Anda di halaman 1dari 11

Anggota Kelompok 4

Valencia Christmas Manus 201850002


Vidia Amanda 201850015
Metta Laela Sari 201850043
Silvia 201850616
Mutiara Mayang Sari 201850637
Mata kuliah: Teori Akuntansi

Accounting Measurement System


1. Current Cost Accounting
A. Objective of Current Cost Accounting
Asset dinilai dengan harga beli pasar saat ini dan keuntungan ditentukan oleh
alokasi berdasarkan biaya saat ini (yaitu biaya pembelian saat ini). Untuk
mengetahui tujuan current cost accounting, kita perlu mempertimbangkan jenis
keputusan yang dihadapi oleh manajer dalam menjalankan bisnisnya. Salah satu
asumsi yang dapat kita buat yaitu bahwa manager perusahaan ingin mengetahui
bagaimana mereka harus mengalokasikan sumber daya perusahaan untuk
memaksimalkan keuntungan.
Edwards and Bell mengungkapkan masalah mendasar yang ada menjadi 3
pertanyaan yaitu :
1. Berapa jumlah asset yang harus dimiliki pada waktu tertentu ? Ini merupakan
masalah ekspansi (expansion problem)
2. Bagaimana bentuk asset ini ? Ini masalah komposisi (composition problem)
3. Bagaimana asset harus dibiayai ? Ini masalah pembiayaan (financing problem)
Manajer dalam mengambil keputusan terkait dengan ketiga pertanyaan yang ada
berdasarkan ekpektasi yang akan terjadi di masa yang akan datang. Untuk hasil
yang akurat maka manajer harus melihat keputusan yang diambil sebelumnya.
Alat yang digunakan yaitu perbandingan data akuntansi pada periode tertentu
dengan ekspektasi yang dibuat.
B. Concept of Business Profit and Financial Capital
Dua keputusan yang sering dihadapi oleh manajemen yang berkaitan dengan laba,
yaitu :
1. Memegang keputusan tentang apakah akan “menahan” asset dan kewajiban
atau melepaskannya. Hal yang dapat dilakukan misalnya dengan melalui
penjualan asset atau pembayaran kembali utang.
2. Keputusan operasi tentang bagaimana menggunakan dan membiayai operasi
entitas.
Edwards and Bell menawarkan 2 konsep laba yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi baik keputusan memegang dan operasi manajer yang disebut
sebagai “keuntungan bisnis”, yaitu :
1. Current Operating Profit
Kelebihan dinalai keluaran yang saat ini dijual diatas biaya masukan yang
terkait saat ini. (Perbedaan antar harga jual dan beli)
2. Realizable Cost Savings
Kenaikan biaya saat ini dari asset yang dimiliki oleh perusahaan pada saat
periode ini. 2 istilah yang digunakan yaitu Holding Gains dan Holding Loss.
Financial Capital merupakan konsep kepemilikan perusahaan real yang berarti
bahwa keuntungan ditentukan setelah dinyatakan kembali pembelian nilai modal
pada tingkat harga umum. Sedangkan Business Profit dapat diartikan sebagai
peningkatan keuntungan bisnis dan menahan keuntungan dan kerugian setelah
kenaikan dan penurunan pada tingkat harga umum.
C. Holding Gains and Losses
Asumsi yang mendasari business profit yaitu menggabungkan holding
gains/losses dan operating gains/losses yang membingunggkan evaluasi keputusan
manajemen dan menghalangi alokasi sumber daya dalam perekonomian. Konsep
business profit memungkinkan pemisahan komponen-komponen ini. Maka dari itu
, menentukan apakah aktivitas holding manajemen berhasil atau tidak hampir
tidak mungkin kecuali asset dibeli dan dijual dalam periode yang sama.
D. Why Holding Gains are a Component of Profit
- Perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan nilai assetnya. Jika
tidak arus kas yang dikeluarkan akan lebih besar jika ingin membelinya
sekarang, maka dari itu penghematan biaya karena waktu pembelian yang
tidak disengaja merupakan manfaat nyata dan harus dimasukkan kedalam
pendapatan.
