0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
399 tayangan11 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang current cost accounting dengan 3 kalimat:
1. Current cost accounting menilai asset dengan harga pasar saat ini dan mengukur keuntungan berdasarkan alokasi biaya saat ini.
2. Ada perdebatan antara physical capital yang melihat modal sebagai unit fisik dan financial capital yang mendefinisikan modal secara moneter.
3. Ada berbagai argumen mendukung dan menentang pengakuan current cost karena dianggap melanggar prinsip konservatisme akuntansi
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Resume dan Pertanyaan Chapter 6 (Part B) - Kelompok 4
Dokumen tersebut membahas tentang current cost accounting dengan 3 kalimat:
1. Current cost accounting menilai asset dengan harga pasar saat ini dan mengukur keuntungan berdasarkan alokasi biaya saat ini.
2. Ada perdebatan antara physical capital yang melihat modal sebagai unit fisik dan financial capital yang mendefinisikan modal secara moneter.
3. Ada berbagai argumen mendukung dan menentang pengakuan current cost karena dianggap melanggar prinsip konservatisme akuntansi
Dokumen tersebut membahas tentang current cost accounting dengan 3 kalimat:
1. Current cost accounting menilai asset dengan harga pasar saat ini dan mengukur keuntungan berdasarkan alokasi biaya saat ini.
2. Ada perdebatan antara physical capital yang melihat modal sebagai unit fisik dan financial capital yang mendefinisikan modal secara moneter.
3. Ada berbagai argumen mendukung dan menentang pengakuan current cost karena dianggap melanggar prinsip konservatisme akuntansi
Vidia Amanda 201850015 Metta Laela Sari 201850043 Silvia 201850616 Mutiara Mayang Sari 201850637 Mata kuliah: Teori Akuntansi
Accounting Measurement System
1. Current Cost Accounting A. Objective of Current Cost Accounting Asset dinilai dengan harga beli pasar saat ini dan keuntungan ditentukan oleh alokasi berdasarkan biaya saat ini (yaitu biaya pembelian saat ini). Untuk mengetahui tujuan current cost accounting, kita perlu mempertimbangkan jenis keputusan yang dihadapi oleh manajer dalam menjalankan bisnisnya. Salah satu asumsi yang dapat kita buat yaitu bahwa manager perusahaan ingin mengetahui bagaimana mereka harus mengalokasikan sumber daya perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan. Edwards and Bell mengungkapkan masalah mendasar yang ada menjadi 3 pertanyaan yaitu : 1. Berapa jumlah asset yang harus dimiliki pada waktu tertentu ? Ini merupakan masalah ekspansi (expansion problem) 2. Bagaimana bentuk asset ini ? Ini masalah komposisi (composition problem) 3. Bagaimana asset harus dibiayai ? Ini masalah pembiayaan (financing problem) Manajer dalam mengambil keputusan terkait dengan ketiga pertanyaan yang ada berdasarkan ekpektasi yang akan terjadi di masa yang akan datang. Untuk hasil yang akurat maka manajer harus melihat keputusan yang diambil sebelumnya. Alat yang digunakan yaitu perbandingan data akuntansi pada periode tertentu dengan ekspektasi yang dibuat. B. Concept of Business Profit and Financial Capital Dua keputusan yang sering dihadapi oleh manajemen yang berkaitan dengan laba, yaitu : 1. Memegang keputusan tentang apakah akan “menahan” asset dan kewajiban atau melepaskannya. Hal yang dapat dilakukan misalnya dengan melalui penjualan asset atau pembayaran kembali utang. 