Anda di halaman 1dari 4

AUDITING ASET TIDAK BERWUJUD

Aset tidak berwujud adalah aset-aset yang memberikan manfaat ekonomi lebih dari setahun tetapi tidak
memiliki substansi fisik. Daftar berikut merupakan contoh 5 kategori umum aset tidak berwujud:
1. Pemasaran – Merek dagang, nama dagang, dan nama domain internet.
2. Konsumen – Daftar konsumen, jaminan pesanan dan hubungan konsumen.
3. Artistik – Komponen-komponen yang dilindungi oleh hak cipta.
4. Kontrak – Lisensi, waralaba, dan kontrak penyiaran.
5. Teknologi – teknologi yang dipatenkan dan tidak dipatenkan.
Standar akuntansi tidak mengizinkan perusahaan secara internal mencatat aset tidak berwujud yang
dihasilkan sebagai aset dalam laporan posisi keuangan. Lebih tepatnya aset tidak berwujud dicatat ketika
aset diperoleh melalui pembelian atau perolehan (FASB ASC Topic 350).
Tujuan Audit Aktiva Tidak Berwujud
Audit atas aktiva tidak berwujud memiliki beberapa tujuan, yang diantaranya adalah:
 Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aktiva tak berwujud.
 Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan aktiva tak berwujud
didukung oleh bukti – bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang.
 Untuk memeriksa apakah aktiva tak berwujud yang dimiliki perusahaan masih mempunyai
kegunaan dimasa yang akan datang (manfaatnya lebih dari satu tahun)
 Untuk memeriksa apakah amortisasi aktiva tak berwujud dilakukan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum (PABU).
 Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aktiva tak berwujud sudah dicatat
dan diterima oleh perusahaan.
 Untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tak berwujud dalam laporan keuangan sudah
dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU)
Penilaian Risiko bawaan – Aset Tidak Berwujud
Sifat penilaian yang ada dalam akuntansi untuk aset tidak berwujud memunculkan pertimbangan risiko
bawaan yang serius. Aturan akuntansi merupakan sesuatu yang kompleks dan transaksi merupakan
sesuatu yang sulit diaudit. Penilaian yang sungguh-sungguh juga dibutuhkan untuk penentuan umur
manfaat untuk paten, hak cipta, jaminan lain. Pada akhirnya, pengujian penurunan penilaian aset dan
penentuan jumlah kerugian penurunan nilai merupakan prosedur kompleks yang melibatkan estimasi.
Standar akuntansi mensyaratkan pengujian penurunan nilai lainnya untuk golongan aset tidak berwujud
yang berbeda (FASB ASC Topic 350). Dengan penilaian dan kompleks yang terkait dengan penilaian dan
estimasi aset tidak berwujud, auditor mungkin menilai risiko bawaan tinggi.
Penilaian Risiko Pengendalian – Aset Tidak Berwujud
Manajemen bertanggungjawab membuat pengukuran nilai wajar dan pengungkapan, sehingga harus
membuat proses akuntansi dan pelaporan untuk menentukan pengukuran nilai wajar memilih metode
penilaian yang sesuai, mengidentifikasi, dan mendukung asumsi signifikan yang digunakan dan
mempersiapkan penilaian dan pengungkapan yang berhubungan dengan PABU. Dalam menilai risiko
pengendalian auditor mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :
 Keahlian dan pengalaman dari orang-orang yang menentukan nilai wajar aset.
 Pengendalian atas proses yang digunakan untuk menentukan pengukuran nilai wajar termasuk
pengendalian atas data dan pemisahan tugas antara orang-orang yang melakukan pembelian pada
klien dan orang-orang yang melakukan penilaian.
 Seberapa jauh entitas berikat atau menggunakan spesialis penilaian.
 Asumsi-asumsi mana jemen yang signifikan yang digunakan dalam menentukan nilai wajar.
 Integritas atas pengendalian perubahan dan prosedur keamanan untuk model penilaian dan sistem
informasi yang relevan, termasuk proses persetujuan.
Audit Prosedur atas Aktiva Tak Berwujud