- Apresiasi nilai merupakan fenomena ekonomi actual jika dapat direalisasikan
oleh perusahaan. Dikarenakan investor mementingkan arus kas masa depan
peusahaan terutama untuk hasil dividen mereka sendiri dan juga dari hasil
penjualan saham mereka. Argument rentfix mengisyaratkan bahwa laba biasa
saat ini merupakan indicator untuk arus kas masa depan.
- Perubahann biaya dari asset saat ini mencerminkan perubahan arus kas masa
depan yang diharapkan dapat dihasilkan dari penggunaan asset tersebut.
Holding Gains ini dapat memenuhi syarat sebagai keuntungan karena kenaikan
harga yang didasarnya merupakan cerminan dari kekuatan penghasilan masa
depan yang lebih besar.

2. Financial Capital Versus Physical Capital


Tidak ada perselisihan tentang konsep penilaian yang diterima oleh kedua paradigma
sebagai harga pembelian pasar saat ini (biaya saat ini), tetapi perselisihan berkisar
pada defenisi modal dan bagaimana keuntungan diukur dari definisi itu.
Dari sudut pandang praktis VS Dalam istilah kuantitatif
Dari sudut pandang praktis dipertanyakan apakah laba kerugian ini merupakan
keuntungan atau tidak. Sedangkan dalam istilah kuantitatif laba ditahan termasuk
kedalam bawah laba financial dan dikecualikan dibawah model physical capital.

A. In support of physical capital


Pendukung teori Physical capital berargumen bahwa modal merupakan unit fisik
yang menandakan kemampuan operasional perusahaan.
Major Features of Physical Capacity System
- Capital Maintenance
Sistem cost pada saat ini didasarkan pada konsep entitas dalam
mempertahankan kemampuan perusahaan secara utuh untuk terus
mengirimkan barang dan jasa dengan jumlah yang sama, hal ini juga disebut
sebagai keampuan operasi. Jika tidak terdapat perubahan teknologi, maka
pemeliharaan modal diharuskan arus asset bersih dari persediaan fisik awal
untuk tetap dipertahankan. Hal ini dapat dicapai dengan cara mencocokan
penggunaan sumber daya dengan menggunakan harga beli saat ini dan
memastikan pembelian umum nilai moneter untuk dipertahankan. Dengan
menggunakan konsep ini, maka dana yang cukup akan disimpan dalam
perusahaan untuk membiayai semua pergantian asset dari pemulihan biaya
Dasar dari sistem ini yaitu adanya konsep ekonomi analisis marjinal di pasar
factor. Dimana hasilnya merupakan upah dan input variable lain untuk
produksi, serta harga beli asset tetap yang terus berubah. Didalam logika
ekonomi menunjukkan bahwa efisiensi operasi yang optimal terjadi ketika
volume output tertentu diproduksi pada biaya peluang pasar total minimum
dari input faktornya.
Major Features of Physical Capacity System – Capital Maintenance
- Current cost system didasarkan pada konsep entitas dalam mempertahankan
kemampuan perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa dalam jumlah
yang sama secara berkelanjutan, yaitu mempertahankan kemampuan
operasionalnya.
- Jika tidak ada perubahan teknologi, pemeliharaan modal menunjukkan bahwa
stok fisik dari net asset dapat dipertahankan (tetap). Hal tersebut diperoleh
dengan menyamakan pemaikaian sumber daya yang diukur dengan harga
perolehan saat ini dan memastikan nilai pembelian item moneter
dipertahankan. Hal tersebut juga daoat digunakan untuk mengkalkulasi harga
yang harus dibayar untuk mendapatkan input serta harga minimal penjualan
output dengan asumsi continuity dan non-liquidation.
- Menurut logika ekonomi, efisiensi operasi yang optimal terjadi saat jumlah
output yang diproduksi berasal dari inout dengan total opportunity cost yang
minimum. Contohnya, jika upah mengalami peningkatan maka dibutuhkan
metode capital intensive pada kegiatan produksi untuk mengurangi input
labour sehingga biaya menjadi minimal.