2. Keputusan operasi tentang bagaimana menggunakan dan membiayai operasi entitas. Edwards and Bell menawarkan 2 konsep laba yang dapat digunakan untuk mengevaluasi baik keputusan memegang dan operasi manajer yang disebut sebagai “keuntungan bisnis”, yaitu : 1. Current Operating Profit Kelebihan dinalai keluaran yang saat ini dijual diatas biaya masukan yang terkait saat ini. (Perbedaan antar harga jual dan beli) 2. Realizable Cost Savings Kenaikan biaya saat ini dari asset yang dimiliki oleh perusahaan pada saat periode ini. 2 istilah yang digunakan yaitu Holding Gains dan Holding Loss. Financial Capital merupakan konsep kepemilikan perusahaan real yang berarti bahwa keuntungan ditentukan setelah dinyatakan kembali pembelian nilai modal pada tingkat harga umum. Sedangkan Business Profit dapat diartikan sebagai peningkatan keuntungan bisnis dan menahan keuntungan dan kerugian setelah kenaikan dan penurunan pada tingkat harga umum. C. Holding Gains and Losses Asumsi yang mendasari business profit yaitu menggabungkan holding gains/losses dan operating gains/losses yang membingunggkan evaluasi keputusan manajemen dan menghalangi alokasi sumber daya dalam perekonomian. Konsep business profit memungkinkan pemisahan komponen-komponen ini. Maka dari itu , menentukan apakah aktivitas holding manajemen berhasil atau tidak hampir tidak mungkin kecuali asset dibeli dan dijual dalam periode yang sama. D. Why Holding Gains are a Component of Profit - Perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan nilai assetnya. Jika tidak arus kas yang dikeluarkan akan lebih besar jika ingin membelinya sekarang, maka dari itu penghematan biaya karena waktu pembelian yang tidak disengaja merupakan manfaat nyata dan harus dimasukkan kedalam pendapatan. - Apresiasi nilai merupakan fenomena ekonomi actual jika dapat direalisasikan oleh perusahaan. Dikarenakan investor mementingkan arus kas masa depan peusahaan terutama untuk hasil dividen mereka sendiri dan juga dari hasil penjualan saham mereka. Argument rentfix mengisyaratkan bahwa laba biasa saat ini merupakan indicator untuk arus kas masa depan. - Perubahann biaya dari asset saat ini mencerminkan perubahan arus kas masa depan yang diharapkan dapat dihasilkan dari penggunaan asset tersebut. Holding Gains ini dapat memenuhi syarat sebagai keuntungan karena kenaikan harga yang didasarnya merupakan cerminan dari kekuatan penghasilan masa depan yang lebih besar.
2. Financial Capital Versus Physical Capital
Tidak ada perselisihan tentang konsep penilaian yang diterima oleh kedua paradigma sebagai harga pembelian pasar saat ini (biaya saat ini), tetapi perselisihan berkisar pada defenisi modal dan bagaimana keuntungan diukur dari definisi itu. Dari sudut pandang praktis VS Dalam istilah kuantitatif Dari sudut pandang praktis dipertanyakan apakah laba kerugian ini merupakan keuntungan atau tidak. Sedangkan dalam istilah kuantitatif laba ditahan termasuk kedalam bawah laba financial dan dikecualikan dibawah model physical capital.
A. In support of physical capital
Pendukung teori Physical capital berargumen bahwa modal merupakan unit fisik yang menandakan kemampuan operasional perusahaan. Major Features of Physical Capacity System - Capital Maintenance Sistem cost pada saat ini didasarkan pada konsep entitas dalam mempertahankan kemampuan perusahaan secara utuh untuk terus mengirimkan barang dan jasa dengan jumlah yang sama, hal ini juga disebut sebagai keampuan operasi. Jika tidak terdapat perubahan teknologi, maka pemeliharaan modal diharuskan arus asset bersih dari persediaan fisik awal untuk tetap dipertahankan. Hal ini dapat dicapai dengan cara mencocokan penggunaan sumber daya dengan menggunakan harga beli saat ini dan memastikan pembelian umum nilai moneter untuk dipertahankan. Dengan menggunakan konsep ini, maka dana yang cukup akan disimpan dalam perusahaan untuk membiayai semua pergantian asset dari pemulihan biaya Dasar dari sistem ini yaitu adanya konsep ekonomi analisis marjinal di pasar factor. Dimana hasilnya