1. Mempelajari dan mengevaluasi pengendalian internal perusahaan atas asset tak berwujud.
Dilakukan dengan menggunakan kuesinior pengendalian internal. Jika auditor menyimpulkan
bahwa pengendalian internal perusahaan atas aktiva tak berwujud baik maka ruang lingkup
pemeriksaan dapat dipersempit.
2. Meminta rincian aktiva tak berwjud pertanggal neraca (saldo awal, penambahan, amortiosasi, dan
penghapusan saldo akhir).
3. Mencocokkan saldo awal dan saldo akhir ke buku besar.
4. Memeriksa penambahan aktiva tak berwujud.
5. Memeriksa amortisasi dan penghapsan aktiva tak berwujud.
6. Memeriksa perjanjian yang dibuat perusahaan dengan pihak ketiga yang ingin menggunakan hak
paten, hak cipta, dan francise yang dimiliki perusahaan. Perjanjian untuk penjualan atau sewa hak
paten kepada pihak ketiga biasanya dilakukan dihadapan notaris, oleh karena itu auditor perlu
meminta copy perjanjian tersebut. Selain itu auditor juga memeriksa buku penerimaan kas apakah
pendapatan dari penjualan atau sewa tersebut sudah diterima dan dicatat.
7. Memeriksa apakah penyajian aktiva tak berwujud dalam laporan keuangan telah sesuai dengan
PABU.
Prosedur Substantif – Aset Tidak Berwujud
Pengujian Rinci Substantif
Pengujian Rinci atas Aset Tidak berwujud
Pengujian rinci terkait dengan penilaian dan penurunan nilai aset tidak berwujud sering kali dibutuhkan
karena kompleksitas dan derajat penilaian meningkatkan risiko salah saji material. Lebih lanjut lagi,
standar auditing membutuhkan beberapa bukti substantif untuk semua akun signifikan dan seperti yang
dijelaskan di atas, prosedur analitis substantif mungkin tidak memberikan bukti yang cukup dan tepat
untuk transaksi signifikan yang melibatkan aset tidak berwujud.
Keberadaan dan Kelengkapan
Auditor umumnya menguji keberadaan aset tidak berwujud pada saat aset-aset tersebut diperoleh .untuk
aset-aset seperti paten, hak cipta, lisensi, hak penyiaran, dan merek dagang auditor akan menguji
dokumentasi legal yang mendukung validitas aset. Perhatian utama auditor terkait asersi kelengkapan
untuk aset tidak berwujud adalah untuk memastikan bahwa prosedur pengujian penurunan nilai mencakup
aset tidak tetap. Untuk menguji asersi ini auditor akan memperoleh salinan dari daftar rinci aset tidak
berwujud klien yang harus sesuai dengan jumlah total aset tidak berwujud yang dilaporkan dalam saldo
laporan posisi keuangan klien. Auditor juga akan menguji pendokumentasian penurunan nilai klien untuk
memastikan setiap aset merupakan subjek untuk pengujian penurunan nilai yang sesuai dengan PABU.
Penilaian
Penilaian adalah asersi yang paling penting terkait dengan aset tidak berwujud. Penilaian awal aset
umumnya melibatkan alokasi harga pembelian yang sebanding dengan nilai wajar. Ketika aset tidak
berwujud ditetapkan untuk diturunkan nilainya, nilai wajar saat itu harus ditentukan untuk menghitung
kerugian penurunan nilai. Ketika da harga pasar untuk aset tidak berwujud, masalah penilaian relatif
lancar. Namun, pada sebagian besar situasi yang melibatkan penilaian aset tidak berwujud, ketentuan
harga pasar tidak tersedia.
Hak dan kewajiban
Litigasi terkait hak yang berhubungan dengan aset tidak berwujud seperti merek dagang, paten, hak cipta,
lisensi, dan alamat domain internet relatif umum. Auditor biasanya menguji dokumen pendukung legal
dan kontraktual untuk memverifikasi hak hukum klien terhadap asetaset ini. Auditor juga membaca
notulen rapat dewan direksi dan berkomunikasi dengan pengacara klien untuk menentukan apakah ada
litigasi yang tertunda yang terkait dengan hak hukum. Auditor perlu memahami dan menguji proses
akuisisi bisnis klien dan juga alokasi harga pembelian klien untuk berbagai aset tidak berwujud.
Klasifikasi
Perhatian auditor terkait klasifikasi adalah bahwa perbedaan jenis aset tidak berwujud diidentifikasi
secara tepat dan dihitung secara terpisah. Klasifikasi aset tidak berwujud biasanya dilakukan pada waktu
klien membeli kepentingan bisnis lainnya. Beberapa aset tidak berwujud umumnya diperoleh secara
bersamaan dalam satu pembelian.
https://www.kakraffi.my.id/2020/11/contoh-kertas-kerja-pemeriksaan-aset-tak-berwujud.html

Anda mungkin juga menyukai