Valuation Principles
- Non-Monetery Items
Item moneter dan non moneter memiliki efek dan risiko yang berbeda
terhadap inflasi. Item moneter adalah elemen yang mempunyai klaim moneter
dalam jumlah yang tetap dan tidak berubah saat inflasi harga. Sedangkan item
non moneter seperti tanah dan bangunan, akan disesuaikan harganya sesuai
dengan kondisi pasar. Untuk penilaian diperoleh dengan cara:

 Harga pembelian saat inidipasar, atau


 Index spesifik saat harga pasar tidak tersedia, atau
 Potensi servis dari barang identic atau sejenis dari asset terspesialisasi.
Pendpresiasian asset diperoleh dengan mengurangkan nilai baru asset dengan
akumulasi depresiasi. Saat asset non moneter ditentukan, dilakukan
penyesuaian pada akun current cost reserve dibagian ekuitas. Saat penurunan
nilai secara permanen menurunkan kemampuan operasional entitas, maka
penyesuaian dilakukan langsung pada laba rugi.
- Monetary Items and Loan Capital
Kewajiban moneter dinilai sesuai jumlah yang diekspektasikan akan dibayar
dan memberikan keuntungan jika ditahan saat nilai uang kehilangan
kemampuan membeli. Keuntungan atau kerugian item moneter dikalkulasikan
sesuai dengan perubahan pada current cost dari barang atau jasa.
- Non-Monetary Assets Bought and Sold on The same Market
Saham dan komoditas tertentu seperti emas, perak dan asset lain yang ditahan
untuk tujuan spekulasi, dibeli dan dijual pada pasar yang sama. Aset tersebut
tidak secara langsung menambah kemampuan operasional perusahaan. Aset
tersebut umumnya digunakan sebagai profit generating purpose atau untuk
dijual kembali saat ada capital gain.
B. Arguments for and Against Current Cost
Recognition Principle
Pendukung historical cost accounting berpendapat bahwa current cost accounting
melanggar prinsip konservatif bahwa keuntungan diakui pada saat non-monetary
asset dihapus. Pendukung physical capital juga berpendapat bahwa jika
perusahaan berencanamenggunakan non-current asset dibandingkan menjualnya,
perubahan pada harga pasar dari asset tersebut tidak relevan untuk dijadikan
profit.
Objectivity of Current Cost
Pendukung historical cost berpendapat bahwa current cost accounting
mencerminkan objektivitas yang rendah karena penggunaan current cost tidak
didasarkan pada transaksi perusahaan yang sebenarnya.
Technological Change
Current cost accounting dikritik karena mengabaikan peningkatan teknologi yang
dapat terjadi dalam jangka panjang. Ketika mesin baru mengubah biaya produksi,
maka harga dari mesin lama harus disesuaikan.
C. More Specific Criticsims
Advocates of Historical Cost
Pendukung historical cost menolak current cost accounting pada
dasarnyadikarenakan melanggar prinsip realisasi tradisional. Masalah terkait yaitu
subjekti1itasdari penentuan peningkatan biaya. Apabila tik ada second7hand
market yang reliable+maka dasar penentuan current cost dari aset tetap
perusahaan adalah aset baru yangdiekspektasikan untuk mengganti yang lama.
Comparison on The Result with Historical Cost
Perbedaan profit dari historical cost dan current cost dari operasional
perusahaandikarenakan perbedaan unrealised holding gains.
Advocates of Exit Price
Pada ada teori exit price, biaya diimplikasikan pada opportunity cost atau
pengorbanan atas alternative yang lebih baik. Pada sebagian besar kasus,
pengorbanan perusahaan adalah menjual aset disbanding menggunakannya, bukan
membelinya karena perusahaan sudah memilikinya, sehingga current cost yaitu
harga pembelian barangtersebut tidaklah relevan. Pendukung exit price
menyatakan bahwa current cost accounting memiliki problemmatematis
dikarenakan pada prakteknya melibatkan metode pengukuran yang bervariasi.