merupakan upah dan input variable lain untuk produksi, serta harga beli asset tetap yang terus berubah. Didalam logika ekonomi menunjukkan bahwa efisiensi operasi yang optimal terjadi ketika volume output tertentu diproduksi pada biaya peluang pasar total minimum dari input faktornya. Major Features of Physical Capacity System – Capital Maintenance - Current cost system didasarkan pada konsep entitas dalam mempertahankan kemampuan perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa dalam jumlah yang sama secara berkelanjutan, yaitu mempertahankan kemampuan operasionalnya. - Jika tidak ada perubahan teknologi, pemeliharaan modal menunjukkan bahwa stok fisik dari net asset dapat dipertahankan (tetap). Hal tersebut diperoleh dengan menyamakan pemaikaian sumber daya yang diukur dengan harga perolehan saat ini dan memastikan nilai pembelian item moneter dipertahankan. Hal tersebut juga daoat digunakan untuk mengkalkulasi harga yang harus dibayar untuk mendapatkan input serta harga minimal penjualan output dengan asumsi continuity dan non-liquidation. - Menurut logika ekonomi, efisiensi operasi yang optimal terjadi saat jumlah output yang diproduksi berasal dari inout dengan total opportunity cost yang minimum. Contohnya, jika upah mengalami peningkatan maka dibutuhkan metode capital intensive pada kegiatan produksi untuk mengurangi input labour sehingga biaya menjadi minimal. Valuation Principles - Non-Monetery Items Item moneter dan non moneter memiliki efek dan risiko yang berbeda terhadap inflasi. Item moneter adalah elemen yang mempunyai klaim moneter dalam jumlah yang tetap dan tidak berubah saat inflasi harga. Sedangkan item non moneter seperti tanah dan bangunan, akan disesuaikan harganya sesuai dengan kondisi pasar. Untuk penilaian diperoleh dengan cara:
Harga pembelian saat inidipasar, atau
Index spesifik saat harga pasar tidak tersedia, atau Potensi servis dari barang identic atau sejenis dari asset terspesialisasi. Pendpresiasian asset diperoleh dengan mengurangkan nilai baru asset dengan akumulasi depresiasi. Saat asset non moneter ditentukan, dilakukan penyesuaian pada akun current cost reserve dibagian ekuitas. Saat penurunan nilai secara permanen menurunkan kemampuan operasional entitas, maka penyesuaian dilakukan langsung pada laba rugi. - Monetary Items and Loan Capital Kewajiban moneter dinilai sesuai jumlah yang diekspektasikan akan dibayar dan memberikan keuntungan jika ditahan saat nilai uang kehilangan kemampuan membeli. Keuntungan atau kerugian item moneter dikalkulasikan sesuai dengan perubahan pada current cost dari barang atau jasa. - Non-Monetary Assets Bought and Sold on The same Market Saham dan komoditas tertentu seperti emas, perak dan asset lain yang ditahan untuk tujuan spekulasi, dibeli dan dijual pada pasar yang sama. Aset tersebut tidak secara langsung menambah kemampuan operasional perusahaan. Aset tersebut umumnya digunakan sebagai profit generating purpose atau untuk dijual kembali saat ada capital gain. B. Arguments for and Against Current Cost Recognition Principle Pendukung historical cost accounting berpendapat bahwa current cost accounting melanggar prinsip konservatif bahwa keuntungan diakui pada saat non-monetary asset dihapus. Pendukung physical capital juga berpendapat bahwa jika perusahaan berencanamenggunakan non-current asset dibandingkan menjualnya, perubahan pada harga pasar dari asset tersebut tidak relevan untuk dijadikan profit. Objectivity of Current Cost Pendukung historical cost berpendapat bahwa current cost accounting mencerminkan objektivitas yang rendah karena penggunaan current cost tidak didasarkan pada transaksi perusahaan yang sebenarnya. Technological Change