusan
Pendekatan teori keputusan dalam akuntansi berguna dalam menguji akuntansi apakah
telah mencapai targetnya. Teori harus berperan sebagaimana standar dimana praktik akuntansi
akan diterapkan. Proses dari teori keputusan dapat di gambarkan sebagai berikut, arah panah
menunjukkan output dari teori, sistem atau model : Teoriakuntansi keseluruhan -> Sistem
akuntansi individu -> Model prediksi dari pengguna -> Model keputusan dari pengguna
Kritik terhadap Kerangka Kerja Konseptual
Kerangka konseptual dikritik karena masih ditemukan masalah pada pendefinisian dan
pengukuran. Di dalam pengukuran masih ada hal yang tidak jelas seperti persediaan yang diukur
berdasarkan beberapa metode, atau IFRS yang menyarankan pengukuran berdasarkan current cost
bukan historical cost.
1. Masalah interpretasi : beberapa metode menghasilkan hasil yang berbeda–beda.
2. Hanya tergantung pada pengamatan yang terjadi /tidak disusun secara terstruktur sehingga
tidak memenuhi standar
 Deskripsi : dari hasil pengamatan lalu dijelaskan sampai pada kondisi tersebut.
 Preskriptive : kebalikan dari deskripsi dijelaskan karena penyebabnya dijelaskan lebih
dulu
3. Kelemahan rule-based antara lain :
 Dipengaruhi kelompok dominan (sesuai dengan lingkungan dimana kelompok itu berada)
sehingga standarnya tidak berlaku umum.
 Kelemahan dalam pendefinisian yaitu pendefinisian elemen–elemen tertentu yang sulit
ditentukan kepastiannya.
Kerangka Konseptual Untuk Standar Auditing

Karena ada kritikan maka ada masalah yang ditimbulkan yaitu: karena standarnya banyak terdapat

kelemahan (padahal tugas auditor adalah memberi pendapat tentang kesesuaian laporan keuangan

dengan standar) maka dengan pendapat wajar pun tidak dapat dijadikan pedoman utama. Pekerja

auditor tidak cukup hanya memberi pendapat kewajaran sehingga akuntan publik harus melakukan

hal–hal berikut agar laporan audit masih dapat digunakan:

 Pengambil keputusan mendapat informasi yang lengkap

 Harus mempertimbangkan atau melibatkan resiko bisnis klien

 Menekankan kegiatan internal auditor yang bertujuan untuk lebih meyakinkan keabsahan

1. Dilihat dari tujuannya bagaimana kerangka konseptual dapat mempengaruhi/berguna

dalam sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya dan perubhan di dalamnya ?

2. Dalam pembuatan estimasi (principal based) factor-faktor apa saja yang perlu

dipertimbangkan ? Mengapa ?

3. Dalam mengembangkan kerangka konseptual pendekatan manakah yang menurut anda

lebih baik (dengan pertimbangn kelebihan dan kekurangan masing-masing)?

Anda mungkin juga menyukai