Chambers menentang penggunaan specific price indexes yang merupakan harga
rata-rata. Pendukung exit price accounting juga berpendapat bahwa informasi
current cost umumnya tidak relevan pada keputusan investasi. Sterling
mempertimbangkan penggunaan physical capital concept yang yang hanya
berlaku jika kondisi perusahaan mengganti unitnya secara terus menerus,
mengalamikenaikan harga secara terus menerus, membeli dan menjual pada pasar
yang berbeda, menginiestasikan secara penuh pada unit fisik.
3. Exit Price Accounting
A. Income and Capital
Sistem akuntansi yang menggunakan harga jual pasar untuk mengukur posisi
keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Exit price accounting memiliki 2
penyimpangan utama dari akuntansi historical cost :
a) Nilai aset nonmoneter disesuaikan untuk mengukur perubahan harga jual pasar
khusus asset tersebut dan dimasukkan dalam pendapatan sebagai keuntungan
yang belum di realisasi.
b) Perubahan daya beli uang secara umum di pertimbangkan saat mengukur
modal keuangan dan hasil operasi.
o Aset dalam neraca disajikan kembali dengan exit value (selling price)
sehingga mewakili nilai pasar wajar bagi perusahaan.
o Laporan laba rugi mewakili keuntungan dan kerugian dari operasi serta
keuntungan yang disesuaikan dengan inflasi dari pemegang aset. Oleh
karena itu laba diukur dengan konsep komprehensif yang mengukur
total perusahaan real, total perubahan real dalam nilai smua elemen
ekuitas yang diakui dan mewakili akuntansi surplus bersih.
o Perbedaan pengukuran dan penilaian menurut Raymond Chambers :
o Pengukuran adalah memperoleh harga secara obyektif dan independen
dari pengukur ( akuntan )
o Penilaian berkaitan dengan ekspektasi manfaat masa depan yang dapat
dihasilkan oleh aset yang mendasarinya. Oleh krn itu perbedaan dibuat
dgn pengukuran masa lalu, masa depan dan saat ini.
B. Objective of Accounting
Adaptive Decision Making menyiratkan upaya terus menerus untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan bisnis yang kompetitif demi kelangsungan hidup. Harga
jual aset non-moneter adalah harga realisasi aset berdasarkan likuidasi yang
teratur. Ketika perusahaan membeli aset tidak lancar, maka aset tidak lancar
tersebut akan berubah untuk beradaptasi misalnya jika aset dibeli dgn
menggunakan kredit maka hal ini akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk
mengambil kredit lebih banyak.
Perusahaan akan menyimpan aset tidak lancar hanya jika nilai sekarang dari
arus kas bersih masa deoan dari penggunaan aset lebih besar dibanding nilai
sekarang arus kas bersih yang diharapkan dari investasi exit value asset ini. Maka
membutuhkan pengetahuan tentang kas dan setara kas saat ini dari aset bersih
perusahaan. Setiap aset memiliki nilai tukar (exit price) & nilai pakai (value in
use) merupakan jumlah yang dihitung dari ekspektasi saat ini yang
mempresentasikan masa depan.
C. Arguments for Exit Price Accounting
a) Providing Useful Information, MacNeal membagi sejarah akuntansi menjadi
3 fase :
i. Abad ke 12 - 17, peran akuntan adalah memberikan informasi pada
pemilik bisnis tentang biaya yang dikeluarkan dalam usaha proyek.
Informasi ini akan digunakan untuk memastikan keuntungan dan
kerugian pada akhir usaha / proyek tersebut. Karena usaha tidak
terbatas dan biasa diselesaikan dalam beberapa tahun biaya dihitung
menggunakan biaya asli atau biaya historis
ii. Abad ke 18 - 19, iklim bisnis yang lebih stabil memungkinkan
kreditor untuk meminjamkan uang berdasarkan kekayaan bersih
pemiliknya. Praktik ini muncul dimana di kreditor meminta pemilik
untukmenyerahkan pernyataan kekayaan bersih dan keuntungan
sebelum memberikan kredit untuk memastikan bahwa pernyataan
tersebut dapat diandalkan kreditor meminta laporan itu harus disiapkan
oleh akuntan independen. Dari sinilah lahir profesi akuntan publik.
iii. Abad ke 20 – dst, perusahaan semakin banyak yang dimiliki oleh
pemegang saham. Akuntansi menjadi informasi yang penting bagi
pemegang saham.