Current cost accounting dikritik karena mengabaikan peningkatan teknologi yang dapat terjadi dalam jangka panjang. Ketika mesin baru mengubah biaya produksi, maka harga dari mesin lama harus disesuaikan. C. More Specific Criticsims Advocates of Historical Cost Pendukung historical cost menolak current cost accounting pada dasarnyadikarenakan melanggar prinsip realisasi tradisional. Masalah terkait yaitu subjekti1itasdari penentuan peningkatan biaya. Apabila tik ada second7hand market yang reliable+maka dasar penentuan current cost dari aset tetap perusahaan adalah aset baru yangdiekspektasikan untuk mengganti yang lama. Comparison on The Result with Historical Cost Perbedaan profit dari historical cost dan current cost dari operasional perusahaandikarenakan perbedaan unrealised holding gains. Advocates of Exit Price Pada ada teori exit price, biaya diimplikasikan pada opportunity cost atau pengorbanan atas alternative yang lebih baik. Pada sebagian besar kasus, pengorbanan perusahaan adalah menjual aset disbanding menggunakannya, bukan membelinya karena perusahaan sudah memilikinya, sehingga current cost yaitu harga pembelian barangtersebut tidaklah relevan. Pendukung exit price menyatakan bahwa current cost accounting memiliki problemmatematis dikarenakan pada prakteknya melibatkan metode pengukuran yang bervariasi. Chambers menentang penggunaan specific price indexes yang merupakan harga rata-rata. Pendukung exit price accounting juga berpendapat bahwa informasi current cost umumnya tidak relevan pada keputusan investasi. Sterling mempertimbangkan penggunaan physical capital concept yang yang hanya berlaku jika kondisi perusahaan mengganti unitnya secara terus menerus, mengalamikenaikan harga secara terus menerus, membeli dan menjual pada pasar yang berbeda, menginiestasikan secara penuh pada unit fisik. 3. Exit Price Accounting A. Income and Capital Sistem akuntansi yang menggunakan harga jual pasar untuk mengukur posisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Exit price accounting memiliki 2 penyimpangan utama dari akuntansi historical cost : a) Nilai aset nonmoneter disesuaikan untuk mengukur perubahan harga jual pasar khusus asset tersebut dan dimasukkan dalam pendapatan sebagai keuntungan yang belum di realisasi. b) Perubahan daya beli uang secara umum di pertimbangkan saat mengukur modal keuangan dan hasil operasi. o Aset dalam neraca disajikan kembali dengan exit value (selling price) sehingga mewakili nilai pasar wajar bagi perusahaan. o Laporan laba rugi mewakili keuntungan dan kerugian dari operasi serta keuntungan yang disesuaikan dengan inflasi dari pemegang aset. Oleh karena itu laba diukur dengan konsep komprehensif yang mengukur total perusahaan real, total perubahan real dalam nilai smua elemen ekuitas yang diakui dan mewakili akuntansi surplus bersih. o Perbedaan pengukuran dan penilaian menurut Raymond Chambers : o Pengukuran adalah memperoleh harga secara obyektif dan independen dari pengukur ( akuntan ) o Penilaian berkaitan dengan ekspektasi manfaat masa depan yang dapat dihasilkan oleh aset yang mendasarinya. Oleh krn itu perbedaan dibuat dgn pengukuran masa lalu, masa depan dan saat ini. B. Objective of Accounting Adaptive Decision Making menyiratkan upaya terus menerus untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis yang kompetitif demi kelangsungan hidup. Harga jual aset non-moneter adalah harga realisasi aset berdasarkan likuidasi yang teratur. Ketika perusahaan membeli aset tidak lancar, maka aset tidak lancar tersebut akan berubah untuk beradaptasi misalnya jika aset dibeli dgn menggunakan kredit maka hal ini akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk mengambil kredit lebih banyak. Perusahaan akan menyimpan aset tidak lancar hanya jika nilai sekarang dari arus kas bersih masa deoan dari penggunaan aset lebih besar dibanding nilai sekarang arus kas bersih yang diharapkan dari investasi exit value asset ini. Maka membutuhkan pengetahuan tentang kas dan setara kas saat ini dari aset bersih perusahaan. Setiap aset memiliki nilai tukar (exit price) & nilai pakai (value in use) merupakan jumlah yang dihitung dari ekspektasi saat ini yang mempresentasikan masa depan. C. Arguments for Exit Price Accounting a) Providing Useful Information, MacNeal membagi sejarah akuntansi menjadi 3 fase : i. Abad ke 12 - 17, peran akuntan adalah memberikan informasi pada pemilik bisnis tentang biaya yang dikeluarkan dalam usaha proyek. Informasi ini akan digunakan untuk memastikan keuntungan dan kerugian pada akhir usaha / proyek tersebut. Karena usaha tidak terbatas dan biasa diselesaikan dalam beberapa tahun biaya dihitung menggunakan biaya asli atau biaya historis ii. Abad ke 18 - 19, iklim bisnis yang lebih stabil memungkinkan kreditor untuk meminjamkan uang berdasarkan kekayaan bersih pemiliknya. Praktik ini muncul dimana di kreditor meminta pemilik untukmenyerahkan pernyataan kekayaan bersih dan keuntungan sebelum memberikan kredit untuk memastikan bahwa pernyataan tersebut dapat diandalkan kreditor meminta laporan itu harus disiapkan oleh akuntan independen. Dari sinilah lahir profesi akuntan publik. iii. Abad ke 20 – dst, perusahaan semakin banyak yang dimiliki oleh pemegang saham. Akuntansi menjadi informasi yang penting bagi pemegang saham. Prinsip akuntansi konvensional berdasarkan biaya historis memberikan laporan keuangan yang berpotensi salah dan menyesatkan pemegang saham. Karena pemegang saham tidak dapat mempelajari nilai saat ini dari asset perusahaan. Selain itu mereka juga berada di dalam posisi yang kurang menguntungkan dibanding dengan internal perusahaan Kompromi yang dapat diterapkan haruslah untuk menilai: I. Aset yang dapat dipasarkan dengan harga pasar. II. Aset yang dapat dire-produksi yang tidak dapat dipasarkan dengan biaya pengganti III. Terkadang aset yang tidak dapat dipasarkan, tidak dapat dire-produksi dengan biaya historis b) Relevant and Reliable Information Metode penilaian yang menghasilkan lebih banyak informasi dan lebih unggul daripada metode penilaian lain yang menghasilkan lebih sedikit informasi. Agar relevan, informasi harus berguna dalam model keputusan pengguna laporan akuntansi. Bagaimana memilih model keputusan yang sesuai dengan menilai kemampuan model untuk memprediksi konsekuensi dari tindakan alternatif yang tersedia saat ini. c) Addivity Pertanyaan aditif menjadi faktor kunci dalam mendukung akuntansi CCE. Produk utama dari laporan akuntansi adalah laporan neraca & laba rugi. Ciri- ciri karakteristik keuangan perusahaan (seperti gross wealth, net wealth, rasio lancar, rasio hutang terhadap ekuitas, tingkat pengembalian) bersifat agregat. Neraca adalah serangkaian pernyataan khusus yang menghasilkan fitur dari seluruh perusahan. d) Allocation Thomas berpendapat bahwa fitur positif dari akuntansi harga adalah bahwa laporan keuangan bebas alokasi. Laporan laba rugi merupakan arus masuk aset dan perubahan nilai keluar dari aset dan kewajiban perusahaan dalam periode tertentu. Laba menampilkan jumlah perubahan dalam daya beli nyata dari aset bersih. e) Reality Exit price accounting melibatkan referensi ke dunia nyata karena dikatakan setiap angka mengacu pada harga pasar aktual saat ini. Depresiasi tidak didefinisikan dengan cara konvensional, tetapi dalam arti ekonomi dari penurunan harga pasar. f) Objectivity Parker menunjukkan bahwa untuk ukuran objektivitas