Prinsip akuntansi konvensional berdasarkan biaya historis memberikan
laporan keuangan yang berpotensi salah dan menyesatkan pemegang saham.
Karena pemegang saham tidak dapat mempelajari nilai saat ini dari asset
perusahaan. Selain itu mereka juga berada di dalam posisi yang kurang
menguntungkan dibanding dengan internal perusahaan
Kompromi yang dapat diterapkan haruslah untuk menilai:
I. Aset yang dapat dipasarkan dengan harga pasar.
II. Aset yang dapat dire-produksi yang tidak dapat dipasarkan dengan biaya
pengganti
III. Terkadang aset yang tidak dapat dipasarkan, tidak dapat dire-produksi
dengan biaya historis
b) Relevant and Reliable Information
Metode penilaian yang menghasilkan lebih banyak informasi dan lebih
unggul daripada metode penilaian lain yang menghasilkan lebih sedikit
informasi. Agar relevan, informasi harus berguna dalam model keputusan
pengguna laporan akuntansi. Bagaimana memilih model keputusan yang
sesuai dengan menilai kemampuan model untuk memprediksi konsekuensi
dari tindakan alternatif yang tersedia saat ini.
c) Addivity
Pertanyaan aditif menjadi faktor kunci dalam mendukung akuntansi CCE.
Produk utama dari laporan akuntansi adalah laporan neraca & laba rugi. Ciri-
ciri karakteristik keuangan perusahaan (seperti gross wealth, net wealth, rasio
lancar, rasio hutang terhadap ekuitas, tingkat pengembalian) bersifat agregat.
Neraca adalah serangkaian pernyataan khusus yang menghasilkan fitur dari
seluruh perusahan.
d) Allocation
Thomas berpendapat bahwa fitur positif dari akuntansi harga adalah bahwa
laporan keuangan bebas alokasi. Laporan laba rugi merupakan arus masuk aset
dan perubahan nilai keluar dari aset dan kewajiban perusahaan dalam periode
tertentu. Laba menampilkan jumlah perubahan dalam daya beli nyata dari aset
bersih.
e) Reality
Exit price accounting melibatkan referensi ke dunia nyata karena dikatakan
setiap angka mengacu pada harga pasar aktual saat ini. Depresiasi tidak
didefinisikan dengan cara konvensional, tetapi dalam arti ekonomi dari
penurunan harga pasar.
f) Objectivity
Parker menunjukkan bahwa untuk ukuran objektivitas dan komparabilitas,
nilai keluar menunjukkan dispersi yang lebih sedikit daripada jumlah tercatat.
Metode yang digunakan untuk menentukan harga keluar lebih obyektif
daripada metode berdasarkan GAAP. Model CCE adalah yang paling
obyektif.
g) A Measure of Risk
Exit price dan perubahannya juga bisa menjadi indikasi risiko finansial dari
pembelian suatu aset. Untuk memungkinkan pengguna laporan keuangan
mengevaluasi posisi dan kinerja risiko dalam mengelola resiko keuangan yang
signifikan, draf standar akan dibutuhkan : (1) Deskripsi dan kebijakan untuk
mengelola resiko, (2) Informasi tentang dampak resiko tersebut terhadap
laporan posisi keuangan dan laporan kinerja keuangan. (3) Informasi tentang
metode dan asumsi utama yang digunakan untuk mengestimasi nilai wajar
instrumen keuangan.
D. Arguments against exit price accounting
a) Profit Concept
Bell menyatakan “Aset tertentu dibeli dengan mempertimbangkan rencana
operasi. Rencana, operasi, orang yang mengembangkan rencana harus terlebih
dahulu dievaluasi sebelum alternatif tentang masa depan dapat
dipertimbangkan, dan itu adalah tugas akuntan untuk menyediakan data untuk
evaluasi.”
b) Addivity
Larson dan Schattke telah mengindikasikan bahwa cash equivalent/setara kas
dari aset individu yang dijual terpisah dan aset yang sama yang dijual sebagai
satu paket mungkin sangat berbeda. Konsep CCE (Current cash equivalent,
dengan penekanan pada keterpisahan aset, tidak mengakui kemungkinan
penjualan aset sebagai satu paket.
c) The Valuation of liabilities
Chambers berpendapat bahwa hutang obligasi secara efektif merupakan
bentuk modal dan harus dinyatakan pada nilai nominal, bukan pada nilai
pasar. Hal ini menyebabkan beberapa orang menuntut Chambers dengan
perlakuan yang tidak konsisten karena obligasi sebagai aset harus dinyatakan
sebesar nilai pasar. Secara logis menyiratkan kemampuan perusahaan untuk
masuk ke pasar dengan membeli obligasi dengan harga pasar.
d) Current Cost/Exit Price
Dalam memutuskan antara menggunakan current cost atau exit price harus
melihat pada tahap siklus operasi yang mana exit price harus mendominasi
penilaian aset. Para teoritis biaya saat ini berpendapat bahwa Current Cost
adalah metode penilaian 'normal' karena alasan berikut:
 Mencantumkan exit price menyebabkan anomali revaluasi akuisisi karena segera
setelah nilai pembelian biasanya turun sehingga kurang dari biaya akuisisi.
 Mencantumkan exit price menyiratkan pendekatan jangka pendek untuk operasi
bisnis karena seseorang tertarik pada disposisi dan nilai likuidasi. Keuntungan
positif dibawah perhitungan exit price hanya menunjukkan layak bertahan untuk
bertahan dalam jangka pendek.
 Menggunakan exit price untuk persediaan barang jadi mengarah pada antisipasi
laba operasi sebelum titik penjualan karena persediaan dinilai melebihi biaya saat
ini.
4. Perbedaan Value In Use Vs Value In Exchange
Solomons menyatakan bahwa nilai (value) bagi pemilik/perusahaan
merupakan perspektif yang relevan. Aset yang ditahan daripada dijual oleh
pemiliknya akan lebih bernilai dan bermanfaat daripada exit pricenya. Jika tidak,
maka aset tersebut pasti akan dijual dan meskipun tidak menjualnya aset tersebut
tidak akan membuat pemiliknya rugi secara langsung setelah harganya jatuh. Hal ini
terjadi pada aset tetap yang tidak dapat dipasarkan. Aset semacam ini biasanya sangat
spesifik untuk bisnis tertentu dan sebenarnya merupakan investasi yang sangat baik
bagi perusahaan.
Karena tidak ada penggunaan alternatif untuk aset di luar bisnis, nilai jual
kembali secara efektif dapat menjadi nol. Karena desakan bahwa nilai ditentukan oleh
pertukaran, Chambers mendefinisikan aset sebagai “alat yang dapat dipisahkan dalam
kepemilikan suatu entitas”. Kritikus menemukan ketentuan keterpisahan atau
pertukaran individu terlalu membatasi sedangkan Chambers percaya bahwa sesuatu
yang tidak bisa dijual secara terpisah seperti goodwill tidak membantu perusahaan
beradaptasi dengan lingkungan yang berubah. Kritikus berpendapat bahwa hanya ada
satu cara untuk memastikan nilai.
Aset dapat memiliki dua komponen penting:
(1) Nilai pakai (Value in use), yang menekankan pendekatan jangka panjang,
(2) Nilai dalam pertukaran (Value in Exchange), yang berkonsentrasi pada
pendekatan penilaian jangka pendek.
Mereka mencerminkan dua perspektif berbeda tentang tujuan akuntansi keuangan.
Pendekatan nilai pakai menggunakan investor eksternal, berorientasi produksi
sebagai tolok ukur yang relevan. Investor ini jarang berfokus pada nilai likuidasi saat
ini tetapi sangat tertarik terhadap prospek arus masa depan sehingga diperlukan
ukuran pendapatan yang menyesuaikan biaya input saat ini dengan output.
Pendekatan ini berkonsentrasi pada pendapatan hasil yang paling efisien dan
mempertimbangkan kemampuan adaptasi sebagai opsi.