dan komparabilitas, nilai keluar menunjukkan dispersi yang lebih sedikit daripada jumlah tercatat. Metode yang digunakan untuk menentukan harga keluar lebih obyektif daripada metode berdasarkan GAAP. Model CCE adalah yang paling obyektif. g) A Measure of Risk Exit price dan perubahannya juga bisa menjadi indikasi risiko finansial dari pembelian suatu aset. Untuk memungkinkan pengguna laporan keuangan mengevaluasi posisi dan kinerja risiko dalam mengelola resiko keuangan yang signifikan, draf standar akan dibutuhkan : (1) Deskripsi dan kebijakan untuk mengelola resiko, (2) Informasi tentang dampak resiko tersebut terhadap laporan posisi keuangan dan laporan kinerja keuangan. (3) Informasi tentang metode dan asumsi utama yang digunakan untuk mengestimasi nilai wajar instrumen keuangan. D. Arguments against exit price accounting a) Profit Concept Bell menyatakan “Aset tertentu dibeli dengan mempertimbangkan rencana operasi. Rencana, operasi, orang yang mengembangkan rencana harus terlebih dahulu dievaluasi sebelum alternatif tentang masa depan dapat dipertimbangkan, dan itu adalah tugas akuntan untuk menyediakan data untuk evaluasi.” b) Addivity Larson dan Schattke telah mengindikasikan bahwa cash equivalent/setara kas dari aset individu yang dijual terpisah dan aset yang sama yang dijual sebagai satu paket mungkin sangat berbeda. Konsep CCE (Current cash equivalent, dengan penekanan pada keterpisahan aset, tidak mengakui kemungkinan penjualan aset sebagai satu paket. c) The Valuation of liabilities Chambers berpendapat bahwa hutang obligasi secara efektif merupakan bentuk modal dan harus dinyatakan pada nilai nominal, bukan pada nilai pasar. Hal ini menyebabkan beberapa orang menuntut Chambers dengan perlakuan yang tidak konsisten karena obligasi sebagai aset harus dinyatakan sebesar nilai pasar. Secara logis menyiratkan kemampuan perusahaan untuk masuk ke pasar dengan membeli obligasi dengan harga pasar. d) Current Cost/Exit Price Dalam memutuskan antara menggunakan current cost atau exit price harus melihat pada tahap siklus operasi yang mana exit price harus mendominasi penilaian aset. Para teoritis biaya saat ini berpendapat bahwa Current Cost adalah metode penilaian 'normal' karena alasan berikut: Mencantumkan exit price menyebabkan anomali revaluasi akuisisi karena segera setelah nilai pembelian biasanya turun sehingga kurang dari biaya akuisisi. Mencantumkan exit price menyiratkan pendekatan jangka pendek untuk operasi bisnis karena seseorang tertarik pada disposisi dan nilai likuidasi. Keuntungan positif dibawah perhitungan exit price hanya menunjukkan layak bertahan untuk bertahan dalam jangka pendek. Menggunakan exit price untuk persediaan barang jadi mengarah pada antisipasi laba operasi sebelum titik penjualan karena persediaan dinilai melebihi biaya saat ini. 4. Perbedaan Value In Use Vs Value In Exchange Solomons menyatakan bahwa nilai (value) bagi pemilik/perusahaan merupakan perspektif yang relevan. Aset yang ditahan daripada dijual oleh pemiliknya akan lebih bernilai dan bermanfaat daripada exit pricenya. Jika tidak, maka aset tersebut pasti akan dijual dan meskipun tidak menjualnya aset tersebut tidak akan membuat pemiliknya rugi secara langsung setelah harganya jatuh. Hal ini terjadi pada aset tetap yang tidak dapat dipasarkan. Aset semacam ini biasanya sangat spesifik untuk bisnis tertentu dan sebenarnya merupakan investasi yang sangat baik bagi perusahaan. Karena tidak ada penggunaan alternatif untuk aset di luar bisnis, nilai jual kembali secara efektif dapat menjadi nol. Karena desakan bahwa nilai ditentukan oleh pertukaran, Chambers mendefinisikan aset sebagai “alat yang dapat dipisahkan dalam kepemilikan suatu entitas”. Kritikus menemukan ketentuan keterpisahan atau pertukaran individu terlalu membatasi sedangkan Chambers percaya bahwa sesuatu yang tidak bisa dijual secara terpisah seperti goodwill tidak membantu perusahaan beradaptasi dengan lingkungan yang berubah. Kritikus berpendapat bahwa hanya ada satu cara untuk memastikan nilai. Aset dapat memiliki dua komponen penting: (1) Nilai pakai (Value in use), yang menekankan pendekatan jangka panjang, (2) Nilai dalam pertukaran (Value in Exchange), yang berkonsentrasi pada pendekatan penilaian jangka pendek. Mereka mencerminkan dua perspektif berbeda tentang tujuan akuntansi keuangan. Pendekatan nilai pakai menggunakan investor eksternal, berorientasi produksi sebagai tolok ukur yang relevan. Investor ini jarang berfokus pada nilai likuidasi saat ini tetapi sangat tertarik terhadap prospek arus masa depan sehingga diperlukan ukuran pendapatan yang menyesuaikan biaya input saat ini dengan output. Pendekatan ini berkonsentrasi pada pendapatan hasil yang paling efisien dan mempertimbangkan kemampuan adaptasi sebagai opsi. Harga keluar (Exit Price) sebagai pendekatan nilai dalam pertukaran, mengambil sudut pandang manajer internal atau kreditor yang harus membuat keputusan terkait dengan likuiditas perusahaan dan daya beli saat ini; yaitu, kinerja jangka pendek perusahaan lebih penting. Staubus menunjukkan bahwa sejumlah faktor sama untuk setiap sudut pandang: Pengamatan terkini dari harga pasar lebih relevan untuk pengambilan keputusan keuangan. Keandalan diperlukan dari sistem pengukuran; artinya, penilaian tidak bergantung pada alokasi subyektif. Penambahan (pengukuran) fenomena ekonomi dilakukan dalam satu unit yang sama, disesuaikan dengan inflasi dan pergerakan harga. Beberapa aturan keputusan sederhana yang menggunakan pengembalian akuntansi (CCE dan CCA) sehubungan dengan persyaratan net present value (NPV): Jika CCA > EXA; dan CCA > NPV, maka aset memiliki nilai dalam penggunaan saat ini - pertahankan operasi saat ini. Jika EXA > CCA; dan CCA > NPV, lalu melikuidasi aset yang saat ini digunakan - terus menyesuaikan aset dengan investasi alternatif lainnya. Jika EXA > CCA; dan CCA < NPV, lalu likuidasi dan hentikan semua operasi. 5. A Global Perpective And International Financial Reporting Standards 1) Current Cost in the U.S. Pada tahun 1976, US SEC Regulation mengubah aturan 3-17 dari peraturan S-X untuk mewajibkan data biaya pergantian diungkapkan dalam laporan yang diajukan oleh perusahaan dengan persediaan dan aset produktif dengan jumlah lebih dari 10% total asset. Pada tahun 1979, mencabut ASR 190 dan menggantikan dengan pernyataan 33 dengan syarat Supplementary Disclosure. Pada tahun 1986, meneribitkan pernyataan 89 dan pernyataan 33. Setelah menimbang bukti dan supplementary data ini akhirnya di batalkan menjadi syarat laporan. 2) Current cost in the U.K. Pada tahun 1975, Sandilands committee merekomendasikan menggunakan current cost accounting. Pada tahun 1976, the inflation accounting steering group (ISAG) mengeluarkan ED 18. Pada tahun 1980, Accounting Standards Committee (ASC) menerbitkan SSAP 16. Pada tahun 1985, ASC menarik status wajib dari SSAP 16. 3) Current cost in Australia Okt 1976, Accounting profession menerbitkan DPS 1.1, Statement of provisional accounting standards(PAS) current cost accounting . Agust 1978, mengubah versi menjadi PAS 1 Nov 1983, menerbitkan statement of accounting practice (SAP) 1 current cost accounting 4) International Accounting Standards and Current Costs IAS 39/AASB 139 Financial Instrument: Recognation and measurement dan IFRS 3/AASB 3 Business Combination IAS 16/AASB 116 IAS 40/AASB 140
5) How is historical cost applied ?