Harga keluar (Exit Price) sebagai pendekatan nilai dalam pertukaran,
mengambil sudut pandang manajer internal atau kreditor yang harus membuat
keputusan terkait dengan likuiditas perusahaan dan daya beli saat ini; yaitu, kinerja
jangka pendek perusahaan lebih penting.
Staubus menunjukkan bahwa sejumlah faktor sama untuk setiap sudut pandang:
 Pengamatan terkini dari harga pasar lebih relevan untuk pengambilan keputusan
keuangan.
 Keandalan diperlukan dari sistem pengukuran; artinya, penilaian tidak bergantung
pada alokasi subyektif.
 Penambahan (pengukuran) fenomena ekonomi dilakukan dalam satu unit yang
sama, disesuaikan dengan inflasi dan pergerakan harga.
Beberapa aturan keputusan sederhana yang menggunakan pengembalian akuntansi
(CCE dan CCA) sehubungan dengan persyaratan net present value (NPV):
 Jika CCA > EXA; dan CCA > NPV, maka aset memiliki nilai dalam penggunaan
saat ini - pertahankan operasi saat ini.
 Jika EXA > CCA; dan CCA > NPV, lalu melikuidasi aset yang saat ini digunakan
- terus menyesuaikan aset dengan investasi alternatif lainnya.
 Jika EXA > CCA; dan CCA < NPV, lalu likuidasi dan hentikan semua operasi.
5. A Global Perpective And International Financial Reporting Standards
1) Current Cost in the U.S.
 Pada tahun 1976, US SEC Regulation mengubah aturan 3-17 dari
peraturan S-X untuk mewajibkan data biaya pergantian diungkapkan
dalam laporan yang diajukan oleh perusahaan dengan persediaan dan aset
produktif dengan jumlah lebih dari 10% total asset.
 Pada tahun 1979, mencabut ASR 190 dan menggantikan dengan
pernyataan 33 dengan syarat Supplementary Disclosure.
 Pada tahun 1986, meneribitkan pernyataan 89 dan pernyataan 33.
 Setelah menimbang bukti dan supplementary data ini akhirnya di batalkan
menjadi syarat laporan.
2) Current cost in the U.K.
 Pada tahun 1975, Sandilands committee merekomendasikan menggunakan
current cost accounting.
 Pada tahun 1976, the inflation accounting steering group (ISAG)
mengeluarkan ED 18.
 Pada tahun 1980, Accounting Standards Committee (ASC) menerbitkan
SSAP 16.
 Pada tahun 1985, ASC menarik status wajib dari SSAP 16.
3) Current cost in Australia
 Okt 1976, Accounting profession menerbitkan DPS 1.1, Statement of
provisional accounting standards(PAS) current cost accounting .
 Agust 1978, mengubah versi menjadi PAS 1
 Nov 1983, menerbitkan statement of accounting practice (SAP) 1 current
cost accounting
4) International Accounting Standards and Current Costs
 IAS 39/AASB 139 Financial Instrument: Recognation and measurement
dan IFRS 3/AASB 3 Business Combination
 IAS 16/AASB 116
 IAS 40/AASB 140

5) How is historical cost applied ?


 Acquisition cost mewakili lebih banyak pandangan ontologis tentang
realitas ke perusahaan tertentu daripada harga pasar.
 Biaya akuisisi asset bukan hanya hharga yang tertera pada invoice, tetapi
juga mencakup semua pengeluaran hingga asset tersebut siap untuk
digunakan.
 Paragraf 10 IAS/AASB tentang persediaan
6) Historical cost under attack
 Paragraf 101 IASB Framework:
Dasar pengukuran yang paling umum diadopsi oleh entitas dalam laporan
keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya digabungkan dengan dasar
pengukuran lainnya. Selain itu, beberapa entitas menggunakan dasar biaya
saat ini sebagai respons terhadap ketidakmampuan untuk menangani
dampak perubahan harga asset non-moneter.
7) A mixed measurements system and international standards
 Masalah akuntansi untuk asset keuangan merupakan contoh penggunaan
exit price dalam laporan keuangan.
 Trading securities iukur pada nilai pasar berdasarkan IAS 39/AASB 139
 Held-to-maturity assets dinilai dengan biaya perolehan diamortisasi di
sebagian besar negara.
Contoh penggunaan konsep pengukuran yang berbeda di IFRS
 IAS 2/AASB 2
Izin pengukuran inventaris pada nilai realisasi bersih (NRV) bahkan jika di atas biaya
untuk inventaris produsen bijih mineral hasil pertanian dan hutan, dan inventaris
pedagang untuk komoditas atau stode.
 IAS 16/AASB 116
Aset tetap dapat dinilai pada biaya historis atau nilai revaluasi dimana nilai revaluasi
adalah nilai wajar dikurangi akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan nilai.
 IAS 17/AASB 117
Hak kepemilikan atas tanah dicatat sebagai property investasi berdasarkan IAS
40/AASB 140 dan diukur pada nilai wajar dengan perubahan nilai diakui sebagai
keuntungan atau kerugian.
 IAS 19/AASB 119
Pengukuran keuntungan atau kerugian terdiri dari (a) perubahan nilai kini kewajiban
imbalan pasti, (b) perubahan apa pun dalam nilai wajar asset program, dan (c) bagian
pro rata di keuntungan dan kerugian dan kerugian aktuaria terkait.
 IAS 29/AASB 129
Penyesuaian terhadap status keuangan suatu entitas yang beroperasi dalam ekonomi
hiperinflasi dapat dilakukan dengan menggunakan indeks tingkat harga umum.
 IAS 26/AASB 136
Penurunan nilai asset, di mana asset dinilai pada jumlah terpulihkan, yang lebih tinggi
dari nilai asset digunakan dan setara kas saat ini.
 IAS 36/AASB 136
Memperlakukan nilai sisa asset sebagai setara kas saat ini.
 IAS 37/AASB 137
Pengukuran provisi ditentukan dengan metode nilai sekarang yang diharapkan.
 IAS 40/AASB 140
Properti investasi dapat diukur dengan pilihan antara (a) biaya-depresiasi-penurunan
nilai atau (b) nilai wajar dengan perubahan nilai melewati laporan rugi sebagai
keuntungan atau kerugian.
6. Issues for Auditors
a) Auditor harus bersaing dengan model pengukuran campuran untuk setiap
entitas.
b) Setiap model pengukuran menciptakan risiko salah saji tertentu.
c) Auditor menangani beberapa masalah penilaian ini dengan mencari pendapat
ahli (ISA/ASA 620)
d) Meskipun auditor dapat mengurangi risiko auditnya dengan memperoleh
pendapat ahli tentang penilaian, tersebut tidak selalu selalu lebih dapat
diandalkan daripada yang dibuat oleh manajemen.
PERTANYAAN
1. Saya mau bertanya apakah manfaat dari memisahkan Holding gains ataupun holding
loss dalam penentuan profit ? Selain itu apakah terdapat kelemahan dari dilakukannya
hal tersebut ? (Silvia 201850616)
2. Bagaimana cara konsep current cost system itu sendiri dalam mempertahankan
kemampuan operasional perusahaannya?
3. Pada presentasi di slide ke-28 yaitu objective of accounting disebutkan bahwa “Ketika
perusahaan membeli aset tidak lancar, maka aset tidak lancar tersebut akan berubah u
ntuk beradaptasi contohnya jika aset dibeli dgn menggunakan kredit maka hal ini aka
n mengurangi kemampuan perusahaan untuk mengambil kredit lebih banyak”.
Mengapa yang beradaptasi bukan perusashaan melainkan aset tidak lancar? ( Metta L
aela Sari 201850043 )
4. Menurut kalian, dalam The Valuation of liabilities, lebih baik hutang obligasi
dinyatakan dalam nilai nominal atau nilai pasar? Berikan alasannya. (Vidia Amanda
201850015)
5. Dalam contoh penggunaan konsep pengukuran di IFRS, apakah ada keterkaitan antara
contoh yang satu dengan yang lainnya ? kalau ada, berikan salah satu contohnya.
(Valencia Christmas Manus 201850002)

Anda mungkin juga menyukai