Acquisition cost mewakili lebih banyak pandangan ontologis tentang realitas ke perusahaan tertentu daripada harga pasar. Biaya akuisisi asset bukan hanya hharga yang tertera pada invoice, tetapi juga mencakup semua pengeluaran hingga asset tersebut siap untuk digunakan. Paragraf 10 IAS/AASB tentang persediaan 6) Historical cost under attack Paragraf 101 IASB Framework: Dasar pengukuran yang paling umum diadopsi oleh entitas dalam laporan keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya digabungkan dengan dasar pengukuran lainnya. Selain itu, beberapa entitas menggunakan dasar biaya saat ini sebagai respons terhadap ketidakmampuan untuk menangani dampak perubahan harga asset non-moneter. 7) A mixed measurements system and international standards Masalah akuntansi untuk asset keuangan merupakan contoh penggunaan exit price dalam laporan keuangan. Trading securities iukur pada nilai pasar berdasarkan IAS 39/AASB 139 Held-to-maturity assets dinilai dengan biaya perolehan diamortisasi di sebagian besar negara. Contoh penggunaan konsep pengukuran yang berbeda di IFRS IAS 2/AASB 2 Izin pengukuran inventaris pada nilai realisasi bersih (NRV) bahkan jika di atas biaya untuk inventaris produsen bijih mineral hasil pertanian dan hutan, dan inventaris pedagang untuk komoditas atau stode. IAS 16/AASB 116 Aset tetap dapat dinilai pada biaya historis atau nilai revaluasi dimana nilai revaluasi adalah nilai wajar dikurangi akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan nilai. IAS 17/AASB 117 Hak kepemilikan atas tanah dicatat sebagai property investasi berdasarkan IAS 40/AASB 140 dan diukur pada nilai wajar dengan perubahan nilai diakui sebagai keuntungan atau kerugian. IAS 19/AASB 119 Pengukuran keuntungan atau kerugian terdiri dari (a) perubahan nilai kini kewajiban imbalan pasti, (b) perubahan apa pun dalam nilai wajar asset program, dan (c) bagian pro rata di keuntungan dan kerugian dan kerugian aktuaria terkait. IAS 29/AASB 129 Penyesuaian terhadap status keuangan suatu entitas yang beroperasi dalam ekonomi hiperinflasi dapat dilakukan dengan menggunakan indeks tingkat harga umum. IAS 26/AASB 136 Penurunan nilai asset, di mana asset dinilai pada jumlah terpulihkan, yang lebih tinggi dari nilai asset digunakan dan setara kas saat ini. IAS 36/AASB 136 Memperlakukan nilai sisa asset sebagai setara kas saat ini. IAS 37/AASB 137 Pengukuran provisi ditentukan dengan metode nilai sekarang yang diharapkan. IAS 40/AASB 140 Properti investasi dapat diukur dengan pilihan antara (a) biaya-depresiasi-penurunan nilai atau (b) nilai wajar dengan perubahan nilai melewati laporan rugi sebagai keuntungan atau kerugian. 6. Issues for Auditors a) Auditor harus bersaing dengan model pengukuran campuran untuk setiap entitas. b) Setiap model pengukuran menciptakan risiko salah saji tertentu. c) Auditor menangani beberapa masalah penilaian ini dengan mencari pendapat ahli (ISA/ASA 620) d) Meskipun auditor dapat mengurangi risiko auditnya dengan memperoleh pendapat ahli tentang penilaian, tersebut tidak selalu selalu lebih dapat diandalkan daripada yang dibuat oleh manajemen. PERTANYAAN 1. Saya mau bertanya apakah manfaat dari memisahkan Holding gains ataupun holding loss dalam penentuan profit ? Selain itu apakah terdapat kelemahan dari dilakukannya hal tersebut ? (Silvia 201850616) 2. Bagaimana cara konsep current cost system itu sendiri dalam mempertahankan kemampuan operasional perusahaannya? 3. Pada presentasi di slide ke-28 yaitu objective of accounting disebutkan bahwa “Ketika perusahaan membeli aset tidak lancar, maka aset tidak lancar tersebut akan berubah u ntuk beradaptasi contohnya jika aset dibeli dgn menggunakan kredit maka hal ini aka n mengurangi kemampuan perusahaan untuk mengambil kredit lebih banyak”. Mengapa yang beradaptasi bukan perusashaan melainkan aset tidak lancar? ( Metta L aela Sari 201850043 ) 4. Menurut kalian, dalam The Valuation of liabilities, lebih baik hutang obligasi dinyatakan dalam nilai nominal atau nilai pasar? Berikan alasannya. (Vidia Amanda 201850015) 5. Dalam contoh penggunaan konsep pengukuran di IFRS, apakah ada keterkaitan antara contoh yang satu dengan yang lainnya ? kalau ada, berikan salah satu contohnya. (Valencia Christmas Manus 201850002)